Anda di halaman 1dari 7

Nama NIM Jurusan MK

: Fiqih Dwimurti K. : 0901113499 : Hubungan Internasional : Seminar Ekonomi Politik Internasional

Rangkuman Teori-Teori Ekonomi Politik Internasional

1. Teori Feminis Liberal Merupakan teori yang berorientasi pada perspektif gender, yang muncul sebagai reaksi terhadap teori pembangunan liberal di mana cara pandang maskulin tentang dunia merupakan dalih semua ilmu pengetahuan, sehingga perspektif wanita seringkali hanya diabaikan. Aliran ini berpendapat bahwa perbedaan antara kaum perempuan dan lelaki yang akan diserap dalam proses pembangunan dan modernisasi adalah suatu kesalahan dalam difusi, bukan dianggap sebagai kesalahan model teori itu sendiri.1 Menurut teori feminis liberal, kesetaraan perempuan bisa dicapai dengan menghilangkan segala bentuk halangan-halangan yang telah menyebabkan perbedaan hak perempuan dan laki-laki, yang salah satunya disebabkan oleh kepercayaan sikap tradisional kaum perempuan. Adapun fokus teori ini yaitu masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan pengungsi, ketidakmerataan pendapatan antara perempuan dengan laki-laki, pelanggaran HAM seperti human trafficking, korban pemerkosaan dalam perang, serta melihat posisi perempuan di dalam dunia politik dan seberapa besar pengaruh mereka di dalam pembuatan kebijakan. 2. Teori Ketergantungan dan Sistem Dunia Merupakan teori yang berkaitan dengan konsep sistem dunia beserta perubahanperubahan yang terjadi atasnya. Teori ini timbul sebagai respon dari Dunia Ketiga terhadap negara-negara maju (Barat) yang disebabkan oleh gejolak keterbelakangan yang kronis dan berkelanjutan serta ketergantungan yang sulit untuk diatasi akibat intervensi kapital dan hutang luar negeri yang sangat mengikat. Berdasarkan teori ini, sistem dunia terbagi menjadi tiga kelompok kekuatan besar, yaitu negara-negara inti (pusat industri), negara sebagai semi

Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002) hal. 149.

periferi, dan negara-negara pinggiran.2 Adapun hal ini didukung dengan telaah historis di mana hubungan antara masyarakat pusat dan pinggiran merupakan sumber dari situasi ketergantungan dan keterbelakangan. Salah satu pencetus teori ini yaitu Paul Baran dan Fernando Henrique Cardoso. 3. Teori Ketergantungan dalam Konteks Faktor Internal dan Eksternal Teori ini utamanya dicetuskan oleh Dos Santos yang mengemukakan bahwa seberapa jauh efek situasi internasional mempengaruhi realitas nasional ditentukan oleh faktor internal/domestik. Dalam hal ini, asumsi teori ketergantungan dapat dipahami dengan indikasi sebagai berikut: a) ketergantungan merupakan suatu kondisi di mana negara-negara dibatasi oleh lingkungan internasional sebagai akibat dari keterbelakangan maupun efek pembangunan yang menyimpang; b) ketergantungan merupakan fungsi dari kapitalisme internasional; c) konsekuensi pembangunan dalam kondisi ketergantungan cenderung negatif keseimbangannya; dan d) diperlukan telaah historis dalam memahami kondisi ketergantungan.3 Kelemahan teori ini yaitu hampir tidak pernah menyinggung sosialisme sebagai variabel pengaruh misalnya sebagai akibat dari pola hubungan atau interaksi antara negara komunis dengan Eropa Timur atau Vietnam, Amerika Latin, maupun negara-negara lainnya di Afrika. 4. Teori Keterbelakangan Merupakan teori yang berawal dari diskusi besar antara para ahli dan ekonom-teknokrat negara-negara Amerika Latin pada tahun 1965 di Meksiko. Teori ini dicetuskan oleh Andre Gunder Frank, Theotonio Dos Santos, Fernando Henrique Cardoso, dan lain-lain. Adapun sebenarnya penggagas mengenai keterbelakangan muncul dari pemikiran Paul Baran yang berasumsi bahwa proses eksploitasi oleh pihak asing dalam hubungan ekonomi yang tidak adil merupakan faktor utama yang menyebabkan keterbelakangan negara-negara di Amerika Latin. Dalam perkembangannya, teori keterbelakangan ini mencakup pula ke substansi ketergantungan di mana keduanya seringkali dibahas dan dikaitkan secara bersamaan secara terpadu dengan tema sentral Ketergantungan dan Keterbelakangan (Dependency and Under Development).4 5. Teori Interdependensi
2

Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional 2: Impelementasi Konsep dan Teori, (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal. 169. 3 ibid., hal. 173. 4 ibid., hal. 175.

Konsepnya dipelopori oleh Keohane dan Yosef Nye, yaitu negara-negara sedang berkembang atau negara-negara terbelakang diyakini belum terlambat untuk bangkit dan mempertegas kemampuan serta kapabilitas dirinya, sehingga tingkat ketergantungannya dapat diubah menjadi tingkat kesalingtergantungan, kemudian dari tingkat keterbelakangan ke tingkat kemajuan dengan mengikuti arus global yang sudah tidak mungkin dicegah. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi saling pengertian antar satu pihak dengan pihak lain dalam pemenuhan kebutuhan hidup masing-masing secara adil dan berimbang. Prinsip kesalingtergantungan ini menurut Keohane dan Nye didasarkan atas dua perspektif, yaitu a) bersifat ekonomi, dengan mempertemukan kekurangan melalui keunggulan komparatif masyarakat; dan b) pandangan politik yang berawal dari pertanyaan politis who gets what, why and how?.5 Selanjutnya, konsep ketergantungan ini juga perlu dihubungkan dengan power yang menunjukkan kompleksitas perkembangannya dari waktu ke waktu. 6. Teori Stabilitas Hegemonik Struktur internasional dalam teori stabilitas hegemonik biasanya didefinisikan sebagai distribusi kekuatan dalam sistem internasional yang kapitalis dibandingkan distribusi kekuatan dalam politik internasional secara keseluruhan. Artinya, dalam sistem internasional diperlukan suatu hegemon (negara yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer) yang berfungsi untuk mengatur dan menjamin terbentuknya suatu sistem pasar yang bebas. Versi awal teori ini dikemukakan oleh Charles Kindleberger pada 1973 dan kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Robert Gilpin pada 1987.6 Teori stabilitas hegemonik tidak murni merkantilis, melainkan juga menyisipkan elemen liberal. Dalam hal ini contohnya adalah Bank Dunia dan IMF yang dijadikan sarana bagi Amerika Serikat dalam menyebarkan nilai-nilai liberalisme untuk menciptakan sistem ekonomi kapital dan juga membendung ekspansi dari Uni Soviet dan negara-negara di Timur. Adapun sumber kekuatan ekonomi menurut teori stabilitas hegemonik Kindleberg terdapat pada tiga hal, yakni hegemoni, norma liberal, dan kepentingan yang sama. 7. Teori Evolusi Teori evolusi lahir setelah revolusi industri dan revolusi Perancis pada abad ke-19 yang merupakan warisan pengaruh zaman pencerahan terutama yang berkaitan erat dengan dampaknya terhadap pemikiran manusia mengenai perubahan sosial. Munculnya teori ini
5 6

Ibid., hal. 183. Robert Jackson & Georg Sorensen, Ekonomi Politik Internasional dalam Pengantar Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 247.

didasarkan atas enam asumsi mengenai perubahan, yaitu perubahan dilihat sebagai sesuatu yang natural, imanent, dereksional, kontinyu, suatu keharusan, dan berjalan melalui alasan yang sama.7 Auguste Comte merupakan filosof yang menjadikan teori evolusi sebagai ilmu pengetahuan sosial positivistik walaupun pada awalnya teori ini berkembang dari pemikiran Frederich Hegel. Berdasarkan teori ini, masyarakat akan mengalami perkembangan dari tradisional menjadi modern namun memerlukan proses yang terdiri dari fase theological di mana massyarakat dikuasai oleh pendeta dan diperintah oleh militer, kemudian beralih ke fase methapyshical yang didasarkan pada pemikiran filosofis manusia, dan akhirnya sampai di fase scientific atau positive di mana masyarakat sudah memahami hukum alam dan eksperimentasi ilmiah. Teori evolusi sangat berpengaruh terhadap hampir semua teori mengenai perubahan sosial setelahnya seperti teori fungsionalisme maupun teori-teori modernisasi dan pembangunan. 8. Teori Fungsionalisme Teori fungsionalisme merupakan kritik terhadap teori evolusi yang pada awal munculnya di tahun 1930-an dikenal sebagai teori structural-fungtionalism dan dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Parsons. Teori ini berhubungan erat dengan beberapa teori pembangunan seperti human capital theory dan teori modernisasi. Berdasarkan teori ini, masyarakat dipandang sebagai bagian-bagian yang saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang secara terus menerus mencari keseimbangan dan harmoni diantaranya. Jika terjadi perubahan pada satu bagian, maka bagian yang lain akan ikut mengalami perubahan secara teratur dan selalu menuju keseimbangan yang baru. Teori ini memandang konflik sebagai gagal fungsinya integrasi sosial dan keseimbangan sehingga haruslah dihindari dengan dipertahankannya status quo. Dalam proses perubahan yang terjadi, tidak ditentukan berapa lama waktu evolusi yang dibutuhkan.8 9. Teori Modernisasi Teori modernisasi merupakan tanggapan dari kaum intelektual terhadap Perang Dunia yang dianggap sebagai jalan optimistis menuju perubahan oleh kaum evolusi. Teori ini muncul pada tahun 1950-an di Amerika Serikat dan menjadi penemuan teori terpenting dalam sejarah
7 8

Fakih. op. cit., hal. 48. ibid., hal. 51.

kapitalisme di bawah kepemimpinan AS. Pada dasarnya, teori ini dalam perkembangannya telah menjadi sebuah ideologi daripada hanya sekedar gagasan mengenai perubahan sosial. Hal ini berkaitan dengan lahirnya teori ini pada saat memasuki periode Perang Dingin sehingga teori modernisasi konteksnya terlibat dalam peperangan ideologi dan teori antara kapitalisme dan sosialisme. Selain itu, perkembangannya juga dipengaruhi oleh dukungan dana dan politik yang sangat besar dari pemerintah dan organisasi maupun perusahaan swasta di AS dan negaranegara liberal lainnya. Adapun penggunaan teori ini dalam kalangan internasional seringkali disamaartikan dengan pembangunan. W.W. Rostow, bapak dari teori pembangunan dan pertumbuhan yang membentangkan pandangannya mengenai modernisasi sebagai cara untuk membendung sosialisme. Teori Rostow berfokus pada faktor manusia dengan menggunakan metafora pertumbuhan, di mana perubahan sosial merupakan proses evolusi dari tradisional ke modern. Pandangan Rostow mengenai teori perubahan sosial tersebut diuraikan dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic Growth yang menjelaskan terdapat lima tahapan pembangunan ekonomi terjadi: a) masyarakat tradisional; b) prakondisi tinggal landas; c) masyarakat tinggal landas; d) menuju kedewasaan; dan e) era konsumsi tinggi.9 10. Teori Penciptaan Tenaga Kerja Merupakan kritik terhadap teori pertumbuhan sebagai hasil dari misi kunjungan dan studi badan PBB International Labour Organization (ILO) ke beberapa negara seperti Kolombia, Kenya dan Sri Lanka.10 Berdasarkan hasil kunjungan dan studi tersebut diketahui bahwa penerapan teori pembangunan pertumbuhan pada saat yang sama telah meningkatkan pertumbuhan di sisi positif dan pengangguran di sisi negatif. Hal ini telah menimbulkan gagasan bahwa kebijakan pertumbuhan haruslah diorientasikan pada penyerapan tenaga kerja, yang terutama ditujukan pada sektor informal. Dengan demikian, para pengusaha sektor informal memiliki kesempatan akses mendapatkan modal dalam kompetisi dengan aktor sektor formal. Penciptaan tenaga kerja juga ditekankan pengembangannya di daerah pedesaan yang padat karya dalam teknik produksi pertanian. 11. Teori Pilihan Publik

10

ibid., hal. 58. ibid., hal. 62.

Teori pilihan publik merupakan teori yang menerapkan metode-metode ekonomi terhadap politik.11 Teori ini masih relatif baru jika dibandingkan dengan teori-teori ekonomi lainnya. Fokus teori ini adalah pada individu yang membuat pilihan, baik itu pilihannya maupun perilaku maksimalisasi yang dilakukannya. Hasil dari keputusan-keputusan pribadi tersebut kemudian menimbulkan dampak yang bersifat publik, kolektif, atau tidak dapat dibagibagi. Dalam teori ini, ekonomi dan politik merupakan dua penerapan khusus yang berbeda tetapi bukan dua bahasan ilmiah yang berbeda. Teori pilihan publik memahami politik hanya sekedar sebagai institusi-institusi dan proses-proses pemenuhan kebutuhan individu berkaitan dengan barang-barang yang bersifat publik atau kolektif. Adapun teori ini memiliki dua aliran, yaitu teori pilihan publik normatif dan teori yang positif. Teori pilihan publik aliran normatif berkaitan dengan kerangka konstitusional di mana proses politik terjadi, sedangkan aliran positifnya berusaha untuk menjelaskan perilaku politik berdasarkan konsep teori pilihan publik itu sendiri. Salah satu pencetus teori ini adalah Kenneth Arrow dengan menerbitkan bukunya yang berjudul Social Choice and Individual Values pada tahun 1951.

Referensi

Jackson, Robert & Georg Sorensen, 1999. Introduction to International Relations. Di dalam Kamdani, ed. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. New York: Oxford University Press Inc.
11

James A. Capuraso & David P. Levin, Theories of Political Economy, (Cambridge: Cambridge University

Press, 1992), hal. 319.

Fakih, Mansour, 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ikbar, Yanuar, 2007. Ekonomi Politik Internasional 2: Impelementasi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama. Capuraso, James A. & David P. Levine, 1992. Theories of Political Economy. Di dalam Saifuddin Zuhri Qudsy, ed. 2008. Teori-teori Ekonomi Politik. Cambridge: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai