Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS PARTUS KASEP

Oleh : Ratih Paramita Suprapto Anggyan Putriananda (0610710111) (0710710074)

Pendamping: dr. Arifian Juari Supervisor : dr. Samodra S, SpOG LABORATORIUM OBSTETRI & GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2011

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS PARTUS KASEP

Oleh: Ratih Paramita Suprapto Anggyan Putriananda (0610710111) (0710710074)

Menyetujui:

Pendamping,

Supervisor,

dr. Arifian Juari

dr. Samodra S, SpOG

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan

berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Proses persalinan dipengaruhi oleh 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, dan kontraksi diafragma. Faktor lain adalah faktor janin (passanger), faktor jalan lahir (passage) dan faktor penolong serta faktor psikis (Mochtar, 1998). Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat (Kusumawati, 2006) Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia. Berdasar hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan bahwa dari seluruh persalinan, kejadian persalinan lama adalah sebesar 31%, perdarahan berlebihan terjadi pada 7% persalinan, dan angka kejadian infeksi sebesar 5%. Sementara ibu yang tidak mengalami komplikasi selama persalinan adalah sebesar 64%. Berdasar survei ini, maka pelayanan kesehatan ibu di Indonesia masih perlu peningkatan pelayanan dan harus di benahi dengan berbagai pendekatan (Kusumawati, 2006).

1.2

Rumusan Masalah 1. Apakah definisi partus kasep ? 2. Apakah faktor resiko partus kasep ? 3. Kenapa pasien ini didiagnosa partus kasep ? 4. Bagaimana penatalaksanaan partus kasep ?

1.3

Tujuan 1. Mengetahui definisi partus kasep. 2. Mengetahui faktor resiko partus kasep. 3. Mengetahui diagnosa partus kasep. 4. Mengetahui penatalaksanaan partus kasep.

1.4

Manfaat Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter muda mengenai partus kasep dalam hal pelaksanaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan diagnosa, penatalaksanaan, monitoring, serta penanganan komplikasi.

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

No.Registrasi Nama Umur Alamat Pekerjaan Pendidikan Suami Umur Pendidikan suami Pekerjaan suami Pemghasilan Status Pernikahan Lama Menikah Paritas Riwayat KB Tanggal MRS

:11013166 : Ny. Ida Sofiana : 29 tahun : Jalan Tlekung RT4/RW5 Batu, Malang : Ibu rumah tangga : SMA : Tn. Suwandi : 33 tahun : SMP : Teknisi Mesin : Rp. 1.500.000,00/bulan : Menikah 1x : 6 tahun : G2P1001Ab000 : KB suntik 1 bulanan, berhenti 1 tahun yang lalu : 2-12-2011

2.2 Anamnesis (2 Desember 2011 jam 10.00) 2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan utama: Kenceng-kenceng Pasien datang ke UGD RSSA dengan keluhan kenceng-kenceng. Pasien mengalami kenceng-kenceng sejak pukul 20.00 tanggal 1 desember 2011, namun pasien tetap tinggal di rumah karena kenceng-kenceng masih ringan dan

jarang. Kemudian pada pukul 01.00 tanggal 2 Desember 2011, pasien mengeluh cairan keluar dari jalan lahir dan kenceng-kenceng makin sering. Cairan keluar banyak dan tampak keruh. Karena hal itu, pasien pergi ke bidan setempat. Bidan mengatakan pembukaan masih 2 dan pasien diinapkan untuk proses persalinan di BPS setempat. Pada pukul 07.00, pembukaan sudah lengkap dan bidan membimbing untuk mengejan selama 2 jam akan tetapi bayi belum lahir. Untuk itu, pasien dirujuk ke UGD RSSA dan tiba pada pukul 10.00. Pasien memiliki 1 orang anak dan ini merupakan kehamilan yang kedua setelah 5 tahun. Tidak pernah mengalami abortus dan KB yang dijalani adalah KB suntik bulanan dan berhenti sejak 1 tahun yang lalu karena ingin hamil. Anak pertama lahir normal dengan bantuan bidan dengan jenis kelamin laki-laki dan berat lahir 3.000 gr. Pasien menjalani perawatan kehamilan sebanyak 8 kali di puskesmas. Riwayat pijat, oyok, trauma, dan minum jamu disangkal.

2.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi (-) DM (-) PID (-) : Riwayat keputihan (-)

2.2.3 Riwayat Pemakaian Obat: Pasien hanya mengkomsumsi obat multivitamin dari bidan dan dikatakan tidak menderita penyakit selama mengandung.

2.2.4 Riwayat Penyakit dalam Keluarga: Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tidak ada riwayat melahirkan sulit dalam keluarga pasien.

2.2.5 Riwayat Alergi Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi.

2.2.6 Riwayat Kehidupan Pribadi dan Sosial Pasien: Pasien merupakan ibu rumah tangga yang tingga di jalan. Pasien tinggal bersama suami dan satu orang anak laki-laki berusia 5 tahun. Keseharian pasien di rumah adalah mengerjakan tugas-tugas kebersihan di rumah dan mengantar anaknya ke taman kanak-kanak setiap jam 7 hingga jam 10 pagi setiap seninsabtu. Sekolah anak pasien berjarak 500 meter dari rumah. Pasien mengatakan pola makan setiap harinya teratur dan cukup gizi dan semenjak hamil pasien menambah porsi makannya sebanyak 1 piring dan nafsu makan pasien pun bertambah. Pasien juga merasa nyaman tinggal di rumah dan hubungan dengan suami, keluarga dan tetangga adalah baik. Suami pasien bekerja sebagai teknisi mesin. Suami pasien memiliki sebuah bengkel kecil. Selain itu, suami pasien juga melayani jasa perbaikan mesin panggilan. Gaji yang diterima tidak pasti tergantung banyak sedikitnya orang yang membutuhkan jasanya. Rata-rata penghasilannya tiap hari adalah 50.000 rupiah. Paling banyak gaji yang diperoleh 300.000 rupiah dan paling sedikit 30.000 rupiah. Dengan uang tersebut pasien mampu membiayai sekolah anaknya, biaya makan sehari-hari dan PDAM serta listrik.

2.3 Time Line SOAP 2.3 Timeline SOAP 1/12/2011 Jam 10.00 1. S (subjektif) Pasien rujukan dari Bidan dengan diagnosis: G2P1001 Ab000 part 40-41 minggu T/H dengan Kala II lama.

Keluhan utama : kenceng-kenceng 1/12/2011 pukul 20.00 : merasa kencengkenceng, pasien tetap di rumah 2/12/2011 pukul 01.00 : pasien merasa kenceng-kenceng makin sering dan keluar cairan dari jalan lahir, pasien pergi ke bidan, pada VT didapatkan pembukaan 2 cm kemudian pasien diobservasi di BPS. 2/11/2011 pukul 07.00 : VT pembukaan lengkap 10 cm, pasien dipimpin mengejan selama 2 jam tetapi tidak lahir dirujuk ke RSSA atas indikasi kala II lama. Riwayat Perawatan Antenatal ANC : di puskesmas 8x terakhir kontrol 1/12/2011 HPHT : 22 Februari 2011 TP : 29 November 2011 : 40-41 minggu

Usia kehamilan

Riwayat Persalinan Lalu 1. Aterm, Spt B, melahirkan di bidan, lahir hidup, perempuan, saat ini berusia 5 tahun BBL tidak

3000 gr. Riwayat Persalinan Sekarang Tgl 1/12/2011 jam 20.00 his mulai Tgl 2/12/2011 jam 01.00 ketuban pecah Kontrasepsi sebelum hamil ini: (+) suntik 1 bulanan sejak kelahiran anak pertama dan berhenti 5 tahun yang lalu karena ingin mempunyai anak lagi Kegagalan kontrasepsi :(-) Riwayat Kehamilan Selama hamil, pasien tidak pernah

melakukan piyat oyok, maupun minum jamu. Pasien hanya mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter puskesmas. Pasien mengalami mual-muntah saat usia kehamilan 1-4 bulan 2. O (objektif) Pemeriksaan Fisik: KU Tekanan Darah Nadi : Baik, compos mentis : 110/70mmHg : 108 x/ menit

Respiratory Rate : 20 x/ menit Tax Trect TB : 156 cm : 37,2 C : 37,8 C BB : 83 kg

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-, sklera icterik -/-

Thorax Cor : S1 S2 single, murmur Paru : Rh: - - - Abdomen : TFU 35 cm Letak janin bujur U BJA 12.11.12/SK TBJ 3720 gram HIS 10.3.35/sedang-kuat Meteorismus (+) Extremitas : edema (-) GE : VT : Pembukaan : 8 cm, Effacement : 100%, Hodge: II, Ketuban : (-) keruh, portio oedem, Presentasi : kepala, caput (+), Denominator : UUK arah jam 1, UPD : dalam batas normal. Darah Lengkap: Leukosit : 23.200 /L Wh: - - - -

Hemoglobin : 11,6 g/dL Hematokrit : 32,6 % Trombosit : 222.000 /L

Hasil CTG : patologis

10

3.

A (assessment)

G2 P1001 Ab000 part 40-41 minggu T/H kala I fase aktif + partus kasep+fetal compromised

4.

P (planning)

PDx : DL, FH, admission test PTx: 1. Resusitasi intrauterin ibu miring ke kiri O2 8 lpm NRBM IVFD NS 1000 cc

2. Tokolitk kaltrofen 3. Terminasi dengan SC Cito 4. Injeksi Ceftriaxone 1 gr iv 5. Metronidazole infus 3x500mg 6. Persiapan operasi : PMO : Observasi Vital Sign, subjektif, his, DJJ, tandatanda RUI KIE 2/11/2011 jam 12.00 Lahir bayi laki-laki/4000 gram/52 cm/AS 68/ketuban kehijauan Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan, lahir lengkap dengan diameter 20 cm dengan berat 500 gram dan panjang 60 cm Pasang DC Informed Consent, daftar OK, sedia

darah, konsul anestesi Injeksi metochlopramide 1 amp Injeksi ranitidin 1 ampul

11

2.4 Monitoring

12

2/12/2011 Jam 12.45 pasien tiba di ruang RR post SCTP dengan SAB atas indikasi partus kasep + fetal compromised 1. 2. S (subjektif) O (objektif) Keluhan (-) Pemeriksaan Fisik: KU Tekanan Darah Nadi : Baik, compos mentis : 110/60mmHg : 92 x/ menit

Respiratory Rate : 16 x/ menit Tax Trect : 36,6 C : 36,8 C

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-, sklera icterik -/Thorax Cor : S1 S2 single, murmur Paru : Rh: - - - Abdomen : TFU 6 jari Extremitas : edema (-), hangat pemeriksaan Lab : Hb Leukosit PCV 13 : 11,6 : 26.500 : 34,6 Wh: - - - -

Trombosit 3. A (assessment)

: 216.000

P2002 Ab000 Post SCTP dengan SAB a/i partus kasep hari ke-0 + fetal compromised

4.

P (planning)

PDx : DL PTx : Puasa 6 jam setelah itu boleh minum sedikitsedikit Tidak boleh mengangkat kepala hingga 6 jam post op Cek DL, jika Hb < 8 gr/dl dilakukan transfuse 2 labu/hari hinggan Hb 8 gr/dl IVFD RL:D5 2:2 28 tpm Drip oksitosin 20 IU dalam RL 500 cc 28 tpm hingga 12 jam post op Inj. Ceftriaxone 2x1 gram Inj. Metronidazole 3x 500 mg Inj. Metochlopramide 3x1 amp Inj. Asam traneksamat 3 x 500 mg Inj. Ketorolac 3x1 amp Inj. Ranitidin 2x1 amp Inj. Extracee 2x1 amp PMO : Observasi Vital Sign, luka operasi, subjektif, produksi urine, kontraksi uterus. PEd: KIE

3/12/2011 Jam 06.30 1. 2. S (subjektif) O (objektif) Keluhan: (-) Pemeriksaan Fisik:

14

KU Tekanan Darah Nadi

: Baik, compos mentis : 110/60mmHg : 86 x/ menit

Respiratory Rate : 18 x/ menit Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-, sklera icterik -/Thorax Cor : S1 S2 single, murmur Paru: : Rh : - - - Abdomen: FU 2 jari di bawah pusat dan kontraksi baik Flatus(+), kembung (-) Wh : - - - -

GE : 3. A (assessment) flux (-) lochia rubra (+)

P2002 Ab000 Post SCTP dengan SAB a/i partus kasep hari ke-0 PTx : Pindah R-8 Inj. Ceftriaxone 2x1 gram Inf. Metronidazole 3x500mg Terapi oral: Asam mefenamat 3 x 500 mg

4.

P (planning)

15

PMO :

Metilergometrin 3 x 1 Rob 1 x 1

Observasi Vital Sign, luka operasi, subjektif, produksi urine, kontraksi uterine, fluxus. PEd: KIE

4/11/2011 Jam 06.00

1. 2.

S (subjektif) O (objektif)

Keluhan: (-) Pemeriksaan Fisik: KU Tekanan Darah Nadi : Baik, compos mentis : 120/70mmHg : 88 x/ menit

Respiratory Rate : 20 x/ menit Tax : 36,60C

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-, sklera icterik -/Thorax Cor : S1 S2 single, murmur Paru: : Rh : - - - Abdomen: Wh : - - - -

16

TFU 2 jari bawah pusat kontraksi baik

GE : 3. A (assessment) flux (-) lochia rubra (+) luka SCTP terawat

P2002 Ab000 Post partum SCTP a/i partus kasep hari ke1 PDx: PTx : Diet TKTP Mobilisasi aktif Inj, Ceftriaxone 2x1 gram Inf. Metronidazole 3x500mg Terapi oral: Asam mefenamat 3 x 500 mg Metilergometrin 3 x 1 Rob 1 x 1

4.

P (planning)

Kateter lanjut PMO : Observasi Vital Sign, keluhan/subjektif, fluxus, lochea, kontraksi uterus, produksi urine. Ped: KIE Managemen laktasi Rencana KB Senam nifas

17

5/12/2011 Jam 06.00 1. 2. S (subjektif) O (objektif) Keluhan: (-) Pemeriksaan Fisik: KU Tekanan Darah Nadi : Baik, compos mentis : 120/80mmHg : 88 x/ menit

Respiratory Rate : 18 x/ menit Tax : 36,60C

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-, sklera icterik -/Thorax Cor : S1 S2 single, murmur Paru: : Rh : - - - Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat kontraksi baik Wh : - - - -

GE : flux (-) 18

lochia rubra (+) luka SCTP terawat

pemeriksaan Lab : Hb Leukosit PCV Trombosit 3. A (assessment) : 10 : 12.300 : 30 : 316.000

P2002 Ab000 Post partum SCTP a/i partus kasep hari ke2 PDx: PTx : Diet TKTP Mobilisasi aktif Inj, Ceftriaxone 2x1 gram Inf. Metronidazole 3x500mg Terapi oral: Terapi oral: Asam mefenamat 3 x 500 mg Metilergometrin 3 x 1 Rob 1 x 1

4.

P (planning)

Kateter lanjut PMO : Observasi Vital Sign, keluhan/subjektif, fluxus, lochea, kontraksi uterus, produksi urine. Ped:

19

KIE Managemen laktasi Rencana KB Senam nifas

6/12/2011 Jam 06.00 1. 2. S (subjektif) O (objektif) Keluhan: (-) Pemeriksaan Fisik: KU Tekanan Darah Nadi : Baik, compos mentis : 110/70mmHg : 88 x/ menit

Respiratory Rate : 18 x/ menit Tax : 36,60C

Kepala/Leher : conjunctiva anemis -/-, sklera icterik -/Thorax Cor : S1 S2 single, murmur Paru: : Rh : - - - Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat kontraksi baik Wh : - - - -

20

GE : flux (-) lochia rubra (+) luka SCTP terawat

pemeriksaan Lab : Hb Leukosit PCV Trombosit 3. A (assessment) : 8,7 : 8.800 : 26,0 : 230.000

P2002 Ab000 Post partum SCTP a/i partus kasep hari ke3 PDx: Boleh Pulang Aff catheter Aff ventflon Kontrol poli Ped: KIE Managemen laktasi Rencana KB Senam nifas

4.

P (planning)

21

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Partus Kasep Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara (Mochtar, 1998). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Friedman pada 1955, persalinan terbagi menjadi 3 tahapan: Fase I Fase I dimulai dari adanya kontraksi uterus yang menyebabkan pembukann serviks. Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Pada fase laten terjadi kontraksi uterus yang ireguler diikuti penipisan dan pembukaan serviks yang berjalan lambat. Pada fase aktif terjadi peningkatan pembukaan serviks dan penurunan janin. Fase II Didefinisikan sebagai pembukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi Fase III Merupakan tahap dilahirkannya plasenta (Joy, 2011)

22

Partus lama terjadi akibat pemanjangan dari fase-fase persalinan tersebut. Kelainan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Nullipara Prolonged latent phase Protracted dilation Protracted descent Arrest of dilation Arrest of descent Prolonged second stage Prolonged third stage > 20 jam < 1.2 cm/ jam < 1 cm/ jam >2 jam >2 jam >2 jam >30 menit >14 jam < 1.5 cm/ jam < 2 cm/ jam >2 jam >1 jam >1 jam >30 menit Multipara

Komplikasi yang terjadi akibat persalinan yang lama pada partus kasep dapat berupa komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya infeksi intrauterin. Komplikasi pada anak dapat berupa kaput

suksedaneum yang besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban bercampur mekoneum, denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau irregular, dan gerak anak yang berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga merupakan komplikasi partus lama pada anak. Komplikasi pada ibu dapat berupa edema pada portio, vagina, ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan dehidrasi. Sedangkan tanda-tanda infeksi intrauterin dapat dinilai berdasar dari kriteria Gibbs yang meliputi temperatur rektal lebih dari 37,6oC disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut yaitu: takikardi maternal (denyut jantung >100x/mnt), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt), uterine tenderness, cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal yang ditandai dengan leukosit >15.000 /mm3 (Edwards, 2005). Pada pasien ini didapatkan pemanjangan kala I fase aktif sehingga disebut partus lama dan disertai komplikasi baik pada ibu dan janin serta infeksi intrauterine. Pada ibu komplikasi berupa edema portio dan febris yang ditandai temperature axilla 37,2C dan temperature rectal 37,8C. Pada janin ditenukan ketuban keruh, NST patologis dan bayi mengalami asfiksia sedang dengan apgar 23

score 6-8. Tanda-tanda infeksi intrauterine pada pasien ini berdasarkan criteria Gibbs adalah temperature rectal sebesar 37,8C disertai dengan leukositosis yaitu sebesar 23.200/mm3, takikardi maternal 108x/menit, dan ketuban yang keruh.

2.2

Epidemiologi Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-

2003 melaporkan bahwa dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui bedah sesarea, 59% terjadi akibat persalinan yang mengalami komplikasi, dimana sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Berdasarkan survei ini juga dilaporkan bahwa bayi yang meninggal dalam usia satu bulan setelah dilahirkan, 39% terjadi akibat komplikasi termasuk persalinan lama (30%), perdarahan 12% dan infeksi (10%) (Kusumawati, 2006). Sementara itu Hasil AMP (Audit Maternal dan Perinatal) di RSUD Jombang, selama periode Januari sampai Desember 1994 mendapatkan bahwa penyulit persalinan ibu terbanyak adalah partus lama (16 %), disusul partus kasep (11 %), preeklampsia dan eklampsia (6,4%). Sedangkan penyulit bayi terbanyak adalah asfiksia

neonatorum, yaitu 57,7% (Kusumawati, 2006).

2.3

Etiologi dan Faktor Resiko Sebab terjadinya partus kasep merupakan multi kompleks dan

bergantung pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik, dan penatalaksanannya. Penyebab partus lama dapat dibagi kedalam beberapa faktor yaitu faktor panggul, faktor anak, faktor tenaga, faktor psikis dan faktor penolong. Sedangkan penyebab partus kasep sendiri di jelaskan dalam tiga keterlambatan atau yang biasa disebut (three delays model)

24

2.3.1 Faktor panggul Pada ukuran panggul kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada dalam batas normal. Kurangnya gizi saat masa kanak-kanak merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan ukuran pelvis yang kecil pada wanita. Ukuran panggul dapat sangat berbeda dari ukuran normal pada seorang wanita yang menderita riketsia atau osteomalasia di masa mudanya. Selain itu faktor keturunan juga berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk panggul seorang wanita (Neilson, 2003). Berdasarkan pemeriksaan fisik, ukuran panggul pasien berada dalam batas normal. Pintu atas dan pintu tengah panggul tidak sempit, sedangkanuntuk pintu bawah panggul juga normal, dengan arcus pubis >90, sehingga kelainan pada jalan lahir dapat disingkirkan. Pada pasien ini juga tidak didapatkan masa pada panggul yang dapat menghalangi keluarnya bayi pada jalan lahir. Riwayat pasien melahirkan per vaginam 5 tahun yang lalu dengan berat badan janin 3.000 kg. Namun, dengan berat janin 4.000 kg keadaan Cephalo Pelvic Disporpotion tidak dapat disingkirkan.

2.3.2. Faktor Anak Faktor anak yang merupakan faktor risiko partus kasep antara lain meliputi : posisi oksiput posterior persisten, presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi dahi, letak sungsang, letak lintang, presentasi ganda, pertumbuhan janin yang berlebihan, hidrosefalus, dan prolaps funikuli. Pada kasus ini, janin berada pada letak bujur dengan presentasi kepala, sehingga tidak ada masalah pada letak dan presentasi yang menyebabkan kejadian partus lama. Tidak didapatkan adanya kelainan letak janin, posisi janin, presentasi janin dan bentuk janin. Dari hasil pemeriksaan dalam didapatkan denominatornya adalah UUK pada arah jam 1. Namun, berat badan bayi adalah 4000 gr dan termasuk mempersulit persalinan.

25

2.3.3. Faktor Tenaga Faktor tenaga berkaitan dengan kelainan his. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazimnya dapat diatasi menjadi tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan menjadi macet. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan. Disusul dengan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam amnion kembali ke asal. Jenis-jenis kelainan his diantaranya inersia uteri, incoordinate uterine contraction. Kekuatan merupakan salah satu hasil yang dapat menjadi penyebab terjadinya partus lama pada pasien. Uterus membutuhkan energi untuk berkontraksi dan relaksasi. Kondisi metabolic ini dapat berlangsung jika energy ibu cukup. Energi yang cukup berasal dari nutrisi yang baik. Kurangnya nutrisi dari asupan makanan menyebabkan kelelahan. Apalagi aktivitas ini

dipertahankan berjam-jam. Jika kondisi ini berlangsung terlalu lama akan menimbulkan terjadinya komplikasi. Pertama-tama, akan timbul kelelahan pada ibu yang akan mengakibatkan cadangan glikogen pada uterus berkurang, sehingga ATP yang dihasilkan juga akan berkurang. Selain itu juga terjadi asidifikasi karena timbunan asam laktat untuk memenuhi kebituhan ATP. Timbunan asam laktat ini bisa mengurangi kemampuan uterus untuk

berkontraksi. Oleh karena itu, kontraksi uterus akan melemah jika bekerja berkepanjangan karena alasan fisiologis dan biokimia.

2.3.4 Faktor Penolong Dalam proses persalinan, selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan juga mempunyai peran yang sangat penting. Penolong persalinan bertindak dalam memimpin proses terjadinya kontraksi uterus dan mengejan hingga bayi dilahirkan. Seorang penolong persalinan harus dapat memberikan dorongan pada ibu yang sedang dalam masa persalinan dan mengetahui kapan haruis memulai persalinan. Selanjutnya melakukan perawatan terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu, penolong persalinan seharusnya seorang tenaga kesehatan

26

yang terlatih dan terampil serta mengetahui dengan pasti tanda-tanda bahaya pada ibu yang melahirkan, sehingga bila ada komplikasi selama persalinan, penolong segera dapat melakukan rujukan. Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan tidak berjalan dengan lancar, berlangsung lama, dan muncul berbagai macam komplikasi. Sebanyak 80% dari persalinan di Indonesia masih ditolong oleh dukun. Dan baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun. Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Hasil penelitian Irsal dan Hasibuan di Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dan secara statistik bermakna terhadap kejadian kala II lama adalah penolong persalinan bukan dokter, sehingga selanjutnya perlu persalinan tindakan di RS. Demikian pula hasil penelitan Rusydi di RSUP Palembang, menemukan bahwa partus kasep yang akhirnya dilakukan tindakan operasi, merupakan kasus rujukan yang sebelumnya ditolong oleh bidan dan dukun di luar rumah sakit. Penolong dalam hal ini terlambat merujuk pasien. Apabila terjadi tandatanda komplikasi maternal maupun fetal seharusnya pihak bidan harus segera merujuk ke Rumah Sakit. Selain itu, bedasarkan kurva Friedman maka batas waktu persalinan Kala II pada multipara adalah 1 jam namun bidan membantu persalinan hingga 2 jam.

2.3.5 Faktor Psikis Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus

emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan antenatal 27

yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran bayinya. (Syakurah, 2011) Selain faktor bayi, tenaga, jalan lahir/panggul, dan penolong, dan faktor psikis, partus kasep juga dapat disebabkan oleh jarak kelahiran yang jauh, primi tua, perut gantung, grandemulti, dan ketuban pecah dini. (Mochtar, 1998). Psikis : persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional sudah cukup baik pada pasien ini.

2.3.6 Tiga Keterlambatan Keterlambatan kesehatan Keterbatasan pengetahuan tentang komplikasi Anggapan kematian ibu sebagai hal yang wajar Low status of women Kendala sosio-kultural pengambilan keputusan untuk mencari pelayanan

Keterlambatan mencapai pelayanan kesehatan Pegunungan, kepulauan, sungai pengorganisasian yang buruk

Keterlambatan mendapatkan pelayanan Sarana, ketenagaan Keterbatasan tenaga terlatih Keuangan

(http://www.maternityworldwide.org/pages/the-3-delays-model.html)

3.2 Diagnosa 3.2.1 Identitas Pasien

28

Menanyakan identitas pasien penting salah satunya dilakukan untuk menjalin komunikasi yang baik antara dokter dan pasien sehingga dokter mendapat kepercayaan dari pasien serta keluarganya. Dengan mengetahui status pendidikan pasien, maka dokter dapat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien, selain itu usia, suku, pekerjaan, dapat mempengaruhi penyakit-penyakit yang mungkin disebabkan dari faktor-faktor tersebut. Pasien berusia 29 tahun ketika mengalami gejala ini, dan usia tersebut termasuk usia produktif. Sedangkan status pernikahan, gaji, dan alamat rumah dapat berhubungan dengan status psikososial dari pasien. Pasien telah menikah dan memiliki 1 orang anak dengan proses kelahiran normal yang ditolong bidan.

3.2.2 Anamnesis Pasien merupakan rujukan dari bidan dengan diagnosis kala II lama. Pasien datang ke UGD RSSA dengan keluhan kenceng-kenceng. Pasien mengalami kenceng-kenceng sejak pukul 20.00 tanggal 1 desember 2011, namun pasien tetap tinggal di rumah karena kenceng-kenceng masih ringan dan jarang. Kemudian pada pukul 01.00 tanggal 2 Desember 2011, pasien mengeluh cairan keluar dari jalan lahir dan kenceng-kenceng makin sering. Cairan keluar banyak dan tampak keruh. Karena hal itu, pasien pergi ke bidan setempat. Bidan mengatakan pembukaan masih 2 dan pasien diinapkan untuk proses persalinan di BPS setempat. Pada pukul 07.00, pembukaan sudah lengkap dan bidan membimbing untuk mengejan selama 2 jam akan tetapi bayi belum lahir. Untuk itu, pasien dirujuk ke UGD RSSA dan tiba pada pukul 10.00. Dari kronologis cerita pasien dapat diketahui kesalahan bidan dalam penanganan kala II selama 2 jam, dimana menurut kurva friedman menolong persalinan kala II pada multipara batas waktu yang ditentukan adalah 1 jam. Pasien memiliki 1 orang anak dan ini merupakan kehamilan yang kedua setelah 5 tahun. Tidak pernah mengalami abortus dan KB yang dijalani adalah KB suntik bulanan dan berhenti sejak 1 tahun yang lalu karena ingin hamil. Pasien menjalani perawatan kehamilan sebanyak 8 kali di puskesmas dan bidan mengatakan keadaan pasien dan janin adalah baik. Riwayat pijat, oyok, trauma, dan minum jamu disangkal.

29

3.2.3 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien penting dilakukan untuk membantu proses penegakan diagnosa pada pasien ini. Saat pasien datang ke UGD, keadaan umum pasien tampak lemah tapi masih compose mentis. Setelah diukur tanda-tanda vital pasien didapatkan tensi 110/70, nadi 108 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan tempertaur aksilla 37,2C dan temperatur rektal 37,8C. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatklan anemis konjungtiva, jantung dan paru tidak ditemukan mur-mur, ronkhi dan mengi serta perifer tubuh masih kondisi hangat dan tidak bengkak. Pada pemeriksaan abdomen pasien, didapatkan Tinggi Fundus Uteri 35 cm, dengan pemeriksaan Leopold diperoleh letak janin bujur, BJA 12.11.12/SK, Tafsiran Berat Janin 3720 gram, HIS

10.3.35/sedang-kuat, Meteorismus (+). Dari genetalia eksterna dengan vaginal tussae diperoleh pembukaan 8 cm, effacement : 100%, Hodge: II, ketuban : (-) keruh, portio oedem, presentasi : kepala, caput (+), denominator : UUK arah jam 1, UPD : dalam batas normal. Tanda-tanda komplikasi pada ibu dan janin sebagai tanda partus kasep pada pasien ini adalah komplikasi pada ibu yaitu: ibu tampak kelelahan dan dehidrasi, adanya portio edema, dan meteorismus. Komplikasi pada janin yaitu: pada NST didapatkan hasil patologis, pada akhir proses persalinan tampak air ketuban mekonial. Air ketuban mekonial menunjukkan adanya gangguan oksigenasi pada janin. Frekuensi normal denyut jantung janin adalah antara 120 dan 160 denyutan semenit; selama his frekuensi ini bisa turun tetapi diluar his kembali lagi ke keadaan semula. Selain itu, terdapat tanda-tanda infeksi intrauterine pada pasien ini sebagai tanda partus kasep. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu rectal ibu 37,8C, takikardi maternal 108x/menit, dan leukositosis ibu 23.200/mm3. Berdasarkan criteria Gibbs, seseorang mengalami infeksi intrauterine jika temperature rektal lebih dari 37,6C disertai 2 atau lebih tanda-tanda berikut ini yaitu : takikardi maternal (denyut jantung ibu >100x/menit), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt), uterine tenderness, cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal yang ditandai dengan leukosit >15.000/mm3. Berdasarkan

30

Kriteria Gibbs, dapat dinyatakan bahwa pasien juga mengalami komplikasi akibat partus lama berupa infeksi intrauterine.

3.2.4 Pemeriksaan penunjang Untuk lebih memastikan diagnosis partus kasep dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa NST untuk kasus ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi bayi. Dari hasil NST pada janin pasien ini hasilnya adalah patologis yang berarti terdapat fetal compromised. Pemeriksaan darah lengkap dan faal hemostasis yang dilakukan pada pasien ini untuk mengetahui apakah pada pasien ini terdapat leukositosis yang merupakan tanda infeksi dan gangguan pembekuan darah.

3.3 Penatalaksanaan Permasalahan yang ada dalam penatalaksanaan kasus ini berkaitan dengan rencana terapi, edukasi dan monitoring.

3.3.1 Rencana Terapi Terapi yang diberikan pada kasus ini tidak bersifat holistik, karena hanya dititikberatkan pada aspek medikamentosa. Akan tetapi penting juga untuk memperhatikan aspek nutrisi, psikis dan kehidupan sosial pasien.

3.3.1.1Terapi Medikamentosa Dalam menerapi partus kasep keadaan umum ibu perlu diperbaiki. Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk : 1. Koreksi cairan (rehidrasi) 2. Koreksi keseimbangan asam basa

31

3. Koreksi keseimbangan elektrolit 4. Pemberian kalori 5. Pemberantasan infeksi 6. Penurun panas Untuk itu diperlukan pemasangan infus sebagai akses masuknya cairan, kalori dan elektrolit. Kateter urin perlu dipasang untuk mengontrol produksi urin. Pada pasien dapat diberikan infus dekstrosa 5% sebagai sumber kalori dan cairan dapat diberikan menurut kebutuhan. Koreksi asam basa dapat dilakukan dengan pengukuran karbondioksida darah dan pH. Selain itu juga diperlukan pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral. Apabila ibu mengeluh demam dapat diberikan penurun panas berupa kompres, atau injeksi Xylomidone. Selain itu pada partus kasep, harus segera dilakukan terminasi persalinan. Bila syarat persalinan pervaginam memenuhi dapat dilakukan ekstraksi vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi. Bila syarat persalinan

pervaginam tidak terpenuhi maka dilakukan bedah sesar (Kumboyo, 2001). Pada pasien dilakukan operasi sectio cesaria atas indikasi partus kasep dan fetal compromised. Terapi pasca operasi juga diberikan kepada pasien yaitu terapi antibiotik sebagai terapi infeksi, terapi anti nyeri, penekan asam lambung, menghentikan perdarahan, dan tambahan vitamin.

3.3.1.2 Terapi Keperawatan Dari hasil anamnesis dengan pasien, pasien masih kurang mengetahui dengan jelas mengenai apa itu partus kasep, faktor resiko serta pengobatan dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tujuan asuhan keperawatan adalah : 1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya. 2. Melaksanakan skrining yang komprehensif,

mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

32

3. Memberikan perawatan

pendidikan kesehatan diri,

kesehatan nutrisi,

tentang keluarga

berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan penerangan keluarga berencana.

Penjelasan tentang penyakit Menjelaskan kepada pasien tentang partus kasep yaitu persalinan yang

mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara. Komplikasi yang terjadi juga perlu dijelaskan pada pasien yaitu ibu mengalami infeksi intrauterine sehingga perlu mendapatkan perawatan dan pengobatan di rumah sakit yang lebih lama, edema pada jalan lahir dan pada bayi terjadi asfiksia sedang.

Faktor resiko Menjelaskan kepada pasien bahwa pada pasien dapat terjadi partus kasep

mungkin disebabkan karena keterlambatan dalam perujukan pasien ke Rumah Sakit sementara persalinan lama dan komplikasi telah terjadi. Menjelaskan juga kepada pasien faktor resiko lain yaitu ukuran bayi yang besar yaitu 4 kg.

Pengobatan Menjelaskan pada pasien pengobatan yang diberikan selain medikamentosa

juga perlu adanya personal care dari individu masing-masing termasuk gaya hidup dalam menjaga hyegenitas dan pola makan yang teratur serta memenuhi gizi yang diharuskan. Pilihan operasi sesar merupakan terapi pilihan dikarenakan bayi dalam keadaan fetal compromised dan sudah terjadi komplikasi lain. Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain : 1. Infeksi puerperal ( Nifas )

33

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari - Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung - Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik 2. Perdarahan - Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka - Perdarahan pada plasenta bed 3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi 4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

3.3.1.3 Terapi Nutrisi Pasien post operasi membutuhkan nutrisi yang cukup dan bergizi untuk membantu penyembuhan luka operasi. Disarankan pasien mengomsumsi diet yang tinggi protein seperti putih telur, ikan, daging dan tempe. Jika pasien mampu harus disarankan mengkomsumsi ekstrak kutuk yang tinggi kandungan protein. Selain itu, pasien juga harus mengkomsumsi makanan bergizi yang lengkap sesuai piramida makanan.

3.3.2 KIE Memberikan penjelasan yang edukatif kepada pasien tentangpartus kasep, faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan tersebut dan keadaan seperti apa yang harus dihindari serta komplikasi apa yang dapat ditimbulkan. Selain itu juga menjelaskan kepada pasien tentang jenis tindakan yang dilakukan, resiko tindakan, tindakan pasca operasi dan komplikasi akibat tindakan yang telah dilakukan. Setelah pasien dibenarkan pulang, informasikan ke pasien kapan harus kontrol ulang, memakan makanan yang bergizi, jaga kebersihan diri, luka operasi dan kebersihan daerah genetalia serta lakukan mobilisasi dini

34

3.3.2.1 Psikologis Faktor psikologis seringkali tidak diperhatikan karena secara umumnya, pasien dengan partus kasep diperkirakan tidak merasa kehilangan seperti wanita yang mengalami keguguran. Namun hakikat yang sebenarnya, pasien dapat juga mengalami trauma sehingga mengurangi fertilitas. Dukungan mental harus diberikan sebagai langkah pencegahan dan juga mencegah kejadian berulang.

3.3.3 Rencana Monitoring Pada kasus ini, pasien harus dirawat inapkan setelah operasi dan dievaluasi kondisi pasca operasi. Dilakukan juga pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan tanda-tanda vital, monitor keluhan subjektif pasien dan juga tandatanda akut abdomen.

BAB IV

35

PENUTUP

4.1 Kesimpulan 1. Pasien didiagnosa partus kasep atas dasar kala 1 fase aktif lama (prolonged active phase) yang kemudian diikuti dengan komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin 2. Penyebab terjadinya partus kasep pada pasien studi kasus adalah karena penolong yang terlambat mengenali dan merujuk pasien. 3. Tindakan yang harus segera dilakukan pada partus kasep adalah resusitasi intrauterine berupa pemberian oksigen, memposisikan ibu miring ke kiri, rehidrasi cairan dengan ringer laktat/ garam fisiologis 1000cc dan segera terminasi kehamilan sesuai indikasi. 4.2 Saran 1. Diperlukan ketepatan dan ketelitian dalam melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, terutama dalam mendiagnosis partus kasep untuk mengetahui faktor predisposisi terjadinya partus kasep 2. Diperlukan pengawasan dan tindakan yang tepat dalam menangani partus kasep untuk menghindari komplikasi yang membahayakan nyawa janin dan ibu 3. Diperlukan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), empati dan dukungan psikologis yang memadai dan konstruktif pada pasien dan keluarga mengenai partus kasep pada pasien sehingga memerlukan perawatan antenatal secara berkala ke health provider pada kehamilan berikutnya.

36

Anda mungkin juga menyukai