Anda di halaman 1dari 19

1

BAB IV METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PENGUJIAN KONSEP DESAIN


Dalam proses pengambilan keputusan desain yang dilaksanakan melalui analisis, sintesis dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut merupakan analisis pra desain yang meliputi Tahapan Divergenve, Tahapan Transformasi, dan Tahapan Convergence. Proses ini dilaksanakan untuk mendapatkan gagasan baru maupun gagasan untuk mmenguji ataupun menilai ulang suatu keputusan desain yang telah diambil, sebelum pelaksanaanya direalisasikan. Secara sederhana tahapan ini dapat digolongkan sebagai berikut: Memecah suatu persoalan menjadi bagian-bagian (sub problems) Bagian-bagian yang telah terurai disatukan kembali dalam suatu susunan yang baru. Menguji serta menemukan kosekuensi-konsekuensi apabila susunan yang barutersebut dilaksanakan.

4.1 Divergence
Devergence merupakan pola analisis yang cendrung memperluas lingkup penelaahan ke segala hal yang berkaitan dengan tujuan desain guna mendapatkan solusi yang diinginkan, sesuai dengan makna harfiah devergece dalam bahasa inggris yang berarti menyeebar. Karakteristik utama ddevergence antaara lain: Sasaran desain tidak ditetapkan secara pasti dan dianggap masih bersifat tentatif. Batas lingkup permsalahan juga tidak ditetapkan secara pasti. Kesimpulan evaluasi tidak segera ditetapkan sampai segala hal yang terkait (Relevan) dipertimbangkan.

Sasaran penelaahan adalah menguji keopekaan sponsor pemberi tugas, calon pengguna, pasar, dan pihak lain yang terkait dengan keputusan desain.

4.2 Transformasi
Berdasarkan hasil telaah analisis devegence, tahapan transformasi berusaha mengungkapkan pola-pola kecendrungan dan arah-arah yang akan mempengaruhi keputusan desain. Hal ini dihasilkan melalui analisis atau pemikiran kreatif tingkat tinggi. Dalam tahapan ini masalah konseptual teknis dipertimbangkan secara simultan. Karakteristik utama tahap transformasi antara lain: Sasaran utama desain diarahkan berdasrkan telaah devergence, menghasilkan pola-pola pikir yang nantinya memungkinkan tahap berikutnya (convergence) menetapkan suatu keputusan tunggal. Dalam hal ini penetapan pola diartikan sebagai pemikiran (tindakan) kreatif, mengubah masalah yang rumit (kompleks) menjadi sederhana, menetapkan prinsip-prinsip penting yang perlu penekanan serta mengabaikan hal-hal yang tidak penting. Desain brief dan lingkup permasalahan mulai ditetapkan bilamana variabel-variabel kritis telah teridentifikasi, konstrain dipahami dan peluang-peluang dinilai untuk dimanfaatkan. Maslah diurai kedalam sub-subb maslah dan dinilai apakah sub-sub masalah itu dapat dipecahkan secara berurutan, secara pararel atau relatif terisolasi. Syarat paling penting transformation adalah kebebasan mengubah sasaran antara (subgoals) untuk menghindari terlalu banyaknya kompromi dan kecepatan meramalkan konsekuendi serta keterlaksanaan (feasibility) sasaran tersebut. Aspek pribadi sangat berperan pada tahap ini terutama didasari pengalaman serta pemampuan desainer pengambil keputusan dalam memahami seluruh persoalan yang dihadapi.

4.3 Convergence
Secara harfiah convergevce berarti memusat. Pada tahap ini sasaran desainer memilih (hanya) satu dari banak alternatif keputusan desain yang terungkap dan ditawarkan pada tahap divergence maupun tahap transformasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa sasaran tahap konvergensi adalah mengurangi alternatif sehingga menjadi satu pilihan tunggal keputusan desai secepat mungkin. Dalam masalah desain, keputusan terakhir adalah keputusan optimal. Tidak pernah ada keputusan yang sempurna. Yang ada hanya keputusan optimal untuk meminimalkan kelemahan yang tidak dapat dihindari.

4.4 Tataran Pengambilan Keputusan Desain


Karena luasnya spektrum permasalahan dan pemikiran dalam proses perancangan maka keputusan desain dapat dikategorikan dalam empat level, yaitu: 1. Tataran Komunitas (Community Level). Contoh: pilihan jenis pusat pembangkit listrik, sistem transportasi massal sebuah kota, pola pemukiman penduduk kota, dan lainnya. 2. Tataran Sistem (System Level). Contoh: Sistem pengondisian udara dalam gedung, sistem pengolahan sampah kota, sistem pelayanan tamu, disebuah restoran, dll. 3. Tataran Produk (product Level) . Contoh: Riset tenis, penyedot debu, lemari es, mobil, sepeda, dan lainnya. 4. Tataran Komponen (Components Level). Contoh: Radiator, peredam kejuut (shock breaker), ban, baterai, engsel, dan lainnya. Sesuai lingkup permasalahannya, keputusan yang diambil pada tataran komunitas dan tataran sistem bersifat abstrak (intangible), lazimnya bentuk kebijakan (policy) atau pilihan sistem maupun pilihan konsep yang bersifat umum. Pada tataran produk dan tataran komponen, keputusan yang diambil bersifat kongkret (tangible), teknis, visual, dan spesifik.

BAB V METODE ANALISIS UNTUK EKSPLORASI DAN EVALUASI


Untuk keperluan ekplorasi gagasan maupun untuk menilai kembali keputusan yang telah ditetapkan, digunakan beberapa metode analisis, antara lain metode Brainstorming, Synectics, SWOT Analysis dan Cost-Benefit Analysis. Brainstorming dan synectics adalah metode yang digunakan untuk mengeksplorasi solusi keputusan desain guna menjawab masalah perancangan dengan cara menggugah, menghimpun, serta memformulasikan secara cepat gagasan-gagasan segar dari sekelompok individu terpilih dengan memanfaatkan latar belakang keahlian dan pengalaman profesional anggota kelompok itu. Gagasan-gagasan diungkapkan melalui perpaduan antara pemikiran logis (glass box) maupun intuitif (black box). Sedangkan SWOT analysis dan cost-benefit analysis pada prinsipnya memilah hal positif dan negatif dari satu hal yang dinilai serta memperbandingkannya. 5.1 Brainstorming Untuk melaksanakan brainstorming ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memilih sekelompok individu yang menguasai masalah yang dianggap mampu atau memiliki kompetensi untuk menyambungkan gagasan tentang suatu masalah perancangan untuk menjadi anggota brainstorming. 2. Menetapkan aturan bahwa tidak diizinkan untuk mengritik gagasan yang dikemukakan orang lain, dan bahwa gagasan yang ekstrem pun dapat diterima. 3. Secara kuantitas gagasan dibuat sebanyak mungkin dan kemudian seluruh anggota tim diarahkan agar berusaha menggabungkan gagasan-gagasan yang layak (Feasible). 4. Seluruh gagasan yang muncul dirangkum dan diformulasikan menjadi kesimpulan tim. Metide brainstorming dapat diaplikasikan pada semua tataran perancangan (tataran komunitas, sistem, produk, komponen). Juga dapat digunakan untuk menguji gagasan lain yang telah ada, misalnya untuk menetapkan pertanyaan dalam sebuah koesioner.

5.2 Synectics Metode ekspoolorasi synectics pada prinsipnya sama dengan brainstorming, hal yang khusus pada synectics adalah bahwa individu anggota tim berasal dari latar belakang keahlian yang lebih luas, termasuk dari luar bidang desain (antara lain bidang manajemen, rekayasa, sosial, dan lainnya). Selain itu synectics juga dilaksanakan dengan tahapan kerja yang lebih rumit dan kurun waktu yang lebih lama. Pengungkapan gagasan terutama dilakukan melalui analogi dari pengalaman para anggota tim. 5.3 Analisis SWOT Dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang (re-evaluasi) suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang mungkin timbul. Langkahnya adalah dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi menghambat pelaksanaan keputusan perancangan yang telah diambil. Langkah analisis: Mengkaji hal atau gagasan yang akan dinilai dengan cara memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin segi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (theat). Segi kekuatan dan kelemahan meruoakan kondisi internal yang dikandung oleh obyek yang dinilai, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal. Hasil kaji dari keempat segi ini kemudian disimpulkan, melipuli Strategi Pemecahan Masalah, Perbaikan, Pengembangan, dan Optimalisasi.

Penyusunan yang lazim dilakukan dengan meramu (sedapat mungkin) hal-hal yang dikandung oleh keempat faktor menjadi sesuatu yang positif, netral atau minimal dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam Matriks Pakal yang terdiri dari: Strategi PE KU / Peluang dan kekuatan: Mengembangkan peluang menjadi kekuatan. Strategi PE LEM / Peluang dan Kelemahan: Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan. Strategi A KU / Ancaman dan Kelemahan: Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan. Strategi A LEM / Ancaman dan Kelemahan: Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan kelemahan.

Gambar 5.1 Skema Ananisis SWOT 1 = Strategi Peluang dan Kekuatan / PE KU 2 = Strategi Peluang dan Kelemahan / PE LEM 3 = Strategi Ancaman dan Kekuatan / A KU 4 = Strategi Ancaman dan Kelemahan / A LEM 5.4 Cost Benefit Analysis Cost Benefit analysis lazim dilaksanakan sebelum suatu rancangan dipoutuskan dengan tujuan meminimumkan dampak negatif yang mungkin timbul dengan memilih satu diantara beberapa alternatif keputusan perancangan dengan memperbandingkan segala konsekuensi yang timbul dari setiap alternatif yang dipilih, baik yang bersifat nnegatif dan akan menjadi beban (cost), maupun yang bersifat positif (benefit). Prinsip analisisnya hampir sama dengan SWOT analysis. Perbedaannya, Pada cost benefit analysis, semua hal yang dinilai, baik kuantitatif maupun kualitatif, ditetapkan nilainya

dengan harga uang, baik yang biayanya dapat dikalkulasi (dikuantifikasi) maupun yang tidak. Untuk hal yang tidak dapat dikalkulasi dilakukan estimasi (prkiraan) biaya. Contoh kasus: Pembangunan kita satelit untuk pemukiman baru diwilayah pinggir kota. Benefit yang didapat antara lain: Pertambahan jumlah rumah tinggal bagi warga kota (dapat dikalkulasi dengan menjumlah harga rumah dan pajak / PBB) Mengurangi kemacetan lalu-lintas di pusat kota dengan membayar pusat-pusat kegiatan ke lingkungan permukiman(tidak dapat dikuantifikasi). Peningkatan aktivitas perekonomian dan lapangan kerja bagi penduduk sekeliling (tidak dapat dikuantifikasi). Kualitas pemukiman fisik yang lebih sehat dan nyaman / panorama indah (tidak dapat dikuantifikasi). Harga diri yang ditawarkan bila bertempat tinggal dipemukiman baru tersebut (tidak dapat dikuantifikasi). Cost yang timbul antara lain: Biaya pembebasan lahan / ganti rugi tanah (dapat dikuantifikasi). Biaya pematangan lahan dan jalan, listrik, air (dapat dikuantifikasi). Biaya pembangunan rumah tinggal (dapat dikuantifikasi). Kerusakan lingkungan / daerah resapoan air hujan, konservasi flora dan satwa langka (tidak dapat dikuantifikasi). Marginalisasi pemilik lahan / penduduk asli (tidak dapat dikuantifikasi). Setelah seluruh butir kategori cost dan benefit dikuantifikasi dengan jumlah uang maka kemudian diperbandingkan untuk kemudian dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

BAB X

1.

DESAIN RISET BIDANG DESAIN


Pada dasarnya desain riset bidang desain sama dengan kaidah desain riset secara umum, meliputi desain riset yang bersifat eksploritori, deskriptif dan kausal. Untuk penyederhanaan model model desainnya maka dalam bagian ini dilakukan pembagian menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah desain riset eksploratotri dan yang kedua adalah desain riset konklusif. Kategori kedua dibagi menjadi desain riset deskritif dan kausal. Desain riset eksploritori tidak menggunakan hipotesis dan bersifat sebagai riset awal yang tidak digunakan untuk menjawab masalah yang teliti secara tuntas. Sedangkan desain riset konklusif menggunakan hipotesis yang digunakan untuk menjawab masalah yang teliti. Sekalipun demikian untuk riset deskritif kita diperbolehkan untuk tidak menggunakan hipotesis. Secara lengkap desain tersebut tergambar di bawah ini. Desain riset pemasaran dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.

Desain Riset

Desain Riset Eksploratori

Desain Riset Konklusif

Desain Riset Deskriptif

Desain Riset Kausal

1.1 RISET EKSPLORATORI


Riset eksploritori ialah riset awal yang dilakukan untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan suatu masalah. Kegunaannya adalah untuk membantu

memformulasikan masalah secara lebih tepat. Riset ini bersifat fleksibel dan tidak bertujuan untuk mencari kesimpulan akhir. Metode: Survai yang dilakukan para ahli Studi kasus Analisis data sekunder Riset kualitatif dalam bentuk Fokus Group Discussion

1.2 RISET DESKRITIF


Riset deskritif adalah riset untuk menggambarkan karakteristik / gejala / fungsi suatu populasi. Kegunaannya: Untuk membuat estimasi persentase unit unit dalam suatu populasi yang menunjukkan perilaku tertentu. Untuk menggambarkan kelompok tertentu. Untuk menentukan karakteristik suatu desain. Untuk menentukan tingkatan di mana variabel variabel yang teliti berhubungan satu dengan yang lain. Untuk membuat prediksi. Karakteristik: Didahului dengan perumusan hipotesis. Desain dirancang secara terstruktur dan terencana serta tidak fleksibel. Mengutamakan akurasi dan didasarkan pada pemahaman atas masalah sebelumnya. -

Metode: Survai, observasi dan analisis data sekunder. Riset desktiptif biasanya digunakan untuk mencari jawaban atas pertanyaan sebagai berikut (aplikasi dari survai suatu desain kemasan produk mie instan X): [WHO] Siapa yang akan menjadi target pasar mi instan tersebut ? [WHAT] Informasi apa saja yang harus didapatkan dari responden ? [WHEN] kapan informasi harus diperoleh ? [WHERE] Dimana responden harus dihubungi ? [WHY] Mengapa diperlukan informasi dari responden ? [WAY] Dengan cara seperti apa informasi dapat diperoleh dari responden ?

1.3 RISET KAUSAL


Riset kausal adalah riset yang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antar variabel. Tujuan: Untuk memehami variabel nama yang berfungsi sebagai penyebab (variabel

bebas) dan variabel nama yang berfungsi sebagai akibat (variabel tergantung). Untuk menentukan karakteristik hubungan antara variabel penyebab dab efek

yang tidak diprediksi. Karakteristik: Desaian terstruktur dan terencana dengan baik. Adanya manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan). Adanya kelompok pengontrol. Dikenakan pendekatan acak atau random adalah dalam menentukan sampel yang

akan diteliti. Metode: Eksperimen.

10

Contoh: suatu perusahaan menjual produk yang sama dengan menggunakan warna kemasan yang berbeda. Akan diteliti mana yang lebih laku di pasar. Misalnya produk minuman dalam botol warna merah atau hijau.

2 MELAKUKAN IDENTIFIKASI DAN MEMBERI NAMA VARIABEL


Variabel didefinisikan sebagai something that may vary or differ (Brown, 1998:7). Definisi lain yang lebih detilmengatakan bahwa variabel is simply symbolor a concept that can assume any one of a set of value (Davis, 1998:23). Definisi pertama menyataka variabel adalah sesuatu yang berbeda atau bervariasi. Penekanan kata diperjelas dalam definisi kedua, yaitu simbolatau konsep yang diasumsikan sebagai perangkat nilai. Definisi abstrak tersebut akan lebih jelas bila diberi contoh sebagai berikut: a. Hubungan antara logo dengan citra perusahaan. b. Pengaruh warna terhadap minat beli sepeda motor. c. Hubungan antara iklan dan ketertarikan konsumen. Contoh contoh variabel adalah logo, citra perusahaan, warna, minat beli, iklan, dan ketertarikan. Ada berbagai tipe variabel. Masing masing tipe variabel akan dibahas di bawah ini.

2.1 VARIABEL BEBAS


Variabel bebas (Independent variable) merupakan variabel stimulus atau variabel yang memengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang pengaruhnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peniliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi dalam kaitannya dengan variabel lain.

11

Pada contoh diatas, warna adalah variabel bebas yang dapat dimanipulasi d an dilihat pengaruh terhadap minat beli, misalnya apakah warna merah pada sepeda motor dapat menimbulkan minat beli konsumen terhadap sepeda motor itu.

2.2 VARIABEL TERGANTUNG


Variabel tergantung (dependent variable) adalah variabel yang memberikan reaksi atau respons jika dihubungkan dengan variabel bebas. Pada contoh pengaruh warna terhadap minat beli sepeda motor, maka variabel tergantungnya ialah minat beli. Seberapa besar pengaruh warna merah terhadap minat beli konsumen atas sepeda motor itu.

2.3VARIABEL MODERAT
Variabel moderat (Moderate variable) adalah variabel bebas kedua yang sengaja dipilih oleh penelitiuntuk menentukan apakah kehadirannya berpengaruh terhadap hubungan antara variabel bebas pertama dan variabel tergantung.variabel moderat merupakan variabel yang keberadaannya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah variabel tersebut mengubah hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.

Contoh: Hipotesis riset: Ada hubungan antara desai kaset D]CD berwarna biru dengan meningkatnya penjualan CD tersebut di kalangan konsumen. Variabel bebas: desain kaset CD Variabel tergantung: penjualan Variabel moderat: warna biru

2.4 VARIABEL KONTROL


Variabel control (control variable) didefinisikan sebagai variabel yang keberadaannya dikontrol oleh peneliti untuk menetralisasi pengaruhnya. Jika tidak dikontrol maka variabel tersebut akan memengaruhi gejala yang sedang dikaji. Contoh:

12

Hipotesis riset: Ada pengaruh kontras warna baju terhadap keputusan membeli di kalangan wanita.

Variabel bebas: kontras warna Variabel tergantung: keputusan membeli Variabel control: wanita (jenis kelamin)

Pada riset diatas variabel kontrolnya adalah jenis kelamin wanita. Peneliti berasumsi hanya wanita saja yang terpengaruh oleh kontras warna baju jika mereka ingin membelinya.

2.5 VARIABEL PERANTARA


Variabel bebas, tergantung, control dan moderat merupakan variabel variabel kongkret. Tiga variabel, yaitu variabel bebas, control dan moderat, dapat dimanipulasi oleh peneliti dan pengaruh ketiga variabel tersebut dapat dilihat atau diobservasi. Variabel perantara didefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis memengaruhi hubungan antara variabel tetapi tidak dapat dilihat, diukur dan dimanipulasi.

Contoh: Hipotesis riset: ada hubungan antara pemahaman yang rendah terhadap tanda tanda lalu lintas dengan tingkat kecelakaan di jalan raya di kalangan pengendara sepeda motor yang kurang mempunyai kesadaran berlalu lintas. Variabel bebas: tanda tanda lalu lintas. Variabel tergantung: tingkat kecelakaan di jalan raya. Variabel perantara: kesadaran pengendara kendaraan bermotor dalam berlalu lintas.

Keterangan kasus diatas adalah sebagai berikut: jika seorang kurang memahami tanda tanda lalu lintas dikarenakan tingkat kesadaran yang rendah maka tingkat kecelakaan di jalan raya akan meningkat.

13

2.6 SKEMA HUBUNGAN VARIABEL


Skema hubungan antarvariabel menunjukkan adanya pengaruh variabel bebas, moderat, control, dan pengganggu terhadap variabel tergantung. Skema dibawah ini merupakan model pertama skema hubungan variabel Tuckman (Tuckman 1978:70).

Variabel Bebas

Variabel Moderat

Variabel Perantara

Variabel Tergantung

Variabel Kontrol

Gambar 1. Model pertama skema hubungan variabel Tuckman

Variabell diatas dibaca sebagai berikut: Fokus utama adalah variabel bebas dan variabel tergantung. Peneliti juga dapat mempertimbangkan variabel variabel lain, seperti variabel moderat dan variabel control. Hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung harus melalui seatu label yang disebut variabel perantara. Variabel ini bersifat hipotetikal, artinya secara fakta tidak Nampak tetapi secara teiritis ada dan mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan tergantung.

14

Skema model kedua dibuat oleh Brown (Brown 1988:13), yaitu sebagai berikut:

Variabel Bebas

Variabel Perantara

Variabel Tergantung

Variabel Moderat

Variabel Kontrol

Gambar 2. Skema modek kedua

Skema Brown dapat dibaca sebagai beriku: Hubungan sentral dalam studi ialah antara variabel bebas dan variabel tergantung. Panah panah tersebut lebih menunjukkan arah focus pemikiran peneliti dan desain riset hubungan sebab akibat. Dengan demikian fokusnya adalah variabel tergantung. Pada tahap awal riset dilakukan hanya untuk

menentukan efek variabel bebas terhadap variabel tergantung. Variabel perantara berfungsi sebagai label atas hubungan kedua variabel tersebut atau proses yang menghubungkan variabel bebas dan variabel tergantung tetapi tidak teropservasi. Peneliti jugaboleh mempertimbangkan adanya variabel bebas lain, yaitu variabel moderator, yang akan digunakan untuk menentukan apakah aka nada perubahan pada hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung jika variabel moderator dimasukkan ke dalam riset. Peneliti juga boleh mengontrol variabel bebas lainnya jika yang bersangkutan ingin menetralisasi ataupun menghilangkan pengaruh variabel control.

15

BAB XI Menggunakan Pendekatan Kualitatif

Desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai kondisi lapangan, tidak seperti desain riset penelitian kuantitatif yang bersifat tetap, baku, dan tidak berubah-ubah. Oleh karena itu peran peneliti sangat dominan terhadap keberhasilan penelitian. Dalam hal ini peran desain hanyalah membantu mengarahkan jalannya proses penelitian agar sesuai dengan pernyataan masalah dan berjalan dengan sistematis. Berbagai teknik yang digunakan dalam pendekatan kualitatif yaitu :

1.1 Teknik Pemilihan Informan


Penelitian kualitatif merupakan penilaian yang bersifat ilmiah dan juga sistematis sebagaimana penelitian kuantitatif sekalipun pemilihan simpelnya tidak seketat dan serumitpenelitian kuantitatif. Lebih lanjut penelitaian kualitatif tidak di tujukan untuk menarik kesimpulan atas suatu populasi, melainkan untuk mempelajari karakteristik yang di teliti, baik perorangan ataupun berkelompok. Sehingga keberlakuan hasil penelitian tersebut hanya untuk orange atau kelompok yang sedang di teliti tersebut. Banyak sedikitnya orang yang akan digunakan untuk menjadi informan tergantung pada cakupan masalah penelitian yang akan di perlakukan. Jadi cara memilih sampel sebagai informan dapat di bagi menjadi tiga bagian, yaitu : pertama, kita mencari informan untuk di wawancarai atau di observasi, kedua, kita menentukan informan untuk diteliti atau dimintai keterangan sesuai masalah yang di teliti. Dan yang ketiga ialah kita berhenti mencari informan jika informasi yang di peroleh sudah cukup dan kita sudah tidak memerlukan informasi baru lagi.

1.1.1 Teknik Kesesuaian


Teknik kesesuain sendiri ialah memilih unit-unit analisis dengan cara yang dianggap sesuai oleh peneliti. Keuntungannya adalah dapat dilakukan dengan cepat dan murah, sedangkan kelemahannya mengandung sejumlah kesalahan sistematis dan dapat memunculkan pengaruh yang tidak di ketahui oleh peneliti.

1.1.2 Teknik penilaian


Memilih sampel dari suatu populasi didasarkan atas informasi yang tersedia sehingga keterwakilan populasi dapat dipertanggungjawabkan. Keuntungannya ialah unit-unit yang terakhir dipilih dapat ikut dipilih sehingga terjadi banyak kemiripan. Kerugiannya adalah memunculkan keanekaragaman yang bias terjadi masalah estimasi terhadp populasi sampel yang di pilih.

16

1.1.3 Teknik Bola Salju


Memilih unit-unit yang mempunyai karakteristik langka dan unit-unit tambahan yang ditunjukan oleh responden sebelumnya. Keuntungannya adalah hanya digunakan dalam situasi-situasin tertentu. Kelemahannya adalah keterwakilan darikarakteristik langka dantidak terlihat pada sampel yang sudah dipilih dan peneliti mungkin akan mengalami kesulitan dalam mencari karakteristik langka tersebut.

1.2 Jenis-jenis data untuk pendekatan kualitatif Data dalam penelitian kualitatif sangat deskriptif, bukan angka. Data dapat berupa gejala-gejala, kejadian ataupun peristiwa yang kemudian akan di aanlisis dalam bentuk kategori-kategori. Jika dilihat jenisnya maka kita dapat membedakan dat kualitatif sebagai data primer dan dat sekunder. a) Data primer berupa hasil wawancarayang di peroleh melalui wawancara dengan informan yang di jadikan sampel penelitian. Data dapat di rekam dan di catat oleh peneliti. b) Data sekinder, berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti derngan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Yang termasuk dalam kategori data ini adalah : Data bentuk teks: dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk Data bentuk gambar: foto, animasi, billboard Data bentuk suara: hasil rekaman kaset Kombinasi teks, gambar dan suara: film, video, iklan di televisi, dll. 1.3 Alat pengambilan data atau informasi Pada umumnya penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara guna mencari data. Inti dari persoalannya adalah apapun alatnya tujuan utamanya ialah mendapatkan informasi dalam bentuk bukan angka sehingga banyak peneliti yang memanfaatkan teknologi sebagai sarana pengambilan data, seperti tape recorder, computer, bahkan internet. Secara umumalat pengambilan data dapatdi bagi dua, yaitu : a) Panduan wawancara, yang sudah di susun secara tertulis sesuai masalah yang kemudian digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan informasi.

17

b) Peneliti sendiri: artinya dalam melakukan observasi peneliti terlibat langsung dalam riset partisipatori ataupun review dokumen maka [eneliti sendiri menjadi sarana atau alat untuk memperoleh informasi.

1.4 Metode pengumpulan data Yang dimaksud dengan data kualitatif adalah data dalam bentuk bukan angka, tetapi yang dapat berupa teks, document, gambar, foto, artefak, atau objek-objek lain yang diketemukan dilapangan selama penelitian dilakukan. Ada beberapa metode pokok untuk pengumpulan data secara manual, masing-masing adalah: 1.4.1 Partsipasi Partisipasi merupakn salah satu bentik aramencari data utama untuk informasi dalam metode penelitian kualitatif. Cara melakukan pengumpulan data ialah melalui keterlibatan langsung dengan obyek yang di teliti. Karena teknik ini menghendaki pngenalan secara mendalam maka waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data atau informasi menjadi lama. Jadi semakin lama peneliti berbaur dengan yang di teliti maka akan semakin mudah bagi peneliti untuk mempelajari pola dan perilaku obyek yang diteliti. 1.4.2 Observasi Kegiatan observasi meliputi pencatatan secara sistematis atas kejadiankejadian, perilaku, obtek yang dilihat dan hal lain yang diperlukan guna mendukung penelitian yang sedang dilakukan. 1.4.3 Wawancara dan Interview Dalam menggunakan teknik wawancara ini keberhasilan untuk mendapatkan data atau informasi atas obyak yang diteliti sangat tergantung pada kemampuan penelti dalam melakukan wawancara. Keunggulan wawancara ialah memungkinkan peneliti mendapatkan data dalam jumlah banyak sebaliknya kelemahan wawancara adalah, karena melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara puhak pewawancara dan yang diwawancarai sangat diperlukan.

18

1.4.4

Kajian Dokumen Kajian dokumen merupakan sarana bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis atas kebijakan tertentu serta bahan-bahan tulisan yang lain.

1.4.5

Interview Khusus (Elite Interviewing) Interwiew khusus dilakukan terhadap kelomok elit tertentu, misalnya pimpinan perusahaan atau kantor tertentu. Tujuan utamanya ialah untuk mendapatkan informasi yang berkaitan denga kebijakan-kebijakan penting perysahaan atau organisasi. Kelompok elit ini tentu sangat memahami seluk-beluk perusahaan dari berbagai sisi, misalnya sisis kualitas sumber daya manusia, keuangan, dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tujuan perusahaan.

1.4.6

Interview Kelompok Kecil (Focus Group Interviewing) Interview model ini diilhami para peneliti bidang pemasaran, mereka melakukan interview atau diskusi dengan beberapa orang, biasanya terdiri dari 510 orang. Kelompok itu di pandu oleh seorang ahli bidang pemasaran yang bertugas mengarahkan diskusi dengan memberikan pernyataan-pernyataan yang sudah dirancang sebelumnya. Pernyataan diberikan kepada peserta yang kemudian dijawab dan di didiskusikan secara kelompok.

1.4.7

Narasi Narasi merupakan metode yang diambil dari bidang ilmu sastra dan psikologi. Untuk mengumpulkan data peneliti melakukan eksplorasi atas cerita orang yang sedang di teliti. Untuk Melaksanakan metode ini peneliti harus membina hubungan kerjasama yang baik dengan yang diteliti.

1.4.8

Sejarah Hidup Mengkaji sejarah hidup merupakan salah satu teknik lain dalam penelitian kualitatif. Sejarah hidup seseorang atau lembaga merupakan data yang akurat untuk penelitian yang berkaitan dengan fakta sejarah atas suatu kejadian dimana orang yang sejarah hidupnya kita pelajari ikut terlibat baik secara langsung atau tidak langsung dengan kejadian yang sedang kita teliti. Data dalam sejrah hidup merupakan data sekunder yang mudah didapatkan, dimana peneliti tinggal membaca dan mempelajarinya.

19

1.4.9

Analisis sejarah Jika sejarah hidup dijadikan sebagai sarana pengumpulan data sekunder mengenai hidup seseorang maka analisis sejarah merupakan data sekunder yang memiliki cakupan lebih luas.

1.4.10 Analisis film, video dan foto Film, video dan foto merupakan sumber data sekunder yang berguna karena dapat melengkapi data yang bersifat tekstual. Dalam penelitian kualitatif, data yang berupa suara dan gambar berguna untuk pembuktian dalam ilmu hokum, kepolisian, dan intelijen.

Anda mungkin juga menyukai