Anda di halaman 1dari 7

Konsep Dasar Asesmen Alternatif

Penggunaan asesmen alternatif dalam penilaian hasil belajar siswa muncul pada tahun 1980an. Asesmen alternatif muncul sebagai akibat banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional yang hanya menggunakan tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis hanya dapat mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana. Tes tertulis hanya dapat mengukur sebagaian kecil dari hasil belajar siswa dan tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks. Hasil belajar yang diperoleh siswa selama belajar disekolah tidak hanya hasil dalam ranah kognitif tapi juga dalam ranah afektif dan psikomotor. Disamping itu, pada asesmen tradisional, proses pembelajaran merupakan bagian yang terpisah dari bagian penilaian. Padahal idealnya proses penilaian harus menyatu dengan proses pembelajaran. Asesmen alternatif mampu mengakomondasi kelemahan-kelemahan asesmen tradisional tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa asesmen alternatif adalah sesuatu bentuk asesmen yang merupakan alternatif dari asesmen tradisional. Asesmen tradisional yang dimaksudkan disini adalah asesmen yang hanya mengandalkan tes tertulis (paper and pencil test). Jenis-jenis asesmen alternatif yang sekarang mulai digunakan antara lain asesmen kinerja, asesmen otentik, dan portofolio. Alat ukur yang digunakan dalam asesmen alternatif tidak hanya merupakan tes tertulis tetapi juga menggunakan alat ukur non-tes yang berupa penyelesaian tugas-tugas, lembar pengamatan, dan lembar penialaian (rubric). Asesmen alternatif dilaksanakan berdasarkan beberapa teori psikologi khususnya dari aliran psikologi kognitif seperti teori belajar bruner, teori fleksibilitas kognitif dari R. Spiro, generatif model learning dari Osborne dan Wittrock, esperimential learning dari C. Rogers dan multiple intellegence dari Gardner. Jika dibandingkan dengan asesmen tradisional, asesmen alternatif mempunyai banyak keunggulan tetapi juga mempunyai beberapa kelemahan. Yang harus Anda perhatikan adalah bagaimana Anda dapat menekan kelemahan tersebut seminimal mungkin.

Struktur asesmen kinerja terdiri dari tugas (task) dan kriteria penilaian (rubric). Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dari berbagai jenis tugas atau tagihan antara lain komputer adaptive testing, tes uraian, tugas individu, tugas kelompok, dan sebagainya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah: 1. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah mereka mengerjakan tugas tersebut. 2. Merencanakan tugas yang mungkin siswa dapat menunjukan kemampuan siswa dalam berpikir dan keterampilan. Setiap tugas hendaknya memiliki kedalam dan keluasan yang sesuai dengan tingkan perkembangan anak. 3. Menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah tugas disusun dengan baik makan tugas guru selanjutnya adalah menetapkan kriteria keberhasilan yang akan digunakan sebagai patokan untuk menialai kinerja siswa. Kriteria keberhasilan yang dibuat sebaiknya cukup rinci sehingga dapat menilai setiap kinerja yang diharapakan. Sebelum tugas dan rubric yang digunakan kita perlu menilai tugas dan rubric yang kita buat. Berdasarkan jenis rubric dibedakan menjadi dua, yaitu: holistic rubric, dan analitic rubric. Holistic rubric merupakan rubric yang dimensi atau aspek yang akan dinilai serta deskripsinya dibuat secara umum. Karena sifatnya yang seperti itu, holistic rubric dapat digunakan untuk menilai beberapa jenis kinerja. Sedangkan analitic rubric merupakan rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya serta deskripsi setiap aspeknya dibuat lebih rinci. Karena sifatnya yang seperti itu, analitic rubric hanya dapat digunakan untuk menilai kinerja tertentu.

Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjuklan upaya, proses, hasil, dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu kewaktu. Portofolio is a purposeful collection of student work that tells the story of study of achiefvement or growth. Portofolios are not folders of all work a student does.

(http://www.smallschoolsproject.org). Karakteristik portofolio adalah: 1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kinerja kerjasama antara murid dan guru. 2. Asesmen portofolio tidak hanya kumpulan hasil karya siswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang dilakukan berdasarkan kriteria tertentu untuk dimasukan kedalam kumpulan hasil karya siswa. 3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu kewaktu. Kumpulan karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga siswa mampu menggenal kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan. Kelemahan tersebut akan digunakan sebagai bahan pelajaran berikutnya. 4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru atau pun bagi siswa ditetapkan secara konsisten.

Beberapa komponen penting yang harus Anda perhatikan dalam menggunakan portofolio sebagai asesmen: 1. Portofolio hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelas, spesifik dan berorientasi pada research based criteria. 2. Untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan sebagai sumber informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa, misalnya orangtua, anggota keluarga, guru, dan orang lain yang mengetahui persis kemampuan dan keterampilan siswa. 3. Untuk mendisain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan untuk menggumpulkan bukti-bukti yang berkontribusi terhadap portofolio. Bukti-bukti tersebut dapat berupa bukti tercetak (printed materials) maupun bukti non cetak (non

printed materials) seperti audio/video, hasil observasi, anecdotal record, self report dan sebagainya. 4. Portofolio dapat terdiri dari begbagai bentuk informasi seperti karangan, hasil lukisan, skortes, foto dan sebagainya. 5. 6. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Setiap mata pelajaran mempunyai bentuk potofolio yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. 7. Porofolio harus dapat diakses secara langsung oleh orang-orang yang berkepentingan terhadap portofolio tersebut seperti guru, sekolah, orang tua, dan siswa sendiri. Agar Anda dapat melaksanakan asesmen potofolio dengan baik maka Anda perlu merancang, melaksanakan, dan menilai dengan baik.

Kemampuan efektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi efektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga merekan akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan minat dan mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini pembelajaran masih didominasi pada pengembangan ranah kognitif. Menurut Krathwohl (dalam Gronlund and Lim, 1990), ranah efektif terdiri atas lima level: (1) receiving, (2) responding, (3) valuing, (4) organization, dan (5) characterization. Level yang paling rendah adalah receiving dan yang paling tinggi characterization. Menurut Ericson dalam Nasoetion dan Suryanto (2002), penilaian efektif dapat dilakukan dengan cara: pengamatan langsung, wawancara, angket atau kuesioner, teknik proyekti, atau pengukuran terselubung. Langkah-langkah penyusunan instrumen afektif dimulai dengan menentukan tujuan dan diterusakan dengan mencari definisi konseptual, menentukan definisi operasional, mencari indikator yang dapat digunakan untuk mengukur definisi operasional dan menggunakan indikator sebagai dasar penulisan butir-butir pernyataan dalam instrumen. Langkah selanjutnya adalah telaah intrumen, melakukakan uji coba, memperbaiki instrumen berdasarkan hasil uji coba, dan mengadministrasikan instrumen.

Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar

Setelah Anda melakukan pengukuran baik dengan menggunakan tes maupun non-tes maka langkah selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah mengelolah adata tersebut untuk mengambil keputusan tentang hasil belajar siswa. Untuk menskor hasil tes objektif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu diperiksa secara manual atau diperiksa dengan menggunakan mesin scanner untuk kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas komputer. Sedangkan untuk memberi skor pada tes uraian hanya dapat dilakukan secara manual. Setiap lembaran jawaban siswa hendaknya diperiksa minimal oleh dua orang pemeriksa. Pengaruh unsur subjektivitas pemeriksa harus diminimalkan sekecil mungkin agar dapat dihasilkan hasil pemeriksaan yang mendekati objektif. Agar skor mentah yang diperoleh dari hasil pengukuran dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain maka skor tersebut perlu diolah lebih dahulu antara lain diubah dalam bentuk prensentase. Jika Anda menggunakan skala rating atau skala sikap dari Likert untuk mengukur suatu keterampilan atau kecendrungan sikap maka pengolahan datanya dapat dilakukan sebagai berikut. a. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua indikator. b. Jumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa. c. Tentukan tingkat keterampilan siswa dengan cara membandingkan jumlah skor yang diperoleh setiap siswa dengan jumlah skor maksimal kali seratus persen kemudian bandingkan skor tersebut dengan standar yang telah ditentukan. d. Untuk menentukan kecendrungan sikap seseorang dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor yang diperoleh siswa dengan standar yang telah ditentukan.

Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai jenis tagihan seperti kuis, ulangan harian, ujian akhir semerter, pemberian tugas, laporan kerja praktek, dan sebagainya. Setiap jenis tagihan tersebut dikumpulkan dengan berbagai jenis alat tagihan seperti tes, pedoman pengamatan, skala rating, atau skala sikap. Informasi hasil belajar yang diperoleh pada awalnya merupakan data terserak (belum beraturan). Data hasil belajara siswa tersebut perlu ditata agar lebih mudah dipahami selanjutnya data tersebut diolah dan diinterpretasikan untuk kemudian diambil keputusan tentang bagaiamana pencapaian hasil belajar siswa. Ada dua jenis pendekatan penilaian yang sering digunakan untuk menginterpretasikan hasil belajar siswa yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Penilaian Acuan Norma merupakan salah satu pendekatan penilaian dimana hasil belajar seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya. PAN tidak mencerminkan pencapaian setiap siswa terhadap tujuan pembelajaran tetapi lebih mencerminkan pencapaian kelompok siswa terhadap tujuan pembelajaran. Jika jumlah siswa banyak maka pengolahan data dengan pendekatan PAN akan lebih mudah dilakukan dengan bantuan statiska deserhana (mean dan simpangan baku). Sedangkan Penilaian Acuan Kriteria berdasarkan pada pencapaian individu siswa terhadap standar keberhasilan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Siswa yang mampu melampaui kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, ia akan dinyatakan berhasil dan apabila belum mencapai kriteria, ia dinyatakan belum berhasil. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi maka penilaiannya tidak dapat menggunakan PAN tetapi harus menggunakan PAK.

Anda mungkin juga menyukai