Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KOMUNITAS GIGITAN ULAR

DISUSUN OLEH: ENDANG SRI REJEKI P1.74.20.4.09.053

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN BLORA 2011

GIGITAN ULAR

A. PENGERTIAN Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular. (Dr. monte selvanuslurgi kusuma) B. TANDA DAN GEJALA Sitotoksik dan hemolitik Ekimosis , bula Pendarahan jantung , syok Neorotoksik Kesemutan, mual, lemes, salivasi Muntah, ptosis, lumpuh otot

Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit). Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur. Sesetengah gejala patukan akan dirasai dalam masa yang singkat selepas dipatuk berbanding dengan sesetengah gejala patukan yang lain. Gejala awal: Sakit setempat, bengkak dan perubahan warna kulit pada tempat patukan (patukan ular laut biasanya tidak mendatangkan reaksi mahupun rasa sakit). Gejala am yang mungkin timbul pada peringkat awal pada 10 hingga 15 minit selepas dipatuk ialah rasa cemas, lemah, muntah, sakit kepala, pening, berpeluh, sesak nafas, perasaan keliru, kekejangan dan kemudian mangsa mungkin akan lumpuh dan seterusnya mati. Gejala yang berlaku agak lambat: Gejala setempat (di tempat patukan): bengkak, bisul, pendarahan dalam kulit dan otot, dan gejala kurang aliran darah ke anggota serta kulit. Gejala am seperti: pening, muntah, sesak nafas, demam, kejutan (shock), gusi berdarah, darah dalam najis, air kencing atau muntah dan lumpuh. Gangguan deria sentuhan, rasa dan bau; rasa mengantuk, rasa lumpuh pada otot muka dan mata; susah untuk menelan dan pendarahan dalam otak. MACAM-MACAM GIGITAN ULAR Gigitan Elapidae (misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits) 1. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata,

bengkak di sekitar mulut. 2. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak. 3. Setelah digigit ular a. 15 menit: muncul gejala sistemik. b. 10 jam: paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut. Kematian dapat terjadi dalam 24 jam. Gigitan Viperidae/Crotalidae (ular: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo): 1. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan. 2. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah beberapa jam. 3. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat. Gigitan Hydropiidae (misalnya: ular laut): 1. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah. 2. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung. Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae (misalnya: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo) 1. Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin. 2. Anemia, hipotensi, trombositopeni. Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin biogenik, seperti histamin dan 5hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae. Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan). Derajat Gigitan Ular (Parrish) 1. Derajat 0 - Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam - Pembengkakan minimal, diameter 1 cm

2. Derajat I - Bekas gigitan 2 taring - Bengkak dengan diameter 1 5 cm - Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam 3. Derajat II - Sama dengan derajat I - Petechie, echimosis - Nyeri hebat dalam 12 jam 4. Derajat III - Sama dengan derajat I dan II - Syok dan distres nafas / petechie, echimosis seluruh tubuh 5. Derajat IV - Sangat cepat memburuk Beberapa ciri-ciri ular yang berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring. Ciri-ciri ular berbisa: 1. Bentuk kepala segiempat panjang 2. Gigi taring kecil 3. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan Ciri-ciri ular tidak berbisa: 1. Bentuk kepala segitiga 2. Dua gigi taring besar di rahang atas 3. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring JENIS-JENIS ULAR BERBISA Ular tanah Ular bandotan puspa Ular hijau Ular laut Ular kobra Ular welang

Bentuk kepala Gig taring Bekas gigitan Warna

Tidak berbisa Bulat Gigi kecil Lengkung seperti U Warna-warni

Berbisa Elips 2 gigi taring besar Terdiri dari 2 titik Gelap

C. PATOFISIOLOGI Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebutbersifat: 1. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otototot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma. 2. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal. 3. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot. 4. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung. 5. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler. 6. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan 7. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

D. PENYEBAB Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa ular lain, cicak, katak, atau tikus. E. KOMPLIKASI PATUKAN ULAR ATAU KESAN Walaupun kebanyakan orang yang dipatuk ular beracun akan sembuh, namun patukan ular boleh menjadi serius dan boleh membawa maut jika tidak dirawat dengan cepat. Kesan atau komplikasi yang boleh terjadi ialah : Parut dan kesan kosmetik. Luka, jangkitan kulit dan jangkitan tulang di tempat yang dipatuk.

Penyakit Tetanus (kancing gigi). Kerosakan buah pinggang. Kerosakan otak akibat perdarahan dalam otak Luka atau parut kekal dalam mata, jika ular menyembur racun ke mata. F. PENATALAKSANAAN MEDIS Langkah-langkah yang harus diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah: 1. Pertolongan pertama, harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain yang ada di tempat kejadian. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan medis. Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas; imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal. 2. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan senyaman mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan penyerapan bisa. 3. Pengobatan gigitan ular Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.

4.terapi yang dianjurkan: a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.

Gambar 2. Imobilisasi bagian tubuh menggunakan perban. b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar + 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat. c. Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan; penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bila kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal. d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka diberikan satu dosis toksoid tetanus. e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular. f. Pemberian sedasi atau analgesik untuk menghilangkan rasa takut cepat mati/panik. g. Pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas.

Cara pemberian SABU : Penatalaksanaan Sebelum dibawa ke rumah sakit: 1. Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan 2. Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit paskagigitan. Setelah dibawa ke rumah sakit: Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular) polivalen 1 ml berisi: 1. 10-50 LD50 bisa Ankystrodon 2. 25-50 LD50 bisa Bungarus 3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix 4. Fenol 0,25% v/v. Teknik Pemberian: 2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).

G. PERAWATAN JANGAN PANIK! Jangan potong atau hisap tempat yang dipatuk Elakkan dari bergerak jika tiada keperluan bagi mengurangkan racun merebak ke bahagian badan yang lain. Basuh tempat yang dipatuk dengan segera dan berhati-hati. Basuh mata secepat mungkin jika racun ular disembur ke mata. Balut tempat yang dipatuk dengan baik tetapi janganlah terlalu ketat supaya aliran darah tidak terganggu. Jika tempat yang dipatuk ialah tangan atau kaki, buat balutan tambahan bagi keseluruhan tangan atau kaki, mulai dari jari tangan atau jari kaki. Elakkan anggota yang dipatuk dari bergerak dengan menggunakan anduh (splint atau sling). Elakkan mangsa dari bergerak sehingga pertolongan tiba. Bawa bentuk-bentuk pertolongan kepada mangsa bagi mengelakkan mangsa bergerak atau berjalan. Hantar mangsa ke hospital yang berdekatan. Rawatan di hospital : Mangsa akan diletak di bawah perhatian yang rapi Rawatan termasuk rawatan luka, jagaan anggota dan rawatan sokongan Rawatan sokongan termasuk melegakan kesakitan, rawatan jangkitan , pemindahan faktor pembekuan darah, bantuan pernafasan dan sebagainya mengikut keperluan. Doktor juga akan memberi ubat khas antivenom yang spesifik bergantung kepada tahap keseriusan patukan Jika perlu, suntikan imunisasi atau imunisasi tambahan untuk penyakit tetanus mungkin akan diberi. H. DIAGNOSTIK cara mengelak dari dipatuk ular Pakai kasut yang menutup kaki atau seluar panjang semasa berjalan di kawasan semak Hentak kaki atau lakukan gegaran dengan kaki semasa berjalan di tempat gelap atau semak Jangan masukkan tangan ke dalam lubang, rekahan batu atau tanah Jauhi dari ular yang mati kerana ramai orang telah dipatuk 2 atau 3 kali oleh ular yang disangka telah mati. Elakkan pergi ke kawasan ular semasa suasana gelap.

DAFTAR PUSTAKA

Region, World Health Organization, 2005. Pedoman Pertolongan Keracunan untuk Puskesmas, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2002. Snake Venom: The Pain and Potential of Poison, The Cold Blooded News Vol. 28, Number 3, March, 2001.

Anda mungkin juga menyukai