Anda di halaman 1dari 7

1.

Pertumbuhan dan pengembangan civic culture merupakan salah satu tujuan penting dari adanya mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Apakah yang dimaksud dengan civic culture dan adakah tujuan lainnya yang ingin dicapai dari diadakannya mata kuliah ini? Jawaban: Civic culture atau budaya masyarakat adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia dalam suatu kelompok masyarakat. Suatu budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya dalam suatu masyarakat terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Seseorang yang berusaha berkomunikasi dengan orang lain yang budayanya berbeda akan menyesuaikan perbedaan-perbedaan budayanya. Hal ini membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. Pandangan yang kesannya harus dipatuhi tersebut mengandung nilai-nilai berbeda dalam berbegai budaya, seperti individualisme dan kebebasan di Amerika, keselarasan individu dengan alam di Jepang, kepatuhan yang kolektif di Cina, serta keramah-tamahan di Indonesia. budaya yang terkesan mutlak dan wajib tersebut memberikan pedoman bagi suatu masyarakat sebagai penggunanya dalam berprilaku layak dan menetapkan suatu nilai sebagai sesuatu yang bersahaja untuk memperoleh martabat dan derajat dalam hidup. Budaya digunakan sebagai kerangka pedoman yang digunakan untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain sesuai dengan budayanya.

2. Menurut saudara, mengapa materi pendidikan kewarganegaraan (civic education) wajib diberikan pada semua jenjang pendidikan di hampir semua negara di dunia? Dan seberapa pentingnya ia bagi warga negara sekaligus bagi negara? Jawaban: Berdasarkan pembukaan UUD 1945, mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai cita-cita nasional bangsa Indonesia memiliki makna bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya diharapkan cerdas secara intelektual saja, melainkan juga menyangkut kecerdasan sosial, emosional, dan spiritual yang diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mencerdaskan kehidupan bangsa dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan nasional dilakukan dengan kekuatan ideologi nasional bangsa kita, yaitu Pancasila. Atas dasar hal tersebutlah maka pendidikan kewarganegaraan bukan hanya dipandang sebagai pendidikan dasar di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi, melainkan suatu bentuk kesadaran warga negara Indonesia dalam

kedudukannya dan perannya di negara Indonesia dalam pola fikir, pola sikap, dan pola tindakan yang mencerminkan tujuan nasional Indonesia. oleh karena itu, setiap warga negara Indonesia dalam mewujudkan tujuan nasional harus dilandasi dengan jiwa patriotisme dan cinta tanah air. Dalam membangun jiwa patriotisme serta untuk menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajiban dalam bela negara yang dilandasi jati diri dan moral bangsa demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara, diperlukan adanya suatu pendidikan yang berjenjang dan berkelanjutkan. Pendidikan ini dihadirkan dalam pelajaran baik di sekolah maupun perguruan tinggi dalam bentuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Sesuai dengan uraian di atas, hampir seluruh negara di dunia melakukan berbagai upaya dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta tanah air terhadap bangsanya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan diberikan hampir di setiap negara dalam setiap tingkat pendidikan dengan berbagai cara.

3. Menurut saudara, adakah kompetensi pendidikan kewarganegaraan (civic education) bagi saudara sebagai warga negara? Jawaban: Menurut Drs. H. Mardoto, M.T, kompetensi pendidikan kewarganegaraan bagi mahasiswa di perguruan tinggi adalah: 1. Menjadi warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara 2. Menjadi warga negara yang komitmen terhadap nilai-nilai Hak Asasi Manusia dan demokrasi, berpikir kritis terhadap permasalahannya 3. Berpartisipasi dalam upaya menghentikan budaya kekerasan dengan damai dan menghormati supremasi hukum serta menyelesaikan konflik dalam masyarakat dilandasi sistem nilai pancasila yang universal 4. Berkontribusi terhadap berbagai persoalan dalam public policy 5. Memiliki pengertian internasional tentang civil society dan menjadi warga negara yang kosmopolit Dari kelima kompetensi di atas saya tidak dapat menilai secara pasti apakah saya cukup kompeten dalam hal pendidikan kewarganegaraan. Wawasan berbangsa dan bernegara saya hanya terbatas pada pelajaran PPKN dan nonton televisi ataupun siaran berita. Saya juga cenderung memiliki perhatian

terhadap masalah-masalah Hak Asasi Manusia dan masalah-masalah sosial lainnya serta mengikuti organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan ataupun bakti sosial. Namun, dalam penyelesaian masalah sosial secara umum di Kota Palu belum dapat saya lakukan berhubung saya adalah warga pendatang. Saya sadar akan pentingnya berpartisipasi dalam penyelesaian kebijakan

masyarakat walaupun tidak mendalami makna kewarganegaraan secara internasional. Oleh karena itu saya berusaha tidak hanya menjadi mahasiswa yang mencerdaskan kehidupan akademik saya, tapi juga organisasi saya, berhubung kurang maksimalnya pemberian materi kewarganegaraan di pendidikan kedokteran.

4. Bagaimanakah penerapan pendidikan kewarganegaraan (civic education) dalam masyarakat? Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan

kewarganegaraan memiliki arah perkembangan yang berawal dari knowing, doing, and building about citizenship (democracy). Penerapan pendidikan kewarganegaraan dalam masyarakat adalah dimulai dari knowing, doing, dan building atau mengetahui, melakukan, dan membangun. Proses mengetahui dimulai sejak awal kita mampu berkomunikasi, yaitu melalui nilai-nilai yang diajarkan orangtua kita. Proses it uterus berlangsung di sekolah, lingkungan, dan jalur-jalur lain yang mengajarkan kita tentang nilai-nilai moral pancasila sebagai ideologi bangsa. Oleh karena itu, proses ini dapat dibagi menjadi formal yang melalui pendidikan resmi dan nonformal yang didapat dari orang-orang di lingkungan sekitar kita.

Proses melakukan dapat terjadi tanpa atau dengan disadari. Biasanya proses ini akan langsung mengikuti proses mengetahui. Jika nilai yang kita ketahui diterapkan secara terus menerus, maka akan timbul suatu kebiasaan yang baik dan bernilai moral yang akan mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Orang-orang tersebut akan mengetahui lantas ikut pula melakukannya sehingga terbangun suatu nilai masyarakat demokrasi sesuai yang diharapkan. Begitulah penerapan pendidikan kewarganegaraan atau civic education dalam masyarakat dengan arah perkembangan yang berawal dari mengetahui, melakukan, dan membangun.

5. Sebagai seorang dokter, apakah yang dapat saudara lakukan sebagai bentuk toleransi atas adanya perbedaan budaya (cultural differences)? Sangat banyak yang dapat seorang dokter lakukan sebagai bentuk toleransi atas adanya perbedaan budaya, mengingat dokter adalah profesi yang langsung bersentuhan dengan pelayanan masyarakat yang sangat penting, yaitu kesehatan. Dilihat dari cara melakukan pemberian pelayanan, seorang dokter pastinya tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap pemberian pelayanan kesehatan. Perbedaan budaya juga dapat diterapkan seorang dokter pada saat melakukan anamnesis atau komunikasi interpersonal, dimana seorang dokter dituntut untuk dapat melakukan adaptasi dengan pasiennya demi mencapai tujuan terapeutik yang maksimal. Seorang dokter harus dapat mempelajari kebudayaan pasiennya, walaupun hanya secara superfisial sesuai kebutuhan dalam menegakkan diagnosis. Saat seorang dokter memiliki budaya yang berbeda dengan pasiennya, semestinya seorang dokterlah yang harus melakukan toleransi secara dalam batas kewajaran. Oleh karena itulah dalam pelajaran kedokteran, kita tidak hanya dicekoki dengan pengetahuan mengenai fungsi tubuh, gangguan, dan obatnya, tapi juga mengenai

pendekatan-pendekatan terhadap pasien, seperti professionalism behavior dan tehnik-tehnik untuk melakukan komunikasi interpersonal dalam membangun hubungan emosional antara dokter dan pasien.

6. Menurut saudara, seberapa pentingkah pendidikan hak asasi manusia (HAMhuman rights) di sektor kesehatan? Sangat penting. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum. Hak ini bahkan melekat pada bayi yang belum lahir, sehingga tindakan aborsi tanpa alasan yang kuat menjadi tindakan criminal di negara kita. Berdasarkan Undang-UndangNomor 39 tahun 1999, Hak Asasi Manusia terdiri atas hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, dan hak atas kesejahteraan. Pentingnya pendidikan Hak Asasi Manusia di sektor kesehatan tercermin dalam pemberian pelayanan yang seharusnya merata untuk semua golongan masyarakat. Pemerintah telah mengupayakan berbagai bantuan kesehatan untuk golongan masyarakat kurang mampu demi memenuhi Hak Asasi Manusia. Untuk seorang dokter, Hak Asasi Manusia bahwa setiap manusia berhak untuk hidup adalah hak yang paling bersinggungan langsung. Dokter berkewajiban melakukan usaha maksimal demi mempertahankan kehidupan seseorang. Oleh karena itu, dalam beberapa tindakan invasif pasien harus dimintai informed consent, yaitu bentuk persetujuan seorang pasien mengenai

tindakan yang akan dilakukan seorang dokter terhadapnya sehingga dapat dikatakan bahwa pasien yang ditangani memiliki hak penuh mengenai kehidupannya. Informed consent ini sifatnya harus demi pemenuhan hak pasien. Oleh karena itu, kesadaran seorang dokter mengenai pendidikan moral dalam bentuk pendidikan Hak Asasi Manusia sangat penting untuk setiap pasien.

Anda mungkin juga menyukai