Anda di halaman 1dari 5

Nama: Febrillian Pratami NPM: 1006664281 Crtical Review 2 TEORI NEGARA Teori modern terbagi menjadi dua yaitu

demokratik-liberal dan progresif. Demokratikliberal terpengaruh oleh kapitalisme industrial. Negara dipandang sebagai penjamin bagi kepentingan dan hak individu, membatasi kepentingan material, dan mengizinkan pasar beroperasi secara bebas. Plato mengidentifikasi empat tipe negara yaitu timokrasi (pemerintahan atas dasar kehormatan), oligarki, demokrasi, dan tirani. Konsep Aristoteles atas negara adalah komunitas politik yang berorientasi pada kebaikan. Negara didasarkan atas ekonomi, etika, dan sistem politik tertentu. Konsep negara menurut Machiavelli yaitu sebuah struktur yang berpusat pada kekuasaan dan tidak ada yang lebih superioer dibanding negara. Ide kedaulatan dan negara bagian menurut Hobbes terbentuk dari konstitusi dan pembagian kekuasaan antara berbegai pihak yang hubungannya diatur oleh hukum. Karena konstitusi lah yang mengarahkan kestabilan pemerintahan menurut Hobbes. Aristoteles percaya bahwa pemerintah dapat menciptakan titik keseimbangan antara kekuatan yang ada di negara. Berbeda dengan Rousseau yang berpendapat bahwa kebebasan persamaan dapat terjadi di negara melalui kontrak sosial. Menurut Montesqueiu kekuasaan tiap pemerintahan dibatasi oleh distribusi diantara pihak-pihak yang menjalankannya. Skeptisime atas teori keseimbangan kekuasaan ini memunculkan ide bahwa pasar bebas dapat mengatasi ambisi politik individu. Keinginan individu untuk menyejahterkan dirinya akan membawa dampak baik bagi masyarakat sendiri. Peran negara menurut Bentham sebagai pelindung dari sistem kapitalis dan ketidakterbatasan kepemilikan individu. Negara pelu memastikan kapitalisme tidak membuat masyarakatnya sengsara karena ketidaksetaraan kekuasaan. Bagi negara borjuis liberal perwakilan dan demokrasi dikendalikan oleh kelompok tertentu, juga dalam distribusi barang dan jasa yang disesuaikan dengan kekayaan. Max Weber menjawab permasalahan ini melalui melalui ide rational state yan mampu mengatur pemerintah dan birokrasinya dibawah kapitalisme moderen. Dalam mengatur hal ini negara berhak menggunakan paksaan demi mengatasi perebutan kekuasaan oleh kelompok dominan. Pandangan Schumpeter terhadap demokrasi dalam negara kapitalis menentang ketidakmampuan opini individu untuk diterapkan bagi kepentingan masyarakat karena bagi

masyarakat yang kurang mengerti isu politik akan mudah dipropaganda akibat bertindak sesuai kepentingan dirinya sendiri diatas kepentingan bersama. Pendapat-pendapat diatas berdasarkan perspektif teori negara demokratik-liberal. Teori negara progresif berkutat dalam pemahaman sosialis dan komunis Hegel dan Marx. Bagian dari civil society seperti polisi, pengadilan, departemen administrasi berfungsi untuk mengangkat kepentingan pribadi dan menggabungkan komunitas dalam negara. Tiga kekuatan negara menurut Hegel adalah legislatif, eksekutif, dan kedaulatan yang berjalan secara moderat dan dapat menyelesaikan konflik dalam civil society. Sedangkan menurut Marx negara dibawah kapitalisme hanya menjaga kepentingan kelompok kaya yang minoritas jumlahnya dan menekan kelompok lainnya. Posisi negara bukan di atas kelas tetapi bersandingan dengan penguasa. Sehuingga keberadaan negara terpisah dengan civil society dan tiap individu juga terpisah karena kepentingan pribadi. Negara mengakui pengejaran kepentingan oleh individu sesuai dengan kepemilikan pribadinya, sehingga hal ini menyebabkan ketimpangan dan perpecahan masyarakat.. Kekuasaan yang dibentuk oleh kaum borjuis tidak hanya dalam segi ekonomi tapi juga negara. Kelas yang didasari pembagian kerja akan membentuk perlawanan terhadap dominasi. Perjuangan kelas ini akan membawa perubahan pada negara menjadi stateless society. Engels menjelaskan tentang konsumsi dan produksi yang awalnya merupakan kepentingan bersama kemudian berubah setelah mengalami pembagian kerja, pertukaran antar individu, dan produksi komoditas. Berbeda dengan pandangan Lenin bahwa negara adalah produk dan manifestasi dari ketidakdamaian antagonisme kelas. Jadi negara bertugas untuk mendamaikan tiap kelompok yang ada. Negara sebagai kekuatan diatas masyarakat yang hanya bisa dijatuhkan melalui revolusi dan penghancuran aparat negara oleh kelas yang berkuasa. Kemudian kelas pekerja atau proletariat akan berkuasa dan mengubah produksi individu menjadi kepemilikan negara, maka terjadilah evolusi dari kepitalisme menjadi komunisme. Fungsi kekuasaan negara diserahkan pada masyarakat hingga tidak lagi dibutuhkan dan berubah menjadi stateless. Menurut Gramsci pembentukan negara komunis ini berlainan dengan kemunculan hegemoni sebagai kekuasaan atas perwakilan yang dimiliki suatu kelas terhadap kelas subordinat lainnya. Hegemoni tidak mungkin terjadi pada negara yang dikuasai oleh satu kelas saja dan mengambil tempat dalam tuntutan demokrasi masyarakat. Terdapat revolusi pasif yang dilakukan borjuis menggunakan negara untuk mengatur struktur ekonomi dan sosial ketika

hegemoninya terancam. Sedangkan revolusi anti-pasif digunakan oleh kelompok pekerja sebgai perlawanan terhadap borjuis. Kegiatan produksi tidak bisa dipisahkan dari politik serta hubungan sosial turut dipengaruhi oleh hubungan produksi, maka kelas hegemoni perlu menggabungkan kekuatan sosial dengan kepemimpinan dalam kegiatan produksi untuk membentuk blok historis. Perbedaan signifikan antara teori demokratik-liberal dan progresif yaitu dalam terciptanya kelas di dalam masyarakat. Kelas yang tercipta dalam demokratik liberal bersifat natural karena faktor kebebasan yang diberikan negara terhadap hak individu, sedangkan progresif menempatkan negara sebagai kekuatan yang bersifat memaksa kelas tertentu demi tercapainya kestabilan politik dan sosial. Menurut C.H. Titus negara lebih baik dilihat sebagai aspek dari sistem politik bersama dengan partai politik, kelompok kepentingan, media komunikasi, dll. Dengan melihat sistem politiknya dapat menganalisa perbandingan negara-negara berkembang. Perkembangan politik yang terjadi akibat beberapa peristiwa seperti kejatuhan rezim oritarian di Eropa Timur dan Amerika Latin menyebabkan tersingkirkannya Marxisme karena teralihkan oleh demokrasi dan isu lain seperti lingkungan dan feminisme. Negara perlu mengatur dan menengahi kepentingan masyarakat. Pada negara otoritarian peraturannya bersifat otoriter dan tidak ada kompetisi dan partisipasi dibatasi. Lain halnya pada negara kapitalis, kelas sosialnya diatur berkelompok sehingga kepentingan individu berada di bawah kepentingan borjuis. Teori mainstream tentang negara pertama adalah perspektif kapitalis pluralis yang melihat negara sebagai tempat bertemunya tuntutan dan kepentingan politik antara kelompok yang berkompetisi dan individu. Sifat negara adalah netral dan menjadi penengah konflik antara partai politik dan kelompok kepentingan. Kedua perspektif institusional melihat negara sebagai susunan insitusional pemerintahan. Pertemuan antara penerimaan proposisi individu yang rasional dan perilaku pilihan rasional dapat dijelaskan melalui pemahaman institusi. Ketiga perspektif korporatis yang berasal dari rezim fasis. Manoilescu berpendapat bagaimana ekonomi dan politik dapat diatur ke dalam korporasi formal yang diawasi oleh negara. Hal ini juga didasari atas kepercayaan terhadap perencanaan yang esensial bagi kapitalisme modern dalam masukan kebijakan yang efektif dipengaruhi oleh konsensus antar kelompok terkait. Jessop mengidentifikasi dua perbedaan korporatisme dalam negara yaitu korporatisme masyarakat yang berupa otonomi atas kepentingan dari negara dan koporatisme negara yang berupa ketergantungan asosiasi kepentingan pada negara karena bentuk kekuasaan otoriter dan situasi

krisis. Korporatisme memandang negara sebagai akar dari ekonomi dan civil society serta sebagai instrumen yang memberikan borjuis kekuasaan untuk merestrukturasi masyarakat. Keempat perspektif otoritarian birokratik melihat negara sebagai penjamin dan pengatur atas dominasi yang dilaksanakan melalui struktur kelas yang tersubordinat oleh pecahan atas praktek oligopoli borjuis. Kelima perspektif neoliberal menekankan pada kebebasan atas otonomi individu dan pencarian keuntungan dalam pasar. Neoliberal bermaksud menghilangkan peran pemerintah dari arena ekonomi. Mereka ingin memprivatisasi ekonomi, peraturan pasar bebas, dan membuka perdagangan nasional menjadi internasional, dan memtong pengeluaran pemerintah dalam program kesejahteraan masyarakat. Paham neolib ini cenderung tidak disukai beberapa pihak karena dianggap tidak mengadvokasi kebutuhan masyarakat. Tetapi ada juga yang menggarisbawahi akar politik suatu negara berupa jaringan institusional agensi dan orang yang membentuk, mengarahkan, dan mengatur pembangunan ekonomi, kesejahteraan dan keamanan sosial, serta kehidupan sosial dan politik. Selain teori mainstream di atas terdapat beberapa alternatif teori yaitu pertama perspektif sosialis pluralis meliputi pemikiran Lenin tentang hegemoni. Pada negara yang baru mengalami proses demokratisaasi setelah rezim otoriter akan mudah diasosiasikan pluralismenya dengan sosialisme dimana negara menyaring tuntutan dan kepentingan individu dan kelompok yang berkompetisi. Kedua perspektif institusional Marxis yang berdasarkan pendekatan kepemilikan individu dan peran negara sebagai penegak atas hak kepemilikan. Selain itu negara juga harus menciptakan stabilitas baik distribusi ekonomi maupun penjminan hak kepemilikan. Ketiga perspektif instrumental yang memandang negara sebagai alat bagi kelompok yang berkuasa untuk mengontrol masyarakat. Jadi kekuatan negara dilihat dari kelompok berkuasa yang mengontrol dibelakangnya. Keempat perspektif struktural yang melihat negara sebagai subordinat dari kekuatan eksternal yang memaksanya. Strukturalisme juga membantu memahami perbedaan dasar ekonomi yang menggabungkan negara dengan aparatnya. Strukturalis meminimalisir aktivitas kelas dan menekankan output politik dari aktivitas negara yang memastikan dominasi kapitalis. Kelima perspektif regulasi yang berargumen bahwa melalui regulasi dapat menciptakan pembangunan sistem yang baik. Meskipun negara tidak pernah absen dalam pembuatan regulasi tapi hal itu tetap saja diabaikan karena pendekatan yang dilakukan juga tidak seimbang dan negara perlu dilihat sebagai objek sekaligus agen dari peraturan itu

sendiri. Keenam perspektif feminis yang fokus pada distribusi kekuasaan dalam negara secara patriarki dan mengesampingkan peran perempuan. Peran modal dalam negara modern dapat dipahami melalui term instrumentalisme yang digunakan kaum borjuis untuk mencapai kepentingannya atau dilihat pada term strukturalisme yang membatasi negara dari pembuatan kebijakan yang menentang kaum borjuis. Singkatnya negara telah dijelaskan sebagai pembedaab institusi dan organisasi yang fungsinya diterima secara sosial untuk menjamin dan mengikat keputusan kelompok demi kepentingan bersama. Aspek politik dan ideologi negara dapat mempengaruhi aktifitas kelompok dan institusi. Perbedaan yang signifikan pada ideologi dan sistem politiklah yang menyebabkan peran dan fungsi negara berbeda satu dengan lainnya bagi tiap kelompok, baik yang dominan maupun subordinat.

Anda mungkin juga menyukai