Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH

DENGAN MODEL POLYA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGGI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

tugas mata kuliah metodologi penelitian

Oleh :

Ika Fajrin Aisyah (050210101017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2008

BAB 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pendidikan matematika mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan matematika mampu melahirkan peserta didik yang cakap dalam matematika dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Kualitas sumber daya manusia seperti ini menjamin keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia. Kemampuan peserta didik untuk berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam memecahkan masalah. Menurut A. N. Cahyono dalam http://www.adi-negara.blogspot.com/, pemecahan masalah merupakan tipe paling tinggi dari delapan tipe belajar, yaitu: signal learning, stimulus-respon learning, chaining, verbal association, discrimination learning, concept learning, rule learning dan problem solving. Menurut S. Nasution (--:170) memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi antara aturan yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah yang baru. Namun memecahkan masalah tidak hanya menerapkan aturan yang diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru. Dalam memecahkan masalah pelajar harus berpikir, mencoba hipotesis dan jika berhasil memecahkan masalah, maka dia akan mempelajari sesuatu yang baru. Menunjukkan cara memecahkan masalah sangat tidak efektif karena tidak akan membawa siswa kepada penemuan aturan pada taraf yang lebih tinggi. Ada kemungkinan siswa hanya belajar rangkaian belaka. Menggunakan petunjuk verbal dengan merumuskan aturan pada taraf yang lebih tinggi yang harus digunakan, mungkin berhasil pada siswa tertentu tetapi tidak ada hasilnya pada siswa yang lain.

Metode yang paling baik adalah membimbing siswa untuk menemukan aturan sendiri. Membimbing siswa dalam menemukan aturan pemecahan masalah akan membuat mereka berlatih berpikir untuk menemukan aturan sendiri. Kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena menggabungkan kemampuan siswa dalam melakukan penalaran matematika, koneksi matematika, komunikasi matematika, pemecahan masalah matematika serta keseluruhan aspek melalui pembelajaran berbasis masalah. Terdapat berbagai cara dalam pemecahan masalah matematika. Salah satunya adalah model pemecahan masalah yang dibina oleh George Polya pada tahun 1957 (www.math.utah.edu/~alfeld/math/polya.html), ada empat tahap dalam menyelesaikan soal cerita, yaitu: (1) memahami masalah; (2) membuat rencana; (3) melaksanakan rencana; dan (4) menelaah kembali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyelesaian masalah model Polya efektif. Penelitian, Sudiana (1998), Sudarmanto (2000), dan Hobri (2003) menunjukkan bahwa setelah belajar penyelesaian masalah matematika dengan model Polya hasil belajar siswa cenderung meningkat. Model Polya akan memberikan petunjuk yang jelas bagi siswa dalam menyelesaikan masalah secara sistematis. Fokus dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya pada siswa SMP. Dalam penelitian lain, kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya diterapkan dalam pembelajaran matematika SMP pokok bahasan keliling dan luas persegi panjang. Hasilnya adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika meningkat. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya dapat meningkatkan kemampuan berpikir tinggi siswa dalam matematika. Maka dari itu peneliti mengambil judul Pengaruh Pembelajaran Pemecahan Masalah dengan Model Polya terhadap Perkembangan Kemampuan Berpikir Tinggi Matematika Siswa SMP.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Bagaimana kualitas pemahaman matematika dan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika siswa pada aspek penalaran matematika, koneksi matematika, komunikasi matematika, pemecahan masalah matematika, dan keseluruhan aspek melalui pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya? 2) Bagaimana aktifitas siswa selama proses pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya? 3) Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya dan terhadap soal-soal yang diteskan? 4) Bagaimana tanggapan guru terhadap pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : a. Untuk mengetahui kualitas pemahaman matematika dan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika siswa pada aspek penalaran matematika, koneksi matematika, komunikasi matematika, pemecahan masalah matematika, dan keseluruhan aspek melalui pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya. b. Untuk mengetahui aktifitas siswa selama proses pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya. c. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya dan terhadap soal-soal yang diteskan. d. Untuk mengetahui tanggapan guru terhadap pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemahaman matematika dan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika pada aspek penalaran matematika, koneksi matematika, komunikasi matematika, pemecahan masalah matematika, dan keseluruhan aspek. 2) Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pemahaman matematika dan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika siswa pada aspek penalaran matematika, koneksi matematika, komunikasi matematika, pemecahan masalah matematika, dan keseluruhan aspek. 3) Bagi lembaga pendidikan dan sekolah yang terkait, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan mutu pendidikan khususnya perbaikan pembelajaran yang berorientasi terhadap output pendidikan. 4) Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan untuk penelitian lebih lanjut.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Pemecahan Masalah Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika seperti baik. Penyelesaian masalah merupakan sebuah proses bagaimana siswa menggunakan pengetahuan yang ada, keterampilan serta pemahaman untuk mengenal suatu keadaan yang berbeda. Program pendidikan matematika yang seimbang bukan hanya terdiri dari pembelajaran konsep matematika tetapi juga harus melibatkan perkembangan kemampuan siswa dalam berpikir matematika. Pemecahan masalah adalah metode belajar yang mengharuskan siswa menemukan jawaban dari suatu masalah tanpa bantuan khusus (S. Nasution, ---:173). Dengan memecahkan masalah siswa menemukan aturan baru yang tarafnya lebih tinggi sekalipun dapat dirumuskan secara verbal. Namun penemuan sendiri bukan syarat mutlak untuk memahami aturan baru. Guru tetap memberikan petunjuk untuk mengingatkan kembali aturan apa yang digunakan, tetapi dalam pemecahan masalahnya tetap dikerjakan sendiri oleh siswa. Dalam pemecahan masalah, siswa sering memerlukan instruksi verbal yang membimbingnya untuk menemukan jawaban. Petunjuk itu dapat ditemukan sendiri tanpa bantuan guru. Kemampuan menemukan petunjuk sendiri disebut strategi pemecahan masalah. Model pemecahan masalah yang baik harus memuat strategi pemecahan masalah sehingga akan membantu siswa dalam menemukan sendiri petunjuk-petunjuk dalam pemecahan masalah. Suatu model pemecahan masalah biasanya terdiri dari langkah-langkah yang hierarkis sehingga memudahkan siswa melakukan pemecahan masalah. Belajar penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian serta komunikasi matematika dapat dikembangkan secara lebih

yang memerlukan aturan pada taraf tertentu memerlukan penguasaan terhadap aturan pada taraf di bawahnya. Mengetahui susunan langkah penyelesaian berguna untuk menentukan jalan pemecahan masalah. 2.2 Pemecahan Masalah dalam Matematika Menurut Asari (1991:18) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, maka ada tiga alternatif yang mungkin dapat dilakukan, yaitu (1) pembelajaran untuk pemecahan masalah; (2) pembelajaran tentang pemecahan masalah; dan (3) pembelajaran melalui pemecahan masalah. Pembelajaran untuk pemecahan masalah adalah pembelajaran materi yang diorientasikan untuk dapat memecahkan masalah. Jika sudah ditetapkan suatu masalah, maka guru dapat memperkirakan mater-materi yang harus dikuasai untuk dapat memecahkan masalah. Melalui pembelajaran untuk pemecahan masalah, maka semua materi yang diperlukan tersebut diajarkan pada siswa. Pembelajaran tentang pemecahan masalah lebih ditekankan pada bagaimana pemecahan masalah itu dan pengenalan beberapa macam cara memecahkan masalah. Beberapa trick tertentu akan dicoba disajikan dan dipolakan, untuk nantinya dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah. Dengan pembelajaran ini, maka para siswa akan menjadi kaya dengan berbagai macam metode serta beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran melalui pemecahan masalah adalah pembelajaran materi dengan pendekatan pemecahan masalah. Oleh karena itu, tujuan utama pembelajaran ini adalah pembelajaran materi pelajaran. Pelajaran diawali dengan penyajian suatu masalah. Kemudian guru mencoba memecahkan masalah itu secara tuntas, mulai dari menganalisis masalah, merumuskan rencana pemecahan, sampai dengan mengevaluasi pemecahan yang telah dilakukan. Siswa diharapkan dapat memperhatikan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dimaksudkan untuk pembelajaran melalui pemecahan masalah. Pemecahan masalah yang akan disampaikan menggunakan model Polya. 2.3 Pemecahan Masalah Matematika dengan Model Polya

Menurut Polya (1962:117), memecahkan masalah adalah mencari suatu tindakan yang sesuai secara sadar untuk mencapai tujuan yang memang tidak dapat diperoleh secara langsung. Dalam menyelesaikan masalah, siswa perlu memahami proses penyelesaian dan keterampilan memilih, mengidentifikasi kondisi dan konsep yang diperlukan secara relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Pemecahan masalah matematika biasanya melalui beberapa tahapan. Dalam model Polya terdapat empat tahap pemecahan masalah (www.math.utah.edu/alfed/math/polya.html), yaitu: (1) tahap memahami masalah; (2) tahap membuat rencana pemecahan masalah; (3) tahap melaksanakan rencana yang telah dibuat; dan (4) tahap menelaah kembali masalah yang telah dipecahkan. Tahap pertama adalah tahap memahami masalah. Pada tahap ini siswa akan dibimbing untuk memahami hal-hal yang terkait dalam masalah, hubungan antara hal yang terkait serta masalah yang ditanyakan dan akan dipecahkan. Tahap pertama ini sangat besar sekali artinya bagi pemecahan suatu masalah karena pada tahap ini suatu masalah akan diuraikan menjadi bagian-bagian kecil seperti apa yang diketahui dan apa yang ditanya. Tahap kedua adalah membuat rencana pemecahan masalah. Tahap ini dilakukan dengan mencari hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan. Masalah, konsep dan prinsip yang pernah dimilki dan dipecahkan sebelumnya, sangat bermanfaat dalam menentukan hubungan yang terjadi antara yang diketahui dan yang ditanyakan. Dengan hubungan itu, maka disusunlah hal-hal yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Tahap ketiga adalah melaksanakan rencana yang telah dibuat. Pada tahap ini, pikiran bersama-sama dengan fisik serentak melakukan kegiatan. Apa yang dibayangkan pada waktu menyusun rencana pemecahan masalah, pada tahap ini mulai diwujudkan secara nyata. Hasil pelaksanaan rencana yang telah disusun di atas adalah fakta apakah masalah tersebut sudah dapat dipecahkan atau tidak. Tahap terakhir adalah menelaah kembali masalah yang telah dipecahkan. Pada tahap ini penyelesaian yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya apakah hasilnya sudah benar?, apakah ada cara lain untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut?, dan apakah dengan cara yang berbeda akan diperoleh hasil yang sama?. Dari keempat tahap tersebut, diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika. 2.4 Perkembangan Kemampuan Berpikir Tinggi Matematika Kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang adalah kemampuan untuk berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Kualitas sumber daya manusia seperti ini menjamin keberhasilan upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia. Kemampuan peserta didik untuk berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam memecahkan masalah. Kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena menggabungkan kemampuan siswa dalam melakukan penalaran matematika, koneksi matematika, komunikasi matematika, pemecahan masalah matematika serta keseluruhan aspek melalui pembelajaran berbasis masalah. Dengan kemampuan berpikir tinggi dalam matematika maka siswa diharapkan akan menjadi penerus bangsa yang berpotensi meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai