Anda di halaman 1dari 10

Inflasi di negara Indonesia

Oleh = Ryma Maziyah Arsy Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk Bank Indonesia sebabBerkata : lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kedua kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll. Tingkat inflasi pada bulan Februari 2012 yang rendah, hanya 0,05% akan memberi ruang bagi Bank Indonesia menurunkan BI rate lagi dari posisi saat ini. Demikian mengutip hasil riset E Trading Securities, kemarin. Pada bulan Februari 2012, BI menurunkan BI rate 25 basis poins menjadi 5,755 dari 6%. Namun demikian kami menilai bahwa Bank Indonesia hendaknya lebih cermat dalam menentukan tingkat suku bunga acuan mengingat rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM yang akan mendorong laju inflasi.

Inflasi pada Februari 2012 yang melandai, masih merupakan hal yang positif. Namun inflasi yang rendah bahkan negatif atau deflasi bukanlah merupakan hal yang baik. Pada tingkat tertentu, deflasi merupakan salah satu indicator kelesuan (perlambatan) ekonomi dan akan menyebabkan depresiasi mata uang. Pada Februari 2011, inflasi Indonesia berada pada level 0,13% MoM dan 6,24% YoY. Inflasi Februari 2012 sebesar 0,05% merupakan inflasi terendah pada bulan Februari sejak 2005. Pada Februari 2005, terjadi deflasi sebesar 0,17%, sementara di tahun-tahun berikutnya, inflasi Februari berada di kisaran 0,5%-0,6%.
Dramin said : Nasution

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pencapaian inflasi sepanjang tahun 2012 sebesar 6,8%- 7,1%, dengan pemicu utama kenaikan harga BBM bersubsidi. Angka ini lebih besar dari target awal 2012 yang sebesar 4,5% plus minus 1%. Gubernur BI Dramin Nasution mengungkapkan, bila pada 2012 ini pemerintah hanya menaikkan tarif dasar listrik (TDL) maka target inflasi sebesar 4,5 plus minus 1% akan bisa dicapai. "Namun dengan adanya kenaikan harga BBM kita perkirakan (inflasi) pada 6,8-7,1 persen," ujarnya dalam rapat kerja bersama pemerintah dan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Kamis (8/3/2012). Ia menjelaskan, bila harga BBM bersubsidi naik Rp1.500 per liter maka inflasi tahun ini diperkirakan mencapai 6,8% dan bila harga BBM bersubsidi naik Rp2.000 per liter maka inflasi bisa mencapai 7,1%. Menurutnya, dampak dari kenaikan BBM bersubsidi hanya bersifat sementara saja. Kenaikan ini akan berdampak produk ekspor dan harga barang. "Year on

year tinggi hanya karena pengaruh perhitungan statistik, sesudah tiga bulan hilang. Lewat dari tiga bulan, inflasi tidak tinggi lagi," tuturnya. BI akan menempuh bauran kebijakan untuk menjaga inflasi tetap berada pada kisaran 6,8-7,1%. "Kebijakan tersebut akan mengoptimalkan bauran suku bunga dan makro produtential," pungkasnya.

LIPI: 2012, Inflasi Bakal Lebih Tinggi Diperkirakan inflasi Indonesia 2012 sebesar 5,5 persen atau lebih tinggi dibanding 2011 VIVAnews - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan inflasi di Indonesia pada 2012 sebesar 5,5 persen atau lebih tinggi dibandingkan perkiraan tahun ini yang hanya 3,53 persen. Beberapa faktor pemberi tekanan pada angka inflasi datang dari sektor nilai tukar, pangan, dan bahan bakar minyak (BBM) serta tarif dasar listrik (TDL). Menurut Peneliti P2 Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho, nilai tukar rupiah pada tahun mendatang akan terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat. "Juga, pertumbuhan suplai pangan yang tidak setinggi demand-nya," kata dia saat ditemui dalam acara jumpa pers 'Outlook Perekonomian Indonesia 2012' di kantornya, Jakarta, Kamis 22 Desember 2011. Selain itu, dia melanjutkan, rencana pemerintah dalam membatasi konsumsi BBM turut menjadi faktor penyumbang angka inflasi. "Rencana pemerintah menaikkan TDL juga akan berkontribusi," ujar Agus. Tidak hanya itu, menurut Agus, kondisi krisis Eropa turut memberi sentimen negatif. Sebab, Eropa yang menjadi salah satu pasar penting ekspor Indonesia, tidak akan lagi berkontribusi signifikan.

"Sampai Oktober 2011, ekspor Indonesia ke Eropa sebesar 12,7 persen. Tidak mengherankan bila diprediksi pertumbuhan ekspor Indonesia tahun depan tidak setinggi tahun ini," tuturnya. BBM Naik di 2012, Inflasi Capai 5,7 Persen Masih rendah kalau lihat inflasi beberapa tahun terakhir. VIVAnews - Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, memperkirakan inflasi pada 2012 mendatang akan bergantung pada kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ataupun pembatasan BBM bersubsidi. "Kalau BBM subsidi dibatasi, maka inflasi akan bergerak 5,2-5,7 persen. Masih rendah kalau lihat inflasi beberapa tahun terakhir," kata Darmin Nasution, dalam sambutannya, pada Investor Awards, di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu malam, 14 Desember 2011. Itu adalah salah satu tantangan dan hambatan yang harus diatasi di 2012 sebagai bagian dari assasement BI. Namun, Darmin menuturkan bahwa Indonesia patut berbangga bahwa ditengah ketidakpastian ekonomi global, masih menunjukkan kinerja yang baik. "Istilah pasar risk off risk on, dari persepsi para 'pemain' ekonomi dunia dan kita berhasil menunjukkan kinerja yang baik. Saya kira itu sesuatu yang lama tidak pernah kita alami," ungkapnya. Pada 1998 lalu, kata Darmin, Indonesia mengalami pukulan yang sangat berat dalam sektor perekonomian. Sehingga, sejak saat itu Indonesia belajar banyak untuk berjuang melewati masa-masa krisis seperti itu. "Di negara-negara maju justru sekarang sedang menjadi persoalan," kata dia. Jika diukur dari tingkat kesehatan bank, maka perbankan Indonesia dalam kondisi yang baik. CAR perbankan Indonesia diatas 17 persen padahal yang dibutuhkan hanya delapan persen. "NPL jauh dari yang di khawatirkan pada lima persen, kita dua persen," ungkapnya. Kemudian, lanjut Darmin, pertumbuhan Indonesia dipercayai oleh dia bisa mencapai 6,5 persen meskipun sebenarnya bisa lebih tinggi dari angka itu. "Itu pun sudah kinerja yang cukup membanggakan, terlebih ekonomi kita di topang oleh sektor konsumsi, investasi dan ekspor," katanya.

Data inflasi di Indonesia LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen) Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan Bulan Tahun Februari 2012 Januari 2012 Desember 2011 November 2011 Oktober 2011 September 2011 Agustus 2011 Juli 2011 Juni 2011 Mei 2011 April 2011 Maret 2011 Februari 2011 Januari 2011 Desember 2010 November 2010 Oktober 2010 September 2010 Agustus 2010 Juli 2010 Tingkat Inflasi 3.56 % 3.65 % 3.79 % 4.15 % 4.42 % 4.61 % 4.79 % 4.61 % 5.54 % 5.98 % 6.16 % 6.65 % 6.84 % 7.02 % 6.96 % 6.33 % 5.67 % 5.80 % 6.44 % 6.22 %

Dari data inflasi di atas. Terhitung pada tiga tahun terakhir ini tingkat inflasi di Indonesia tergolong ringan karena masih di bawah 10% setahun. Mungkin bagi golongan masyarakat mampu efek terjadinya inflasi ini

tidak menjadi masalah, tetapi bagi masyarakat miskin ini merupakan masalah yang berat, apalagi jika terjadi kenaikan harga sembako. Dampak Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur

atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil). Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Iam said Bagi sebagian besar anggota masyarakat inflasi adalah sesuatu yang sering kita hadapi. Ketika kita ke pasar dan merasakan kenaikan harga kemarin dan hari ini, maka itulah yang disebut inflasi. Kita juga menyadari kehadiran inflasi pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri dimana harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan dari biasanya. Pada masa orde baru kemajuan ekonomi yang berhasil dicapai oleh pemerintah adalah dapat menekan laju inflasi sebesar 650%. Namun pada era 1990-an akhir, Indonesia menghadapi kondisi perkonomian yang cukup pelik. Situasi ini ditujukan oleh nilai mata uang dalam negeri yang merosot, nilai ekspor yang

menurun, dan melonjaknya harga barang-barang yang langsung di rasakan masyarakat. Latar belakang gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dikarenakan harga kebutuhan pokok (sembako) yang melejit tinggi. Keadaan ekonomi pada masa itu amat buruk salah satu penyebabnya yaitu terjadinya inflasi yang sangat tinggi karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Akan tetapi pada tiga tahun terakhir ini tingkat inflasi di Indonesia tergolong ringan karena masih di bawah 10% setahun. Mungkin bagi golongan masyarakat mampu efek terjadinya inflasi ini tidak menjadi masalah, tetapi bagi masyarakat miskin ini merupakan masalah yang berat, apalagi jika terjadi kenaikan harga sembako.

Saran

Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masyarakat dan harus melindungi masyarakat dari inflasi. Karena inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat khususnya masyarakat miskin. Dengan terus menaiknya inflasi kesejahteraan masyarakat Indonesia pun kian berkurang. Dan pada dasarnya kenaikan harga seperti ini seharusnya bisa diantisipasi karena keadaan ini telah berlangsung berulang-ulang disetiap tahunnya. Pemerintah seharusnya bisa mengambil berbagai langkah-langkah taktis dari kondisi ini. Seperti

penyediaan stok kebutuhan pokok yang memadai sehingga meminimalisir adanya kenaikan harga barang yang dikarenakan kelangkaan barang di pasaran. Kontrol pemerintah khususnya dari Departemen Perdagangan atas harga kebutuhan pokok dipasaran menjadi langkah antisipasi yang sangat penting untuk mencegah hal ini terjadi.

Terimakasih Ryma Maziyah Arsy

Anda mungkin juga menyukai