Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Evolusi adalah perubahan komposisi genetik dari populasi. Dikatakan bahwa teori evolusi modern mempunyai dua pengertian pokok: a. Sifat-sifat dari benda hidup berubah dengan bertambahnya waktu b. Perubahan ini diarahkan oleh seleksi alam. Perubahan sifat tersebut menyangkut pada suatu populasi di dalam beberapa generasi. Suatu individu tidak dapat mengalami evolusi, hanya suatu populasilah yang bisa mengalami evolusi. Susunan genetis suatu individu sudah ditentukan semenjak terjadinya proses fertilisasi, yaitu persatuan antara spermatozoid dan sel teur. Perubahan yang diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari potensi pertumbuhan yang dikandung gen yang dibawa. Di dalam populasi, baik komposisi genetic maupun ekspresi dari potensi pertumbuhan dapat berubah. Perubahan komposisi genetik dari populasi adalah evolusi. Keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Meskipun prosesnya belum diktahui pada masa dikemukakan oleh Lamarck dan Darwin. Tanpa adanya variasi (keanekaragaman), evolusi tidak akan terjadi. Di alam, ada dua faktor yang bekerja untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis. Bila dilihat secara tersendiri, maka kedua faktor tersebut seperti bertentangan. Namun kedua faktor tersebut bekerja secara harmonis. Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran

gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada tanaman.Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya.

B.

Rumusan masalah 1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan keanekaragaman individu? 2. Bagaimana timbulnya keanekaragaman? 3. Bagaimana membedakan tipe mutasi substitusi, rekombinasi, delesi dan insersi? 4. Bagaimana akibat mutasi bagi organisme?

C.

Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan keanekaragaman individu 2. Mengetahui timbulnya keanekaragaman 3. Membedakan tipe mutasi substitusi, rekombinasi, delesi dan insersi 4. Mengetahui akibat mutasi bagi organisme

BAB II PEMBAHASAN

1. Variasi Genetik Sebagai Bahan Dasar Evolusi Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambaran dari adanya perbedaan respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif. Suatu populasi terdiri dari suatu sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian , maka, tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan muda adanya perbedaan- perbedaan individu : misalnya dipunyainya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang khusus. Hal ini dapat kita lihat pada kucing dan anjing dan kuda, variasi individu pada cacing, burung jalak, bajing atau bayam sukar sekali kita dapatkan meskipun hal itu ada. Meskipun variasi individu ini terdapat dan hali ini mungkin tidak dapat kita lihat oleh mata kita, hal ini terjadi pada binatang bersel satu sampai dengan ikan paus. Dengan demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi berbeda satu sama lain didalam berbagai hal. Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Sintesis evolusioner modern mendefinisikan evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada variasi genetika ini. Frekuensi alel tertentu akan berfluktuasi, menjadi lebih umum atau kurang umum relatif terhadap bentuk lain gen itu. Gaya dorong evolusioner bekerja dengan mendorong perubahan pada frekuensi alel ini ke satu arah atau lainnya. Variasi menghilang ketika sebuah alel mencapai titik fiksasi, yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia telah menggantikan keseluruhan alel leluhur. Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada tanaman.Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan

perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya. Perbedaan- perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan dapat pula sangat samar- samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu seleksi yang menentang beberapa varian dan seleksi menguntungkan untuk varian lain didalam suatu populasi, maka komposisi kesehatan dari populasi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu, sebab sifat dari populasi itu ditentukan oleh induvidu didalamnya. Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi 5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan seleksi alam. a. Variasi Fenotipik Variasi fenotip dalam populasi menyebabkan adanya seleksi (reproduksi diferensial) antar individu. Variasi ini belum tentu menunjukkan adanya prbedaan-perbedaan secara genetis. Maka variasi yang disebabkan berbegai keadaan luar dalam waktu pertumbuhan dapat dikenali oleh seleksi natural. Aksi seleksi natural dalam segala macam variasi dapat mengubah susunan suatu populasi dalam rentang waktu yang tidak lama, namun sebaliknya aksi pada variasi yang mencerminkan perbedaan-perbedaan genetis mempunyai pengaruh jangka panjang. Jadi variasi yang memang bena-benar fenotipik bukanlah bahan baku dalam evolusi. Satu hal yang terdapat dalam variasi genetic, namun tidak berguna sebagai bahan baku evolusi, yaitu variasi yang disebabkan oleh mutasi somatik. Mutasi penting dapat terjadi pada sel-sel ectoderm embrio muda dari suatu hewan. Sel-sel hasil diferensiasi sel yang mengalami mutasi ini akan diturunkan dalam rentang pertumbuhan dan perkembangan individu ini. Hasil dari mutasi ini akan berpengaruh pada sistem saraf, namun mutasi ini tidak akan diturunkan pada gnerasi berikutnya sebab mutasi ini tidak terjadi pada sel kelamin. Sel ektoderm bukanlah sel yang akan menjadi gamet. Maka dari itu, seleksi yang dihasilkan mutasi somatik tidak dapat menghasilkan suatu perubahan secara evolusi pada makhluk hidup yang berbiak secara seksual.

b. Variasi Genotipik Evolusi menyangkut sifat genetik suatu populasi, bukannya sifat-sifat individu. Seperti kita ketahui bahwa alela baru selalu timbul dari adanya variasi. Sekali terbentuk suatu variasi dari bermacam alela, rekombinasi merupakan suatu mekanisme yang memberikan variasi genotipik yang tidak terhingga pada suatu populasi. Bagaimana timbulnya keanekaragaman? Untuk dapat memahami hal tersebut kita harus mulai dari salah satu struktur yang paling kecil, tetapi sangat penting dalam penentuan faktor keturunan. Struktur tersebut adalah DNA. DNA terdiri dari 4 macam asam nukleat, yaitu Adenin (A), Sitosin (C), Guanin (G), dan Timin (T). Asam terakhir pada RNA diganti Urasil (U). Keempat asam nukleat akan membentuk 20 macam asam amino essensial. Kini diketahui bahwa kombinasi tiga dari keempat macam asam nukleat akan membentuk satu asam amino. Kombinasi ini dikenal dengan triple kodon atau kode genetic. Jika ada dua macam asam nukleat yang membentuk satu asam amino maka hanya akan diperoleh 16 macam kombinasi untuk 16 asam amino, sehingga tidak akan ditemukan empat macam asam amino essensial yang lain. Dengan tiga kombinasi, maka akan diperoleh 64 macam kemungkinan. Ternyata secara umum, tiap satu asam amino dikode oleh sekitar 3 macam kombinasi. Ada asam amino yang dikode oleh satu kombinasi, sedangkan ada asam amino yang dikode oleh 6 macam kombinasi. Dengan demikian maka suatu asam amino dapat dihasilkan lebih banyak, bukan saja karena kode tersebut terdapat berulang-ulang tapi karena ada lebih banyak kemungkinan (probability). Seperti yang dijelaskan pada pembahasan awal bab ini, bahwa variasi dapat diterangkan secara adaptasi dan genetik. Variasi adaptasi tampak pada olahragawan yang giat berlatih. Variasi adaptasi tidak dapat diturunkan secara langsung kepada keturunannya. Variasi genetik adalah satu-satunya kemungkinan yang dapat menerangkan proses evolusi. Secara genetis variasi dapat timbul akibat mutasi (Widodo, dkk, 2003).

2. Mutasi Mutasi yang dapat diwariskan dapat diartikan sebagai proses yang dapat menyebabkan suatu perubahan pada sesuatu gen (Ayala dkk, 1989 dalam Corebima, 2000). Sumber lain menyatakan mutasi sebagai perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan tiba-tiba atau sesuatu perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan yang dapat dideteksi yang bukan disebabkan oleh rekombinasi genetik atau proses yang menghasilkan perubahan struktur DNA atau kromosom (Klung dan Cummings, 1994 dalam Corebima 2000). Jelaslah bahwa perubahan materi genetik itulah yang disebut sebagai mutasi, dan hasil perubahan itu dapat (tidak selalu) diwariskan serta yang dapat (tidak selalu) dideteksi. Mutasi itu pada dasarnya merupakan peristiwa yang lumrah terjadi, karena materi genetik itu tersusun dari senyawa kimia (polinukleotida). Perubahan materi genetik DNA dan RNA itu dapat berupa perubahan atau pengurangan unit penyusun, perubahan susunan, perubahan jumlah dan sebagainya. Perubahan itu dapat berlangsung tiap kali setiap ada perubahan yang memungkinkannya terjadi. Mutasi adalah sumber hal-hal baru dan sumber variasi didalam evolusi. Empat aspek proses mutasi meliputi 1) mekanisme molekular yang bertanggung jawab untuk terjadinya mutasi 2) efek setiap jenis mutasi terhadap material genetik dan produknya 3) atribut sementara dan ruang mutasi 4) keacakan mutasi Mutasi dapat terjadi didalam sel somatik dan germline (sel benih). Dari sudut pandang macam sel yang mengalami mutasi, dikenal adanya mutasi somatik dan mutasi germinal, mutasi germinal itu disebut juga mutasi garis benih atau germline, mutasi gametik. Mutasi somatik adalah yang terjadi pada sel-sel somatik, sedangkan mutasi germinal adalah terjadi pada sel-sel germ. Akibat mutasi somatik maupun germinal dapat diwariskan melalui reproduksi seksual maupun aseksual. Akibat mutasi somatik pada hewan (termasuk manusia) hingga saat ini memang tidak dapat diwariskan, sedangkan pada tumbuhan (misalnya tumbuhan dikotil) akibat mutasi somatik dapat diwariskan melalui reproduksi aseksual maupun seksual (Corebima, 2000). Berkenaan dengan mutasi germinal,akibat mutasi yang dominan dapat segera terekspresi pada turunan. Sebaliknya jika akibat mutasi germinal itu bersifat resesif, efek mutasinya tidak terdeteksi (sekalipun sudah terwariskan)

karena kondisi heterozigot. Jika mutasi germinal itu terjadi pada sebuah sel gamet (spermatozoa atau ovum),maka tentu saja hanya satu turunan saja yang dapat mewarisi gen mutan itu, asalkan gamet itu terlibat pada proses fertilisasi, tetapi jika yang mengalami mutasi itu adalah satu sel spermatogonium atau satu oogonium, maka tentu saja beberapa gamet akan mewarisi gen mutan itu (pada satu putaran meiosis) dan peluang pewarisan gen mutan itu kepada keturunan yang berikutnya semakin besar (Gardner, dkk, 1991dalam Corebima, 2000). Mutasi dapat digolongkan berdasarkan panjang urutan DNA yang dipengaruhi oleh peristiwa mutasi. Sebagai contoh, mutasi dapat mempengaruhi nukleotida tunggal (mutasi titik) atau beberapa nukleotida (mutasi yang terdiri beberapa bagian , segmental mutation). Mutasi dapat juga digolongkan berdasarkan jenis perubahan yang disebabkan oleh peristiwa mutasi: 1) subtitusi yaitu penggantian satu nukleotida oleh yang lain 2) rekombinasi yaitu pertukaran suatu urutan dengan yang lain 3) delesi, penghilangan satu atau lebih nukleotida dari DNA 4) insersi (penyisipan), penambahan satu atau lebih nukleotida pada urutan DNA 5) inversi (pembalikan), perputaran 180 derajat tentang suatu rantai ganda DNA yang tersususn dua atau lebih pasang basa (Widodo, dkk, 2003). a. Subtitusi Mutasi subtitusi adalah perubahan yang terjadi pada suatu gen berupa pergantian suatu pasangan basa oleh pasangan bsa lainnya. Satu contoh mutasi pergantian basa itu misalnya pasangan AT diganti oleh pasangan GS. Mutasi subtitusi dibedakan atas mutasi transisis dan transversi. Mutasi transisi adalah satu tipe dari pergantian basa. Pada mutasi transisi terjadi suatu pergantian basa purin dengan basa purin lain atau pergantian suatu basa pirimidin dengan pirimidin lain, atau disebut juga sebagai pergantian suatu pasangan basa purin pirimidin dengan pasangan purin-pirimidin lain, termasuk pergantian suatu pasangan pirimidin-purin dengan pasangan pirimidin-purin lain (Ayala, dkk, 1984, Gardner, dkk, 1991) contoh mutasi transisi adalah AT - GS, GS- AT, TA- SG, SG -TA. Mutasi transversi adalah tipe lain dari mutasi pergantian basa. Pada mutasi transversi, terjadi suatu pergantian basa purin dengan basa

pirimidin, atau pergantian suatu basa pirimidin dengan basa purin atau disebut juga sebagai suatu pergantian pasangan basa purin pirimidin dengan pasangan purin ditapak yang sama (Ayala, dkk, 1984 dalam Corebima 2000) contoh mutasi transversi antara lain AT-AT, GS-SG, ATSG, SG-TA. Mutasi subtitusi yang terjadi didaerah pronon coding dapat digolongkan menurut efek yang ditimbulkan pada produk translasi, yaitu protein. Suatu mtasi disebut synonymous jika tidak menyebabkan perubahan apapun pada asam amino yang ditetapkan. Sebaliknya, jika menimbulkan perubahan maka disebut nonsynonimous. Suatu perubahan didalam suatu asam amino dalam kaitan dengan suatu perubahan nukleotida nonsynonymous disebut sebagai replacement (penggantian). Istilah synonymous dan silent mutation (mutasi diam) sering

dipertukarkan, sebab mayoritas kasus yang besar, perubahan synonymous tidak mengubah urutan asam amino suatu protein dan yang tidak dapat ditemukan ditingkat asam amino. Bagaimanapun, suatu mutasi

synonymous tidak selalu tersembunyi. Sebagai contoh, suatu perubahan synonymous dari kodon glycine GGT ke GGA pada kodon ke-25 dari exon pertama -globin dibuktikan telah untuk membentuk suatu simpangan sambungan baru, menghasilkan suatu rangkaian protein yang panjangnya abnormal. Perubahan ini sungguh-sungguh tidak tersembunyi. Oleh karena itu, sebaiknya membedakan terminologi antara keduanya. Tentu saja, semua mutasi tersembunyi pada suatu protein- coding gen adalah synonymous (Widodo, dkk, 2003). Nonsynonymous atau amino acid altering mutation lebih lanjut digolongkan ke dalam mutasi missence dan mutasi nonsense. Mutasi missense adalah mutasi yang terjadi karena perubahan suatu pasangan basa (dalam gen) yang mengakibatkan terjadi perubahan satu kode genetika, sehingga asam amino yang terkait (pada polipeptida) berubah (Russel, 1992). Satu mutasi pergantian basa dapat menimbulkan suatu mutasi missens. Mutasi Nonsense adalah suatu pergantian pasangan basa yang berakibat terjadinya perubahan suatu kode genetika pengkode asam

amino menjadi kode genetika pengkode terminasi (Russel, 1992) dalam hal ini terjadi suatu kode genetika pengkode asam amino (misalnya UUG) menjadi UAG atau USA menjadi UAA, dan demikian pula UAA menjadi UGA. Adanya mutasi Nonsense jelas menyebabkan polipeptida yang terbentuk tidak sempurna atau tidak lengkap sehingga tidak fungsional.

Gambar 1. Tipe tipe mutasi subtitusi pada coding region (sumber: http://homepage.usask.ca/~vim458/advirol/SPCV/evolution/1.jpg) b. Rekombinasi Rekombinasi adalah peristiwa pembentukan asosiai baru dari molekul-molekul DNA atau kromosom (Ayala, dkk, 1984) asosiasi baru itu dapat juga terbentuk dari bagian-bagian molekul-molekul DNA

(kromosom). Sumber lain menyatakan bahwa rekombinasi adalah proses yang berakibat terbentuknya ombinasi-kombinasi gen yang baru pada kromosom (Klug dan Cummings, 1994 dalam Corebima, 2000). Antara rekombinasi dan mutasi sebenarnya tidak ada hubungan, terkecuali bahwa kedua peristiwa itu sama-sama menimbulkan perubahan materi genetik, dan memang beberapa peristiwa rekombinasi juga menimbulkan perubahan fenotip yang lazimnya merupakan dampak mutasi. Terkait dengan hal tersebut, secara fisik rekombinasi

menyebabkan penataan kembali struktur materi genetik. Rekombinasi juga memungkinkan sel untuk memperbaiki urutanurutan nukleotida yang hilang, disaat molekul DNAmengalami kerusakan akibat radiasi ataupun senyawa kimia, dengan caramengganti bagian yang

rusak dengan sepenggal unting DNA yang berasal dari kromosom homolognya. Lebih lanjut telah diketahui pula bahwa tipe rekombinasi tertentu ikut mengatur ekspresi gen. Ada dua jenis rekombinasi homolog: pindah silang (resiprocal recombination) dan konversi gen (nonreciprocal recombination.

Reciprocal recombination melibatkan pertukaran sekuens homolog antar kromosom homolog, yang menghasilkan kombinasi baru dari sekuens bersebelahan dan pada waktu yang sama kedua varian terlihat peristiwa rekombinasi. Sedangkan nonreciprocal recombination melibatkan

penggantian yang tidak seimbang satu sekuens oleh yang lain. Hal ini merupakan suatu proses yang menghasilkan hilangnya salah satu dari sekuens varian yang terlibat dalam peristiwa ini. Kedua jenis rekombinasi homolog diperkirakan melibatkan suatu molekul intermediate disebut Holliday structure atau junction. Struktur ini mempengaruhi pembentukan kesalah berpasangan dari rantai ganda DNA yang biasa disebut heteroduplex. Kesalahan berpasangan dalam heteroduplex dikenali oleh enzim seluler. Kemudian menggunakan rantai komplementer sebagai template, DNA polymerase mengisi daerah gap.

Gambar 1. Struktur holliday, heteroduplex DNA tersususn atas rantai kromatid yang salah berpasangan. (Sumber:http://nitro.biosci.arizona.edu/courses/EEB3202005/Lecture13/pics/branch.jpeg)

Pindah silang dan konversi gen melibatkan rekombinasi dari sekuens homolog. Namun, rekombinasi sisi khusus (site-specific recombination) melibatkan pertukaran suatu sekuens yang pada umumnya sangat pendek, tersusun tidak lebih daripada beberapa nukleotida dengan

yang lain (pada umumnya tidak ada persamaan urutan dengan yang asli). Site specific recombination bertanggung jawab untuk pengintegrasian genom phage ke dalam kromosom bakteri. Dari sudut pandang mutasi titik, site specific recombination merupakan tipe insersi (Widodo, dkk, 2003).

c. Delesi dan Insersi Delesi adalah suatu kromosom yang patah, lalu patahan ini melekat kembali, tapi ke kromosom sebelahnya. Karena itu kromosom homolog itu, yang satu akan kekurangan (Yatim, 1980). Sedangkan menurut Widodo (2003) menyatakan delesi adalah penghilangan satu atau lebih nukleotida dari DNA. Insersi adalah penambahan satu atau lebih nukleotida dari DNA (Widodo, 2003). Delesi dan insersi dapat terjadi dengan mekanisme : 1. Unequal crossing over, yaitu dua kromosom yang mengalami unequal crossing over yang mengakibatkan delesi suatu segmen DNA dan pada satu kromosom dan suatu penambahan timbale balik pada orang lain. Kesempatan terjadinya unequal crossing over sangat ditingkatkan jika suatu segmen DNA diasalin dalam tandem. Oleh karena itu kemungkinan salah urutan lebih tinggi. 2. Delesi dalam rantai site-specific recombination, yang muncul ketika suatu sekuens berulang berpasangan dengan yang lain memiliki orientasi yang sama pada kromatid yang sama, maka sebagai konsekuensi adalah terjadinya pindah silang intrakromosom. 3. Replication slippage atau slipped-strand mispairing, sering terjadi pada daerah DNA repeating/berulang yang berdekatan. Selama replikasi dapat terjadi karena mispairing antara daerang berulang yang berdekatan, dan slippage ini menghasilkan delesi atau duplikasi segmen DNA tergantung kenampakan slippage pada arah 5 3 atau kebalikannya. 4. DNA transposition (Widodo, dkk, 2003)

d. Akibat Mutasi 1. Mutasi yang mengubah struktur DNA tetapi tidak mengubah produk yang dihasilkan. 2. Mutasi mengubah struktur DNA dan mengubah komposisi produk, tetapi tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan. 3. Mutasi terjadi dan perubahan fungsi sangat besar, namun terjadi pada sel somatic, jadi tidak diturunkan. 4. Mutasi yang besifat fatal, sehingga organism tersebut mati (Widodo, dkk, 2003). 5. Mutasi mengubah fungsi produk yang dihasilkan, tetapi tidak berakibat apa-apa. Mutasi dapat berakibat lebih besar, sehingga fungsi suatu protein berubah. Misalnya kita mengenalgolongan darah. Golongan darah yang lebih langka diperkirakan sebagai hasil mutasi dari golongan darah yang bersifat umum. Semuanya berfungsi normal, namun jika dilakukan transfuse darah dengan golongan darah yang lain, maka akibatnya dapat dilihat (Waluyo, 2004). 6. Mutasi yang menguntungkan Mutasi menguntungkan adalah mutasi yang berakibat timbulnya cirri dan kemampuan yang semakin adaptif pada individu (populasi)(Waluyo, 2004). 7. Mutasi salah satusebab timbulnya variasi dalam populasi Mutasi yang terjadi pada satu atau kelompok individu pada umumnya belum Nampak akibatnya secara langsung. Apabila gen mutan terwariskan pada individu-individu generasi turunan, terdapat peluang yang lebih besar bahwa gen mutan itu akan nampak akibatnya pada spesies yang berbiak secara generatif (Waluyo, 2004).

BAB III PENUTUP

Kesimpulan a. Faktor-faktor yang menyebabkan keanekaragaman individu adalah variasi genetik dan mutasi b. Timbulnya keanekaragaman dilihat dari struktur terkecil yaitu DNA yang terdiri dari empat macam asam nukleat yaitu adenine, sitosin, guanine, dan timin. c. Tipe-tipe mutasi yaitu 1) substitusi yaitu penggantian satu nukleotida oleh yang lain 2) rekombinasi yaitu pertukaran suatu urutan dengan yang lain 3) delesi, penghilangan satu atau lebih nukleotida dari DNA 4) insersi (penyisipan), penambahan satu atau lebih nukleotida pada urutan DNA 5) inversi (pembalikan), perputaran 180 derajat tentang suatu rantai ganda DNA yang tersususn dua atau lebih pasang basa d. Akibat mutasi antara lain : Mutasi yang mengubah struktur DNA tetapi tidak mengubah produk yang dihasilkan. Mutasi mengubah struktur DNA dan mengubah komposisi produk, tetapi tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan. Mutasi terjadi dan perubahan fungsi sangat besar, namun terjadi pada sel somatic, jadi tidak diturunkan. Mutasi yang besifat fatal, sehingga organism tersebut mati. Mutasi mengubah fungsi produk yang dihasilkan, tetapi tidak berakibat apa-apa. Mutasi yang menguntungkan Mutasi salah satu sebab timbulnya variasi dalam populasi

DAFTAR RUJUKAN

Corebima, A. D. 2000. Genetika Mutasi dan Rekombinasi. Malang: Universitas Negeri Malang. Makadiya N.2007. Recombination and Gene Conversion. (online),

(http://nitro.biosci.arizona.edu/courses/EEB3202005/Lecture13/pics/branc h.jpeg, diakses 21 Februari 2012) Waluyo, Lud. 2004. Evolusi Organik. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. Widodo, Umi Lestari, Mohammad Amin. 2003. Evolusi. Malang : Universitas Negeri Malang.

VARIABILITAS

MAKALAH untuk memenuhi tugas matakuliah Evolusi yang dibina oleh Dr. agr. Mohamad Amin, S. Pd, M. Si

Oleh: Kelompok 3 Pratma Haya Paramita Endang Sujarwati Anisa Rizkyani

(409342420434) (309342417628) (309342417656)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai