Anda di halaman 1dari 12

Laporan praktikum ke - 5 Integrasi Proses Nutrisi

Hari/ Tanggal : Senin, 19 Maret 2012 Tempat praktikum : Laboratorium Biokimia, Fisiologi, Mikrobiologi Nutrisi Nama Asisten : Tekad Urip P. S

SAPONIN Fauziah Ramadini D24090134

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut pertanian Bogor 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang Hijauan merupakan salah satu pakan utama bagi ternak ruminansia. ternak ruminansia mampu mencerna serat yang berguna bagi tubuhnya. Hijauan pakan ternak mengandung serta yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia. Namun, tidak semua hijauan pakan ternka mengandung bahan yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia, beberapa kandungan hijauan akan merugikan bagi pencernaan ruminansia itu sendiri. Saponin merupakan salah satu kandungan yang akan ditemukan pada hijauan pakan ternak. Saponin adalah kelas struktural beragam senyawa yang terdapat pada berbagai jenis tanaman, ditandai dengan adanya kerangka dari oxidosqualene prekursor 30-karbon yang merupakan residu dari glycosyl. Umumnya mereka dibagi menjadi triterpenoid dan steroid glikosida, atau ke dalam triterpenoid, spirostanol dan saponin furostanol (Vincken, 2006). Pemberian saponin pada ternak ruminansia akan menyebabkan berkurangnya populasi protozoa dalam rumen. Pengurangan protozoa dalam cairan rumen bertujuan untuk meningkatkan bakteri rumen yang dijadikan inang oleh protozoa sehingga populasinya berkurang seiring bertambahnya populasi protozoa. Protozoa yang mati akan menjadi sumber protein bagi pencernaan ruminansia setelah pencernaan pada rumen.

Tujuan Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mendeteksi keberadaan saponin dalam hijauan pakan ternak dengan menggunakan pelarut air. Mengetahui kestabilan busa saponin di dalam larutan saliva buatan dan cairan rumen serta mengetahui pengaruh penggunaan saponin terhadap populasi protozoa rumen.

TINJAUAN PUSTAKA Saponin Saponin adalah kelas struktural beragam senyawa yang terdapat pada berbagai jenis tanaman, ditandai dengan adanya kerangka dari oxidosqualene prekursor 30-karbon yang merupakan residu dari glycosyl. Umumnya mereka dibagi menjadi triterpenoid dan steroid glikosida, atau ke dalam triterpenoid, spirostanol dan saponin furostanol (Vincken, 2006). Nama saponin berasal dari kata Latin sapo, yang artinya 'sabun', karena molekul saponin akan membentuk sabun seperti busa saat dikocok dengan air. Mereka terdiri dari aglycones nonpolar ditambah dengan satu atau lebih gugus monosakarida (Oleszek, 2002). Kombinasi struktur polar dan nonpolar ini menjelaskan mengapa molekul mereka menjadi seperti sabun ketika dalam larutan. Saponin dihasilkan tanaman dalam rangka melindungi dirinya dari patogen dan herbivora. Saponin mempunyai berbagai sifat, rasa manis dan pahit pahit (Heng dkk, 2006), berbusa dan mampu mengemulsi, memiliki sifat farmakologi, sifat hemolitik (Sparg et al, 2004). Saponin berkembang dalam aplikasi minuman dan kembang gula serta dalam pembuatan kosmetik (Uematsu dkk, 2000) dan produk farmasi (Sparg et al, 2004.) Saponin mampu beraktivitas sebagai adjuvan pada vaksin antiprotozoa, yang nantinya mampu menghambat perkembangan sporozoit di dalam saluran pencernaan (Cheeke, 1999). Selain itu saponin berfungsi sebagai antiprotozoa, saponin yang akan berikatan dengan kolesterol pada membran sel protozoa akan menyebabkan membranolisis pada sel membran protozoa.

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Kembang sepatu merupakan tanaman yang akan tumbuh baik pada kondisi tanah yang lembab dengan pemupukan sebualan sekali (Kimbrough, 1978 ). Kembang sepatu selain sebagai sumber hijauan ruminansia juga dapat digunakan sebagai agensi defaunasi. Didalam kembang sepatu mengandung saponin yang

mampu meredam protozoa. Kemampuan kembang sepatu meredam protozoa lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa.

Gamal (Gliciridia sepium) Gamal merupakan tanaman legum yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini merupakan jenis tanaman perdu berkayu. Gamal dapat tumbuh pada tanah yang mengandung unsur hara rendah, tanah yang masam, berbatu serta tanah tandus juga mampu bersaing dengan alang-alang. Kualitas legum ini bergantung pada umur, bagian tanaman, cuaca dan genotip. Kandungan protein gamal akan menurun seiring dengan bertambahnya umur. Gamal dibatasi konsumsinya karena kandungannya akan antinutrisi flavano.

Leucaena leucocephala (Lamtoro) Lamtoro merupakan jenis legume seperti gamal dan tidak begitu banyak digunakan karena kandungan toksik yang dimilikinya yaitu asam mimosin. Asam mimosin ini memiliki efek anti mitotic dan depilatory pada ternak. Namun, lamtoro mengandung galactomannan yang dapat membentuk ekstrasi protein pada ternak. Galactomannan mempunyai potensi sebagai bahan biomedical. Lamtoro merupakan tanaman yang tridak asing bagi petani di Nusa Tenggara Barat. Lamtoro umumnya defisiensi asam amino yang mengandung sulfur, tetapi tinggi akan vitamin A dan C. daun lamtoro banyak mengandung protein, mencapai 14-19%.

Daun Jarak Jarak merupakan tanaman semak berkayu. Pohon jarak tahan akan kekeringan dan mudah diperbanyak melalui stek. Jarak dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena mengandung minyak dalam bijinya.

Daun Singkong

Singkong tidak pernak didapatkan dalam bentuk liar, hanya ada sebagai spesies yang dibudidayakan (Goldworthy dan Fisher,1992). Limbah singkong sebagai makanan ternak sudah dimanfaatkan berupa daun (Tengenjaja, 2000), daun singkong segar bisa diperoleh sekitar 17% dari besar pohonnya (Pakpahan et al., 1992). Hasil penelitian Ravindran (1991) menunjukkan bahwa daun singkong mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu berkisar antara 16,7-39,9% bahan kering dan hamper 85% dari fraksi protein kasar merupakan protein murni, sedangkan bagian kulit dan onggok memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi.

Cairan Rumen Rumen mengandung banyak sekali populasi mikroba seperti bakteri, protozoa, jamur dan ragi yang merupakan hasil fermentasi pakan yang sedang akan dicerna. pH dalam rumen harus selalu dalam keadaan normal yaitu 6,8. pH ini akan tetap pada 6,8 dengan bantuan saliva yang berfungsi sebagai buffer dalam rumen. Saliva merupakan zat pelumas dan surfactant yang membantu didalam proses mastikasi dan ruminasi. Selain itu juga saliva bertipe cair, membuffer asam-asam, dan hasil fermentasi mikroba rumen. Cairan rumen mengandung bakteri dan protozoa. Protozoa berfungsi untuk menstabilkan fermentasi, sebagai buffer, memperbaiki utilitas pakan. Protozoa yang ada dalam rumen merupakan protozoa yang akan memangsa bakteri. Sehingga meningkatnya protozoa akan menurunkan populasi mikroba.

MATERI DAN METODE Materi Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah daun kaliandra, daun kembang sepatu, daun jarak, daun singkong, daun gamal, sabun colek, larutan NaOH 0,1%, rumen sapi yang masih segar, aquadest, larutan buffer McDougaldan gas CO2. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain mortar, corong, kapas, tabung reaksi dan rak, pipet tetes, timbangan kasar, gelas piala, cover glass, obyek gelas, spoit, mikroskop dan label.

Metode 1. Persiapan Sampel Daun dan Uji Saponin Masing-masing daun (daun singkon, gamal, kembang sepatu dan jarak) digerus sampai halus kemudian ditimbng kira-kira 2 gram dan dimasukkan ke dalam gelas piala atau botol selai.air panas sebanyak 100 ml ditambahkan ke dalam gelas piala tersebut dan dididihkan selama 5 menit. Setelah itu, didinginkan pada suhu kamar. Isi gelas piala tesebut disaring dengan corong dan kapas sehingga didapatkan filtrate yang akan digunakan untuk pengujian. Sebanyak 5 ml filtrate tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan kocok selama 10 detik serta dibiarka selam 10 menit. Indikator adanya saponin ditandai dengan adanya buih yang stabil. Dilakukan hal yang sama akan tetapi menggunakan air dingin.

2. Persiapan Sampel Sabun Sabun colek ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai volumenya menjadi 100 ml. kemudian kocok dan lihat busa yang dihasilkan.

3. Uji Kestabilan Busa pada Saliva Buatan dan Cairan Rumen Cairan filtrat (sisa filtrate yang menggunakan air dingin) sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan saliva buatan sebanyak 5 ml kemudian dikocok selama 10 detik dan dibiarkan selama 10

menit. Ketinggian busa yang muncul diukur. Dilakukan hal yang sama tetapi saliva buatan diganti dengan cairan rumen. Dicatat hasil ketinggian busanya. 4. Uji Pengaruh Penambahan Saponin terhadap Populasi Protozoa Rumen Tabung hungate yang berisi gas CO2 disiapkan terlebih dahulu. Filtrate diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan spoit dan dimasukkan ke dalam tabung hungate (jangan sampai gelembung udara ikut masuk ke dalam udara). Sebanyak 5 ml cairan rumen ditambahkan ke dalam tabung tersebut kemudian kocok perlahan selam 10 menit. Cairan tersebut kemudian diambil sedikit dengan menggunakan spoti dan diletakkan di atas obyek gelas serta ditutup dengan cover gelas, kemudian diamti dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Dilakukan juga pengamatan untuk blanko yaitu dengan menggunakan cairan rumen tanpa perlakuan dan di taruh di atas obyek gelas dan ditutup dengan cover gelas, kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1. Hasil Uji Saponin pada Filtrat Hijauan (Daun) Nama Daun Lamtoro Sepatu Gamal Daun Jarak Singkong Sabun Keterangan : 2+ : tidak ada busa : sedikit busa Air Panas 3+ 2+ 6+ 3+ 3+ 8+ Air Dingin 3+ 2+ 4+ 4+ 4+ 10+

3+ - 4+ : banyak busa 5+ - 10+ : sangat banyak busa Tabel 2.Hasil Uji Kestabilan Busa pada Saliva Buatan dan Cairan Rumen Saliva Buatan Nama Daun Panas Sabun Lamtoro Sepatu Gamal Daun Jarak Singkong Keterangan : 2+ 10+ 1+ 1+ 1+ 4+ 2+ : tidak ada busa : sedikit busa Dingin 8+ 2+ 1+ 1+ 4+ 2+ Panas 8+ 2+ 1+ 1+ 3+ Dingin 9+ 2+ 3+ 2+ 4+ 2+ Cairan Rumen

3+ - 4+ : banyak busa 5+ - 10+: sangat banyak busa

Tabel 3.Hasil Uji Pengaruh Penambahan Saponin terhadap Populasi Protozoa Rumen Perlakuan filtrat panas Nama Filtrat Gamal Blanko Bidang pandang 1 2 6 8 0 8 2 0 21 3 0 1 11 4 7 0 2 4 5 8 0 Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati Hidup Mati

Keterangan : (-) tidak diamati Rumus perhitungan jumlah protozoa yang hidup ataupun yang mati =

Hasil perhitungan jumlah protozoa yang hidup pada: a. Daun gamal = x = 13333,33 x 104 protozoa/ml2 b. Blanko (cairan rumen)= = 80000 x 104 protozoa/ml2 Hasil perhitungan jumlah protozoa yang mati pada: a. Daun gamal = x

= 74666,67 x 104 protozoa/ml2 b. Blanko (cairan rumen) = tidak ada protozoa yang mati Pembahasan Saponin adalah kelas struktural beragam senyawa yang terdapat pada berbagai jenis tanaman, ditandai dengan adanya kerangka dari oxidosqualene prekursor 30-karbon yang merupakan residu dari glycosyl. Umumnya mereka dibagi menjadi triterpenoid dan steroid glikosida, atau ke dalam triterpenoid, spirostanol dan saponin furostanol (Vincken, 2006). Saponin dapat ditemukan pada hijauan pakan ternak. Saponin memiliki senyawa-senyawa yang akan membentuk seperti busa ketika dilarutkan ke air,

sehingga ciri khas keberadaan saponin adalah busa yang muncul dalam proses pengujian. Beberapa hijauan pakan ternak yang mengandung saponin adalah turi, jayanti, jarak, kembang sepatu serta kacang-kacangan. Manfaat saponin telah digunakan dalam berbagai hal, pengembangannya dalam pembuatan kosmetik, minuman dan kembang gula, serta dalam bidang medis. Saponin dalam tubuh ternak berfungsi sebagai penghambat jumlah protozoa yang ada dalam cairan rumen. Praktikum kali ini menggunakan hijauan pakan ternak lamtoro, gamal, kembang sepatu, jarak dan daun singkong. Serta sabun sebagai pembanding. Pada pelarut air panas gamal menghasilkan banyak busa, sedangkan pada pelarut air dingin gamal dengan beberapa tanaman lain tidak menunjukan perbedaan yang signifikan terhadap busa yang dihasilkan, Begitu juga Pada percobaan dalam larutan saliva buatan sabun menunjukan hasil busa pada perlakuan panas lebih banyak dari perlakuan dingin. Perlakuan panas seharusnya akan merusak struktur saponin, sehingga seharusnya pada perlakuan panas kandungan saponin akan berkurang. Namun, pada hijauan pakan ternak lainnya menunjukan busa yang dihasilkan akan lebih banyak pada perlakuan dingin dibandingkan dengan perlakuan panas, begitu juga dengan sabun sebagai pembanding. Pada percobaan dalam cairan rumen, daun jarak yang banyak menghasilkan busa pada perlakuan dingin, sedangkan pada perlakuan panas tidak dihasilkan busa sama sekali. Pada percobaan dalam cairan rumen dan perlakuan panas, daun jarak tidak menghasilkan busa sedikitpun. Sehingga menunjukkan struktur saponin akan rusak dalam perlakuan panas. Meskipun begitu pada daun jarak dalam saliva buatan, perlakuan panas dan dingin menunjukkan jumlah yang sama dalam menghasilkan busa. Begitu juga pada hijauan lain yang digunakan dalam percobaan ini. namun, secara garis besar perlakuan dingin akan menghasilkan banyak busa dibandingan perlakuan panas atau menghasilkan jumlah busa yang sama. Terjadi kesalahan dalam praktikum ini sehingga tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh air yang digunakan sudah tidak panas lagi dan metode mengocok filtrat yang kurang baik. Jumlah protozoa pada rumen yang dicampurkan dengan filtrat gamal menunjukan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang dihasilkan

dalam cairan blanko atau rumen. Selain itu pada cairan yang telah ditambahkan gamal terdapat protozoa yang mati dan sedangkan pada cairan rumen tidak ada protozoa yang mati satupun. Percobaan ini menunjukan saponin akan menghambat jumlah populasi protozoa dalam cairan rumen. Percobaan ini selaras dengan fungsi saponin yang berperan sebagai agen defaunasi dalam cairan rumen. Protoza akan mengalami penurunan jumlah bersamaan dengan meningkatnya bakteri rumen dalam pencernaan. Sehingga penggunaan saponin dalam hijauan pakan ternak bermanfaat untuk mengurangi populasi protozoa yang nantinya akan dijadikan sumber protein pada pencernaan setelah rumen.

KESIMPULAN Hijauan pakan ternak dalam percobaan ini semuanya mengandung saponin, hanya saja dalam kadar yang berbeda-beda. Saponin dalam hijauan pakan ternak merupakan senyawa yang dibutuhkna oleh ternak ruminansia. Penggunaan saponin akan menurunkan kadar protozoa dalam cairan rumen. Penurunan populasi rumen nantinya akan menyebabkan berkembangnya mikroba rumen untuk melakukan fermentasi dalam proses pencernaan, sedangkan protozoa yang mati akan menjadi sumber protein pada pencernaan setelah dari rumen.

Anda mungkin juga menyukai