Anda di halaman 1dari 18

One-derful Day

(One Wonderful Day)

By

Muthia Tsabita Rahmi VIII SMP

Hari ini hari yang baik. Sungguh, tak ada hujan tak ada matahari terik. Singkatnya, what a wonderful day! Tapi kenapa ada seseorang yang merengut? Namanya Nina, seorang cewek SMP kelas 2 dengan rambut lurus pendek diikat kuda. Dari mukanya yang merengut, bisa ditebak suasana hatinya sedang tidak baik. Haaah, desahnya panjang. Kenapa sih! Kenapaa! Memang aku jelek banget ya sampaisampai nggak pantas ngerasain cinta!, kali ini matanya mulai berair. Ceritanya, ia sedang patah hati. Orang yang disukainya di sekolah kemarin baru jadian dengan cewek lain. Terang saja hatinya sakit sekali. Bagaimana bisa tidak sakit, cinta pertamanya, orang yang diingatnya terus sampai tidur dan terbawa dalam mimpi, ia lihat jalan bersama cewek lain. Cewek lain, bukan Nina. Baiklah, sampai di rumah aku akan langsung tidur!, ucapnya lemah bercampur desahan kuat. Pada saat itulah, seorang anak perempuan kecil menuju ke arahnya. Bajunya tidak compangcamping, tapi juga tidak bisa dibilang rapi. Nina kira ia seorang pengemis. Kak.., pintanya. Nina langsung mengerti maksud anak itu. Memang hatinya sedang tidak mood, tapi saat melihat wajah lugu yang masih murni, ia pun memindahkan uang logam 500-an dari kantong baju ke telapak tangan kecil di hadapannya. Makasih kak! Sama-sama dek.., jawab Nina. Setelah itu, anak tadi pun berlari menuju sebuah warung. Iseng, Nina mengawasinya. Begitu keluar, terlihatlah tangan anak itu membawa segelas air mineral 500-an. Lalu ia berjalan ke arah pohon yang tanahnya kering, merobek bagian atas gelas dengan sedotan dan menyiramkannya ke tanah. Wajahnya terlihat senang. Nina yang melihatnya merasa heran. eh? Anak itu ngapain sih? Udah dikasih uang bukannya dijajanin, malahan dibeliin botol air terus dibuang! Aneh! Merasa itu bukan urusannya, Nina pun melanjutkan perjalanannya ke rumah. Tepatnya... ke tempat tidur! +++ Begitu sampai di rumah, sepi sekali. Tidak ada orang kecuali dia, dan kalau kau bukan menanyakan jumlah orang melainkan makhluk hidup, kata dia akan menjadi dia dan peliharaannya. Nina menuju kolam ikan sambil membawa daun seledri dan pelet dan menaburkannya di atas air. Ikan-ikan menyambut peletnya dengan senang seperti kura-kura saat menyambut seledrinya. Lucu sekali. Tak jarang kura-kura mengambil-tepatnya merebut jatah pelet ikan karena seledrinya habis. Kolam ikan terasa ramai walaupun hening . Nina sendiri dari tadi diam saja, hanya suara air mancurlah yang berceloteh.

Setelah mencuci tangan, cewek ini membuka kulkas, mencari makanan namun ia tidak menemukannya.Tapi itu bukan masalah besar toh ia tidak terlalu lapar.Tanpa sengaja ia melihat sekelilingnya. Sepi. Suasana seperti ini sudah biasa baginya. Karena ia tahu, Ibunya bekerja, dan baru pulang sore jam 5-an. Begitu pula Ayahnya, hanya saja pulangnya lebih malam, jam 7-an itupun kalau tidak lembur. Adiknya Nino, sudah pasti pergi main ke rumah temannya. Benar-benar tenang buat tidur. +++ Saat ini Nina tengah berlari menuju sekolahnya yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Pada saat itu, di depannya melintas mobil yang sedang melaju cepat, mobil itu melewati genangan air, percikannya mengenai rok Nina. Untung saja hanya sedikit jadi tidak terlalu mencolok. Meski hatinya dongkol, mengingat jam masuk sekolah, ia terus berlari tanpa menghiraukannya. Hari ini ia bangun kesiangan. Gara-gara menangis, matanya jadi bengkak. Karenanya, malam tadi ia merasa sangat mengantuk, padahal belum mengerjakan pr. Jadilah tadi pagi Nina buru-buru mengerjakan semuanya sehingga ia yang seharusnya tidak telat jadi telat. Eit, belum pasti juga sih, penentuannya adalah pintu gerbang sekolah! Nina menarik nafas lega, beruntunglah ia karena pintu gerbang sekolah belum ditutup. Pelajaran pertama adalah Matematika. Guru yang mengajar adalah Pak Oemar Bakri, bapakbapak berwajah galak. Karena itu tak ada yang berani tidak mengerjakan PR, termasuk juga Nina. Nina mengeluarkan buku PRnya dari dalam tas. Dengan PeDe ia membuka halaman PRnya. Ternyata ada 1 nomor yang belum dikerjakan. Pak Oemar yang dibelakangnya kebetulan melihatnya. Pak Oemar melotot. Nina menciut. Eh b,bapak.., Nina tersenyum takut-takut. NINA!! BAWA PRMU DAN KERJAKAN DI DEPAN KELAS!!! SEGERAAA!!!! Dengan cepat Nina melakukan apa yang diperintahkan Pak Oemar. Jika tidak, telinganya mungkin bisa tuli! Pak Oemar ternyata belum selesai berkata, Oh ya, kemudian kerjakan 3 soal nomor 2,4 dan 5 di halaman 110! Dalam hati, Nina menandai bahwa ini adalah salah satu minggu terburuk dalam hidupnya. +++ Bel berbunyi, artinya sekolah usai. Nina memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, yang kirakira besok ada pelajarannya dan memang tidak ada diberi PR ia tinggalkan di loker supaya tasnya tidak terlalu berat. Bisa bongkok nanti..., kata mamanya saat melihat tas Nina yang begitu menggembung karena berisi banyak barang dari yang penting sampai yang tidak . Nina memasukkan buku pelajaran Matematikanya ke dalam tas. Ia teringat akan PR baru dari PR yang tidak dikerjakannya. Lalu mendesah, mengapa aku tidak langsung mengerjakannya langsung ketika Pak Oemar memberi tugas? Kalau begitu kan aku jadinya tidak ada PR lagi di rumah?

Nina berjalan meninggalkan kelas. Hatinya kesal, Nina menendang semua -apapun yang dapat ditendang, kau bisa menyebutnya batu, botol, sampah dan sebagainya- yang ditemuinya dalam perjalanan pulang. Ia tidak peduli kalau kegiatannya itu akan mengganggu orang lain, yang penting ia senang. Tanpa sengaja mata Nina melihat warung tempat anak kecil kemarin membeli minuman. Ternyata hari ini anak itu sedang duduk-duduk di sana. Mata mereka bertatapan. Anak itu tersenyum. Kakaak!, panggil anak itu sambil berlari ke arah Nina. Nina otomatis tersenyum, Eh, adek.. ketemuan lagi kita ya! iya!!, giginya yang bolong terlihat jelas. Lucu sekali apalagi karena giginya bolong pada bagian depan. Jadinya seperti kelinci! Kamu sendirian? iya, jawab si kelinci. Alis Nina sedikit mengkerut, masa sih anak sekecil ini dibiarkan berjalan sendirian saja? Apa benar tak ada yang mengawasi? Papa dan mamamu mana? Muka anak itu sedikit bingung. Papa? Ma..? Ayah dan ibu.., Nina mengganti kata-katanya agar anak kecil itu mengerti. Dan sekarang dilihat dari wajahnya anak itu memang mengerti. Ayah kerja Kalau Ibu?, Nina bertanya lagi. Anak itu terdiam lama sampai akhirnya ia berkata, Meninggal. Suasana menjadi hening-walaupun sebenarnya tidak begitu benar, ibu-ibu masih asyik bergosip, anak-anak terus berlari memperdengarkan irama sepatu yang tidak beraturan demi bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya, bapak-bapak tetap saja nongkrong di pojokan,sibuk dengan rokoknya yang benar adalah suasana di antara Nina dan si kelincilah yang hening. Nina tidak tahu harus berkata apa, jadi ia hanya mengatakan, oh.. Ia ingin mencairkan suasana yang tidak enak ini. Tapi ia tak tahu harus bagaimana. Dengan hati-hati ia melihat ke wajah anak itu. Pasti dia menangis.., pikir Nina. Tapi ternyata salah, anak itu justru tersenyum! Kenapa kak?, anak itu bertanya. Maaf dik, tapi kau. tidak sedih?

Lagi-lagi anak itu terdiam, sepertinya ia sedang mencari kata-kata. Kosa kata anak kecil tidak terlalu banyak sehingga anak itu berusaha mencari kata-kata yang dapat dimengerti oleh kakak yang di depannya dan tentunya dapat dimengerti dirinya sendiri. Kata Ayah, Ibu sedang pergi ke tempat yang jauuh sekali. Tempat yang cantik, banyak bunganya banyak kupu-kupu terbang. Pokoknya cantik sekali, anak itu merentangkan tangannya saat mengatakan jauuh sekali. Aku sedih tapi tidak boleh nangis. Ntar Ibu sedih pula...Kata Ayah, kalau aku jadi anak baik, nanti aku bisa ketemu Ibu lagi Nina terdiam. Namun tidak dengan pikirannya, di otaknya ia terus berpikir mencoba menjelaskan bagaimana seorang anak bisa berpikir begitu, bahwa seorang anak percaya akan bertemu dengan Ibunya yang telah meninggal. Memang benar suatu saat mereka bisa bertemu lagi, tapi bukankah itu memerlukan waktu yang lama? Dan apakah sebenarnya anak ini sudah mengerti arti meninggal? Dik apakah... Ya kak? Ah tidak jadi sudah dulu ya, kakak ada urusan nih!, Nina membatalkan niatnya. Terkadang, ada sesuatu yang memang lebih baik untuk tidak diketahui . +++ Meja belajar itu berantakan. Hampir tidak kelihatan warna coklat kayunya karena tertutupi oleh barang-barang yang berserakan, yah kau bisa tebak sendiri barang-barang apa sajakah itu. Tanpa ada niat disengaja, barang-barang itu melintas dalam pandangan mata seorang cewek. Tersadar sesuatu cewek itu mengalihkan pandangannya ke atas meja. Sebuah diary. Di cover depan diary tertulis nama: Nina Nayana. Nina mencoba mengingat. Kapan benda itu terletak di sana? Kenapa bisa? Ataukah dari awal benda itu sudah terletak di sana, disebabkan karena ia lupa mengembalikan diary itu ke tempatnya? Kalau itu benar-benar terjadi.TIDAAAAK!! bagaimana kalau ada yang membacanya. Ia tidak ingin masalah pribadinya diketahui orang lain. Yah, berdoa saja semoga belum ada orang lain yang membacanyahuffft! Dengan satu tangan-tepatnya tangan kanan ia membuka halaman pertama. Ada gambar seorang putri. Princess Aurora. Ah!, Nina ingat, itu adalah gambarannya ketika masih SD. Waktu itu ia sangat menyukai karakter princess-princess. Ada Cinderella, Snow White, Jasmine, Aurora, Mulan,Pocahontas, dan yang paling disukai, Princess Ariel. Saking sukanya pada karakter princess, ia memiliki 1 album binder yang menggembung karena terlalu banyak isi, hasil dari kebiasaannya-catat: dengan penuh perjuangan berdesak-desakan dengan murid lainnya untuk membeli kertas binder 1000 dapat 5 lembar dari pedagang kaki lima di depan sekolah. Hampir setiap hari setelah pulang sekolah. Haha, Nina jadi senyum-senyum sendiri. Tapi aneh juga, walaupun mengakui karakter favoritnya adalah Princess Ariel tapi mengapa yang lebih sering digambarnya adalah Princess Aurora ya? Nina membuka halaman berikutnya,halaman berikutnya lagi, dan lagi. Ternyata banyak sekali hal-hal yang ditulisnya di diary. Mulai dari cerita bagaimana ia mendapatkan diary ini, curahan

hati saat ada masalah dengan teman-temannya-pada kertas yang tertulis cerita ini biasanya tulisannya ada yang agak luntur, mungkin saat menulisnya ia menangis (-w-), kejadian-kejadian konyol, juga..kisah cintanya. Haha, sudah lumayan lama juga aku tidak menulis diary inikau pasti kangen ya? Maafkan aku hanya menulisimu saat tertentu saja. Tapi sekarang tenang, lihat apa yang kupegang! Sebuah pulpen! Tahan ya aku akan menulis, jangan geli.., Nina berbicara pada diarynya, seolah diary itu hidup dan bisa mengerti apa yang dikatakan. Tapi menurutku itu tak terlalu aneh, Nina sekarang seperti kau yang sedang bermain dengan bonekanya. Tulisan dimulai dengan kalimat Dear Diary `Dear Diary, Hari ini cukup menyebalkan! Rokku basah, PR nggak siap (huh, suara Pak Oemar memang sangaaat merdu!, saking merdunya telingaku nyaris tuli!)udah gitu dikasih PR tambahan lagi! Tapi di banding kemarin hari ini lebih baik, jauh lebih baik daripada waktu dengar kabar itu..cowok yang kusukaiHuwaaa! Aku patah hati! Im broken heart! U know??? Aku akui memang aku lebih jelek daripada pacarnya, lebih bodoh, lebih dan lebih kalah darinya.. tapi aku mohon ngerti! Gimana perasaanku, tolong dong! Tolooong!! Hh..percuma aku bilang gini ya, soalnya dia nggak tahu perasaan aku BODOH! Mm..ganti topik ya, lagi males aq ngomongin si dia.. eh diary, hari ini aku ketemu anak kecil, sayang ibunya udah meninggal.. tapi walau gitu mukanya tetap ceria, dan yakin kalau suatu saat dia dan ibunya akan bertemu lagi.. Hebat! Anak kecil itu aja bisa ceria, kenapa aku yang cuma gara-gara cowok harus sedih. Mana boleh aku kalah? FIGHT!!! Udah dulu ya, diary.. hatiku sedikit lega setelah curhat ke kamu thx! BYE~ Haaaaah!, sungguh sebuah hembusan nafas yang panjang. Rasanya lega deh, untung aku nemuin diaryku lagi, padahal kan sudah lama nggak diketahui keberadaannya.. Setelah mengembalikan diary ke tempat asalnya-yang tentunya tempat yang sulit untuk menemukannya, untuk menjaga sang diary aman dari sentuhan tangan-tangan nakal , Nina menarik nafas lagi. Ya, anak kecil saja bisa tegar, masa aku tidak?? Di wajah Nina tergantung sebuah senyuman penuh semangat yang lebar. Tapi sepertinya ada suatu hal yang dilupakannya.. Oh ya! PR!! +++ Saat kau bertengkar dengan keluargamu, ada dua pilihan kemungkinan yang sangat berbeda yang akan terjadi di rumahmu . Yang pertama adalah ramai, kalau mereka yang sedang bertengkar memiliki hobi mengobrol disertai rasa tidak mau kalah alias adu mulut. Yang kedua adalah sepi, jika

mereka yang sedang bertengkar apalagi kalau dua-duanya aslinya cerewet memilih untuk mendiamkan musuhnya. Suasana rumah dimana penghuni rumahnya sedang mengadakan perang dingin sangat membosankan, karena sering-atau mungkin.. selalu?-entah mengapa dua orang tibatiba menjadi seperti wabah! Wabah perang dingin melanda rumah Nina... Nina, ayo makan. Mama sudah selesai masak, kata Mama Nina. Nyemm.. Nino, makan dulu.. Nyeemm. .. Mama Nina yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala. Dari kemarin, kedua anaknya terus diam-diaman seperti ini. Tanpa suara-suara yang biasanya mereka keluarkan, rumah menjadi sepi. Sudah penghuni rumahnya sedikit, Papa sering dan sekarang sedang keluar kota buat dinas, pembantu pada pulang, ee sekarang malah anak-anaknya sedang dalam aksi diam. Sepii sekaliPapa, I miss u hu huu.. Mencoba mencairkan suasana, Mama mulai berbicara, Oh ya, kemarin ada kucing masuk rumah lo..Vas Mama pecah gara-gara kucing itu. Huuh.. Tak ada jawaban. Greek.., bunyi kursi digeser. Ternyata Nina sudah selesai makan dan sekarang, karena hari ini hari libur ia hendak menonton tv. Namun saat menyadari sesuatu, ia mengurungkan niatnya. Di kepalanya terdapat banyak hipotesa. Kalau hari ini ia menonton tv dari pagi sampai siang-kebiasaan Nina tiap minggu berarti ia berada di rumah saja. Dan kalau hari ini ia di rumah saja itu artinya ia akan terus bertemu dengan Nino, adiknya. Sungguh menyebalkan sekali hari ini rasanya untuk melihat anak itu meski tidak sampai sehari penuh! Nina tiba-tiba mendapat ide, Ma, pagi ini cerah sekali ya! Nina jadi ingin jalan-jalan ke luar deh! Kening Mama Nina sedikit berkerut. Adalah suatu keanehan di pagi hari dalam hari Minggu jika tidak menemukan Nina sedang di depan tv menonton acara kartun kesayangannya. Tapi dalam kasus ini mamanya sepertinya bisa menebak apa permasalahannya sehingga kemudian beliau tersenyum dan mengangguk. Hati-hati ya nak.. Yap ma.. daah!, Nina melambai. Dari kejauhan Nino mengamati kakaknya sedang membuka pintu. Bagus deh, pergi saja pemarah!, gerutunya pelan. Nah, sekarang memang ia, Nina sudah berhasil keluar dari ancaman tentang adiknya. Tapi sekarang ia malah bingung. Setelah keluar rumah, kemana lagi? Uangnya di dompet hanya sedikit mustahil untuk pergi ke mall. Lagipula sekarang pakaiannya bukan pakaian jalan melainkan kaos biasa dan celana pendek. Keningnya berkerut tanda berpikir. Hah ya sudahlah aku berkeliling saja! Mata segar tubuh pun sehat!, putusnya.

Tu..wa..tu..wa.. Nina berlari-lari kecil. Namun karena capai akhirnya ia pun memilih untuk berjalan biasa saja. Wah toko-toko pada belum buka ya, katanya saat melintasi sebuah toko yang pintunya tertutup rapat, salah satu ciri yang menandakan toko itu belum buka. Wajar saja soalnya ini masih pagi. Tadi, sebelum keluar rumah Nina sempat melihat jam. Sekitar 08.10-an. Toko-toko di sekitar rumahnya kan biasanya buka jam 11-an? Hah, padahal dia haus sekali. Mata Nina tanpa sengaja melihat barisan rumah di sebelah kirinya. Warung itu. Warung tempat ia bertemu dengan anak kecil kemarin. Ia menarik nafas lega, puji syukur Tuhan! Untung saja warung itu buka, ia kan sekarang haus sekali! Oh penyelamaaat ^_^Bang beli teh botol dingin satu ya.., kata Nina seraya mengulurkan uang 5000-an pada si penjual yang kebetulan cowok. Ya, harganya 2500. Jadi baliknya 2500 juga ya.., jawab si penjual sambil menuangkan isi teh botol pada sebuah plastik bening. Setelah menuangkan isi teh botol barulah ia menerima uang 5000-an Nina dan memberikan uang kembaliannya. Nih, kata si penjual memberikan plastik berisi teh dingin pada Nina. Makasih bang.. Yo, sama-sama.. Nina menyedot tehnya. Segaaar! Rasa hausnya kini hilang sudah. Terima kasih Tuhan Saat sedang asyik-asyiknya minum, tiba-tiba ia samar-samar mendengarkan sebuah suara. Rasanya suara ini ia kenal. Tapi siapa? Ah ya, ini kan suara anak kecil yang kemarin? Tapi dimana? Adik?, Nina menolehkan kepalanya, mencari letak si pemilik suara alias adik kecil berada. Sampai akhirnya ia melihat sosok mungil itu, yang tangan mungilnya ditarik seseorang! Adik itu meronta-ronta sedangkan orang yang menariknya yang mana adalah seorang bapak-bapak dan sepertinya tukang becak, tidak memperdulikan rontaan itu. Tunggu, tunggu, ada apa ini!? Berdasarkan firasatnya dengan segera Nina berlari ke arah adik itu, namun terlambat. Bapak itu sudah berhasil memasukkan adik itu ke dalam becaknya. Dan sekarang bapak itu sedang mengayuh becaknya! Tapi Nina takkan menyerah, asal tahu saja ya, bukannya bermaksud sombong tapi ini adalah kenyataan, setiap ada adu lari saat pelajaran olahraga Nina termasuk salah satu yang tercepat! Memang bukan yang pertama sih, tapi setidaknya larinya cepatlah! UWOOOOOOGH!!!, Super Nina berlari! Suara teriakan larinya mengingatkan pada teriakan di komik-komik jepang (ada yang tidak setuju? Tapi aku sih setuju tuh! :p). Sayang suara uwooghnya Nina tidak sempurna karena saat dia berteriak tanpa sengaja teh yang sedang diminumnya membuatnya tersedak. Ingat, sebelumnya ia sedang asyik minum kan? Alhasil sekarang terjadilah sulap-yang mungkin Deddy Cobuzier pun tak pernah memikirkannya yaitu mengubah suara uwoogh menjadi mantera hanya dengan seteguk air teh. UWOBBHBHUUKHEKHHBKGLEKH EHKHAKHAKHAK!!!. Sulap itu membuat langkah Nina berhenti untuk menarik nafas. Ah sial, air teh itu masuk ke dalam hidungnya. Weiiks,kira-kira sekarang bagaimana ya warna ingusnya? Apakah masih putih, atau hijau atau kecoklatan ataukah putih kental dengan cairan coklat yang cair? Huweekh! Mau muntah jadinya! (emang ne gara-gara sapa hah?? -___-). Gara-gara berhenti, jarak

Nina dengan becak semakin jauh. Nina bersiap untuk berlari lagi, tapi sebelumnya ia menghabiskan minumnya dulu. Iya lah, memangnya mau tersedak lagi ya? Nina melanjutkan pengejarannya, tak lupa mencampakkan plastik sampahnya ke tempat sampah yang kebetulan dilaluinya. Tanpa sengaja ia melihat sosok yang sangat dikenalnya di pinggir jalan. Nino! Mungkin anak itu mau membantunya! Hei dik!, panggil Nina. Yang dipanggil menoleh dan menjawab dengan suara sedikit ketus, Apa?. Nina menjawab lagi dengan suara terengah-engah karena berlari, Dik tolongin dong! Becak itu menculik orang! Ayo!!, seraya menunjuk becak di depannya. Nino menggeleng tak mengerti, apa yang dikatakan orang ini? Walau begitu ia tetap melihat ke arah yang ditunjukkan Nina. Sebuah becak. Apa anehnya? Eh bapak ini, kenapa mukanya garang begitu? Anak kecil yang dibawanya menangis dan menggeleng-geleng. Mencurigakan Akhirnya Nino ikut berlari seperti Nina. Tunggu becaaaaak penculiiiik!!, teriaknya. Nina menoleh kepada adiknya, lalu tersenyum kecil, dan ikut berteriak seperti Nino. WOOOOY BERHENTIIII!!. Suara teriakan mereka membuat semua pengguna jalan mengalihkan pandangannya. Andaikan saya dalam situasi seperti itu saya pasti berpikir, What happened it?. Dan sepertinya rata-rata pengguna jalan yang melihat adegan itu juga berpikir seperti itu. Sekarang sepertinya orang-orang sudah sadar apa yang terjadi dan ikut mengejar becak. Sedangkan si tukang becak akhirnya menghentikan becaknya. Ada apa ini?. Namun malang, tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya dengan benar karena saat itu pula duo-Ni (NIna NIno) ini lompat dan menyergap! HEAAAAAAH!! Badan tukang becak itu terdorong ke belakang dan terjatuh tertelungkup. Melihat kesempatan emas itu Nina mencoba menimpa tubuh si bapak agar tidak bisa berdiri. Sedangkan Nino berlari menuju becak tempat si anak kecil berada. Hei Kak! Untung aku punya kakak yang gendut ya! Hehe.., walau sedang terburu-buru ternyata Nino masih sempat-sempatnya bercanda. Nina hanya mesem-mesem saja, Udah ah! Cepat sana!. Dengan tergesa-gesa Nino melanjutkan misi awalnya. Nak..ada apa ini!?, bapak itu mengulang pertanyaannya. Bapak menculik anak itu kan? Pak, menculik itu perbuatan yang tidak baik. Hati bapak tidak akan bahagia dengan uang hasil menculik... Mata bapak itu melotot. Marah. AP... AYAAAAAH!!. Sesaat Nina terkejut. Ayah?? Anak kecil itu kini berdiri di samping Nino dan memperhatikan dengan sinar mata bingung. Kakak nge-apain ayah?. A..ayah? Iya, ayahku!

Y..yang in..ni?, tunjuk Nina kepada Bapak yang sekarang ditindihnya. IYA! Kurang yakin, kini Nina bertanya kepada yang disebut ayah, Apakah bapak ayahnya? IYA! Wah, jawabnya kok sama-sama IYA ya? Bukannya YAP, YOI, BENAR, BETUL, ataupun BENTUL (BENar dan beTUL). Kenapa harus sama-sama setuju dengan kata IYA? Jangan-jangan mereka memang ayah anak, soalnya biasanya kan orangtua sama anak suka mirip-mirip gitu? (LHA, emang bisa nentuinnya dengan cara begini? Sumber darimana tho? Lagipula bukan ini yang harus dipermasalahkan! Olawaleeeee) Hei nak.., kata Bapak itu. Pasti kamu mengira bapak menculiknya gara-gara melihat dia berteriak dan menangis keras kan? Ehm..iya.. Dia menangis keras bukan karena itu! Gigi anak itu banyak yang berlobang, giginya pun ada yang goyang. Karenanya semalam dia tidak bisa tidur. Jadi Bapak berniat membawanya ke dokter gigi. Eh katanya dia ketakutan kalau giginya bakal di-bor! Tapi karena Bapak nggak tahan dengar tangisannya menahan sakit, bapak pun dengan paksa membawanya ke dokter!. O..oh.. Karena sudah percaya kalau mereka ayah anak, Nina berdiri membebaskan Bapak itu dari neraka tindihan sesak banget nie bow!. Langsung saja anak kecil itu berlari menyongsong Bapak itu. Ayaaah! Main kok nggak ngajak-ngajak?. Kelihatannya si Bapak sedikit sebal, sebenarnya kan beliau disergap gara-gara dituduh menculik kok malah dibilang main-main sih? Lagipula itu kan karena anaknya menangis meraung-raung jadi orang-orang mengira dirinya orang jahat. HEY!!, orang-orang yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah duo-Nisekarang mendatangi mereka. Oh.. panjang umur! Pak, lepaskan anak itu..dia masih kecil, bujuk salah seorang ibu-ibu dengan suara memelas. Ya Pak, kalau Bapak kekurangan uang mungkin kami bisa bantu, kata salah seorang ibu yang lain. Ayo pak, sekarang seorang pemuda yang bicara. TUUUT! BUTUUUUT!!!, terdengar suara teriakan seorang tukang butut yang tak ada hubungannya dari kejauhan. Diserbu seperti itu si Bapak tidak bisa berkata-kata. Nino yang dari tadi diam memperhatikan akhirnya angkat bicara, Mmh..maaf .. sebenarnya anak itu tidak diculik kok..sama sekali!. Lha! Tadi kan adik ini yang teriak tunggu becak penculiik!. Kejadian aslinya gimana sih?, tanya seorang ibu. Mmh.., Nino berpikir sejenak, Begini loh bu.., lalu mulailah Nino menjelaskan semuanya dengan dibantu Nina. Si Ibu dan yang lainnya sepertinya sudah mengerti.

Owalah nak, bikin heboh saja! Lain kali jangan mudah suudzon sama orang! Yah, walaupun tindakan kalian juga bukannya salah. Ibu akui kalian cukup berani mengejar penculik Haha.. iya bu.. maafkan kami, kata Nino dan Nina serempak sambil menundukkan kepala. Setelah itu orang-orang pun bubar. Nina melirik si Bapak. Ng..Pak sebagai permohonan maaf maukah bapak kerumah kami? Ng.. mungkin setelah Bapak membawa anak bapak ke dokter gigi dulu? , lanjut Nina ketika melihat si adik kecil memegangi pipinya. +++ Aduh Nina! Ayo minta maaf pada Bapak ini! Udah kok ma. Si Nino nggak ditanya tuh? Lo? Mama kan bicaranya sama kamu, sayangku? Cintaku? Nina sedang menceritakan tentang kejadian penculikan tadi pada mamanya di dapur. Mama yang tengah mengeluarkan saringan teh akhirnya diam mendengarkan, tapi apa yang dipikirannya, siapa tahu? Eh!, tiba tiba Mama tersentak. Kenapa ma?, Nina menanggapi sentakan itu dengan cara bertanya. Nina, gulanya habis.. belikan di warung ya? Nina sedikit tidak setuju, Haah? Sudah, ayo cepat! Kasihan Bapak itu nanti menunggu.. E-em, Nina mengangguk pasrah. Ia sedikit berlari ketika menuju pintu keluar, melewati ruang tamu dimana Bapak dan adik itu duduk ditemani Nino. Permisi sebentar ya Pak... Adik itu melihat Nina, Mau kemana kak? Mau ke warung sebentar dik.., jawab Nina ramah. Ikut dong?, pinta adik itu. Eh tapi..?, Nina melirik ke arah si Bapak, ia merasa sedikit tidak enak karena bagaimana pun mereka adalah tamu. Si Bapak ternyata sadar,Oh tidak apa-apa.. Hati-hati ya! Nina pun pergi ke warung bersama si adik. Kau cinta~ku..laa..laaa..laaa.., si adik bersenandung pelan sementara Nina membayar belanjaannya. Tiba- tiba senandungan itu berhenti. Kak? Ya?, Nina menoleh.

Kakak punya gopek? Bagi dong? Ada sih? Hmm.. ini untukmu..Kamu mau jajan ya?, Tanya Nina balik seraya memberikan uang gopek yang diminta. Hehe..ada deh!, si adik tersenyum. Ia berlari ke arah si penjual. Bang mau beli air mineral gopekan ya? , serunya. Si penjual membuka kulkas dan memberikan air mineral pabrikan beserta sedotannya pada si adik. Si adik menerimanya dan memberikan uang 500-an (nama lain gopek) pada si penjual. Makasih.. Urusan di warung sudah selesai, Nina dan si adik pun berjalan kembali. Namun si adik menghentikan langkahnya, membuat Nina sedikit heran. Kenapa?, Tanya Nina. Si adik tidak menjawabnya, ia kini malah menuju sebuah pohon yang besar. Hei??, Tanya Nina lagi. Dengan sedotan, adik itu merobek bagian atas tutup air mineral. Itu mengingatkan Nina saat pertama bertemu dengan si adik. Dan juga seperti saat pertama bertemu, adik itu juga menuangkan isinya yang berupa air ke tanah pohon yang kering . Pohonnya udah nggak haus lagi deh! Kata mama pohon itu juga makhluk hidup kayak aku, bisa lapar dan haus!, serunya. Oh.. .Barulah Nina mengerti apa yang sebenarnya dilakukan adik itu, baik hari ini maupun yang waktu itu. Dia menuangkan air bukan karena aneh, tapi karena...hmm baik?? Nina tersenyum lembut. Tangannya mengusap kepala si adik. Kamu anak yang sangaat baik! Kakak yakin ibumu di surga bangga sekali padamu. Si adik terdiam.Makasih kak, senyumnya lebar sekali, hampir menyaingi bulan sabit yang kini samar-samar muncul di langit. Selagi mengusap kepala si adik, mata Nina tanpa sengaja menatap ke arah jalan..dan ia menangkap sebuah sosok di sana..yang sangat dikenalnya. Ah..entah kenapa hatinya mendadak terasa sakit, terlebih ketika mengetahui sosok itu tidak sendirian saja. Sosok itu, cowok yang disukainya TIDAK sendirian melainkan bersama seorang cewek. Pacarnya. Egh.., tanpa sadar Nina membuang muka. Kakak cinta dia ya??, tembak si adik. HAH!?, ditembak langsung seperti itu,bagaimana Nina tidak kaget? Hah.. ternyata anak kecil pun tahu. Tapi tadi apa kata anak ini? Cinta? Kyaa! Aku memang su..suka dia, tapi kalau dibilang cinta..rasanya jadi sedikit malu.. , berbagai pikiran muncul di benak Nina, tapi..bagaimana ya..melihatnya bersama cewek lain rasanyasendirian Sendirian? O-oh..ternyata tanpa sadar Nina menggumamkan apa yang ada di pikirannya. Bukan apaapa.., kilah Nina. Tapi sepertinya kata-kata Nina yang sekarang justru tidak diperhatikan oleh si adik.

Kakak sendirian? Kok bisa? A..ah? itu.. Kan ada Cinta? Ci..cinta?, apa maksud anak ini? Iya, nama aku.. Cinta!Cinta kan sekarang di sini?kakak tidak sendiri?, jelasnya ceria. Nina tertegun. Entah kenapa rasanya saat anak itu mengatakan cinta, hatinya sedikit menghangat. Ia mengerti kalau maksud cinta yang disebutkan anak itu adalah namanya tapi di lain sisi ia merasa disadarkan. Cinta bukan hanya untuk cowok (ataupun cewek, buat yang cowok) yang disukai. Tapi cinta juga untuk teman, sahabat, saudara,orangtua (Mama sering mengatakan sayangku, cintaku?), orang lain..seperti si Cinta dan lain-lain. Dan mau tak mau Nina harus setuju dengan satu perkataan dari..ng..Cinta, ia sekarang memang tidak sendiri karena saat ini Cinta di sampingnya.. Kenapa baru tersadar? Apa karena badan si Cinta yang kocik (pake logat batak, bah!) kali? Haha.. Aku tidak sendirianbenar! Di sampingku ada Cinta, dan aku punya Mama, Papa, Nino, dan teman-teman. Tidak ada alasan untuk merasa sendirian..yah, setidaknya sekarang.. Ah bukan!, Nina menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku tidak sendirianaku punya banyak orang berharga di sekelilingku. Aku tidak boleh merasa sendirian, karena itu berarti mengabaikan kehadiran mereka. Akulah yang membuat alasan untuk merasa sendirian. Aku tidak sendirian.. Nina tahu mungkin ia mengucapkan kata-kata itu di dalam hatinya hanya untuk menghibur dirinya sendiri. Tapi yang terpenting sekarang beban di hatinya sudah sedikit hilang. Oh..anak kecil ini..betapa bahagianya Ibunya yang di surga telah melahirkannya. Hei Cinta? Ya kak?, tanggapnya. Kakak cinta deh sama Cinta!, kata Nina sambil tersenyum. Maksudnya cinta yang ini bukannya pacaran loo? Tapi orang yang berarti, seperti Mama yang mengatakan sayangku cintaku padanya. Cinta kelihatan berpikir, lalu..Maaf ya kak, kakak bukan belahan jiwaku HAAAAA?? Iya, Cinta nggak bisa soalnya kakak bukan belahan jiwa, separuh nafas atau jantung hatinya Cinta..kita temenan aja ya?

_9999 <( O o) > (6 6) ( A )

Oalah Cinta! Bukan itu maksud kakak! Kamu ini..masih kecil kok hapal kata-kata begituan sih??, Nina gemas sekali rasanya, dicubitnya pipi Cinta kuat-kuat. AUUW!! KENAPA??, dicubit kuat seperti itu, ya jelas orang bakal teriak? Setelah itu, suasana pun sunyi lagi. Tapi Nina teringat sesuatu, Hei Cinta.. sepertinya sekarang kamu nggak pakai kata aku lagi ya, tapi Cinta, nama kamu.. kenapa? Apa iya?,mata Cinta terpejam, sst ia sedang berpikir! Mm..kata Ayah sih, Cinta kalau sama orang yang sudah akrab pasti sudah nggak pakai aku-aku lagi. Cinta sih nggak tau kenapa? ..oh? berarti kita sudah akrab dong? Ehehe.. .. +++ Mereka sudah sampai rumah. Nina langsung ke bagian dapurnya karena ia tahu Mama sudah menunggu dari tadi. Mama sudah selesai menata kue dorayaki di piring. Ini Ma.., Nina menyodorkan plastik belanjaan yang sebenarnya hanya berisi sekilo gula pasir yang sudah diplastikin. Lo? Gulanya kan sudah diplastikin, kok pakai plastik lagi?, tanya (atau protes?) Mama. Hmm..biar nggak repot bawanya.., Nina meringis. Mamanya menggeleng-geleng. Wah, sepertinya bakal ada ceramah nih! Nina, kamu tahu nggak, plastik itu adalah salah satu benda yang sulit diuraikan alam, butuh waktu yang sangat lama untuk alam menguraikannya sehingga Ma, ntar kasihan lo Bapak itu nunggu tehnya..?, potong Nina cepat. Hah.. dasar.. ya sudah sana ke ruang tamu dulu, sebentar lagi Mama nyusul.., Mama kembali ke pekerjaan awalnya. Oce deh!, Nina menuju ruang tamu. Tak lama kemudian, Mama datang dengan membawa beberapa gelas teh manis hangat dan sepiring penuh kue dorayaki. Mama meletakkannya di atas meja. Ini dia.. Cinta sepertinya senang sekali, ia langsung meminta izin pada Mama, Cobain ya tante?

Tentu saja boleh! Makan saja sebanyak yang kamu mau, sayangku cintaku~, seperti biasa, Mama suka sekali pada anak-anak. Entah kenapa tiba-tiba Cinta diam. ..Maaf ya te, Tante bukan belahan jiwaku _9999 <( O o) > (6 6) ( A )

+++ Ruang tamu yang biasanya sepi kini benar-benar ramai. Mamalah yang paling berjasa, Bagaimana kuenya, enak tidak?.anak Bapak manis sekali.ayo tambah, jangan malu-malu.. . Sampai ketika Mama bertanya, Anak Bapak sudah sekolah?. Hmm..dia tidak sekolah Bu.. Kami tidak punya cukup biaya untuk menyekolahkannya.., jawab Bapak itu. Oh maaf..tapi kelihatannya anak Bapak pintar lo? Yah mau bagaimana lagi? Mama jadi sedikit tidak enak. Oh ya, kalau tidak salah Bapak tukang becak bukan? Bapak itu mengangguk. A..Bagaimana kalau saya langganan becak Bapak? Setiap hari kan Nina dan Nino ke sekolah jalan kaki. Yah kasihan juga melihat mereka... Mama melihat wajah Nina. Wah, sepertinya dia senang sekali! Bapak itu melihat wajah Mama tak percaya, Betul Bu? Masa saya bohong? Mulai besok bisa Pak? Bi, bisa Bu! Hmm..biaya sekolah Cinta dan lain-lain juga akan saya bantu sebisanya.. Bapak itu tidak tahu harus bicara apa. Ia tak bisa percaya kalau ada seorang baik hati yang mau membantu anaknya sekolah.. Terima kasih banyak Bu.. Dan terima kasih Tuhan.. +++

Bu, Nak Nina, Nak Nino terimakasih ya. Permisi..Mulai besok kan Bu?, Bapak itu pamit pulang. Ya Pak.. Bapak itu menepuk bahu Cinta,Ayo Cinta, bilang apa? Makasih ya, kuenya ennyaaaak! Bapak itu mencubit pipi Cinta, Terus? Ng..dadah?, Cinta melambaikan tangannya. Semuanya serempak membalas, Daaaah! Becak itu pun pergi. Melihat itu, Nino langsung kembali masuk ke dalam rumah, membuat Mama dan Nina yang melihatnya merasa heran. Ada apa Nino?, tanya Mama. Tak lama kemudian Nino muncul di depan pintu sambil membawasepiring kue! Rupanya Cinta dan ayahnya tidak menghabiskan semuanya. Lagipula tadi mereka malu kalau ketahuan rakus. OOOOH!, teriak Nina. Ia sudah tahu kelanjutan dari cerita ini. Nino tersenyum bangga, ALL IS MINE! Alah sok bahasa Inggris! Bagilah kuenya?, yah walaupun Nina tahu sepertinya itu percuma saja. Wek! Lalu terjadilah kejar-kejaran ala Tom and Jerry, hanya saja yang ini diiringi oleh suara seriosa-nya Mama. ANAK-ANAAK! +++ Kue itu berbentuk lingkaran. Ada yang bertabur meses, ada juga yang keju, choco chip, dan potongan apel ataupun pisang. NyemmSaat ini, kue-kue itu tengah disantap Nina dan Nino. Rupanya mereka sudah gencatan senjata toh? Lho? Tadi pagi siapa ya yang bertengkar? , sindir Mama saat melihat keakraban mereka berdua. Siapa ya??, (muka polos mode: on) Nyemm..nyemm, tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal di hati Nina. Nyinyo, nyadi fhagi genafha yagh kitcha beytcengkhar?. Bicaranya tidak jelas karena mulutya penuh dengan makanan. Hmh.. lufha tugh?? Berpikir..berpikirAHA!

Nino yang bicara, Aku ingat, vas! Sehabis Nino mengucapkan kata kunci vas, barulah Nina mengingat semuanya. Kata-kata mama tadi pagi.. Oh ya, kemarin ada kucing masuk rumah lo..Vas Mama pecah gara-gara kucing itu. Huuh.. Iya ya, kemarin kan kita kejar-kejaran, terus vas Mama tersenggol jatuh dan pecah. Baru kita saling tuduh dan akhirnya bertengkar. Tapi itu kan sebenarnya gara-gara kamu yang menyenggol vas? Enak saja! Kan kakak yang mendorong aku? Salah kakak lah!, bantah Nino. Ehhhh???? Pertengkaran ronde 2 hampir terjadi, untung saja hal itu tercegah karena Nina teringat sesuatu. Hehe, sini deh No.. Nino menurut, di dekatkannya telinga kirinya ke mulut Nina. Apa? Nina tersenyum penuh rahasia. Kamu ingat nggak perkataan Mama tadi, tentang kucing masuk rumah itu? Terus kenapa?, Nino bertanya tidak mengerti (ya iyalah, bertanya pasti karena tidak mengerti?). Itu berarti Mama mengira kucing itulah yang membuat vas pecah.. padahal kan sebenarnyahehehe OOH! Benar juga!, kabel di otak Nino sudah connect sekarang. Suasana sunyi sejenak lalu.. HWAHAHAHAHA!!! KYAHAHAHAHAHA!!! HOHOHOHOHOHOHO!!! HUEHEHEEHEHEHEHEHE!!! ANAK-ANAAAK!!!! glek!, jangan-jangan..itu? Rupanya kalian ya yang memecahkan vas Mama?, oh tidak! Ternyata Mama mendengarnya! Kini Mama tepat berada di belakang Nina dan Nino. Brr Nina benar-benar tidak berani melihat ke belakang, ia pun mencari alasan. Ma, Nina permisi ke kamar dulu ya?

I,iya ma, aku baru ingat ada PR.., Nino ikut-ikutan mencari alasan. ......HMMH! Jangan kabur! Kalian berdua ayo ke kamar Mama, cepat! +++ Oh ya, saat kau bertengkar dengan keluargamu, ada satu lagi pilihan kemungkinan yang akan terjadi di rumahmu. Kemungkinan yang ini lumayan langka, tapi setidaknya duo-Ni ini sudah mengalaminya. Yang ini akan terjadi apabila jika yang sedang bertengkar-apalagi kalau dua-duanya cerewet memilih untuk mendiamkan musuhnya. Besok paginya biasanya mereka saling diam. Siang hari, lumayan diam. Lalu pada sorenya mereka sudah melupakan pertengkaran itu dan bercanda seperti biasa. Pada malam hari mereka bertanya-tanya, kenapa ya kita bertengkar?. Saat teringat penyebabnya ternyata kalau dipikir-pikir penyebab pertengkaran itu tidaklah besar dan seharusnya itu tidak perlu dipertengkarkan. Lebih baik jujur saja dengan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, atau itu akan berakhir dengan.CERAMAH! +++ Dalam hati, Nina menandai bahwa ini adalah salah satu hari terbaik di hidupnya- dengan pengecualian ceramah Mama tentunya!

The End

Anda mungkin juga menyukai