Anda di halaman 1dari 3

Kekerasan yang di lakukan oleh pelajar dan mahasiswa DIY 2010-2011

Beberapa waktu lalu kita menyaksikan baik melalui media massa atau elektronik terkait dengan banyaknya tawuran yang dilakukan oleh oknum pelajar baik di Jakarta maupun di kota besar, seperti Yogyakarta. Tawuran yang dilakukan antarpelajar ini sudah masuk dalam kategori perbuatan menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan oleh pelajar. Pada tahun 2010 angka tawuran yang dilakukan oleh pelajar sebanyak 128 kasus, dari jumlah tersebut sedikitnya 40 orang meninggal dunia. Setahun selanjutnya angka tawuran antarpelajar melonjak dua kali lipat menjadi 339 kasus dan mengakibatkan sedikitnya 82 orang tewas (Kompas, 21/12/2011). Dari jumlah kasus tawuran yang dilakukan oleh pelajar tersebut banyak mengisahkan luka dalam baik orang tua, guru, masyarakat pada umumnya. Sebab, dengan adanya kejadian tersebut sarana dan prasarana milik umum juga ikut rusak karena ulah para pelajar tersebut. Dalam analisis Komnas perlindungan anak mengatakan bahwa terjadinya tawuran antarpelajar tersebut disebabkan karena anak tersebut memiliki karakter peniru ulung, emosi terganggu, reaktif, tidak disiplin, kurang berhati nurani, kurang memahami perilaku dan spiritual yang lemah, serta kurangnya mengenal toleransi, pluralisme, demokrasi dan hak asasi manusia. Wujud Ekspresi Apa yang dilakukan oleh pelajar menurut saya merupakan wujud dari salah satu ekspresi dalam meluapkan kekecewaannya terhadap pendidikan yang dinilai kacau. Mulai dari kurikulum yang selalu berubah-ubah serta cara pengajaran pendidik yang dinilai kurang menguasai apa yang semustinya disampaikan. Adanya tawuran antarpelajr tersebut pada awalnya karena adanya pemaksaan oleh pelajar. Pemaksaan ini akan memunculkan tirani yang mana ini akan menimbulkan tindakan-tindakan melenceng/perbuatan negatif, seperti merusak tempat-tempat umum dan akhirnya akan akan menggangu masyarakat umum. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi aksi tawuran antarpelajar sebaiknya kita kembalikan ke pendidikan. Karena pendidikan merupakan institusi paling penting untuk mendidik generasi muda agar memiliki sikap, perilaku, mental. Pendidikan sebaiknya tidak berorientasi pada nilai ataupun peserta didik paham materi yang disampaikan. Akan tetapi sebagai seorang pendidik (Guru/pengajar) diharapkan mampu memberikan pencerah kepada peserta didik agar berkelakuan baik ataupun tidak melakukan tindakan anarkis, sebab seorang pendidik merupakan orang pertama bersentuhan langsung dengan peserta didik dan ini merupakan agen perubahan yang efektif dalam menularkan atau mengajarkan pendidikan kepada peserta didik. Apa yang dilakukan pelajar tersebut merupakan tindakan yang menurut saya sudah menyimpang dari peran dan tugas pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Tugas pelajar seharusnya meneruskan dan mengimplementasikan ilmunya, bukannya melakukan melakukan tawuran antarpelajar dan yang pada akhirnya menggangu masyarakat umum dalam menggunakan sarana dan prasarana umum. Ini tentunya akan mencoreng peran mahasiswa sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Pada akhirnya tindakan tawuran yang diwarnai dengan aksi kekerasan ini tidak terulang kembali. Karena tindakan yang dilakukan oleh pelajar bukanlah sebuah budaya kekerasan antarpelajar, melainkan sesuatu yang bisa muncul kapan saja. Salah satunya untuk meminimalisasi tindakan kekerasan adalah dengan pendekatan edukatif atau pendidikan. Pendekatan edukatif ini bisa berupa penguatan pendidikan karakter. Mengapa harus penguatan pendidikan karakter, karena pendidikan karakter akan melahirkan suatu budaya. Dan budaya ini diharapkan akan melahirkan tradisi yang bukan anarkis. Wallahualam.

sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara , antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita.

Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat.Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut. Sebenarnya jika kita mau melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat kestressan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah. Sebagaimana kita tahu bahwa materi pendidikan sekolah di Indonesia itu cukup berat . Akhirnya stress yang memuncak itu mereka tumpahkan dalam bentuk yang tidak terkendali yaitu tawuran. Dari aspek fisik,tawuran dapat menyababkan kematian dan luka berat bagi para siswa. Kerusakan yang parah pada kendaraan dan kaca gedung atau rumah yang terkena lemparan batu.sedangkan aspek mentalnya , tawuran dapat menyebabkan trauma pada para siswa yang menjadi korban, merusak mental para generasi muda, dan menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia. Setelah kita tahu akar permasalahannya , sekarang yang terpenting adalah bagaimana menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan ini. Dalam hal ini, seluruh lapisan masyarakat yaitu, orang tua , guru/sekolah dan pemerintah. Pendidikan yang paling dasar dimulai dari rumah.Orang tua sendiri harus aktif menjaga emosi anak. Pola mendidik juga barangkali perlu dirubah.Orang tua seharusnya tidak mendikte anak, tetapi memberi keteladanan.Tidak mengekang anak dalam beraktifitas yang positif. Menghindari kekerasan dalam rumah tangga sehingga tercipta suasana rumah yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembang si anak Menanamkan dasar-dasar agama pada proses pendidikan. Tidak kalah penting adalah membatasi anak melihat kekerasan yang ditayangkan Televisi. Media ini memang paling jitu dalam proses pendidikan.Orang tua harus pandai-pandai memilih tontonan yang positif sehingga bisa menjadi tuntunan buat anak.Untuk membatasi tantonan untuk usia remaja memang lumayan sulit bagi orang tua.Karena internetpun dapat diakses secara bebas dan orang tua tidak bisa membendung perkembangan sebuah teknologi Filter yang baik buat anak adalah agama dengan agama si anak bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh buruk apapun dan dari manapun.Dan pendidikan anak tidak seharusnya diserahkan seratus persen pada sekolah. Peranan sekolah juga sangat penting dalam penyelesaian masalah ini. Untuk meminimalkan tawuran antar pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat, agar siswa/i tidak seenaknya keluyuran pada jam jam pelajaran di luar sekolah. Yang kedua peran BK ( Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga mengkondisikan suasana sekolah yang ramah dan penuh kasih sayang . Peran guru disekolah semestinya tidak hanya mengajar tetapi menggatikan peran orang tua mereka. Yakni mendidik.Yang keempat penyediaan fasilitas untuk menyalurkan energi siswa. Contohnya menyediakan program ektra kurikuler bagi siswa.Pada usia remaja energi mereka tinggi, sehingga perlu disalurkan lewat kegiatan yang positif sehingga tidak berubah menjadi agresivitas yang merugikan. Dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler Ini sekolah membutuhkan prasarana dan sarana, seperti arena olahraga dan perlengkapan kesenian, yang sejauh ini di banyak sekolah belum memadai, malah cenderung kurang. Oleh karenanya, pemerintah perlu mensubsidi lebih banyak lagi fasilitas olahraga dan seni. Dari segi hukum demikian juga.Pemerintah harus tegas dalam menerapkan sanksii hukum Berilah efek jerah pada siswa yang melakukan tawuran sehingga mereka akan berpikir seratus kali jika akan melakukan tawuran lagi.Karena bagaimanapun mereka adalah aset bangsa yang berharga dan harus terus dijaga untuk membangun bangsa ini. Perubahan sosial yang diakibatkan karena sering terjadinya tawuran, mengakibatkan norma-norma menjadi terabaikan. Selain itu,menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek hubungan social masyarakatnya.. Dalam bukunya yang berjudul Dinamika Masyarakat Indonesia, Prof. Dr. Awan Mutakin, dkk berpendapat bahwa sistem sosial yang stabil ( equilibrium ) dan berkesinambungan ( kontinuitas ) senantiasa terpelihara apabila terdapat adanya pengawasan melalui dua macam mekanisme sosial dalam bentuk sosialisasi dan pengawasan sosial (kontrol sosial). 1. Sosialisasi maksudnya adalah suatu proses dimana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri kepada adapt istiadat ( norma ) suatu kelompok yang ada dalam sistem social , sehingga lambat laun yang bersangkutan akan merasa menjadi bagian dari kelompok yang bersangkutan.

2.

Pengawasan sosial adalah, proses yang direncanakan atau tidak direncanakan yang bertujuan untuk mengajak, mendidik atau bahkan memaksa warga masyarakat, agar mematuhi norma dan nilai. Pengertian tersebut dipertegas menjadi suatu pengendalian atau pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya. (Soekanto,1985:113).

Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/fenomena-tawuran-antar-pelajar#ixzz1pqmlRhVs

Anda mungkin juga menyukai