Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi dan kelahiran yang masih tinggi merupakan hambatan utama dalam pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu guna mencapai hasil yang opimal sesuai dengan Visi Pembangunan Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010. Bangsa Indonesia diharapkan mencapai tingkat kesehatan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai secara adil dan bermutu, merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2008, p.58). Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia satu tahun. Dari sisi penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Endogen atau kematian neonatal adalah kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, biasanya disebabkan oleh faktor yang dibawa sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau selama kehamilan. Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun, biasanya disebabkan oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar (Kompas.com).

Angka kematian bayi dihitung dari banyaknya kematian bayi berusia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada waktu yang sama. Manfaat dari IMR, adalah untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi (Dinkes Demak, 2009, p.78). Menurut Departemen Kesehatan RI rata-rata pertahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2008 (SDKI). Berdasarkan survei lainnya yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2008, kematian bayi baru lahir (neonatus)

merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya Angka Kematian Bayi (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup meninggal dalam rentang waktu 0-12 hari paska kelahiran. Banyak kematian bayi dan balita disebabkan oleh ISPA, infeksi dan kurangnya kelengkapan Imunisasi (Depkes RI, 2008, p.66). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng) AKB di Kabupaten Demak menduduki peringkat keempat dari semua kabupaten/kota se Jawa Tengah yaitu 23.077 jiwa pada tahun 2009. Salah satu program pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan, kecacatan, kematian bayi serta anak balita yaitu dengan imunisasi melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka

kematian bayi dan anak. Pada dasarnya semua imunisasi itu sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh anak tetapi pada kenyataanya masih banyak yang beranggapan bahwa imuniasasi hanya cukup Polio saja dan menganggap imunisasi itu tidak terlalu penting karena anaknya sudah besar dan sehat (Dinkes Jateng, 2009). Diperkirakan penyakit infeksi menyebabkan 5,97 kematian pada bayi berusia kurang dari lima tahun pada 2008. Pneumonia 18%, Diare 15% dan Malaria 8% tercatat sebagai penyebab kematian tertinggi. Sekitar 40 dari bayi yang meninggal baru berusia kurang dari sebulan (Kompas.com). Data yang diperoleh dari Dinkes Jateng, cakupan imunisasi dasar di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sudah mencapai target minimal nasional (85%), pencapaian tiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah sasaran bayi pada tahun 2009 adalah 577.750. Sedang cakupan masing-masing jenis imunisasi adalah sebagai berikut BCG (92,50%) DPT+HB 1 (89,60%), DPT+HB3 (99,04%), Polio 4 (99,14%), Campak (96,59%). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak (Dinkes Demak) pada 3 tahun terakhir rata-rata cakupan imunisasi pada bayi di Kabupaten Demak secara keseluruhan yakni 80% dari target cakupan sebesar 100%. Daerah Kecamatan Demak khususnya Puskesmas Guntur II cakupan imunisasinya belum mencapai target yang sudah ditentukan yaitu sebesar 90% dari 10 imunisasi yang diwajibkan Puskesmas Guntur II belum memenuhi target dengan imunisasi sebagai berikut HB0 (79,6%), BCG (92,4%), Polio 1

(93,6%), DPT+HB 1 (92,4%), Polio 2 (93,6%), DPT+HB 2 (82,8%), Polio 3 (83,2%), DPT+HB 3 (90,8%), Polio 4 (90,2%) Campak (85,6%). Berdasarkan studi awal penelitian yang dilakukan terhadap 10 orang di Wilayah Kerja Puskesmas pada ibu bayi usia 9-12 bulan dapat diketahui bahwa 70% ibu telah memberikan Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi usia 9-12 bulan dan 30% ibu tidak melakukan Imunisasi Dasar Lengkap. Dari hasil wawancara ibu yang kurang untuk mengimunisasikan bayinya karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai imunisasi dan tempat pelayanan yang jauh dari tempat tinggal membuat ibu enggan membawa anaknya ke sana. Oleh karena itu penulis mengusulkan penelitian untuk mengetahui lebih dalam lagi gambaran tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian Imunisasi Dasar Lengkap. Upaya petugas kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Guntur II dalam mengatasi rendahnya cakupan imunisasi di wilayah Puskesmas Guntur II yaitu dengan menyelenggarakan Puskesmas Keliling dan Antenatal Care untuk Bayi baru Lahir.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah : Adakah hubungan antara karakteristik ibu dengan tingkat Pengetahuan Ibu Bayi usia 9-12 Bulan tentang Pemberian Imunisasi Dasar ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian imunisasi dasar lengkap. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan umur b. Mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan pendidikan c. Mengetahui hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian imunisasi dasar. d. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian imunisasi dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Memberikan informasi tambahan untuk meningkatkan pengelolaan program imunisasi dasar dan pencengahan penyakit, 2. Bagi Institusi Pendidikan Untuk melengkapi sumber bacaan di perpustakaan terutama mengenai pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar. 3. Bagi Penulis Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah serta mengamalkan secara nyata dalam bentuk karya tulis.

4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis selanjutnya.

E. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

JUDUL PENELITITAHUN
Studi Deskriptif Sikap Ibu bayi tentang Lima Imunisasi Dasar Lengkap (L-I-L) di Desa Kandangrejo Wilayah kerja Klambu Kabupaten Grobogan, ASIH TRIMURNI 2011 Gambaran Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang imunisasi Campak di Desa Pecakatann Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan tahun 2009, RUMJANAH 2009 Gambaran tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan tentang pemberian imunisasi dasar, TAUFIQA MAULIDYA 2011

SASARAN

VARIABEL yang DITELITI

METODE
- Cross sectional

HASIL
- Hasil dari penelitian ini di dapatkan bahwa ibu mempunyai sikap negatif terhadap imunisasi Hepatitis B dan ibu mempunyai sikap negatif terhadap L-IL - Hasil dari penelitian ini di simpulkan masyarakat desa Pecakatan mayoritas berpendidikan dasar dan berpengetahuan cukup tentang imunisasi Campak.

Ibu-Ibu yang mempunyai Sikap Ibu bayi usia 0-12 bulan yang berada di Desa Kandangrejo Wilayah Kerja Puskesmas

Ibu yang mempunyai balita Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan ibu di Desa Pecakatan Kabupaten Pekalongan

- Cross sectional

Ibu-ibu yang mempunyai Tingkat pengetahuan ibu bayi usia 9-12 bulan bayi usia 9-12 bulan didesa Gaji kecamatan Guntur - Cross Sectional

Kabupaten Demak

Anda mungkin juga menyukai