Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Perawat sebagai suatu profesi keperawatan merupakan bagian dari tim kesehatan yang bertanggung jawab membantu klien sebagai individu, keluarga, dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat maupun sakit (Haryanto, 2008). Roy (1980), dalam Nursalam (2002 & 2011) menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial. Sementara itu, asuhan yang diberikan perawat harus dapat mengatasi masalahmasalah klien secara fisik, psikis, dan sosiospiritual dengan fokus utama mengubah perilaku klien (pengetahuan, sikap, dan keterampilanya) dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga dapat mandiri (Nursalam, 2011) termasuk pada klien dengan gangguan jiwa. Praktek klinik keperawatan jiwa menekankan pada proses keperawatan kesehatan jiwa sebagai pendekatan dalam mengkaji perilaku manusia dari berbagai segi pandangan dan tindakan keperawatan jiwa yang berakar pada kemampuan komunikasi terapeutik yang ditujukan pada perorangan maupun kelompok dilingkungan pasien/klien dengan gangguan mental dari masalah yang sederhana sampai masalah kompleks secara tuntas, baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, sesuai dengan batas kewenangan, tanggung jawab dan kemampuanya serta berlandaskan etika profesi keperawatan (azizah, 2011). Pasien dengan gangguan jiwa bersifat kronik dan mudah relaps, pasien lama dirawat dan mengalami deteriorating kemampuan yang selanjutnya menambah kejenuhan para perawat. Asuhan Keperawatan (Askep) jiwa lebih menekankan pada penjagaan pasien dari perilaku yang tak

terduga dan tak terkendali, perilaku agresif baik terhadap lingkunganya maupun terhadap dirinya sendiri (Izzudin, 2006). Kemampuan melaksanakan tugas merupakan unsur utama dalam menilai kinerja seseorang. Namun, tugas tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa didukung oleh kemauan dan motivasi (Nursalam, 2011). Hasil penelitian oleh Hidayat (2007) tentang pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan variable moderator etos kerja spiritual dapat dibuktikan bahwa motivasi kerja karyawan mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Namun, penelitian yang menguraikan tentang faktor motivasi yang mendasari perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa masih kurang. Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa satu dari setiap 1.000 penduduk dunia mengalami gangguan jiwa (Reza, 2008). Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi (Kompas, 29 September 2011 dalam PantonaNews.com). Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2010) mengatakan, jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun 2011 mencapai 306.621 orang, naik dari 159.029 orang pada tahun 2010 (health.kompas.com). Sedangkan menurut data yang didapat dari Liponsos (Lingkungan pondok sosial) Pemerintah Kota Surabaya hingga April orang gila sudah mencapai 600 orang. Prevalensi jumlah masalah pasien mental yang terbesar adalah skizofrenia, retardasi mental dan penyalahgunaan obat/narkotik. Menurut perhitungan WHO, dari sepuluh persen populasi penyandang cacat

antara lain karena gangguan kesehatan jiwa yaitu skizofrenia, retardasi mental, dan penyalahgunaan obat/narkotik dan alkoholisme, masing-masing adalah tujuh koma tujuh persenya, belum termasuk gangguan jiwa karena gangguan organik pada otak/brain damage, epilepsy, dan geriatrik. Penderita skizofrenia yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia diperkirakan 50-60% memerlukan program rehabilitasi yang intensif (Depkes RI, 1995 dalam Mustofa, 2009). Tingginya jumlah pasien dengan gangguan jiwa mengakibatkan semakin meningkatnya asuhan keperawatan jiwa yang dibutuhkan. Semakin banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang tenaga perawat maka tentu saja akan menambah tinggi beban kerjanya demikian juga sebaliknya (Wandy, 2007). Selain itu, permasalahn perawat Indonesia yang sedang berkembang adalah tentang gaji perawat, khususnya yang bekerja di instansi pemerintah, dirasakan sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara lain, baik di Asia atau pun di Amerika. Keadaan ini berdampak pada kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang professional (Azrul azwar, 1997 dalam Nursalam 2011). Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan alat ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat. Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan (Nursalam, 2011). Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Hidayat, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pajar (2008), menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan, motivasi, usia, dan pengalaman kerja secara bersamasama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variable produktivitas kerja

perawat. Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memlihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2000: 94 dalam Nursalam, 2011). Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi dari praktik keperawatan, yang menerapkan teori perilaku sebagai ilmunya, dan penggunan diri secara terapeutik sebagai kiatnya. Selain itu, dalam pengertian lain keperawatan jiwa merupakan suatu proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan

mempertahankan perilaku, yang mengkontribusi pada fungsi yang terintegrasi. Domain praktik keperawatan jiwa meliputi aktivitas asuhan langsung, komunikasi, penatalaksanaan di mana setiap domain tersebut mempunyai aktifitas yang harus dilaksanakan (Yusuf, 2009). Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur merupakan salah satu rumah sakit jiwa di Jawa Timur sekaligus menjadi rumah sakit jiwa rujukan dari berbagai daerah di jawa timur. Pada tahun 2010 total pasien yang dilayani di pelayanan rawat inap rumah sakit tersebut mengalami kenaikan sebesar 40,57% dengan tingkat hunian tempat tidur atau BOR (bed occupation rate) di kelas III naik sebanyak 5,47% dari target yang ditetapkan (SKPD : RSJ Menur tahun 2011). Hal tersebut bisa menunjukkan bahwa asuhan keperawatan yang harus dilaksanakan perawat sangat banyak. Namun, jika dilihat dari upah gaji yang diperoleh perawat, hal tersebut tidak sepadan, perbandingan beban kerja dan upah gaji sangat jauh. Hasil penelitian Mustofa (2008) tentang analisis pengaruh faktor individu, psikologi, dan organisasi terhadap kinerja perawat pelaksanan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, menunjukkan bahwa hasil uji hubungan variable individu dengan kinerja tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kinerja perawat pelaksana, tidak ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kinerja perawat pelaksana, tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat pelaksana, tidak ada hubungan yang bermaknana antara masa kerja dengan kinerja perawat pelaksana, dan ada hubungan yang bermakna antara kemampuan dan keterampilan dan kinerja perawatan pelaksana. Sedangkan pada uji variabel psikologi dengan kinerja: ada hubungan yang bermakna antara sikap dan kepribadian dengan kinerja perawat pelaksana, dan ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kinerja perawat pelaksana, dari variabel organisasi ditunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana, dan ada pengaruh bersama-sama antara persepsi supervisi Kepala Ruangan serta sikap kepribadian terhadap kinerja perawat pelaksana. Sedangkan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Izzudin (2004) tentang Analisis Pengaruh Faktor Personality Terhadap Asuhan Keperawatan pada Perawat Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang menujukkan bahwa terdapat tiga aspek personality yang berhubungan dengan askep jiwa yaitu ego strength, material distress, dan over hostility. Menurut teori kebutuhan, motivasi dimiliki seseorang saat belum mencapai tingkat kepuasaan tertentu dalam kehidupanya. Kebutuhan yang terpuaskan tidak akan lagi menjadi motivator. Teori Hierarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow memandang bahwa kebutuhan manusia sebagai lima macam hierarki, mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan yang tertinggi, yaitu aktualisasi diri (Stoner & Freeman, 1995 dalam Nursalam, 2011). Berdasarkan permasalahan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa dengan seluruh beban kerjanya maka penulis ingin mengetahui faktor motivasi

yang mendasari perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa dengan memakai pendekatan teori motivasi kebutuhan. 1.2 Rumus Masalah Bagaimanakah faktor motivasi yang mendasari perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur dengan pendekatan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan faktor motivasi yang mendasari perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur dengan pendekatan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi hubungan faktor kebutuhan fisiologis sebagai motivasi perawat dalam pelaksanakan asuhan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur. 2. Mengidentifikasi hubungan faktor kebutuhan rasa aman sebagai motivasi perawat dalam pelaksanakan asuhan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur. 3. Mengidentifikasi hubungan faktor kebutuhan sosial sebagai motivasi perawat dalam pelaksanakan asuhan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur. 4. Mengidentifikasi hubungan faktor kebutuhan harga diri sebagai motivasi perawat dalam pelaksanakan asuhan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur.

5. Mengidentifikasi hubungan faktor kebutuhan aktualisasi diri sebagai motivasi perawat dalam pelaksanakan asuhan keperawatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Menur. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tetang motivasi yang mendasari perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa sehingga dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang manajemen keperawatan dalam meningkatkan motivasi perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan jiwa. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi dan referensi bagi peneliti tentang motivasi yang mendasari perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa sehingga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara tidak langsung penelitian ini dapat memberikan gambaran motivasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa sehingga perawat dapat memberikan motivasi kepada perawat lain dan mahasiswa untuk melakukan asuhan keperawatan jiwa. 3. Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi instansi yang terkait untuk menentukan rencana dan strategi dalam meningkatkan motivasi perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan jiwa.

1.5 Keaslian Penelian Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian Judul Variabel Analisis faktor - V. Independen: dominan yang factor jabatan, mempengaruhi pengetahuan, motivasi perawat persepsi adanya dalam melaksanakan SOP dalam tindakan oral tindakan oral hyegene pada pasien hygene, tidak sadar di ruang ketersediaan instalasi perawatan alat/sarana. intensif (IPI) Rumah - V. dependen : Sakit motivasi Muhammadiyah perawat dalam Lamongan pelaksanaan Oleh : Achmad tindakan oral Sutarjo, 2011. FKp hygene pada Unair Surabaya. pasien tidak sadar. Analisis hubungan - V. independen: beban kerja dan beban kerja motivasi pearawat obyektif dan dengan mutu dan motivasi pelayanan kerja perawat. keperawatan di - V. dependen : Instalasi Rawat Inap mutu pelayanan Rumah Sakit PHC keperawatan Surabaya tahun menurut 2007. persepsi dokter Oleh : Sudarsono, dan pasien non 2007 coptive. FKp Unair Surabaya.

No. 1.

Desain - Cross sectional - Populasi : semua perawat Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit Muhammadi yah Lamongan yang berjumlah 14 orang.

Hasil Faktor dominan yang menyebabkan motivasi perawat dalam melakukan tindakan oral hygene pada pasien tidak sadar antara lain pengetahuan tentang oral hygene, persepsi standart operasional prosedur oral hygene, dan ketersediaan alat oral hygene.

2.

- Cross sectional - Populasi : semua perawat di IRNA RS PHC Surabaya sekitar 65 orang, dokter yang mengobati pasien di IRNA RS PHC Surabaya sebanyak 30 orang, dan psien non captive yang dirawat di IRNA RS PHC Surabaya rata-rata sebanyak 150 orang.

Beban kerja obyektif dan motivasi perawat di IRNA RS PHC Surabaya tidak berhubungan dengan mutu pelayanan keperawtan menurut persepsi pasien non captive dan dokter.

3.

4.

Analisis hubungan - V. independent : antara beban kerja kuantitas beban dengan kinerja kerja dan perawat dalam kualitas beban melaksanakan kerja asuhan keperawatan - V. dependen : di Ruang Observasi kinerja perawat Intensif IRD RSU dalam Dr. Soetomo melaksanakan Surabaya. asuhan Oleh : Nurul keperawatan di Hidajati, 2005. Ruang FKp Unair Surabaya. Observasi Intensif IRD RSU Dr. Soetomo Surabaya. Hubungan gaya - V. independen kepemimpinan : gaya kepala ruangan kepemimpinan terhadap motivasi kepala kerja (pearawat dan ruangan. bidan) di IRNA RS - V. dependen : Nahdatu Ulama motivasi kerja (RSNU) Tuban. perawat dan Olaeh : Husnul bidan. Mubarok, 2011. FKp Unair Surabaya.

- Cross sectional - Populasi : semua perawat yang berjumlah 39 orang yang ada di Ruang Observasi Intensif IRD RSU Dr. Soetomo Surabaya.

Terdapat hubungan yang kuat antara beban kerja dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Observasi Intensif IRD RSU Dr. Soetomo Surabaya. Semakin berat beban kerja perawat semakin rendah kinerja perawat. Sebaliknya beban kerja yang ringan maupun yang sedang akan mempenagruhi kinerja yang baik.

- Cross sectional - Populasi : petugas yang di ruang IRNA RS Nahdatu Ulama (RSNU) Tuban baerjumlah 15 orang (perawat dan bidan) yang terdiri dari tiga ruangan diantaranya ruang pediatric, interna dan maternitas, masingmasing ruangan ada penanggung jawab (PJ) yang terdiri dari perawat dan bidan

Tidak ada hubungan antar gaya kepemimpinan kepala ruanagn terhadap motivasi kerja perawat dan bidan di IRNA RS Nahdatu Ulama (RSNU) Tuban.

Anda mungkin juga menyukai