Anda di halaman 1dari 24

MODUL C STRUKTUR AWAL JEMBATAN

I. TUJUAN Alat didesain untuk memberikan pembacaan langsung dari reaksi vertikal di tiap-tiap perletakan dimana terdapat alat baca. Dapat digunakan untuk memperoleh garis pengaruh untuk tiap-tiap reaksi, dan untuk mempelajari kegunaan dari garis pengaruh untuk beban bergerak.

II. TEORI Definisi dari garis pengaruh adalah suatu grafik dari pengaruh di titik yang dipilih pada suatu struktur. Nilai numerik dari pengaruh diplot akibat beban satu satuan.

Gambar 1. Peralatan Model Struktur Awal Jembatan

III. PERALATAN

1. 1 HST. 1801 Jembatan bagian kiri 2. 1 HST. 1802 Jembatan bagian kanan 3. 1 HST. 1803 Gantung di tengah 4. 2 HST. 1804 Pilar pendukung ujung 5. 2 HST. 1805 Pilar pendukung bagian dalam 6. 2 HST. 1806 Alat baca 7. 1 HST. 1807 Beban bergerak

IV.CARA KERJA

Persiapan alat : 1. Menyiapkan alat seperti yang ditunjukkan diagram di atas. Kemudian harus dihubungkan dengan kuat dan diratakan dengan rangkanya. 2. Mengatur kaki-kaki penyokongnya jika dibutuhkan dan mengencangkan baut-bautnya. Pengaruh dari getaran disebabkan oleh gerakan di sekitar alat dijaga agar minimum. 3. Bagian jembatan didukung di atas pivot dan roller yang mengizinkan gerakan lateral akibat beban. Masing-masing perletakan dibuat dari beryllium. Alat yang disediakan untuk mengatur masing-masing alat baca secara pendekatan di garis tengah (kalibrasi alat beban) dan vertikal (untuk tujuan peng-nol-an), dan melakukan penagmatan pilar pengukur beban yang terpisah. 4. Memperhatikan bahwa landasan dari masing-masing alat baca secara pendekatan garis tengah. Masing-masing pembagian dari alat baca mewakili beban 0,1 N.

5. Menguji nilai kalibrasi dengan menggerakkan beban lebih besar melalui jembatan, menghentikan secara vertikal di atas masing-masing titik perletakan untuk meyakinkan bahwa alat baca tepat satu putaran di bawah pengaruh beban.

a. Garis pengaruh Dalam percobaan ini semua garis pengaruh akan disebabkan oleh reaksi vertikal. Menguji dengan menekan ke bawah jembatan tersebut di berbagai tempat dimana alat bacanya akan memberikan pembacaan. 1.Mengambil beban bergerak 1 ( 25 N) dan meletakannya di titik A, lalu melakukan pembacaan pada semua alat pembaca reaksi vertikal disetiap titik ( A sampai F ). 2.Menggerakan beban sejauh 250 mm dari titik A ke titik B, lalu menghentikan as beban tepat diatas titik tengah pembaca reaksi vertikal B dan melakukan pembacaan seluruh alat diseluruh titik. 3. Menggerakan lagi beban sejauh 200 mm dari titik B ke titik C, lalu menghentikan as beban tepat diatas titik tengah pembaca reaksi vertikal C dan melakukan pembacaan seluruh alat diseluruh titik. 4. Menjalankan kembali beban secara perlahan dari titik C ke D dan seterusnya sampai F. Untuk setiap titik pembacaan alat reaksi vertikal, mengusahakan agar as beban tepat berhenti di tengah alat pembacaan reaksi vertikal. 5. Penjalanan beban tidak diizinkan untuk mundur. Bila hal ini terjadi maka langkah praktikum diulang dari awal. 6. Mengulangi langkah diatas untuk beban bergerak 2 ( 50 N ).

b. Beban Bergerak

1. Menyiapkan beban gandar yang terdiri dari 50N-25N dan meletakannya di ujung bentang awal jembatan (titik A) serta mengukur bacaan di alat A. 2. Menjalankan kembali beban gandar. Perjalanan beban segera dihentikan ketika bacaan alat vertikal B menunjukan maksimum dan melakukan pengukuran jarak dari as roda 50 N ke titik awal A. 3. Menjalankan kembali beban gandar. Perjalanan dihentikan ketika bacaan alat vertikal B menunjukan maksimum dan melakukan pengukuran jarak dari as roda 50 N ke titik awal A. 4. Mengulangi langkah diatas sampai pada ujung bentang (F). 5. Menggunakan data untuk melakukan plot ordinat akibat reaksi vertikal terhadap posisi beban yang lebih besar di grafik. V.PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN 1. Garis Pengaruh - Struktur jembatannya ;

Garis pengaruh dari struktur jembatannya dapat dijabarkan sebagai berikut ; Free body diagram dan perjalanan beban untuk penurunan rumus awal.

Balok Terbagi menjadi 3 interval, yaitu dari A sampai C, C sampai D, dan D sampai F.

_Perjalanan beban 1 satuan pada interval A sampai C_

Interval ; 0 X1 450

Dengan menerapkan M pada titik A dan B, maka

Pada titik A ;

MA =0 1 X1 250. VB = 0

= VB
Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X1 = 0 ; maka VB = y = 0 X1 = 250 ; maka VB = y = 1 X1 = 450 ; maka VB = y = 1.8

Pada titik B ; MB =0 250. VA - 1 ( 250- X1 ) = 0 250 VA 250 + X1 = 0 250 VA = 250 X1 VA = Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X1 = 0 ; maka VA = y = 1 X1 = 250 ; maka VA = y = 0 X1 = 450 ; maka VA = y = - 0.8

_Perjalanan beban 1 satuan pada interval C sampai D ( balok Gerber )_

Interval ; 0 X1 250

Dengan menerapkan M pada titik C, D, B, dan E maka ;

Pada titik C ; MC =0 1 X2 250. VD = 0

= VD
Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X2 = 0 ; maka VD = y = 0 X2 = 250 ; maka VD = y = 1

Pada titik D ; MD =0 250. VC - 1 ( 250- X2 ) = 0 250 VC 250 + X1 = 0 250 VC = 250 X1 VC = Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X2 = 0 ; maka VC = y = 1 X2 = 250 ; maka VC = y = 0

Pada titik B ; MB =0 200. VC + 250VA = 0

200 - 250 VA = 200 VA = -

+ 250 VA = 0

0.8

Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X2 = 0 ; maka VA = y = -0.8 X2 = 250 ; maka VA = y = 0

Pada titik A ; MA =0 450. VC - 250VB = 0

250 VB = 450 VC VB = VB = 1.8 Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X2 = 0 ; maka VB = y = 1.8 X2 = 250 ; maka VB = y = 0

Pada titik E ; ME = 0 - 200. VD - 250VF = 0 200 VD = - 250 VF

VF = -

VD

VF = -

Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X2 = 0 ; maka VF = y = 0 X2 = 250 ; maka VF = y = -0.8

Pada titik F ; MF =0 - 450. VD + 250VE = 0 250 VE = 450 VD VE = VE = VE= Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X2 = 0 ; maka VE = y = 0 X2 = 250 ; maka VE = y = 1.8 VD VD

_Perjalanan beban 1 satuan pada interval F sampai D_

Interval ; 0 X3 450

Dengan menerapkan M pada titik E dan F, maka

Pada titik F ; MF =0 -1 X1 + 250. VE = 0

= VE
Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X3 = 0 ; maka VE = y = 0 X3 = 250 ; maka VE = y = 1 X3 = 450 ; maka VE = y = 1.8

Pada titik E ; ME =0 -250. VF + 1 ( 250- X1 ) = 0 -250 VF + 250 - X1 = 0 250 VF = 250 X1 VF = Memasukan nilai bentang perjalanannya, maka ; X1 = 0 ; maka VF = y = 1 X1 = 250 ; maka VF = y = 0 X1 = 450 ; maka VF = y = - 0.8 Dari keseluruhan penurunan perhitungan, maka dapat dibuat detail datanya pada sebuah tabel ; Interval Perjalanan Beban A menuju C C menuju D F menuju D 0 X1 450 0 X2 250 0 X3 450 1, 0,dan -0.8 0.8 dan 0 -

Garis Pengaruh Perletakan VA

VB VC VD VE VF

0, 1, dan 1.8 -

1.8 dan 0 1 dan 0 0 dan 1 0 dan 1.8 0 dan 0.8

0, 1, dan 1.8 1, 0, dan -0.8

Plot grafik garis pengaruhnya dari struktur jembatannya dilihat pada gambar dibawah ini ;

Dari hasil penurunan grafik garis pengaruh untuk beban 1 satuan, dapat dilakukan perhitungan untuk beban 25 N dan 50 N. Perhitungan dilakukan dengan mengalikan besarnya beban dengan ordinat dari garis pengaruh tersebut. Perhitungannnya dilakukan secara teori dan dibandingkan dengan hasil praktikum untuk diringkas dalam tabel berikut ; A. Perhitungan berdasarkan teori untuk beban 25 N
No. 1 2 3 4 5 6 P (mm) 0 250 450 700 900 1150 V (A) 25 0 -20 0 0 0 V (B) 0 25 45 0 0 0 V (C) 0 0 25 0 0 0 V (D) 0 0 0 25 0 0 V (E) 0 0 0 45 25 0 V (F) 0 0 0 -20 0 25

B. Perhitungan hasil praktikum untuk beban 25 N


No. 1 2 3 4 5 6 P (mm) 0 250 450 700 900 1150 V (A) 61.9 0 0 0 0 0 V (B) 9.9 21.8 38.5 3.3 0 0 V (C) 0 0 30 1.4 0 0 V (D) 0 0 -0.6 15.8 0 0 V (E) 1.4 1.5 1.1 7.8 40.8 3.9 V (F) 0 0 0 -28 -15.7 20.8

Presentase kesalahan relatif dihitung dengan menggunakan ;

C. Presentase kesalahan relatif antara praktikum dengan teori untuk beban 25 N.


Kesalahan Relatif Tiap Perletakan V (B) V (C) V (D) V (E) 12.80 % 14.44 % 20% 36.80 82.66 % % 63.20 %

No. 1 2 3 4 5 6

P (mm) 0 250 450 700 900 1150

V (A) 147.60% 100%

V (F) 32% 16.80 %

D. Perhitungan berdasarkan teori untuk beban 50 N


No. 1 2 3 4 5 P (mm) 0 250 450 700 900 V (A) 50 0 -40 0 0 V (B) 0 50 90 0 0 V (C) 0 0 50 0 0 V (D) 0 0 0 50 0 V (E) 0 0 0 90 50 V (F) 0 0 0 -40 0

1150

50

E. Perhitungan hasil praktikum untuk beban 50 N.


Kesalahan Relatif Tiap Perletakan V (B) V (C) V (D) V (E) 15.2% 16.33 % 31% 21.00 91.88 % % 79.00 %

No. 1 2 3 4 5 6

P (mm) 0 250 450 700 900 1150

V (A) 80% 100%

V (F) 15.5% 37.80 %

2. Beban Bergerak Beban bergerak yang digunakan adalah beban gandar 50N-25N. Beban bergerak ini ditaruh pada ordinat terbesar untuk menemukan besarnya perletakan maksimum. A. Garis Pengaruh untuk perletakan maksimum di titik A.

Mengingat jarak dari as roda ke as roda 100 mm. 250 y = 150 y=

y = 0.6 maka VA maksimumnya = 50. 1 + 25. 0.6 = 65 N

Mengingat jarak dari as roda ke as roda 100 mm. 250 y = 150. 1.8 y= y = 1.08 maka VB maksimumnya = 50. 1.8 + 25. 1.08 = 117 N

x 1.8

Mengingat jarak dari as roda ke as roda 100 mm. 250 y = 150 y= y = 0.6 maka VC maksimumnya = 50. 1 + 25. 0.6 = 65 N

Mengingat jarak dari as roda ke as roda 100 mm. 250 y = 150 y= y = 0.6 maka VD maksimumnya = 50. 0.6 + 25. 1 = 55 N

Mengingat jarak dari as roda ke as roda 100 mm. 450 y = 350 x 1.8 y= y = 1.4 maka VE maksimumnya = 50. 1.8 + 25. 1.4 = 125 N

Mengingat jarak dari as roda ke as roda 100 mm. 250 y = 150 x 1

y= y = 0.6 maka VE maksimumnya = 50. 0.6 + 25. 1 = 55 N

Keseluruhan hasil perhitungan reaksi perletakan maksimum berdasarkan teori pada tiap titik dan perhitungan dapat diringkas dalam tabel berikut ; A. Tabel perhitungan reaksi perletakan maksimum akibat beban gandar secara teori
V (A) VMAX P (mm) 65 0 V (B) 117 450 V (C) 65 450 V (D) 55 600 V (E) 125 700 V (F) 55 1050

B. Tabel reaksi perletakan maksimum akibat beban gandar dalam praktikum

VMAX P (mm)

V (A) 110.8 0

V (B) 94.6 380

V (C) 75.7 440

V (D) 39.8 590

V (E) 95.5 860

V (F) 49.4 1030

Presentase kesalahan relatif dari kedua perhitungan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan ;

VMAX P (mm)

V (A) 70.46%

V (B) 19.14% 15.55%

V (C) 16.46% 2.2%

V (D) 27.60% 1.6%

V (E) 23.6% 5.7%

V (F) 10.18% 1.9%

VI.ANALISA PRAKTIKUM A. Analisa Percobaan Percobaan yang dilakukan praktikan kali ini adalah melakukan analisis terhadap garis pengaruh pada jembatan dengan struktur balok gerber. Peralatan percobaan ini terdiri dari beberapa alat pembaca reaksi vertikal, bentang jembatan yang terbuat dari besi, dan beban sebesar 50 N dan 25 N. Tahap awal dari percobaan ini adalah melakukan kalibrasi pada alat baca reaksi vertikal. Alat baca reaksi ini terdiri dari dua bagian untuk dibaca. Bagian pertama adalah jarum kecil yang mewakili skala 10 N dan bagian kedua adalah jarum besar yang mewakili skala 0.1 N dalam tiap satuan gerakan jarum. Percobaan ini terbagi menjadi dua. Percobaan pertama adalah garis pengaruh dari beban 25 N dan 50 N. Beban ini dijalankan dari titik awal perletakan A sampai F. Dalam setiap kali menjalankan beban dari titik satu perletakan ke titik perletakan lainnya, maka perlu diperhatikan bacaan alat rekasi perletakan. Percobaan kedua adalah beban bergerak yang menggunakan beban gandar ( terdiri dari 50N-25N yang dihubungkan melalui kawat). Tahap awal dari percobaan ini adalah dengan menaruh beban gandar di titik awal perletakan A dan membaca hasil dari alat bacaan reaksi perletakan di A. Setelah itu beban gandar dijalankan menuju titik selanjutnya, yaitu B. Menjalankan beban gandar pada percobaan ini dihentikan setelah jarum bacaan mundur untuk sesaat dan setelah itu melakukan lagi bacaan pada alat reaksi perletakan. Prosedur ini dilakukan sampai beban gandar sampai di titik akhir, yaitu F. Dalam menjalankan beban dari satu titik ke titik lainnya, perlu diperhatikan jika menjalankan beban pada jembatan diusahakan tidak terlalu cepat dan terlalu lambat. Beban juga tidak diizinkan untuk bergerak mundur. Hal ini dikarenakan dapat menyebabkan kesalahan bacaan pada alat reaksi vertikal dan tidak sesuai dengan prinsip garis pengaruh. Dalam hal melakukan pembacaan alat reaksi perletakan pada percobaan pertama dengan kedua terdapat sedikit perbedaan. Perbedaan ini adalah dalam hal pembacaan alat reaksi vertikal. Jika pada beban 25N atau 50N alat reaksi vetikal dibaca seperti biasa, tetapi tidak untuk beban

gandar. Pada beban gandar, nilai reaksi vertikal maksimum terjadi ketika alat bacaan menunjukan mundur untuk sesaat, kemudian maju kembali seperti biasa. Peristiwa mundurnya jarum untuk sesaat ini dapat dijelaskan dengan gambar dari garis pengaruh. Pada garis pengaruh, dapat terlihat jika terdapat sebuah titik maksimum pada jarak tertentu dan setelah itu garisnya kembali tergambar seperti semula. Hal inilah yang menjelaskan mengapa jarum mundur sesaat ketika mencapai maksimum. Saat alat pembaca reaksi vertikal menunjukan keadaan maskimum, maka pembacaan dilakukan dan penghitungan jaraknya dimulai dari titik pemberhentian benda sampai titik A ( titik perletakan awal). B. Analisa Hasil Pada percobaan ini dihasilkan beberapa variasi data. Data yang diperoleh praktikan adalah data alat pembacaan reaksi vertikal dan variasi jarak pada saat beban gandar. Pada saat praktikum, data yang diperoleh praktikan sempat diulang beberapa saat. Hal ini disebabkan karena beban sempat bergeser mundur beberapa kali dan keluar dari lintasan. Terdapat sedikit perbedaan hasil untuk beban bergerak gandar. Hasil ini terutama ditinjau dari nilai VD dan VF yang memiliki reaksi perletakan maksimum tidak pada ordinat terbesarnya. Ketika praktikan meninjau diagram garis pengaruh pada titik F, maka praktikan menyimpulkan jika nilai maksimum memang terjadi di titik tersebut. Hal ini dikarenakan beban bergerak dari kiri ke kanan dan setelah itu mencapai akhir dari bentang jembatannya. Ketika Praktikan meninjau garis pengaruh perletakan VD , maka praktikan menyimpulkan bahwa nilai maksimumnya memang berada pada wilayah tersebut (detail gambar telah terlampir pada halaman sebelumnya). Hal ini disebabkan karena beban bergerak dari kiri ke kanan dan titik yang ditinjau adalah pada balok gerber di wilayah akhir dari pergerakan beban, maka berdasarkan gambar garis pengaruh terlihat jika perletakan D memiliki nilai maksimum memang disitu. Hasil yang diperoleh saat praktikum akan dibandingkan dengan hasil dari perhitungan secara teori untuk kemudian dihitung berapa besar kisaran nilai kesalahan relatifnya. Tinjauan utama dalam hasil ini adalah besarnya nilai kesalahan relatif. Pada beberapa data terlihat bahwa kesalahan relatif dari hasil perhitungan praktikan dapat mencapai lebih dari 50 % dan ada juga yang kurang dari 50 %. Perbedaan ini menunjukan jika terdapat perbedaan antara perhitungan teori dengan aplikasinya dilapangan. C. Analisa Kesalahan

Terjadinya kesalahan relatif merupakan indikasi jika perhitungan dalam teori belum tentu sama dengan hasil dilapangan. Ketidaksamaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa hal yang menyebabkan timbulnya kesalahan relatif. Dengan melakukan pendekatan praduga, maka praktikan menyimpulkan jika terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kesalahan. Faktor pertama yang menjadi penyebab kesalahan relatif adalah performa alat bacaan reaksi perletakan vertikal. Sudah menjadi maklum jika sebuah alat ukur yang digunakan untuk beberapa saat perlu dilakukan kalibrasi ulang. Alat bacaan perlu dilakukan kalibrasi agar menghasilkan bacaan nilai yang tepat. Faktor kedua yang menjadi penyebab kesalahan relatif adalah paralaks. Paralaks merupakan kesalahan pembacaan alat akibat sudut pembacaan tidak lurus 90o. Paralaks dapat menimbulkan kesalahan pembacaan yang cukup tinggi. Pada percobaan kali ini, elevasi alat bacaan dengan mata praktikan memiliki perbedaan yang tinggi. Perbedaan ini menimbulkan paralaks. Hal ini terbukti saat terjadi perbedaan bacaan ketika praktikan membaca tidak tegak lurus dengan tegak lurus. Faktor ketiga yang menjadi penyebab kesalahan adalah getaran dan sentuhan disekitar struktur. Alat pembaca reaksi sangat sensitif dengan getaran. Jika terjadi getaran maka hal ini dapat menggerakan alat bacaan meski sedikit. Selain getaran, terdapat juga gangguan pada alat bacaan seperti sentuhan yang dilakukan praktikan dengan tidak sengaja pada bagian struktur. Sentuhan ini bisa juga menggeser alat bacaan reaksi vertikal.

VII.KESIMPULAN Dari percobaan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yang diringkas dalam poin-poin berikut; 1. Garis pengaruh adalah suatu grafik dari pengaruh di titik yang dipilih pada suatu struktur. 2. Garis pengaruh berguna dalam melakukan analisis kekuatan struktur terhadap gangguan dari beban bergerak. Artinya beban bergerak dapat dianalisis dengan garis pengaruh.

3. Reaksi perletakan pada struktur jembatan percobaan dengan balok gerber dapat dihitung dengan grafik garis pengaruh dan arahnya dapat dilihat juga ( keatas atau kebawah). 4. Besarnya reaksi perletakan maksimum dapat ditentukan pula dengan garis pengaruh. 5. Garis pengaruh dapat memperkirakan berapa beban maksimum yang dapat ditampung oleh sebuah struktur akibat pergerakan dari beban. 6. Terdapat perbedaan hasil antara percobaan dengan teori yang menyebabkan timbulnya presentase kesalahan relatif.

VIII.REFERENSI - Hibbeler, R.C. Mechanics of Materials SI Second Editon. Prentice-Hal, Inc 2005, New Jersey. - Hibbeler, R.C. Engineering mechanics : Statics. Prentice-Hal, Inc 1997, New Jersey

- Laboratorium Struktur dan Material. Pedoman praktikum Mekanika Benda Padat. Departemen Teknik Sipil. Universitas Indonesia, Depok, 2010.

- Modul Pengajaran Mata Kuliah Statika. Garis Pengaruh Struktur Statis Tertentu. Departemen Teknik Sipik. Universitas Indonesia, Depok, 1999.

IX.LAMPIRAN Lampiran dokumentasi awal Praktikum Modul C Mekanika Benda Padat.

Gambar 1. Beban 25 N untuk percobaan

Gambar 2. Beban Gandar untuk percobaan

Gambar 3. Struktur Jembatan Dengan Gerber

Gambar 4. Pergerakan beban

Anda mungkin juga menyukai