Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi, jika individu sering gagal maka cenderung mengalami harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Manusia cenderung bersikap negatif, walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang mengekspresikannya. Sebagai seorang perawat sikap negatif harus dikontrol sehingga setiap orang yang bertemu perawat dengan sikapnya yang positif merasa dirinya berharga. Pasien yang mengalami gangguan jiwa lebih cenderung mengalami harga diri rendah, terlebih karena adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap pasien dengan gangguan jiwa. Berdasarkan hasil observasi di ruangan Yudistira, pasien yang mengalami harga diri rendah menduduki urutan ketiga terbanyak setelah masalah keperawatan defisit perawatan diri dan halusinasi. Sedangkan sebagian besar pasien yang mengalami defisit perawatan diri dengan kondisi defisit perawatan dirinya akan mencetuskan masalah harga diri rendah. Pasien dengan defisit perawatan diri merasa tidak nyaman untuk berinteraksi dengan orang lain karena merasa dirinya kotor, bau, tidak rapih seperti orang-orang yang lain. Pasien yang mengalami harga diri rendah di ruangan Yudistira memiliki faktor pencetus yang berbeda-beda, sebagian pasien mengalami harga diri rendah karena masalah ekonomi, masalah dengan keluarga, perceraian, masalah dengan pekerjaan dan pendidikan, selain itu juga akibat adanya gangguan citra tubuh. Pasien yang merasa tubuhnya tidak menarik, tidak sempurna, dan mengalami kelainan rentan terhadap gangguan harga diri rendah. Berdasarkan uraian diatas, kelompok tertarik untuk memperesentasikan kasus harga diri rendah pada Tn. B di ruang Yudistira. Tn. B mengalami harga diri rendah akibat kelainan pigmentasi pada kulit tubuhnya sehingga klien merasa orang lain akan jijik dengan kondisinya. Hal tersebut membuat pasien merasa malu berdekatan dan berinteraksi dengan orang lain sehingga akan menimbulkan masalah keperawatan yang 1

lain seperti isolasi sosial dan perilaku kekerasan. Selain itu, gangguan harga diri akan membuat seseorang tidak produktif karena ia menganggap dirinya tidak memiliki kelebihan atau kemampuan yang dapat dibanggakan sehingga ia akan cenderung berdiam diri dan membatasi aktivitasnya. Oleh karena itu, perawat memiliki peran besar dalam upaya meningkatkan harga diri pasien yang mengalami harga diri rendah antara lain dengan menggali aspek positif serta kemampuan yang masih dimiliki pasien sehingga pasien akan merasa bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat berguna untuk orang lain dan dengan demikian harga diri pasien akan meningkat. Namun demikian, menggali aspek positif yang dimiliki pasien bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu diperlukan upaya yang cermat dan kreatif dari perawat sehingga pasien akan percaya dan nyaman dalam mengkaji kemampuan yang dimilikinya. B. Tujuan a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah Harga Diri Rendah. b. Tujuan Khusus i.Mahasiswa mampu memahami konsep harga diri rendah. ii.Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menegakkan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada klien dengan harga diri rendah. iii.Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan. iv.Mahasiswa mampu mempresentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah. C. Proses Pembuatan Makalah Pengambilan kasus kelolaan untuk Case conference dilakukan di ruang Yudistira pada klien Tn. B. Proses asuhan keperawatan pada Tn. B dilakukan pada tanggal 22 September 2008 sampai 10 Oktober 2008. Hasil pengkajian diperoleh dari interaksi dengan klien secara bergantian. Setelah melakukan pengkajian dan diperoleh data, mahasiswa menentukan masalah yang sesuai dengan klien. Setelah masalah keperawatan ditentukan, mahasiswa melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang telah ditentukan.

3 Dalam penyusunan makalah, data klien diperoleh melalui hasil wawancara dengan klien, data sekunder (status klien), studi kepustakaan tentang proses keperawatan pada klien dengan harga diri rendah. Selanjutnya kelompok melakukan diskusi terkait kasus. Hasil diskusi dikonsultasikan dan didiskusikan dengan pembimbing untuk mendapatkan saran dan masukan dalam penyusunan makalah, sehingga makalah dapat didesiminasikan. Penyusunan makalah Case conference dimulai pada minggu pertama praktik di ruang Yudistira. Konsultasi makalah dimulai pada awal minggu ke dua praktik. Setelah mendapat masukan dari pembimbing, mahasiswa kemudian memperbaiki isi dari makalah. Pada akhir minggu ke dua praktik di ruang Yudistira, mahasiswa melakukan persiapan untuk melakukan Case conference.

Anda mungkin juga menyukai