Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI LABORATORIUM alat perlindungan diri dilaboratorium (jas lab)

Oleh : NAMA NIM : SARI ElFITRINA : N12109532

TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang

harusdigunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan ,memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya.APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha olehkaryawan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah disepakati oleh pemerintah melalui departement tenaga kerja Republik Indonesia .Adapun bentuk APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala (Helm), pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan,dan pelindung kaki, Pelindung Telinga, Tali Keselamatan, Jas Laboratorium (Bagi pekerja di Industri yang banyak bekerja di Laboratorium). Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan cacat adalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Kontak dengan bahan kimia Kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan.Karena Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk ke badan. Khusus di laboratorium hematologi, proporsi petugas yang berisiko tinggi berdasarkan penggunaan APD sampai 75%; padahal laboratorium ini lebih banyak menangani sample yang bersifat infeksius bila dibandingkan dengan laboratorium lainnya. Risiko akan semakin tinggi apabila petugas selain mempunyai kebiasaan menggunakan APD juga tidak mencuci tangan sesudah menangani sampel. Hal ini terjadi di laboratorium hematologi karena

berdasarkan hygiene perorangan, 75% petugas di laboratorium ini juga berisiko terinfeksi penyakit berbahaya. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Prosedur kerja yang sistematis dalam pelaksanaan tugas di dalam laboratorium, termasuk pengolahan spesimen merupakan faktor yang terpenting dalam system manajemen laboratorium secara menyeluruh. Untuk menjamin keselamatan dirinya, salah satu persyaratan tersebut adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan, jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri terhadap disiplin pemakaian alat pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan. Angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Seharusnya Penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk Laboratorium Kesehatan.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian alat pelindung diri (APD) Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si pemakainya. APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan bahan kimia (1). APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu pernafasan yang dikenakan dikala menangani tumpahan bahan kimia yang sangat berbahaya. APD yang sering dipakai a.I., proteksi kepala (mis., helm), proteksi mata dan wajah (mis., pelindung muka, kacamata pelindung), respirator (mis., masker dengan filter), pakaian pelindung (mis., baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia), dan proteksi kaki (mis., sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata kaki) (2). Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi (3).
B. Jenis-jenis APD

1. Perlindungan Mata Dan Wajah Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum perlindungan mata terdiri dari Kacamata pelindung, Goggle,Pelindung wajah, Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser) (1). 2. Perlindungan Badan Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium yaitu kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya. Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas secepatnya. Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits. Apron digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan mengiritasi, yang berbentuk seperti celemek terbuat dari karet atau plastik.Untuk apron yang terbuat dari plastik, bahwa tidak dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar yang dipicu oleh elektrik statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis. Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap lembab, dan radiasi (1).

3. Perlindungan Tangan

Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi. Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani (1). APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai jenis penggunaanya. Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi dari bahan kimia. Jenis-Jenis Safety Glove antara lain : Sarung Tangan Metak Mesh, Sarung metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong, Sarung tangan Kulit, Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan kasar, Sarung tangan Vinyl dan neoprene Melindungi tangan terhadap bahan kimia beracun, Sarung tangan Padded Cloth Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan Vibrasi, Sarung tangan Heat resistant Mencegah terkena panas dan api, Sarung tangan karet Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet merupakan isolator (bukan penghantar listrik), Sarung tangan Latex disposable Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuk sekali pakai,Sarung tangan lead lined Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi (1). 4. Perlindungan Pernafasan Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh

karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti (1). C. Beberapa alasan Tidak menggunakan APD Sudah tidak asing apabila menghadapi kondisi para pekerja yang tidak melengkapi dirinya dengan APD saat bekerja. Tapi keselamatan kerja tidak mempuyai alasan untuk dilupakan walau sesaat. Berikut ini adalah hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety Officer mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja:
1. Ini tidak cocok / tidak nyaman (alasan 30% pekerja). Solusi: Biarkan pekerja

memilih APD yang cocok, selalu tanyakan apakah ada masalah dengan ukuran atau kenyamanan APD yang mereka gunakan, dan lakukan uji coba ukuran dan kenyamanan APD terhadap pekerja sebelum melakukan pengadaan APD. 2. Tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD (10% alasan pekerja). Solusi: Selalu buat pernyataan dengan tanda tangan pekerja bahwa mereka sudah menerima dan paham terhadap materi training APD dan lakuan tindakan disiplin yang tegas oleh supervisor terhadap pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja di lapangan. 3. Tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD menghabiskan waktu saya (18% alasan pekerja). Solusi: komunikasikan dengan pekerja tersebut mengenai alasan mereka lebih dalam lagi, komunikasikan alasan ini dengan supervisor produksi agar dapat bersinergi antara K3 dengan watu produksi, pastikan pekerja tersebut sudah mendapatkan training mengenai APD, dan masukan keharusan memakai APD kedalam aturan disiplin waktu saat produksi.
4. Tidak akan celaka (8 % alasan para manager dan pekerja). Solusi: undang

pembicara dari korban kecelakaan kerja, dan biarkan ia bercerita tentang bagaimana kecelakaan kerja ini sangat berdampak pada kehidupan pribadinya,

dan simulasikan pada pekerja untuk mengikat tali sepatu mereka dengan satu tangan sebagai ilustrasi jika mereka kehilangan satu tangan akibat kecelakaan kerja (4). D. Penggunaan jas laboratorium sebagai salah satu APD Jas Laboratorium lebih baik seluruhnya tertutup dengan kancing. Namun, jas laboratorium dengan lengan panjang, bukaan di belakang akan memberikan perlindungan lebih baik dibanding jas laboratorium yang umum digunakan dan lebih disarankan untuk digunakan pada laboratorium mikrobiologi untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kabinet Biosafety. Jas laboratorium dirancang untuk melindungi kulit dan pakaian dari bahan kimia yang mungkin tumpah. Jas ini harus selalu dipakai dan lebih baik jika panjangnya selutut. Ada beberapa jenis mantel laboratorium yang berbeda untuk jenis perlindungan yang berbeda;
1.

Kapas melindungi dari objek inhalasi, tepian yang keras atau tajam dan pada umumnya perlindungan terhadap api Wol melindungi dari percikan bahan yang dicairkan, cuka dalam jumlah kecil, dan nyala api kecil Serat Buatan melindungi dari percikan dan radiasi inframerah atau ultra ungu. Bahan anti statik Jas laboratorium dari serat buatan dapat meningkatkan beberapa resiko

2.

3. 4.

laboratorium. Sebagai contoh, beberapa bahan pelarut bisa menghancurkan beberapa kelas serat buatan tertentu, dengan demikian mengurangi efek perlindungan dari mantel tersebut. Sebagai tambahan, pada kontak dengan nyala api, beberapa serat buatan akan meleleh. Jas Laboratorium juga dapat dibuat dengan snaps/fasteners yang membuat pemakai bisa bergerak cepat dalam suatu keadaan darurat. Celemek merupakan suatu alternatif untuk mantel laboratorium. Pada umumnya dibuat dari plastik atau karet untuk melindungi pemakai terhadap bahan kimia bersifat menghancurkan. Celemek atau apron harus dikenakan di atas jas laboratorium jika diperlukan untuk memberi perlindungan terhadap tumpahan bahan kimia atau bahan biologi seperti darah atau cairan kultur (5). 1. Fungsi.

Jas laboratorium sebagai pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagain atau seluruh tubuh dari kotoran, debu, bahaya percikan bahan kimia, radiasi, panas, bunga api maupun api (6). Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium:
a. kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang

dan ukuran jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya.


b. Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan kimia dan

api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium sudah terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,jas harus segera dilepas (7). 2. Jenis.
a. Apron, yang menutupi hanya sebagian tubuh pemakainya, mulai dari dada

sampai lutut.

Gambar 1 Baju lab yang digunakan sebagai pakaian pelindung saat bekerja atau praktikum di Lab (6)
b. Overalls, yang menutupi seluruh bagian tubuh (6).

c. Jumpsuits Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi (mis., ketika menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Kriteria yang baik untuk jas Laboratorium yaitu: 1. Nyaman dipakai 2. Bahan kain yang cukup tebal 3. Berwarna terang/putih 4. Berkancing (Non Resleting) 5. Panjang jas sampai lutut dan dengan lengan sampai pergelangan tangan

6. Ukurannya tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar (7). 3. Spesifikasi. Macam-macam pakaian pelindung adalah: a. Pakaian pelindung dari kulit, untuk tenaga kerja yang mengerjakan pengelasan. b. Pakaian pelindung untuk pemadam kebakaran. c. Pakaian pelindung untuk pekerja yang terpajan radiasi tidak mengion. d. Pakaian pelindung untuk pekerja yang terpajan radiasi mengion.
e. Pakaian pelindung terbuat dari plastik, untuk tenaga kerja yang bekerja kontak

dengan bahan kimia (6) . 4. Cara pemakaian. a. Pilih jenis pakaian pelindung yang sesuai dengan potensi bahaya yang dihadapi. b. Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran tubuh pemakainya. komponenkomponennya. d. Kenakan pakaian pelindung dan kacingkan dengan seksama.
e. Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan), untuk memastikan apakah

c. Cek keadaan fisiknya, apakah dalam keadaan rusak , dan lengkap

pakaian pelindung telah terpakai dengan nyaman (6).

Gambar 2 Pemakaian baju lab pada saat praktikum (6) 5. Cara pemeliharaan.

a. Pakaian pelindung yang disposable (sekali pakai dibuang), setelah habis pakai

dimasukkan ke dalam kantong kertas yang semula untuk membungkus pakaian pelindung baru, kemudian dibuang di tempat yang telah disediakan.
b. Pakaian

pelindung yang tidak disposable, sehabis dikenakan dicuci,

setelahdikeringkan diseterika, dilipat dan disimpan ditempat yang bersih (6).

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Keamanan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, aman, selamat, dan produktif. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Untuk menjamin keselamatan diri di laboratorium, salah satu persyaratan adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa sarung tangan, jas laboratorium dan masker. Selain itu aspek prilaku petugas sendiri terhadap disiplin pemakaian alat

pelindung diri (APD) dan higiene petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan. B. Saran Petugas Kesehatan dan non kesehatan sebaiknya disiplin terhadap pemakaian alat pelindung diri (APD) seperti jas laboratorium serta petugas sehabis penanganan sampel berupa pencucian tangan tidak boleh diabaikan.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://ewyhimawary.blogspot.com/2011/04/apd-di-laboratorium.html.

Diakses

tanggal 16 maret 2012


2. http://laboratoryresearch.blogspot.com/2008/07/alat-pelindung-diri.html.

Diakses tanggal 16 maret 2012


3. http://www.asuransi-kesehatan.org/menggunakan-alat-pelindung-diri-apd-

saat-bekerja. Diakses tanggal 16 maret 2012

4. http://kusnadish.blogspot.com/2010/11/alat-pelindung-diri-apd-di-

laboratorium.html. Diakses tanggal 16 maret 2012

5. http://alatalatlaboratorium.com/Blog/alat-pelindung-diri-di-laboratorium.

Diakses tanggal 16 maret 2012

6. Kurniawati dkk. buku pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja

untuk praktek dan praktikum. program d3 teknik kesehatan gigi fakultas kedokteran gigi universitas airlangga Surabaya. 2008. hal:31-33

7. http://jukrihimaki.blogspot.com/2011/04/alat-pelindung-diri-adp.html. Diakses

tanggal 16 maret 2012

Anda mungkin juga menyukai