Anda di halaman 1dari 6

Buletin ALARA 1 (2), 35 40 (1997) Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi Badan Tenaga Atom Nasional

DOSE CALIBRATOR, ALAT UKUR AKTIVITAS RADIOFARMAKA DI RUMAH SAKIT


Nazaroh
Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN Jl. Cinere Pasar Jumat, Jakarta Selatan (12440) PO Box 7043 JKSKL Jakarta (12070)

PENDAHULUAN Kedokteran nuklir secara implisit sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1901, ketika ahli fisika Perancis Henri Danlos, menggunakan radioaktif alam radium untuk pengobatan lesi tubercolosis kulit. Sedangkan penggunaan radioaktif buatan, pospor (32P) baru dimulai pada tahun 1934 oleh ahli radiokimia Perancis, Frederic Joliot bersama istrinya Irene Curie Joliot [1,2]. Radiofarmaka adalah zat kimia yang mengandung atom radioaktif dalam strukturnya dan telah memenuhi persyaratan khusus sehingga aman diberikan ke manusia untuk diagnosa suatu penyakit [1]. Dengan semakin berkembangnya aplikasi zat radioaktif/radiofarmaka di bidang kedokteran nuklir, maka alat bantu elektronik yang dapat digunakan untuk mendeteksi radiofarmaka tersebut semakin dibutuhkan Radiofarmaka yang digunakan di kedokteran nuklir harus mempunyai persyaratan khusus: 1. Mode peluruhan: electron capture (tangkapan elektron) atau transisi isomerik dari keadaan metastabil merupakan radioisotop yang sering digunakan dalam kedokteran nuklir. Hal ini hanya dimaksudkan untuk mendapatkan radiasi gamma atau sinar-X saja.

berkisar pada daerah energi 100-200 keV. Energi lebih kecil dari 100 keV terserap jaringan dan hamburannya besar. Sedangkan bila energinya lebih besar dari 200 keV, efisiensi deteksinya kecil.

3. Waktu paro: waktu paro efektif dari


radioisotop /radiofarmaka yang digunakan berkisar 1 sampai dengan 1,5 kali waktu pencitraan (imaging).

4. Reaktivitas kimia: radiofarmaka yang


digunakan harus dapat bercampur ke dalam berbagai bentuk kimia. Alat esensial yang paling lazim diperlukan untuk pengukuran radiasi di bidang kedokteran nuklir meliputi: Dose Calibrator, Survey meter (Portable) Geiger Muller, Monitor Radiasi Geiger Muller dan Pencacah Sintilasi tipe sumur. Dose Calibrator merupakan alat yang lazim digunakan untuk mengukur aktivitas radiofarmaka. Survey meter (portable) Geiger Muller adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur paparan radiasi dalam cacah per menit atau mili rontgen per jam. Alat ini biasanya dipakai untuk memonitor daerah kerja, memonitor pasien rumah sakit yang diperlakukan dengan yodium, 131I, untuk menentukan laju paparan di tempat tidur dan menentukan kapan pesien diperbolehkan pulang. Pencacah Sintilasi tipe sumur merupakan alat yang paling sensitif digunakan di kedokteran nuklir, biasanya dipakai untuk

2. Energi

foton: energi foton yang dikehendaki dalam diagnosa hanya

35

36 Nazaroh

mengukur sampel/contoh yang mengandung zat radioaktif dengan aktivitas kurang dari 1 mikro curie. Beberapa jenis dose calibrator yang digunakan di rumah sakit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1[3]. Pada dasarnya Dose Calibrator tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Menggunakan detektor kamar pengion, seperti: Dose Calibrator Capintec, Vinten 271/671, Comp-U-Cal, dan lain-lain.

tersebut masih konsisten dengan hasil klinis yang dikehendaki. Dengan perkataan lain bahwa orang yang berkecimpung dengan alat ukur radiasi harus dapat menjamin bahwa alat ukur radiasi yang digunakannya dalam keadaan baik. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen BATAN No: 84/DJ/VI/1991, dalam Bab II menyatakan bahwa [5]: Untuk menjamin kebenaran nilai penyinaran, dosis serap, fluks, atau aktivitas, setiap alat ukur radiasi atau keluaran sumber radiasi wajib dikalibrasi secara berkala dan menurut prosedur yang benar

2. Menggunakan detektor Geiger Muller,


seperti: Victoreen. Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang baik, dosis radiofarmaka yang diberikan ke pasien harus tepat dan aman bagi pasien. MJ Woods dalam bukunya The Consultative Document (HMSO, London 1982) tentang, Peraturan Radiasi Pengion, menyatakan bahwa [4]: Bilamana seseorang sedang menjalani proses medis, maka orang yang bertanggung jawab terhadap penggunaan alat-alat yang berkaitan dengan paparan radiasi harus dapat membatasi perluasan radiasi yang diterima pasien, sejauh mana pembatasan

DOSE CALIBRATOR Dose Calibrator merupakan salah satu jenis alat ukur radiasi yang menggunakan detektor kamar pengion yang berbentuk silinder dengan dinding bagian luar dan dalam berfungsi sebagai katode dan silinder yang konsentris di antara dinding silinder sebagai anode. Di dalam silinder tersebut biasanya disikan gas argon atau nitrogen. Salah satu model Dose Calibrator disajikan pada Gambar 1.

Tabel 1. Jenis dose calibrator yang dimiliki rumah sakit [3] No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rumah Sakit RSUPN Cipto Mangunkusumo - Jakarta RS. Harapan Kita-Jakarta MMC-Jakarta RS. Pusat Pertamina-Jakarta RS. Fatmawati-Jakarta RS. Hasan Sadikin-Bandung RS. Dokter Sutomo-Surabaya RS. Saiful Anwar-Malang RS. Karyadi-Semarang RS. Gatot Subroto-Jakarta RS. Dr Jamil-Padang RS. Kanker Dharmais Jenis Dose Calibrator Victoreen (2 buah) Curiementor Victoreen Capintec Comp-U-Cal & Capintec Curiemeter Victoreen Medisystem Victoreen Medisystem-304 Medisystem-202 Victoreen

Buletin ALARA Vol. 1 No. 2, Desember 1997

Dose calibrator, alat ukur aktivitas radiofarmaka di rumah sakit

37

DOSE CALIBRATOR VINTEN 271/671 Untuk tipe Dose Calibrator 271/671 sifat fisik dan toleransi yang diberikan pabrik pembuatnya Vinten (Surrey Inggris), telah didisain sedemikian rupa sehingga menghasilkan tanggapan yang sama dalam batasan yang telah ditentukan oleh Detektor Kamar Pengion milik NPL-Inggris, sepanjang radionuklida dan sifat fisik serta wadah yang digunakan adalah sama [7]. Dose Calibrator ini terdiri dari kamar pengion Vinten 671 dan alat bantu elektronik (Elektrometer Vinten 271) yang berfungsi membaca aktivitas radioisotop yang diukur. 2 buah kabel yang masing-masing panjangnya 1 meter yang menghubungkan kamar pengion dengan elektrometer masing-masing berfungsi sebagi pensuplai tegangan detektor dan penghantar arus ionisasi dari detektor yang akan dikirim ke elektrometer. Dose Calibrator Vinten 671 yang dimiliki PSPKR disajikan pada Gambar 2 dan diagram baloknya pada Gambar 3.

Gambar 1. Salah satu jenis Dose Calibrator yang digunakan di Rumah Sakit.

Secara teoritis, radiasi yang dipancarkan oleh isotop yang dimasukkan ke dalam sumur Dose Calibrator akan mengionkan molekul gas yang ada di dalam kamar pengion sehingga membentuk ion positif serta elektron. Akibat pengaruh medan listrik, ion positif akan terkumpul pada katoda dan elektron akan terkumpul pada anoda. Pengumpulan partikel-partikel elektron tersebut menghasilkan arus ionisasi yang dapat diukur dengan alat bantu elektronik. Untuk setiap radioisotop dengan aktivitas sama, akan menghasilkan tingkat ionisasi yang berbeda-beda, bergantung kepada materi dinding detektor, ketebalan dinding detektor, jenis gas yang diisikan, volume dan tekanan gas [6]. Besar tanggapan Dose Calibrator merupakan fungsi khusus fisika, yang bergantung pada sifat fisik dan volume sumber radiasi. Jenis wadah sampel serta posisi sumber relatif di dalam sumur kamar pengion akan mempengaruhi besar tanggapan Dose Calibrator. Dengan demikian untuk mencapai ketepatan pengukuran yang tinggi, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat ionisasi yang dihasilkan.

Gambar 2. Dose Calibrator Vinten 271/671 milik PSPKR

Dose Calibrator ini mampu mendeteksi radioisotop pemancar gamma pada daerah energi 20 keV hingga 3 MeV. Diameter silinderbagian dalam 6,9 cm,

Buletin ALARA Vol. 1 No. 2, Desember 1997

38 Nazaroh

dilingkungi dengan plastik untuk mempermudah penanganan dekontaminasi. Kamar pengion ini berisi gas nitrogen dengan tekanan 1 MPa (sekitar 1 atmosfir). Tegangan kerja detektor 1450 Volt, dengan porositas negatif. Untuk meletakkan sampel radioaktif, kamar pengion ini dilengkapi pula dengan 3 macam holder, yaitu untuk vial 10 ml, ampul 5 ml, dan 2 ml.
Dose Calibrator Vinten 671 Elektrometer Vinten 671

(RF) untuk radionuklida lainnya serta dilengkapi dengan buku manual operasional. Setiap Dose Calibrator Vinten 271/671 akan digunakan untuk mengukur aktivitas radiofarmaka, maka stabilitasnya harus diperiksa terlebih dahulu dengan menggunakan sumber standar yang mempunyai waktu paroh panjang seperti 226Ra dan 137Cs. Jika sudah sesuai keluarannya dengan aktivitas sumber standar tersebut maka sampel radiofarmaka siap diukur dengan menggunakan tombol RF yang sesuai. Dalam beberapa detik, aktivitas radiofarmaka sudah terukur. Jika dose calibrator belum sesuai keluarannya dalam jangkauan 2,5%, maka Caltrim pada panel belakang diatur sedemikian rupa sehingga keluarannya sesuai dengan aktivitas sumber standar tersebut. Bila volume/berat radiofarmaka yang sedang diukur berbeda dengan volume sumber standar yang digunakan maka diperlukan faktor koreksi.

High Voltage

Gambar 3. Diagram balok Dose Calibrator Vinten 271/671

KINERJA DOSE CALIBRATOR VINTEN 271/671 Setiap jenis Dose Calibrator sebelum digunakan untuk pengukuran radioaktivitas memerlukan langkah-langkah khusus. Dose Calibrator Vinten 271/671 ini, sebelum dipakai harus diperiksa setting ADC (Analog To Digital Conversion)-nya, pemilihan saluran (tombol) yang digunakan, prosedur kalibrasi dan pengukuran radiasi latar belakang. Pada umumnya dose calibrator dioperasikan pada daerah latar belakang rendah, sehingga kontribusinya dapat diabaikan terhadap radiofarmaka yang sedang diukur. Untuk itu selain digunakan perisai detektor, dose calibrator dilengkapi dengan fasilitas kontrol latar belakang untuk mengurangi latar belakang terhadap suatu radiofarmaka, terutama radiofarmaka beraktivitas rendah. Pada panel depan Dose Calibrator Vinten 271/671 dilengkapi dengan 8 tombol khusus untuk radionuklida yang rutin digunakan serta tombol faktor radionuklida

KONVERSI NILAI ARUS KE AKTIVITAS Dose Calibrator Vinten 271/671 dapat digunakan untuk mengukur arus atau aktivitas sampel yang diukur. Untuk mengkonversi nilai arus ke dalam bentuk aktivitas maka tanggapan Dose Calibrator Vinten (R = pA/MBq) dikalikan dengan 0,2650 (0D1D2D3D4). Ini merupakan faktor radionuklida yang digunakan untuk mengukur aktivitas radiofarmaka. Jika hasil perkalian tersebut kurang dari satu, misalnya 0D1D2D3D4, maka RF-nya adalah 0D1D2D3D4. Jika hasil perkaliannya lebih besar dari satu misal D1D2D3D4, maka RF-nya adalah 1D1D2D3D4.

KEUNGGULAN DOSE CALIBRATOR Dose calibrator merupakan alat yang menjadi pilihan utama untuk mengukur aktivitas radiofarmaka di rumah sakit karena mempunyai beberapa keunggulan yaitu:

Buletin ALARA Vol. 1 No. 2, Desember 1997

Dose calibrator, alat ukur aktivitas radiofarmaka di rumah sakit

39

1. Dose calibrator merupakan alat ukur radiasi yang stabil untuk pengukuran aktivitas tinggi (sampai dengan arus 105pA). 2. Praktis penggunaannya, cepat pengukurannya. 3. Linieritasnya mudah diukur dengan 99mTc. 4. Stabilitasnya mudah dikontrol dengan sumber standar waktu paroh panjang seperti 226ra. 5. Dapat digunakan untuk pengujian pengenceran radiofarmaka. 6. Jangkauan pengukurannya cukup besar, 20 keV 3 MeV. 7. Cukup murah dan praktis perawatannya. 8. Khusus untuk Dose Calibrator Vinten 271/671, Traceability terhadap Dose Calibrator NPL (Inggris). Detektor dan elektrometernya terpisah sehingga dapt diganti bila rusak. Tanggapannya tidak bergantung pada variasi tekanan dan temperatur. Untuk pengukuran arus > 2pA, ketepatan pengukurannya 1%. Kesalahan maksimum akibat kehilangan saturasi 100 GBq (2,5 Ci) pada pengukuran 99mTc kuran dari 1%.

sampel berbeda dengan posisi sumber standar pada saat mengkalibrasi dose calibrator maka tanggapan dose calibrator dapat berbeda. Oleh sebab itu perlu dikoreksi.

2. Jenis wadah sampel


Pabrik pembuat dose calibrator biasanya mengkalibrasi alatnya dengan menggunakan jenis wadah sampel yang berbeda dengan wadah yang digunakan oleh pemakai dose calibrator. Oleh karena itu hal ini dapat menyebabkan tanggapan dose calibrator berbeda karena dipengaruhi oleh tingkat absorbsi radiasi yang berbeda yang diakibatkan oleh wadah tersebut.

3. Kerapatan sampel
Mayoritas sampel cair yang diukur mempunyai densitas 1 gram per mili liter. Kadang-kadang ditemui densitas cairan 1,25 gram per mili liter. Hal ini dapat mempengaruhi tanggapan dose calibrator terhadap radiofarmaka tersebut.

4. Pengaruh Saturasi
Pengaruh saturasi ini telah dilakukan oleh Kowalsky, dkk [1], dengan melakukan pengukuran untuk tiga jenis kamar pengion.

Namun demikian dose calibrator juga mempunyai beberapa kelemahan yang harus diperhatikan oleh para pemakai. Adapun kelemahan yang harus diperhatikan tersebut adalah:

5. Pengaruh latar belakang


Pengaruh latar belakang dapat menyumbangkan perbedaan tanggapan dose calibrator. Untuk itu cara efektif untuk mengurangi radiasi latar belakang yaitu menggunakan perisai radiasi.

1. Volume dan posisi sampel


Bila volume sampel yang diukur berbeda dengan volume sumber standar yang digunakan pada saat kalibrasi, maka dapat menyebabkam perbedaan tanggapan dose calibrator terutama untuk radionuklida : 125I, 109 Cd. Karena energi gamma yang dipancarkan oleh radionuklida tersebut cukup kecil sehingga mudah terabsorbsi akibat penambahan volume pengemban. Faktor koreksi volume ini berbeda-beda bergantung pada energi yang dipancarkan. Apalagi posisi

6. Pengaruh impuritas
MJ Woods, H. Schrader dan KF. Walz [9], telah meneliti pengaruh impuritas radionuklida terhadap tanggapan dose calibrator. Oleh sebab itu pemakai dose calibrator harus mengkoreksi tanggapan dose calibrator bila mengukur aktivitas radiofarmaka yang mengandung impuritas.

Buletin ALARA Vol. 1 No. 2, Desember 1997

40 Nazaroh

7. Sumber simulasi
Sumber simulasi tampaknya sekarang banyak digunakan orang untuk mengkalibrasi dose calibrator. Tetapi hal ini dapat menciptakan masalah baru karena sumber simulasi tidak akan pernah mencerminkan karakteristik dari radionuklida yang disimulasikan.

3. ERMI JUITA, NAZAROH, SUNARYO,


GATOT W., SUDARSONO, SUSILO W., PUJADI, Antarbanding Pengukuran Aktivitas Isotop 57Co dan 131I (II), Prosiding Presentasi Ilmiah Kesel. Rad.& Lingk., ISSN0854-4085 hal. 75-80, Jakarta, 20-21 Agustus, 1996.

4. WOODS,

8. Elektronik
Kegagalan elektronik dapat menyebabkan tanggapan dose calibrator berubah. Oleh karena itu untuk menguji kestabilan alat tersebut dapat digunakan sumber pemancar gamma acuan yang mempunyai waktu paro panjang, misal 226Ra dan 137Cs.

MJ., Quality Control of Radionuclide Calibrators, section III Radionuclide Measurement.

5. SK Dirjen BATAN no: 84/DJ/VI/1991 6. WOODS,


MJ., et al, The NPL Radionuclide Calibrator Type 271, Int..Nucl.Med.Biol.Vol.10, hal 127-132, Great Britain, 1983. Vinten Instruments, Issue No.271/59, England, 1984. 4, Pub.

7. Radionuclide Calibrator User Manual,

DAFTAR PUSTAKA

8. NCRP

1. KOWALSKY, RJ., and PERRY, JR.,


Radiopharmaceuticals in Medicine Practice, USA, 1987. Nuclear

No: 58, A Handbook of Radioactivity Measurement Procedures, hal. 178-195, Washington DC, 1978. Determination of Radioactive Impurities in Activity Measurements with non Discriminating Detectors, Appl. radiat. Isot. Vol. 37, No.2. pp. 115-120, Int. J. radiat. Appl. Instrument. part A, 1986.

9. SCARADER, H and WALZ, K.F.,

2. KUNTO WIHARTO, Kedokteran Nuklir


di Indonesia Menjelang Abad XXI, ALARA, Vol.1, No:1, hal. 21, Agustus 1997.

KONTAK PEMERHATI
Sesuai dengan tujuan diterbitkannya Buletin ALARA ini, yaitu sebagai salah satu sarana informasi, komunikasi dan diskusi di antara para peneliti dan pemerhati masalah keselamatan radiasi dan lingkungan di Indonesia, maka mulai Volume 1 Nomor 3 April 1998 akan dimuat Paket Kontak Pemerhati. Para pembaca dapat mengajukan pertanyaan tentang permasalahan yang telah dikemukan pada buletin ini dan memberikan saran/komentar serta tanggapan/kritikan yang sifatnya membangun. Jawaban akan dimuat pada edisi berikutnya. Tim Redaksi

Buletin ALARA Vol. 1 No. 2, Desember 1997

Anda mungkin juga menyukai