Anda di halaman 1dari 5

Hachiko: A Dogs Story adalah sebuah film drama yang mengadaptasi kisah ceritanya dari sebuah kisah nyata

populer dari negara Jepang mengenai seekor anjing Akita bernama Hachi. Film ini sendiri merupakan remake dari film Jepang Hachik Monogatari yang sempat dirilis pada tahun 1987. Disutradarai oleh Lasse Hallstrm, Hachiko: A Dog Story memulai kisahnya ketika seekor anjing kecil keturunan Akita tertinggal di sebuah stasiun kereta api. Ia ditemukan oleh seorang profesor bernama Parker Wilson (Richard Gere) yang kemudian berniat untuk menitipkannya ke tempat penampungan anjing. Karena tempat penampungan anjing sedang penuh, dan perlu waktu dua minggu sebelum anjing tersebut untuk dapat ditampung, Profesor Wilson akhirnya membawa anjing tersebut ke rumahnya. Di rumahnya, keberadaan anjing kecil tersebut langsung ditentang oleh sang istri, Cate (Joan Allen), yang menganggap keberadaannya akan merepotkan di eumah tersebut. Namun, lamakelamaan, melihat kedekatan anjing tersebut bersama suami dan anaknya, Andy (Sarah Roemer), ia akhirnya mengizinkan keberadaan anjing tersebut di rumah mereka. Atas pemberitahuan temannya, Ken (Cary-Hiroyuki Tagawa), berdasarkan tulisan yang ada di kalung anjing kecil tersebut, Profesor Wilson akhirnya menamai anjing tersebut Hachi. Waktu berganti, kedekatan antara sang profesor dengan Hachi tumbuh begitu erat. Hachi juga sekarang telah terbiasa untuk menemani sang profesor ke stasiun kereta api untuk mengantarkannya berangkat bekerja, serta kemudian akan menjemputnya kembali setelah mendengar bunyi kereta api mulai mendekat dari rumahnya. Ken sendiri mengungkapkan pada sang profesor bahwa anjing keturunan Akita memang terkenal akan kesetiannya kepada para tuannya, dan di Jepang, termasuk salah satu binatang yang paling dihormati. Kesetiaan Hachi mendapatkan ujian terhebat ketika pada suatu hari, sang profesor tidak pernah pulang kembali dari pekerjaannya. Hachi yang merasa punya keterikatan dan kewajiban untuk menunggui tuannya, terus menunggu di depan stasiun untuk kepulangan sang profesor. Profesor Wilson sendiri ternyata jatuh pingsan ketika sedang mengajar, dan kemudian meninggal dunia. Selama sepuluh tahun kemudian, Hachi terus menunggui sang profesor di depan stasiun kereta api, hingga akhirnya meninggal dunia di tempat dimana ia terus menunggui sang profesor. Mendengar nama Lasse Hallstrm, sutradara film-film peraih nominasi Best Picture di ajang Academy Awards, seperti The Cider House Rules (1999) dan Chocolat (2000), mungkin sedikit mengherankan. Memang, karir Hallstrm sendiri akhir-akhir ini lebih sering terlihat berfokus pada film-film ringan tanpa isi, daripada film-film drama kelas berat seperti yang dahulu sering diarahkannya. Walau begitu, sentuhan lembut Hallstrm tetap dapat dirasakan di Hachiko: A Dog Story. Sebagai sebuah film keluarga, yang memiliki tema hubungan antara seekor anjing dengan tuannya yang sering sekali berkualitas buruk , Hachiko: A Dogs Story ternyata mampu tampil dengan sederhana namun berhasil untuk mengesankan setiap penontonnya. Hubungan antara sang anjing dengan sang pemilik digambarkan begitu dekat disini, hal ini ditambah lagi dengan chemistry bagus yang dijalin oleh aktor Richard Gere dengan setiap aktor binatang terdapat 3 anjing Akita yang memerankan karakter Hachi yang tampil di film ini.

Namun, chemistry yang terjadi antara Gere dan rekan anjingnya ternyata tidak mampu disandingkan dengan chemistry yang tercipta antara Gere dengan para aktor dan aktris pendukung film ini lainnya. Jarang rasanya hubungan antara tiga aktor utama film ini dapat terasa sangat erat satu sama lain. Hal ini mungkin dapat disalahkan pada naskah cerita yang sepertinya hanya berfokus pada kisah Hachi dan Profesor Wilson, sehingga kisah-kisah hubungan antar sesama manusia di film ini menjadi kurang tergali dengan baik. Di sisi musikal, ada nama Jan A. P. Kaczmarek, peraih Academy Award untuk Best Original Score di film Finding Neverland, yang mengerjakan penataan musik pada film ini. Sama seperti di Finding Neverland, Kaczmarek juga berhasil menciptakan susunan musik yang sangat menyentuh di sepanjang film ini berjalan. Sayangnya, tidak seperti Finding Neverland, susunan musik tersebut terkadang tidak berjalan begitu pas dengan aliran cerita yang dihadirkan menghasilkan tingkat emosi yang tidak benar-benar sampai di titik yang seharusnya dapat dicapai. Sebagai sebuah kisah persahabatan antara seekor anjing dengan tuannya yang sangat menghangatkan hati, Hachiko: A Dogs Story akan mampu menyentuh setiap orang yang pernah memiliki kisah yang sama atau berhubungan dekat dengan hewan peliharaannya. Namun secara keseluruhan, Hachiko: A Dogs Story hanya dapat tampil sebagai sebuah film keluarga biasa. Film ini tidak pernah berhasil mencapai titik emosi penuh dimana para penontonnya akan sangat merasa tersentuh dengan cerita yang dihadirkan. Film keluarga yang bagus, namun hanya berhenti pada titik tersebut. Tidak lebih. Rating: 3 / 5

Hachiko - Resensi Film Hachiko : A Dogs Story, Kisah Anjing Setia Sampai Mati

Film "Hachiko: A Dogs Story" bercerita tentang seekor anjing yang sangat setia pada tuannya, melebihi batas kesetiaan anjing pada rata-rata.

Cerita ini bermula ketika Profesor Parker Wilson (Richard Gere) menemukan seekor anjing kecil di Stasiun Kereta Api Bedridge, Wonsocked, Amerika Serikat, tempat ia biasa pergi bekerja dan pulang dari kerja. Anjing berjenis akita itu kemudian diajaknya pulang ke rumah dan diberi nama Hachiko.

Parker dan istrinya Cate (Joan Allen) merawat anjing itu hingga Hachiko bertumbuh besar dan tiada tiada hari yang dilewatkan Parker tanpa bermain dengan Hachiko.

Suatu hari, ketika Hachiko sudah beranjak dewasa, tanpa disangka ia mengikuti Parker ke stasiun saat Parker berangkat kerja. Parker terpaksa keluar dari kereta untuk memulangkan Hachico ke rumah.

Namun, ternyata Hachico menjemputnya di stasiun pada pukul 17.00. Sejak saat itu Parker membiarkan Hachico mengantar-jemputnya di stasiun.

Para pemilik kios, pedagang, dan pejalan kaki, serta "commuter" (orang yang bekerja secara "nglaju") tercengang-cengang dengan kelakuan Hachiko yang tidak seperti anjing pada umumnya.

Semua orang orang di sekitar Stasiun Bedridge menyayangi Hachiko dan selalu menyapa anjing itu layaknya sebagai manusia.

Sampai pada satu hari, Hachiko tak menemukan kedatangan tuannya di stasiun pada pukul 17.00.

Parker Wilson ternyata meninggal karena serangan jantung ketika ia tengah mengajar, sementara Hachiko sepertinya tak pernah mengerti perihal meninggalnya Parker.

Setelah kematian Parker, Cate menjual rumahnya dan meninggalkan Bedridge. Sementara Hachiko dipelihara oleh anak perempuan Parker, Andy Wilson (Sarah Roemer).

Berulang kali Hachiko kabur dari rumah Andy untuk pergi ke stasiun, berharap ia akan menemukan tuannya kembali.

Andy selalu menjemput Hachiko di stasiun hingga pada akhirnya Andy merelakan Hachiko pergi. Hachiko tinggal di stasiun dan pada pukul 17.00, ia akan duduk di bundaran di depan stasiun, menanti kedatangan tuannya.

Keunikan tingkah laku Hachiko itu menarik perhatian orang-orang di sekitar situ, bahkan tulisan mengenainya dimuat di koran-koran sehingga kisah anjing ini menjadi legenda. Sehingga orang-orang memberi makan Hachiko secara bergantian.

Kesetiaan Hachiko bertahan hingga tahun kesepuluh meninggalnya Parker. Sampai akhirnya pada musim dingin tahun ke sepuluh, Hachiko meninggal di bundaran stasiun pada tengah malam.

Pembuatan film ini diinspirasi dari kisah nyata seekor anjing bernama Hachiko yang hidup dalam rentang waktup tahun 1923-1935 di Jepang.

Kisah yang disajikan dalam Hachiko: A Dogs Story persis sama dengan kisah aslinya. Di Jepang, sebuah monumen berupa patung untuk mengenang kesetiaan Hachiko didirikan di depan Stasiun Shibuya.

Seperti film tentang kesetiaan anjing lainnya, sebut saja "Lassie" (2005) dan "Marley and Me" (2009), film ini menyentuh sisi halus perasaan manusia. Bahkan bukan penggemar anjing pun yang menonton film ini bisa meneteskan air mata.

Kekurangan dalam film bergenre drama keluarga ini adalah banyaknya "scene" yang diulang dan adegan yang hampir mirip satu sama lain.

Singkatnya jalan cerita namun berdurasi 90 menit membuat film ini cenderung membosankan pada pertengahan cerita. Namun, emosi sedih penonton mulai meningkat ketika mendekati akhir cerita. Sutradara Lasse Hallstrom mengemas cerita ini dengan apik, dan alur yang cukup lambat.

Kerja keras tim pelatih anjing pemeran Hachiko tergolong sukses sebab anjing tersebut seolah bisa menunjukkan emosi dan ekspresinya yang memesona penonton.

Seorang profesor perguruan tinggi (Richard Gere) memungut seekor anjing yang ditinggalkan dan akhirnya mereka membentuk sebuah ikatan tak terpisahkan. Si anjing tiba di stasuin kereta api menjemput tuannya pada waktu yang sama setiap harinya. Setelah profesor meninggal ditempatnya mengajar, si anjing tetap setia menunggu tuannya di stasiun tersebut selama hampir satu dekade

Anda mungkin juga menyukai