Gonore (GO) merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara penyakit menular seksual yang lain
Di Indonesia, infeksi GO menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS menunjukkan bahwa prevalensi GO berkisar antara 7,4%--50%.
Konjungtivitis neonatorum merupakan konjungtivitis pada bayi baru lahir yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan, dengan manifestasi klinis berupa eritema dan edema pada kelopak mata dan konjungtiva palpebra, sekret purulen
Group Neisseria, diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8U dan panjang 1,6U bersifat tahan asam dan Gram negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat desinfektan.
Gonokokus terdiri dari 4 tipe: Tipe 1 dan 2: mempunyai vili, bersifat virulen Tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai vili, bersifat nonvirulen Vili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi sedang.
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium:5,7 1. Infiltratif 2. Supuratif atau purulenta 3. Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil.
Neonatus
Jalan lahir
Medis Langsung Tidak langsung
Dewasa
bilateral, sekret purulen yang hiperakut dan berat, edema kelopak mata kemosis.
Infeksi maternal Terpaparnya bayi terhadap organisme yang infeksius Tidak adekuatnya penanganan profilaksis infeksi pada mata Ketuban pecah dini Trauma okular pada proses persalinan Trauma ventilasi mekanik Prematuritas Perawatan prenatal yang buruk Buruknya higienitas proses kelahiran Infeksi pasca persalinan yang disebabkan oleh kontak dengan perawat kesehatan atau lingkungan.
Flora Abazi, Mirlinda Kubati, Blerim Berisha, Masar Gashi, Ophtalmia Neonatorum. Republic of Kosovo. University Clinical Centre of Kosovo, 2010
Pewarnaan Gram atau Giemsa dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis sekret dengan pewarnaan metilen biru diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, Morfologi
Gonococcus
Tes maltosa
Meningococcus
Konjungtivitis GO
Rawat inap
Terapi adekuat
Neonatus: seftriakson dosis tunggal (25-50 mg/kgBB) IV/IM (intramuskular), dosis tidak melebihi 125 mg Pilihan regimen terapi menurut Buku Saku WHO: (1) seftriakson (50 mg/kgBB; dosis total 150 mg IM dosis tunggal) atau (2) kanamisin (25 mg/kgBB; dosis total 75 mg IM dosis tunggal); juga (3) oxytetracycline eye ointment atau (4) chloramphenicol eye ointment.
Yanoff et al, regimen alternatif adalah cefotaxime 100mg/kg/24 jam IV atau IM dibagi dalam 2 dosis selama 7 hari atau 100 mg/kg dosis tunggal.
Antibiotika topikal : kloramfenikol salep mata, 3-4 kali sehari, selama 5 hari hingga 48 jam setelah mata kembali normal. Pada pasien ini dilakukan irigasi dengan normal saline (NaCl 0,9 %) dengan menggunakan kasa steril setiap 1 jam tiap hari untuk membersihkan sekret pada matanya sampai sekret hilang.
Seorang bayi, usia 2 hari, dibawa neneknya ke RS kabupaten karena melihat cucunya sulit untuk membuka mata. Mata bayi berwarna kemerahan dan terdapat kotoran kental pada kedua matanya. Bayi menjadi sangat rewel. Keluhan telah dilihat sejak hari pertama bayi dilahirkan. Bayi dilahirkan di rumah dengan dibantu seorang dukun kampung. Ibu si bayi adalah seorang pekerja seks komersial dan juga sering mengeluhkan keluar cairan putih kental, berbau pada kemaluannya.
Pemeriksaan fisik: Berat badan = 3000 gr Tanda vital: Nadi = 120x /menit Respirasi = 36x/ menit Suhu tubuh = 37,5 0C Kepala dan leher :Tampak kedua mata kemerahan dengan sekret berwarna kekuningan kental Thorax : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang: Pada pemeriksaan pengecatan Gram, ditemukan diplococcus pada sekret mata bayi.
Diagnosis
: Konjungtivitis GO.
Pengobatan kausatif dengan menghilangkan kuman penyebab konjungtivitis Mengatasi simptomatik dengan irigasi
Penisilin G
Ceftriakson
Kurang aktif terhadap kokus gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadapa Enterobactericeae, termasuk strain penghasil penisilinase, bermanfaat untuk
Kanamisin
Aktivitas antibakteri pada basil gram-negatif yang aerobik
Cefotaxime
Sangat aktif terhadap kuman Gram-positif maupun Gram-negatif, efektif untuk pengobatan meningitis oleh bakteri Gram-negatif
Khasiat
Dapatdigunakanuntukmengata si infeksi kokus gram negatif, kokus gram positif, aktinomikosis, batang gram positif, batang gram negatif, dan profilaksis.
pengobatan
meningitis purulenta,
Sifat
Mudah rusak dalam suasana asam (pH2), distribusi luas dalam tubuh, biotransformasi umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase, waktu paruh jam, diekskresi melalui ginjal
Melewati sawar darah uri, ikatan dengan protein plasma 82-93%, diekskresi utuh melalui ginjal (6080%), waktu paruh 8 jam,
ikatan dengan protein plasma 40-50%, diekskresi melalui ginjal (90%), waktu paruh 1,1 jam,
Penisilin G
Sediaan
g;kapsul/tablet
250 mg; sirup 50 mg/ml
Dosis
Dewasa: 1-4 mU/ 4-6 jam Anak: 25000400000 unit/kg/h dalam 4-6 dosis Neonatus: 75000150000 unit/kg/h
Dewasa (IV): 1-4 g/24 jam Anak (IV) 50-100 mg/kg/h dalam 2 dosis Neonatus: 50 mg/kg/h tunggal
Dewasa: 500mg/2 ml atau 1 g/ 3 ml Anak: 75 mg/ 2ml Dosis oral Dewasa: 8 g/h
Dewasa: 1-2 g/ 612 jam Anak: 50-200 mg/kg/h dalam 46 dosis Neonatus: 100 mg/kg/h dalam 2
Anak:
50mg/kgBB/h dibagi 4 dosis
dosis
Penisilin G
Efek Samping
gangguan
keseimbangan elektrolit.
kerusakan
ginjal, hambatan neuromuskul ar.
Alergi penisilin
Alergi sefalosporin, hiperbilirubinemia, sedang menjalani pengobatan yang mengandung kalsium, bayi
premature
resistensi meningkat Pilihan utama gonokokus tanpa komplikasi Lini kedua obat tuberkulosis akibat resistensi terhadap
streptomisin
Obat pilihan
Kloramfenikol Generik: kloramfenikol Paten: Cloramidina Setengah padat (salep) Kloramfenikol 1%, 3-4 x sehari
Obat alternative Cefotaxime Generik : Cefotaxime Paten : Cefoxal Suspensi 100 mg/kg/hari
Nama Generik, nama paten, Generik : Ceftriaxone kekuatan Paten : Cefriex BSO yang diberikan Dosis referensi Suspensi 25-50 mg/kg/h dosis tunggal
tersebut
dan 100 mg/hari dosis tunggal, agar tercapai dosis terapi (sesuai dosis referensi)
300 mg/hari dosis tunggal, agar tercapai dosis terapi (sesuai dosis referensi)
Frekuensi pemberian dan alas Satu kali per hari, dosis an tunggal
4 kali sehari, supaya tercapai hasil yang diinginkan dan cepat penyembuhannya.
Cara pemberian
Intravena, karena pemberian sistemik memiliki efek kerja obat lebih cepat Kapan pun, segera setelah terdiagnosis untuk mencegah progresi penyakit mengalami komplikasi perforasi, sepsis, meningitis. 1 hari
Topikal, dioleskan pada mata yang sakit Kapanpun setelah diirigasi, supaya obat tidak larut dalam sekretnya, melainkan langsung mengenai bagian mata. 5 hari sampai 48 jam setelah sembuh
Intravena, karena pemberian sistemik memiliki efek kerja obat lebih cepat Kapan pun, segera setelah terdiagnosis untuk mencegah progresi penyakit mengalami komplikasi perforasi, sepsis, meningitis. 1 hari
Lama pemberian
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN SELATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN Nama dokter : dr Rianti, Sp.M NIP : 132/455/23/2/1678 UPF/Bagian : Mata Tanda Tangan Dokter
R/ Ceftriaxone vial 1 g NaCl 0,9% flash 500 ml D10% flash 500 ml Aquadest flash 25 ml S i.m.m R/ Infusi set mikro Surflo no.24 Kassa steril kotak Spuit 5 cc Spuit 1 cc S i.m.m. Pro Umur : By.Ny. Asti : 2 hari
Banjarmasin, 20 Februari 2012 No. I No. II No. I No. I No. I No. I No. I No. I No. I