Anda di halaman 1dari 47

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Larutan dapat dibedakan menjadi tiga golongan,yaitu bersifat asam,basa dan netral.

Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu dan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Basa terdapat pada deterjen,obat-obatan dan pasta gigi. Dan asam terdapat pada makanan,minuman kaleng dan buah-buahan. Istilah asam(acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Dan juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan. Kini telah tersedia cara praktis untuk menunjukkan keasaman atau kebasaan, yaitu dengan menggunakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat-zat warna yang mampu menunjukkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Salah satu indikator adalah kertas lakmus dan indikator unuversal.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah sifat larutan yang ditentukan dengan kertas lakmus? C. Tujuan Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: Menentukan sifat beberapa larutan dengan kertas lakmus. D. Manfaat Penelitian Praktikum ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Bagi pelajar, siswa dapat mengetahui sifat larutam menggunakan kertas lakmus. 2. Bagi guru, dapat menjadikan laporan ini sebagai acuan dalam pembelajaran. 3. Bagi tenaga penyuluh, praktikum ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan siswa.

4. Bagi peneliti, praktikum ini dapat dijadikan kajian awal untuk melakukan penelitian lanjutan.

Bab II Landasan Teori Asam4 ) zat tersebutKekuatan suatu zat ditentukan oleh derajat ionisasi ( yang dapat dinyatakan dengan tetapan kesetimbangan asam (Ka). Harga kesetimbangan asam merupakan ukuran kekuatan asam, yaitu bila asam makin kuat maka harga Ka makin besar, sedangkan bila asam makin lemah maka harga Ka makin kecil. Basa4 Kekuatan suatu zat ) zat tersebut yang dapat dinyatakanditentukan oleh derajat ionisasi ( dengan tetapan kesetimbangan basa (Kb). Harga kesetimbangan basa merupakan ukuran kekuatan basa, yaitu bila basa makin kuat maka harga Kb makin besar, sedangkan bila basa makin lemah maka harga Kb makin kecil. Asam-Basa menurut Arrhenius Pada tahun1884,Svante Arrhenius (1859-1897) seorang ilmuwan Swedia yang memenangkan hadiah Nobel atas karyanya di bidang ionisasi, memperkenalkan pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai menjadi bagian ion-ion dalam larutan. Dia menjelaskan bagaimana kekuatan asam dalam larutan aqua (air) tergantung pada konsentrasi ion-ion hidrogen di dalamnya. Asam: senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+. Basa : senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-. Asam-Basa menurut Bronsted-Lowry Pada tahun 1923,seorang ahli dari Denmark bernama Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry dari Inggris yang bekeja sendiri-sendiri, tetapi dalamwaktu yang bersamaan mengembangkan konsep asam-basa berdasarkan serah terima proton H+. Konsep asam-

basa berdasarkan serah terima proton ini dikenal dengan konsep asam-basa BronstedLowry. Asam: spesi yang memberikan proton Basa : spesi yang menerima proton LAKMUS Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah. Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam air. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini: Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru. Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini. Penambahan ion hidroksida: Penambahan ion hidrogen: Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding: Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya. Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 - hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.

Indikator4 Sifat asam atau basa pada suatu larutan, dapat diketahui dengan suatu petunjuk atau indikator. Pada umumnya, indikator adalah asam atau basa organik lemah yang warnanya dapat berubah pada kondisi pH tertentu. Lakmus merupakan salah satu zat dari ribuan zat yang digunakan sebagai indikator. Jika lakmus merah menjadi biru berarti larutan tersebut bersifat basa sebaliknya, jika lakmus biru menjadi merah berarti larutan tersebut bersifat asam. Berikut beberapa contoh indikator yang biasa digunakan dalam penentuan sifat larutan. No Indikator Trayek pH Warna (Asam) Warna (Basa) 1 Timol Biru 1,8-2,8 Merah Kuning 2 Metil jingga 3,1-4,4 Merah Kuning 3 Metil merah 4,2-6,2 Merah Kuning 4 Lakmus 4,5-8,3 Merah Biru 5 Brom kesol hijau 3,8-5,4 Kuning Biru 6 Brom kesol ungu 5,2-6,8 Kuning Ungu 7 Bromtimol biru 6,0-7,6 Kuning Biru 8 Fenulftalein 8,3-9,6 Tidak berwarna Merah 9 Alzarin kuning 10,1-12,0 Kuning Merah

Bab III

PRAKTIKUM Tujuan praktikum: 1. Menentukan sifat beberapa larutan dengan kertas lakmus. 2. Untuk melatih keterampilan melakukan pengukuran kertas lakmus untuk mengetahui sifat dari larutan tersebut. 3. Agar mengenal peralatan laboratorium secara nyata. Alat: 1. Pelat tetes 2. Pipet tetes 3. Kertas lakmus merah dan biru Bahan: 1. Air sumur 2. Air kapur 3. Larutan cuka 4. Air jeruk nipis 5. Air sabun 6. Alkohol 7. Air gula 8. Larutan NaCl 9. Obat tetes mata 10. Amoxicillin 11. Air teh 12. Air kopi 13. Air susu 14. Air sirih

Unjuk Kerja: 1. Siapkan alat-alat dan bahan-bahannya. 2. Gunting masing-masing sehelai kertas lakmus merah dan biru sepanjang 1 cm. Prosedur penentuan sifat larutan air sumur: 1. Mencuci alat-alat praktikum dengan cara mengalirkan air bersih pada alat-alat praktikum. 2. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 3. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air sumur. 4. Amati perubahan warna yang terjadi. 5. Catat pengamatan Anda. 6. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat larutan air kapur: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air kapur. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan.

Prosedur penentuan sifat larutan cuka: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan Larutan cuka. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan.

Prosedur penentuan sifat air jeruk nipis: 1.Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air jeruk nipis. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan.

Prosedur penentuan sifat air sabun: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air sabun. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat larutan alkohol: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan alkohol. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat air gula: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air gula. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan.

Prosedur penentuan sifat larutan NaCl: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan larutan NaCl. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat obat tetes mata: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan obat tetes mata. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat larutan Amoxcillin: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan Amoxicillin. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat air teh: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air teh. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan.

Prosedur penentuan sifat air kopi: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2.Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air kopi. 3.Amati perubahan warna yang terjadi. 4.Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat air susu: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air susu. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda 5. Perkirakan pH larutan. Prosedur penentuan sifat air sirih: 1. Sediakan kertas lakmus dan guntinglah kertas lakmus merah dan biru. 2. Letakkan masing-masing kertas lakmus kedalam satu lekukan pelat tetes, lalu teteskan air sirih. 3. Amati perubahan warna yang terjadi. 4. Catat pengamatan Anda. 5. Perkirakan pH larutan.

BAB IV Hasil Pengamatan Larutan Perubahan warna Sifat Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru Asam Basa netral Air Sumur Merah Biru Air Kapur Biru Biru Larutan Cuka Merah Merah Air Jeruk Merah Merah Air Sabun Biru Biru Alkohol Merah Merah Air Gula Merah Merah Larutan NaCl Merah Merah Obat Tetes Mata Merah Merah Larutan Amoxicillin Merah Merah Air Teh Merah Merah Air Kopi Merah Merah Air susu Merah Merah Air Sirih Merah Merah

BAB V Pembahasan kertas lakmus ada 2 yaitu, kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Dari kedua kertas lakmus ini dapat menentukan sifat larutan dari bahan makanan yang kita teliti. Sifat larutan dari bahan yang kita teliti adalah bersifat asam, basa, dan netral. Larutan tersebut akan bersifat, antara lain : Bersifat asam, apabila kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah. Sedangkan kertas lakmus merah tetap berwarna merah. Bersifat basa, apabila kertas lakmus merah berubah warna menjadi biru, sedangkan kertas lakmus biru tetap berwarna biru. Bersifat netral, apabila kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru tetap berwarna biru. Dan kertas lakmus merah berubah warna biru, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Dari hasil pengamatan kami, membuktikan bahwa : Bersifat asam, Larutan cuka Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Air jeruk Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Alkohol Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Air gula Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Larutan NaCl Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah.

Obat tetes mata Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Larutan amoxicillin Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Air teh Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Air kopi Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Air susu Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Air sirih Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna merah. Bersifat basa, Air sabun Kertas lakmus biru tetap berwarna biru, sedangkan kertas lakmus merah berubah warna biru. Air kapur Kertas lakmus biru tetap berwarna biru, sedangkan kertas lakmus merah berubah warna biru. Bersifat netral, Air sumur Kertas lakmus merah tetap berwarna merah, sedangkan kertas lakmus biru berubah warna biru.

BAB VII Penutup 01. Kesimpulan Berdasarkan permasalahan dan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Suatu larutan akan bersifat asam, bila kertas lakmus merah tetap berwarna merah. Sedangkan kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah. b. Suatu larutan akan bersifat basa, bila kertas lakmus merah tetap berwarna biru. Sedangkan kertas lakmus biru tetap berwarna biru. c. Suatu larutan akan bersifat netral, bila : Kertas lakmus merah serta kertas lakmus biru tetap berwarna asalnya (tidak berubah). Kertas lakmus merah berubah warna biru dan kertas lakmus biru berubah warna merah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, banyak senyawa asam dan basa yang ditemui dalam kehidupan kita. Asam misalnya terdapat pada makanan, minuman kaleng dan buah-buahan, sedangkan basa misalnya terdapat pada detergen, obat, dan odol. Buah pun memiliki rasa asam karean ada senyawa asam dikandungannya, contohnya jerukyang mengandung asam sitrat. Asam sitrat berfungsi memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perubahan warna larutan jika ditetesi atau di uji dengan beberapa indikator ? 2. Bagaimana pH yang terbentuk dari penelitian atau percobaan di atas ? C. Tujuan Masalah Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: memperkirakan pH larutan dengan menggunakan beberapa indikator. D. Manfaat Masalah 1) Bagi pelajar, siswa dapat mengetahui sifat larutam menggunakan kertas lakmus. 2) Bagi guru, dapat menjadikan laporan ini sebagai acuan dalam pembelajaran. 3) Bagi tenaga penyuluh, praktikum ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan siswa. 4) Bagi peneliti, praktikum ini dapat dijadikan kajian awal untuk melakukan penelitian lanjutan.

BAB II

LANDASAN TEORI Indikator asam basa adalah suatu zat yang dapat berubah warna pada keadaan Ph larutan tertentu. Jadi, perubahan warna indikator dapat menunjukkan pH larutan. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur pH larutan, salah satunya adalah larutan indikator. Larutan Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang dapat berubah warna pada rentang harga pH tertentu (James E. Brady, 1990). Harga pH sebuah larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH indikator. Indikator memiliki trayek perubahan warna yang berbeda-beda. 1. Macam-macam Indikator+gambar (penjelasan) Metil Jingga Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah: kita mungkin berfikir bahwa ketika kita menambahkan asam, ion hidrogen akan ditangkap oleh yang bermuatan negatif oksigen. Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini: Kita memiliki kesetimbangan yang sama antara dua bentuk jingga metil seperti pada kasus lakmus - tetapi warnanya berbeda. Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 - mendekati netral. Metil Merah Bromtimol Biru Fenolftalein

Fenolftalein adalah senyawa organik yang mempunyai rumus C20H14O4, berbentuk padatan kristal, tidak berwarna serta larut dalam alkohol dan pelarut organik. Fenolftalein biasanya digunakan sebagai indikator asam-basa (di dalam larutan asam tidak berwarna dan di dalam larutan basa berwarna merah). Rentang perubahan yang bisa diteliti oleh fenolftalein adalah antara pH 8,2 - 10. Setengah tingkat terjadi pada pH 10 pengukuran pH tidak dapat dilakukan lagi oleh fenolftalein. Hal ini karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat. Indikator alami Indikator alami ini berasal dari zat warna tumbuhan dengan cara mengikis bagian tumbuhan yang berwarna, kemudian dihaluskan, dan tambahkan pelarut yang sesuai(umumnya alkohol). Selanjutnya, cairannya dipisahkan melalui penyaringan. Beberapa macam indikator alami, antara lain yaitu kunyit, kol ungu, ubi ungu, mahkota bunga (kembang sepatu, bougenvile, mawar), dan bit. Indikator Universal Indikator universal adalah campuran berbagai indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya. indikator universal dilengkapi dengan peta warna, sehingga kita bisa menentukan nilai pH zat berdasarkan warna-warna tersebut. Dengan mengetahui nilai pH maka dapat ditentukan apakah larutan bersifat asam, basa atau netral

2. Trayek perubahan warna indikator asam basa Trayek perubahan warna indikator asam basa adalah batas-batas pH ketika indikator mengalami perubahan warna. Lakmus berwarna merah dalam larutan yang memiliki rentang pH sampai dengan5,5 dan berwarna biru dari pH sama dengan 8,0. Jadi dalam larutan yang pH-nya antara 5,5-8,0, warna lakmus adalah kombinasi dari kedua warna

tersebut. Sehingga trayek perubahan warna lakmus adalah 5,5.

BAB III PRAKTIKUM

Tujuan praktikum : 1.Memperkirakan pH larutan menggunakan beberapa indikator. 2.Untuk melatih keterampilan melakukan pengukuran pH. 3.Agar mengenal peralatan laboratorium Alat : 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Indikator universal 4. Gelas ukur 100 mL 5. Silinder ukuran 50 mL 6. Rak tabung reaksi Bahan : 1. Fenolflatein 2. Ekstrak kol 3. Bromtimol biru 4. Air sumur 5. Larutan asam asetat (cuka) 6. Air gula 7. Air kapur 8. Air jeruk Unjuk kerja : 1. Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih, 2. Sediakan air suling 3. Sediakn indikator PP(fenolftalein) 4. Sediakan ekstrak kol 5. Sediakan metil jingga 6. Sediakan bromtimol biru Prosedur kerja Indikator PP(Fenolftalein):

1. Siapkan 4 tabung reaksi yan bersih. 2. Isi dengan air suling. 3. Teteskan indikator PP(Fenolftalein) ke dalam tabung reaksi. 4. Amati perubahan warnanya. 5. Catathasil pengamatan. Prosedur kerja Ekstrak kol: 1. Siapkan 4 tabung reaksi yan bersih. 2. Isi dengan air suling. 3. Teteskan Ekstrak kol ke dalam tabung reaksi. 4. Amati perubahan warnanya. 5. Catat hasil pengamatan. Prosedur kerja Metil jingga: 1. Siapkan 4 tabung reaksi yan bersih. 2. Isi dengan air suling. 3. Teteskan indikator Metil jingga ke dalam tabung reaksi. 4. Amati perubahan warnanya. 5. Catat hasil pengamatan. Prosedur kerja Bromtimol biru: 1. Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih. 2. Isi dengan air suling. 3. Teteskan Bromtimol biru ke dalam tabung reaksi. 4. Amati perubahan warnanya. 5. Catathasil pengamatan.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

Larutan Perubahan warna pada Fenolftalein Ekstrak kol Ekstrak kunyit Bromtimol Biru Air Sumur Tetap Tetap Kuning bening Biru Turquoise Air kapur Merah muda Hijau Orange bening Biru Larutan Cuka Tetap Merah Kuning muda Kuning Air Gula Kuning bening Merah muda bening Putih bening Kuning Tua Air jeruk Putih Kapur Merah muda Kuning pudar Kuning Menurut indikator universal : Larutan Indikator universal Air sumur pH = 6 Air kapur pH = 13 Larutan cuka pH = 2 Air gula pH = 5 Air jeruk pH = 0

BAB V PEMBAHASAN

Indikator untuk menentukan pH larutan ada beberapa macam, yaitu diantaranya adalah: Indikator PP(Fenolftalein), Ekstrak kol, Ekstrak kunyit(Metil Jingga), dan bromtimol biru. Beberapa larutan yang di uji menggunakan indikator diatas menghasilkan warna yang berbeda-beda atau tidak mengalami perubahan warna. Menurut hasil pengamatan kami, Air Sumur yang diuji menggunakan Indikator PP(Fenolftalein) tidak mengalmi perubahan warna(tetap), dan jika diuji menggunakan Ekstrak Kol juga tidak mengalami Perubahan warna. Tetapi, jika di uji menggunakan Ekstrak kunyit Air sumur akan berubah warna menjadi kuning bening, dan jika di uji menggunakan Bromtimol biru akan berubah warna menjadi Biru turquoise. Air kapur yang diuji menggunakan Indikator PP(Fenolftalein) akan berubah warna menjadi merah muda, dan jika diuji menggunakan Ekstrak Kol akan mengalami perubahan warna menjadi hijau. Jika diuji menggunakan Ekstrak Kunyit akan berubah warna menjadi Orange bening. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol biru, akan berubah warna menjadi biru. Larutan cuka yang diuji menggunakan indikator PP(Fenolftalein) tidak mengalami perubahan warna, dan jika diuji menggunakan Ekstrak kol akan berubah warna menjadi merah. Tetapi jika diuji Menggunakan Ekstrak kunyit akan berubah warna menjadi kuning muda. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol biru akan berubah warna menjadi kuning. Air Gula yang diuji menggnakan indikator PP (fenolftalein) akan berubah warna menjadi kuning bening, dan jika diuji menggunakan Ekstrak kol wananya akan berub ah warna menjadi Merah muda bening. Jika air gula diuji menggunakan Ekstrak kunyit warnanya akan berubah menjadi pui bening. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol Biru warnanya akan berubah warna menjadi kuning tua. Air Jeruk yang diuji menggunakan Indikator PP(Fenolftalein) warnanya akan berubah warna menjadi Putih kapur, dan jika diuji menggunakan Ekstrak kol, warnanya akan menjadi merah muda, Jika diuji menggunakan Ekstrak kunyit akan berubah warna menjadi Kuning pudar. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol biru warna air jeruk akan berubah menjadi Kuning.

BAB VI KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah kita lakukan, kita dapat simpulkan bahwa : Sebuah larutan dapat diperkirakan pH-nya dengan menngunakan beberapa indikator, kita dapat mengetahui pH-nya berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada larutan tersebut. Contohnya, 1. Air sumur yang diuji menggunakan Indikator PP(Fenolftalein) tidak mengalmi perubahan warna(tetap), dan jika diuji menggunakan Ekstrak Kol juga tidak mengalami Perubahan warna. Tetapi, jika di uji menggunakan Ekstrak kunyit Air sumur akan berubah warna menjadi kuning bening, dan jika di uji menggunakan Bromtimol biru akan berubah warna menjadi Biru turquoise. 2. Air kapur yang diuji menggunakan Indikator PP(Fenolftalein) akan berubah warna menjadi merah muda, dan jika diuji menggunakan Ekstrak Kol akan mengalami perubahan warna menjadi hijau. Jika diuji menggunakan Ekstrak Kunyit akan berubah warna menjadi Orange bening. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol biru, akan berubah warna menjadi biru. 3. Larutan cuka yang diuji menggunakan indikator PP(Fenolftalein) tidak mengalami perubahan warna, dan jika diuji menggunakan Ekstrak kol akan berubah warna menjadi merah. Tetapi jika diuji Menggunakan Ekstrak kunyit akan berubah warna menjadi kuning muda. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol biru akan berubah warna menjadi kuning. 4. Air Gula yang diuji menggnakan indikator PP (fenolftalein) akan berubah warna menjadi kuning bening, dan jika diuji menggunakan Ekstrak kol wananya akan berub ah warna menjadi Merah muda bening. Jika air gula diuji menggunakan Ekstrak kunyit warnanya akan berubah menjadi pui bening. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol Biru warnanya akan berubah warna menjadi kuning tua. 5. Air Jeruk yang diuji menggunakan Indikator PP(Fenolftalein) warnanya akan berubah warna menjadi Putih kapur, dan jika diuji menggunakan Ekstrak kol, warnanya akan menjadi merah muda, Jika diuji menggunakan Ekstrak kunyit akan berubah warna menjadi Kuning pudar. Serta jika diuji menggunakan Bromtimol biru warna air jeruk akan berubah menjadi Kuning.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan asam pada makanan atau minuman yang kita cicipi, bukan ? Rasa asam terkait dengan suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Senyawa asam banyak ditemui dalam kehidupan kita. Asam terdapat pada makanan, minuman kaleng, dan buah-buahan. Buah-buahan memiliki rasa asam karena adanya senyawa asam yang dikandungnya. B. Rumusan masalah

C. Tujuan Masalah Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: D. Manfaat Penelitian Praktikum ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Bagi pelajar, siswa dapat mengetahui sifat larutam menggunakan kertas lakmus. 2. Bagi guru, dapat menjadikan laporan ini sebagai acuan dalam pembelajaran. 3. Bagi tenaga penyuluh, praktikum ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan siswa. 4. Bagi peneliti, praktikum ini dapat dijadikan kajian awal untuk melakukan penelitian lanjutan

BAB II LANDASAN TEORI Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum HA) secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH

lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (digunakan dalam baterai atau aki mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa asam, terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan. 1. Definisi asam Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa Belanda), atau Sure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi Arrhenius, Brnsted-Lowry, dan Lewis. Arrhenius : Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air. Bronsted-Lowry : Menurut definisi ini, asam adalah pemberi proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat. Brnsted dan Lowry secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).

Lewis : Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari

basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi BrnstedLowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi. Sistem asam/basa berbeda dengan reaksi redoks; tak ada perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi asam-basa. 2. Sifat-sifat Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut: Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air. Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat. Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam. Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit. 3. Kekuatan Asam Kekuatan asam berguna untuk mempertimbangkan reaksi asam-basa sebagai suatu kompetisi terhadap proton. Dari sudut pandang ini dapat disusun asam berdasarkan kekuatan relatifnya. Asam yang lebih kuat adalah asam yang melepaskan protonnya lebih mudah daripada asam lainnya. Hal ini serupa, basa kuat adalah basa yang dapat menarik proton lebih kuat dari yang lainnya. Suatu asam dikatakan kuat apabila terionisasi sempurna di dalam air. kekuatan asam bergantung pada bagaimana proton H+ secara mudah dari ikatan H--X dalam spesi asam. Umumnya reaksi asam berlangsung ke arah pembentukan asam lemah Asam kuat Ketika asam dilarutkan dalam air, sebuah proton (ion hidrogen) ditransferkan ke

molekul air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan sebuah ion negatif tergantung pada asam yang anda pakai.(definisi Lowry) Pada kasus yang umum Reaksi tersebut reversibel, tetapi pada beberapa kasus, asam sangat baik pada saat memberikan ion hidrogen yang dapat kita fikirkan bahwa reaksi berjalan satu arah. Asam 100% terionisasi. Sebagai contoh, ketika hidrogen klorida dilarutkan dalam air untuk menghasilkan hidrogen klorida, sangat sedikit sekali terjadi reaksi kebalikan yang dapat kita tulis: Pada tiap saat, sebenarnya 100% hidrogen klorida akan bereaksi untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion klorida. Hidrogen klorida digambarkan sebagai asam kuat. Asam kuat adalah asam yang terionisasi 100% dalam larutan. Asam kuat lain yang biasa diperoleh adalah asam sulfat dan asam nitrat. Kita barangkali menemukan suatu persamaan untuk ionisasi yang dituliskan melalui sebuah bentuk yang disederhanakan: Persamaan ini menunjukkan hidrogen klorida terlarut dalam air yang terpisah untuk memberikan ion hidrogen dalam larutan dan ion klorida dalam larutan. Versi ini sering digunakan dalam pekerjaan ini hanya untuk menjadikan sesuatu terlihat lebih mudah. Jika anda menggunakannya, harus diingat bahwa air memang benar-benar terlibat, dan ketika anda menuliskan H+(aq) yang kita maksudkan sebenarnya adalah ion hidroksonium, H3O+. Asam kuat dan pH. pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Asam kuat seperti asam hidroklorida pada konsentrasi seperti yang sering anda gunakan di lab memiliki pH berkisar antara 0 sampai 1. pH yang lebih rendah, konsentrasi ion hidrogen lebih tinggi dalam larutan. Penentuan pH asam kuat Jika kita menentukan pH dari 0.1 mol dm-3 asam klorida. Yang kita perlukan untuk melakukannya adalah menentukan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan terlebih dahulu, dan kemudian mengubahnya menjadi bentuk pH dengan menggunakan

kalkulator. Dengan menggunakan asam kuat hal ini sangatlah mudah. Asam hidroklorida adalah asam kuat - terionisasi 100%. Tiap mol HCl bereaksi dengan air untuk menghasilkan 1 mol ion hidrogen dan 1 mol ion klorida. Hal ini berarti bahwa jika konsentrasi asam adalah 0.1 mol dm-3, maka konsentrasi ion hidrogen juga 0.1 mol dm-3. Gunakan kalkulator untuk mengubahnya ke dalam bentuk pH. Kalkulator menginginkan untuk menekan 0.1, dam kemudian tekan tombol "log". Kita mungkin melakukannya dalam bentuk yang berbeda. log10 [0.1] = -1 Tetapi pH = - log10 [0.1] - (-1) = 1 pH asam adalah 1 Asam lemah Asam lemah adalah salah satu yang tidak terionisasi seluruhnya ketika asam lemah tersebut dilarutkan dalam air. Asam etanoat (asam asetat) adalah asam lemah yang khas. Asam etanoat bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion etanoat, tetapi reaksi kebalikannya lebih baik dibandingkan dengan reaksi ke arah depan. Ion bereaksi dengan sangat mudah untuk membentuk kembali asam dan air. Ka ditulis berbeda jika anda menuliskannya dari versi reaksi kesetimbangan yang disederhanakan: CONTOH: Ungkapan Ka adalah: Jika anda menggunakan kesetimbangan dengan versi yang lebih sederhana ungkapan Ka adalah:

Tabel menunjukkan beberapa harga Ka untuk beberapa asam yang sederhana: asam Ka (mol dm-3) asam hidrofluorida 5.6 x 10-4 asam metanoat 1.6 x 10-4 asam etanoat 1.7 x 10-5 hidrogen sulfida 8.9 x 10-8 Semuanya adalah asam lemah karena harga Ka sangat kecil. Asam-asam tersebut diurutkan seiring dengan penurunan kekuatan asam - harga Ka yang diperoleh lebih kecil seiring dengan menurunnya urutan pada tabel. Meskipun demikian, jika anda sangat tidak menyukai bilangannya, bilangan tersebut tidaklah nyata. Karena bilangan terdiri dari dua bagian, terlalu banyak untuk membicarakannya dengan cepat! Untuk menghindari hal ini, bilangan tersebut seringkali diubah ke dalam sesuatu yang baru, bentuk yang lebih mudah, disebut pKa. Pengantar untuk pKa pKa memuat dengan tepat hubungan yang sama untuk Ka sebagaimana pH digunakan untuk menunjukkan konsentrasi ion hidrogen: Jika anda menggunakan kalkuator anda pada seluruh harga Ka pada tabel di atas dan mengubahnya menjadi harga pKa anda akan memperoleh: asam Ka (mol dm-3) pKa asam hidrofluorida 5.6 x 10-4 3.3 asam metanoat 1.6 x 10-4 3.8 asam etanoat 1.7 x 10-5 4.8 hidrogen sulfida 8.9 x 10-8 7.1 Dengan catatan bahwa asam yang lebih lemah, memiliki harga pKa yang lebih besar. Sekarang sangat mudah untuk melihat bahwa kecenderungan mengarah pada asam yang lebih lemah seiring dengan menurunya posisi asam pada tabel. ngatlah: Harga pKa lebih rendah, asam lebih kuat.

Harga pKa lebih tinggi, asam lebih lemah. 4. Penggunaan asam Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk menghilangkan karat dari logam dalam proses yang disebut "pengawetasaman" (pickling). Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam baterai sel basah, seperti asam sulfat yang digunakan di dalam baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai hewan, asam klorida merupakan bagian dari asam lambung yang disekresikan di dalam lambung untuk membantu memecah protein dan polisakarida maupun mengubah proenzim pepsinogen yang inaktif menjadi enzim pepsin. Asam juga digunakan sebagai katalis; misalnya, asam sulfat sangat banyak digunakan dalam proses alkilasi pada pembuatan bensin.

BAB III PRAKTIKUM Tujuan Praktikum: Mengamati konsentrasi ion H+ larutan asam dan pengaruh pengenceran terhadap

konsentrasi ion H+ tersebut. Alat: 1. Tabung reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Pipet tetes 4. Gelas kimia 100 mL 5. Silinder ukuran 50 mL Bahan: 1. Larutan asam klorida (HCl) 2. Larutan asam cuka (CH3COOH) 3. Akuades 4. Kertas indicator universal Prosedur Pengenceran larutan HCl 0,1 M 1. Ambil 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Isi tabung reaksi pertama dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M. 3. Kemudian ambil 5 Ml larutan HCl 0,1 M dari tabung pertama. 4. Masukkan ke dalam tabung reaksi kedua dengan 5 Ml larutan HCl 0,1 M tersebut ke dalam tabung reaksi kedua 5. Tambahkan air hingga volume menjadi 50 mL, sehingga diperoleh larutan HCl 0,01 M. 6. Tentukan pH tiap larutan dengan menggunakan indicator universal 7. Catat hasilnya Prosedur Pengenceran larutan HCl 0.01 M 1. Ambil 5 Ml larutan HCl 0,01 M dari tabung reaksi kedua 2. Masukkan ke dalam tabung reaksi kedua dengan 5 Ml larutan HCl 0,01 M tersebut ke dalam tabung reaksi ketiga 3. Tambahkan air hingga volume menjadi 50 mL, sehingga diperoleh larutan HCl 0,001 M 4. Tentukan pH tiap larutan dengan menggunakan indicator universal

5. Catat hasilnya. Prosedur Pengenceran larutan Asam Asetat (CH3COOH) 0,1 M 1. Ambil 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Isi tabung reaksi pertama dengan 10 mL larutan (CH3COOH) 0,1 M. 3. Kemudian ambil 5 Ml larutan (CH3COOH) 0,1 M dari tabung pertama. 4. Masukkan ke dalam tabung reaksi kedua dengan 5 Ml larutan (CH3COOH) 0,1 M tersebut ke dalam tabung reaksi kedua 5. Tambahkan air hingga volume menjadi 50 mL, sehingga diperoleh larutan (CH3COOH) 0,01 M 6. Tentukan pH tiap larutan dengan menggunakan indicator universal 7. Catat hasilnya Prosedur Pengenceran larutan (CH3COOH) 0.01 M 1. Ambil 5 Ml larutan (CH3COOH) 0,01 M dari tabung reaksi kedua. 2. Masukkan ke dalam tabung reaksi kedua dengan 5 Ml larutan (CH3COOH) 0,01 M tersebut ke dalam tabung reaksi ketiga. 3. Tambahkan air hingga volume menjadi 50 mL, sehingga diperoleh larutan (CH3COOH) 0,001 M. 4. Tentukan pH tiap larutan dengan menggunakan indicator universal. 5. Catat hasilnya.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

TABEL PENGAMATAN PENGENCERAN

Nomor tabung Konsentrasi Asam (M) Ph larutan Nomor Tabung Konsentrasi asam (M) pH Larutan CH3COOH 1 0,1 2 2 0,01 3 3 0,001 4 Jadi, dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Semakin lemah konsentrasi asam, maka semakin besar pHnya.

BAB V PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan kelompok kami, berdasarkan uji coba yang telah dilakukan asam makin kuat jika harga dari ka makin besar. Dan asam akan menjadi semakin lemah jika harga suatu ka semakin kecil. Serta, Semakin lemah konsentrasi asam maka semakin

besar pHnya. Dan berdasarkan dari hasil pengamatan untuk menentukan harga pH dari larutan yang memiliki konsentrasi asam yang berbeda-beda dengan menggunakan indikator universal diperoleh hasil berupa: 1. pH = 2, bila [H+] = 0,1 2. pH = 3, bila [H+] = 0,01 3. pH = 4, bila [H+] = 0,001

BAB VI PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Basa secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih besar dari 7. Dalam definisi modern, basa adalah

suatu zat yang dapat menerima elektron (ion OH-) kepada zat lain (yang disebut asam), atau dapat menerima pasangan proton bebas dari suatu asam. Suatu basa bereaksi dengan suatu asam dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion H+ ? 2. bagaimana pengaruh konsentrasi ion H+ terhadap pH larutan ? C. Tujuan D. Manfaat Penelitian Praktikum ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Bagi pelajar, siswa dapat mengetahui sifat larutam menggunakan kertas lakmus. 2. Bagi guru, dapat menjadikan laporan ini sebagai acuan dalam pembelajaran. 3. Bagi tenaga penyuluh, praktikum ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan siswa. 4. Bagi peneliti, praktikum ini dapat dijadikan kajian awal untuk melakukan penelitian lanjutan

BAB II LANDASAN TEORI Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengion sebagai berikut. M(OH)x(aq) Mx+(aq) + xOH-(aq)

Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Meskipun tidak mempunyai gugus hidroksida, larutan amoniak (NH3) ternyata bersifat basa. Hal itu terjadi karena NH3 bereaksi dengan air (mengalami hidrolisis) membentuk ion OH- sebagai berikut. NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq) Untuk menun jukkan sifat basanya, larutan NH3 sering ditulis sebagai NH4OH. Kekuatan suatu zat ditentukan oleh derajat ionisasi () zat tersebut yang dapat dinyatakan dengan ketetapan kesetimbangan basa (Kb). Harga kesetimbangan basa merupakan ukuran kekuatan basa, yaitu bila basa makin kuat, maka harga Kb makin besar, sedangkan bila basa makin lemah maka harga Kb makin kecil. Teori asam-basa Brnsted Lowry, basa adalah zat yang mampu menerima proton [H+] (akseptor proton).

BAB III PRAKTIKUM Tujuan Praktikum: Mengamati konsentrasi ion OH- larutan basa dengan pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion OH- tersebut.

Alat Praktikum: Tabung reksi Rak tabung reaksi Pipet tetes Gelas kimia 100ml Silinder 50ml Bahan Praktikum: Larutan NaOH Larutan NH3 Akuades Kertas indikator universal Unjuk Kerja: 1. Sediakan 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. 2. Sediakan alat 3. Sediakan larutan NaOH 0,1 M 4. Sediakan air aquades. 5. Sediakan kertas indikator universal. Prosedur kerja: Prosedur Pengenceran larutan NaOH 0,1 M 1. Ambil 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering 2. Isi tabung reaksi pertama dengan 10 mL larutan NaOH 0,1 M. 3. Kemudian ambil 5 mL larutan NaOH 0,1 M dari tabung pertama. 4. Masukkan ke dalam tabung reaksi kedua dengan 5 mL larutan 0,1 M tersebut ke dalam tabung reaksi kedua 5. Tambahkan air hingga volume menjadi 50 mL, sehingga diperoleh larutan NaOH 0,01 M 6. Tentukan pH tiap larutan dengan menggunakan indikator universal 7. Catat hasilnya.

Prosedur Pengenceran larutan NaOH 0.01 M 1. Ambil 5 mL larutan NaOH 0,01 M dari tabung reaksi kedua 2. Masukkan ke dalam tabung reaksi kedua dengan 5 mL larutan NaOH 0,01 M tersebut ke dalam tabung reaksi ketiga 3. Tambahkan air hingga volume menjadi 50 mL, sehingga diperoleh larutan NaOH 0,001 M 4. Tentukan pH tiap larutan dengan menggunakan indikator universal 5. Catat hasilnya

BAB II LANDASAN TEORI Reaksi Penetralan asam-Basa dapat digunakan untuk menentukan Kadar(Konsentrasi) berbagai jenis larutan, Khususnya yang terkait dengan reaksi asam-basa. Kadar larutan aam ditentukan dengan mengunakan larutan basa yang telah diketahui Kadarnya.

Demikian pula sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan mengguakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Proses penentuan kadar larutan dengan caraini disebut titrasi asam-basa. Totrasi adalah suatu metode analisis kuantitatif dengan tujuan menentukan konsentrasi asam atau basa yang diketahui volumenya dengan menambahkan larutan baku basa atau asam yangsudah diketahui konsentrasinya dan volumenya sampai campuran menjadi netral. Dicirikan oleh warna indikator fenolftalein menjadi warna merah muda. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asambasa. Titrasi adalah cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).

BAB III PRAKTIKUM Tujuan : Mengetahui konsentrasi larutan asam yang belum diketahui, dengan cara menambahkan larutan basa. Alat :

1. Buret dan statif 2. Labu erlenmeyer 3. Pipet volumetric 4. Gelas kimia 5. Corong 6. Labu reaksi 7. Pipet tetes Bahan : 1. Larutan NaOH 0,1 M 2. Larutan HCL 1 M 3. Cuka (CH3COOH) 4. Air (H2O) 5. Indikator Fenolflatein (PP) Cara kerja : 1. Siapkan alat serta bahan bahannya. 2. Rancanglah alat titrasi seperti Buret, statif, klem, sehingga tercipta alat yang siap untuk digunakan. 3. Siapkan NaOH 0,1 M secukupnya. 4. Sediakan larutan HCl 1 M sebanyak 20 mL. 5. Siapkan larutan Cuka Sampel (CH3COOH). 6. Siapkan Indikator (pp) seperlunya. Prosedur Titrasi HCl : 1. Cuci buret dengan cara mengalirkan air bersih pada buret. 2. Masukan larutan NaOH ke dalam buret dengan corong. 3. Ukur larutan HCl dengan gelas ukur sebanyak 20 ml dan memasukanya kedalam labu Erlenmeyer. 4. Menetesi Indikator fenolflatein (PP) 2-3 tetes dengan pipet tetes. 5. Baca skala Buret Awal. 6. Letakkan labu yang akan dititrasi.

7. Buka kran pada buret secara perlahan sampai titran NaOH keluar. 8. Guncangkan selalu labu Erlenmeyer agar zat titran Bercampur dengan HCl sehingga menjadi zat titrat. 9. Setelah warna ada sedikit perubahan, mengurangi laju dari zat titran. 10. Usahakan agar warna dari zat titrat semuda mungkin. 11. Setelah tercapai warna merah yang muda, hentikan titrasi. 12. Baca skala Buret Akhir. 13. Catat hasil kegiatan. Prosedur Titrasi Cuka Sampel : 1. Cuci buret dengan mengalirkan air pada buret. 2. Ambil larutan cuka sample sebanyak 20 ml menggunakan gelas ukur. 3. Masukan larutan cuka sample ke-dalam labu reaksi. 4. Tambahkan aquadest atau air sampai dengan batas dari labu reaksi. 5. Guncangkan labu reaksi agar tercampunya larutan cuka sample dengan air. 6. Tuangkan larutan cuka sample yang telah diencerkan kedalam beker gelas. 7. Masukan larutan NaOH kedalam buret dengan corong. 8. Ukurlah larutan Cuka sample yang diencerkan dengan gelas ukur sebanyak 10 ml dan memasukanya kedalam labu Erlenmeyer. 9. Teteskan Indikator PP 2-3 tetes. 10. Baca skala Buret Awal. 11. Letakan labu yang akan dititrasi. 12. Buka kran pada buret secara perlahan sampai titran NaOH keluar. 13. Guncangkan selalu labu Erlenmeyer agar zat titran Bercampur dengan Cuka sample sehingga menjadi zat titrat. 14. Setelah warna ada sedikit perubahan, mengurangi laju dari zat titran. 15. Usahakan agar warna dari zat titrat semuda mungkin. 16. Setelah tercapai warna merah yang muda, hentikan titrasi. 17. Baca skala Buret Akhir. 18. Catat hasil kegiatan. Dari seluruh kegiatan penggunaan alat untuk melakukan percobaan dangan zat yang

berbeda saya selalu melakukan pencucian secara bersih agar zat lain tidak terkontaminasi atau bereaksi.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

Larutan Warna indikator Sebelum titrasi Setelah titrasi HCl Bening Merah muda

Asam Cuka (CH3COOH) Bening Merah muda Jadi, Volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi HCl = 29,2 mL Volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH = 24,2 mL

BAB V PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan kami, warna indikator larutan HCl sebelum titrasi berwarna bening, dan setelah titrasi, larutan HCl berubah warna menjadi merah muda. Warna indikator larutan asam cuka (CH3COOH) sebelum titrasi berwarna bening, dan setelah titrasi, larutan berubah warna menjadi merah muda. Berdasarkan percoban di atas kita dapat menghitung konsentrasi larutan Hcl dan CH3COOH. 1. Konsentrasi Hcl V1.M1 = V2.M2 20(0,1)=29,2.M2 2 =29,2M2 M2 = 0,068

2. Konsentrasi CH3COOH V1.M1 = V2.M2 20(0,1)=24,2.M2 2 =24,2M2 M2 =0,082

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai