Anda di halaman 1dari 10

Nama : Yapfi Julia NRP : 114090021

Cross-flow Filtration dan Mikrofiltrasi


1. Crossflow Filtration 1. 1. Pengertian Crossflow Filtration Dalam teknik kimia, teknik biokimia dan pemurnian protein, crossflow filtration, juga dikenal sebagai filtrasi aliran tangensial, merupakan salah satu jenis metode aplikasi filtrasi. Crossflow filtration berbeda dari dead end filtration, di mana umpan dialirkan secara tangensial melalui sepanjang membran pada tekanan relatif positif terhadap sisi permeate, seperti yang terlihat pada gambar 1. Zat-zat terlarut atau bagian dari campuran yang diumpankan memiliki ukuran partikel lebih kecil dari ukuran pori membran sehingga dapat melewati membran sebagai permeate atau filtrat. Sebaliknya, zat-zat terlarut atau bagian yang tertahan pada sisi umpan dari membran disebut sebagai retentate. Pada cross flow filtration, baik retentate maupun permeate kemudian dikeluarkan di ujung lain. Kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode filtrasi konvensional yaitu aliran umpan campuran dapat membantu menyingkirkan cake filter, yang dapat menghalangi medium filter selama proses filtrasi sehingga meningkatkan jangka waktu penggunaan suatu media filter. Oleh karena itu, crossflow filtration dapat digunakan untuk proses kontinyu, tidak seperti dead end filtration yang cenderung bersifat batch. Pencegahan pembentukan filter cake tersebut juga menyebabkan laju penyingkiran retentate lebih tinggi. Selain itu, crossflow filtration dapat beroperasi terus-menerus pada beban padatan yang relatif tinggi, seperrti slurry, dengan meminimalisasi risiko terjadinya penyumbatan.

Gambar 1. Skema proses crossflow filtration

Jenis filtrasi ini biasanya dipilih untuk umpan yang banyak mengandung partikel padatan ukuran kecil karena padatan dengan cepat dapat menghalangi permukaan filter, seperti yang terjadi pada dead end filtration. Contoh industri yang menerapkannya yaitu ekstraksi antibiotik yang terlarut dari larutan fermentasi.

1. 2. Aplikasi metode crossflow filtration Membran crossflow filtration telah banyak digunakan secara luas dalam industri global. Membran filtrasi tersebut dapat berupa polimer atau keramik tergantung pada aplikasinya. Prinsip crossflow filtration digunakan secara meluas pada reverse osmosis, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan mikrofiltrasi. Dalam proses pemurnian air, proses ini lebih efektif dan biayanya lebih murah dibandingkan dengan metode penguapan tradisional. Dalam pemurnian protein, dikenal istilah Tangential Flow Filtration (TFF) yang digunakan untuk menggambarkan crossflow filtration dengan membran. Proses ini dapat digunakan pada tahap yang berbeda selama pemurnian, tergantung pada jenis membran yang dipilih. Pada gambar 2, yang menunjukan unit filtrasi dengan prinsip crossflow filtration, dapat dilihat bahwa pipa untuk aliran recycle jauh lebih besar dari pipa untuk aliran umpan (pipa vertikal di sisi kanan) atau pipa untuk aliran permeate. Hal ini dikarenakan ukuran pipa secara langsung berkaitan dengan banyaknya cairan yang mengalir melalui unit. Pada crossflow filtration, umpan di-recycle berulang kali di sekitar unit menggunakan pompa khusus hingga dicapai kandungan padatan retentate yang cukup tinggi. Retentate kemudian dialirkan ke proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat yang tidak diinginkan dari campuran umpan dan memperoleh jumlah filtrat yang optimal.

Gambar 2. Unit filtrasi dengan prinsip crossflow filtration

1. 3. Peningkatkan kinerja cross flow filtration Adapun alternatif cara untuk meningkatkan kinerja crossflow filtration, yaitu: 1. Backwashing Dalam backwashing, permeate mengalir kembali ke dalam sisi umpan, dibantu dengan pompa kedua, yang menyebabkan perbedaan tekanan antara sisi membran menjadi terbalik dan lapisan fouling tersingkirkan dari permukaan membran. 2. Clean in place Sistem clean in place biasanya digunakan untuk menghilangkan kotoran dari membran setelah penggunaan secara ekstensif. Proses ini dapat menggunakan deterjen, agen reaktif seperti natrium hipoklorit dan asam dan basa, seperti: asam sitrat dan natrium hidroksida. 3. Pemekatan Pada cara ini, volume aliran dikurangi dengan mengalirkan permeate. Pelarut, larutan, dan partikel lebih kecil dari ukuran pori membran akan melewati membran, sementara partikel yang lebih besar dari ukuran pori akan tertahan, dan dipekatkan. Dalam aplikasi tertentu, proses pemekatan ini dapat dilanjutkan dengan diafiltration. 3. Diafiltration Untuk menghilangkan komponen permeate dari slurry secara efektif, pelarut dapat ditambahkan ke dalam umpan untuk menggantikan volume permeat, dengan jumlah yang sama seperti laju alir permeat, sehingga volume dalam sistem tetap konstan. Hal ini analog dengan mencuci cake filter untuk menyingkirkan zat terlarut. Pengenceran juga mengacu sebagai diafiltration. 4. Process Flow Disruption (PFD) Cara yang lebih sederhana daripada backwashing adalah untuk mengatur tekanan antarsisi membran ke nol sementara waktu dengan menutup aliran permeat. Hal ini dapat membantu pengikisan lapisan fouling tanpa memerlukan pompa kedua. Cara ini tidak seefektif backwashing dalam menyingkirkan fouling, tetapi cukup

menguntungkan.

1. 4. Perhitungan Laju Alir Fluks atau laju alir dalam cross flow filtration diberikan oleh persamaan:

di mana: J P reverse Rm Rc = Flux = Tekanan antarsisi membran (juga meliputi tekanan osmotik pada membran osmosis). = Tahanan membran = Tahanan cake = Viskositas larutan

2. Mikrofiltrasi 2. 1. Jenis Membran Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat dibagi menjadi 3 kategori, antara lain:

Membran berpori

Pada membran berpori, pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan dipisahkan. Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori dapat dikelompokkan menjadi macropores (>50nm), mesopores (2-50nm), dan micropores (<2nm). Membran berpori digunakan pada microfiltration dan ultrafiltration.

Membran tak berpori

Membran tak berpori dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama, baik gas maupun cairan. Pada membran ini, tidak terdapat pori-pori, berbeda dengan membran berpori. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi. Jadi, molekul terlarut di dalam membran, kemudian berdifusi melewati membran tersebut.

Carrier membrane

Pada carrier membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier molecule yang memindahkan komponen yang diinginkan untuk melewati membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu komponen sehingga menghasilkan pemisahan dengan selektifitas yang tinggi. 2. 2. Struktur membran Berdasarkan strukturnya, membran mikrofiltrasi dapat diklasifikasikan sebagai tortuous pore dan capilary pore, seperti yang terlihat pada gambar 3. Berikut merupakan perbedaan antara tortuous-pore dan capilary pore, seperti yang

terangkum dalam tabel di bawah ini: Pembeda Struktur membran Tortuous-pore Capilary pore lubang-lubang

Menyerupai sponge dengan Menyerupai jaringan hubungkan porinya yang setiap meng- kapiler silindris pori-

Meterial membran

Membran

selulosa

dan Membran poliester

polikarbonat

dan

hampir seluruhnya polimer Pengukuran dengan

pori Sulit untuk diukur porinya Dapat diukur SEM dengan SEM karena ukuran

(Scanning Electron permukaan pori-pori sepanMicroscope) jang kedalaman membran

tersebut tidaklah sama Tingkat porositas Lebih dari 75% Kurang dari 5%

Gambar 3. Permukaan pori-pori membran capilary pore dan tortuous pore

2. 3. Proses Pembuatan Membran Proses pembuatan membran toruous pore dengan proses phase-inversion Pada umumnya membran tortuous pore dihasilkan melalui casting atau cetakan yang dikenal sebagai proses phase-inversion. Larutan yang digunakan untuk proses casting terbuat dari polimer dan pelarut berbagai komponen yang dihubungkan dengan belt berbahan stainless steel atau jaringan. Belt tersebut melalui suatu ruangan yang mengandung uap air pada suhu tinggi. Kemudian pelarut volatil berevaporasi sedangkan uap air mengendapkan polimer di sekitar pelarut yang kurang volatil sehingga membentuk bekas pori. Proses ini dapat terlihat pada gambar 4. Setelah membran terbentuk, residu pelarut dibersihkan dari pori, surfaktan ditambahkan, dan membran dikeringkan. Pada proses pembuatan membran dengan polimer polivinilidin fluorida dengan teknik phase inversion, belt dilewatkan pada bak berisi air untuk mengendapkan polimer.

Gambar 4. Skema peralatan pembuatan membran mikrofiltrasi melalui casting Proses pembuatan membran tortuous pore dengan proses thermal phaseinversion Dalam proses thermal phase inversion, terdapat cara untuk membentuk membran berpori dari polimer yang tidak dapat larut dalam suhu ruangan, yaitu dengan menaikan suhu hingga polimer tersebut larut dalam pelarut yang sesuai. Hasil larutan kemudian didinginkan hingga polimer mengendap dalam pelarut dan membentuk bekas pori (pore-former) pada suhu ruangan.

2. 4. Modul membran Konfigurasi membran dapat mempengaruhi biaya, mengurangi risiko pergantian, dan efisiensi filtrasi. Terdapat tiga jenis konfigurasi membran yang paling banyak dipakai untuk kebutuhan mikrofiltrasi di industri, yaitu: 1. Plate and frame

Gambar 5. Skema modul jenis plate and frame Pada gambar 6, terlihat bagian dalam peralatan filter membran tipe plate and frame atau stacked plate, yang mengandung 60 buah membran setebal 293 mm dengan luas permukaan filtrasi maksimum 3 m2. Pada peralatan ini, hanya dapat digunakan membran tortuous pore. Hal ini dikarenakan membran capillary pore yang biasanya berupa polikarbonat dan poliester bersifat sangat tipis dan dapat mengambil muatan elektrostatik dengan mudah.

Gambar 6. Komponen internal membran tipe plate and frame

2. Pleated cartridges

Gambar 7. Tipe pleated cartridge Kebanyakan tipe pleated cartridge disegel dengan selubung yang dikenal sebagai 0ring seperti yang terlihat pada gambar 7. Terdapat dua desain o-ring, yaitu eksternal dan internal. Keduanya memilki keunggulan dibandingkan dengan segel gasket yang terdapat pada plate and frame karena tidak mudah berpindah posisi akibat tekanan. Tipe ini dianggap lebih mahal dibandingkan dengan luas permukaan membran ekivalennya. Beberapa pihak mengatakan, meskipun mengurangi biaya pergantian tenaga kerja, hal tersebut tidak menutupi biaya tambahan yang dikeluarkan. Oleh karena itu, biasanya tipe pleated cartridge juga digabung dengan metode cross flow filtration. Perpindahan menuju pleated cartridge dapat dipercepat karena catridge dapat digunakan kembali setelah proses backwashing. Pada gambar 8, dapat dilihat bahwa aliran cross flow didorong menuju pleat sehingga bergerak secara tangensial pada membran. Melalui modifikasi sederhana tersebut, laju alir keluaran meningkat cukup banyak. Retentate, atau aliran komponen-komponen yang tertahan dan tidak mampu melewati membran, dialirkan kembali ke bawah modul untuk selanjutnya di-recycle kembali.

Gambar 8. Membran pleated cartridge yang dimodifikasi dengan cross flow filtration

3. Tubular/hollow-fiber modules

Gambar 9. Modul membran tubular atau hollow fibre Daftar Pustaka http://en.wikipedia.org/wiki/Cross-flow_filtration (diakses pada tanggal 22 Desember 2011; 22. 25) Kujawski, W. 2000. Application of Pervaporation and Vapor Permeation in Environmental Protection. Polish Journal of Environmental Studies: 9(1):13-26. Porter, 1990. Handbook of Industrial Membrane Technology. New Jersey: Novey Publications.

Anda mungkin juga menyukai