Kebijakan publik adalah apapun yang pemerintah pilih untuk melakukan atau
untuk tidak melakukan. ,Public policy is "!baterer gorervvevt. cboo.e to ao or vot to
ao", -1homas Dye
Kebijakan publik meliputi keputusan politik untuk mengimplementasikan
program-program untuk mencapai tujuan masyarakat ,"Pvbtic otic, cov.i.t. of
otiticat aeci.iov. for ivtevevtivg rograv. to acbiere .ocietat goat."., -Charles L.
Cochran and Lloise l. Malone
Secara sederhana, kebijakan publik adalah keseluruhan kegiatan pemerintah,
baik yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung, yang mempengaruhi
kehidupan warganegara ,"Stated most simply, public policy is the sum o
goernment actiities, whether acting directly or through agents, as it has an
inluence on the lie o citizens"., -B. Guy Peters
Berbeda dengan kajian politik yang telah memiliki sejarah yang panjang, maka kajian
sistematik mengenai kebijakan publik baru dimulai di abad ke 20 ini. \aitu ketika
ilmuwan politik Charles Merriam mencoba menghubungkan antara teori dan praktik
politik untuk memahami kegiatan pemerintah. Beberapa pihak berpendapat saat
tersebut merupakan milestone awal dari ilmu kajian kebijakan publik.
2.1.2. Dampak dari Kebi]akan
Dampak yang Diharapkan
1ujuan dari sebuah kebijakan dapat beragam tergantung dari organisasi dan konteks
pembuatannya. Secara umum, kebijakan biasanya dibuat dalam rangka menghindari
dampak negati yang telah dikenali dalam organisasi, atau untuk mendorong dampak
positi,beneit.
Kebijakan pembelian perusahaan dapat menjadi contoh bagaimana sebuah organisasi
berusaha menghindari dampak negati. Banyak perusahaan besar memiliki kebijakan
bahwa semua pembelian diatas nilai tertentu harus dilakukan melalui proses tertentu.
Dengan mensyaratkan standar proses pembelian melalui kebijakan, organisasi dapat
membatasi kemubaziran dan menstandarkan cara pembelian dilakukan.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
13
13
Sedangkan siklus lain yang juga dapat digunakan adalah sebagai berikut ,Peter
Bridgman dan Glyn Dais, adalah ,1, Identiikasi issue, ,2, Analisis kebijakan, ,3,
Pengembangan instrumen kebijakan, ,4, Konsultasi ,dapat memasuki semua proses,,
,5, Koordinasi, ,6, Pembuatan keputusan, ,, Implementasi, dan ,8, Laluasi.
Regulatory mpact Analysis
Konsep regulatory impact analysis, atau RIA, adalah juga urutan-urutan sistematis dari
siklus kebijakan ini. Dalam RIA siklus yang dilalui biasanya adalah ,1, perumusan
masalah, ,2, identiikasi tujuan, ,3, identiikasi alternati penyelesaian masalah, ,4,
analisis manaat dan biaya, ,5, Komunikasi dengan stakeholder ,dapat dilaksanakan di
semua tahapan,, ,6, Penentuan opsi terbaik dalam menyelesaikan masalah, dan ,,
perumusan strategi implementasi kebijakan. Dalam RIA, antara langkah ke dua dan ke
tiga dapat diselipkan kegiatan penilaian resiko sebagai tambahan inormasi kepada
proses penciptaan alternati penyelesaian.
Disamping untuk tujuan penyusunan kebijakan, RIA juga dapat digunakan untuk
melakukan reiew kebijakan. Penjelasan mengenai reiew dan analisis kebijakan akan
disajikan lebih banyak dalam sub bab 2.2.
2.1.4. si Kebi]akan
Kebijakan biasanya diumumkan melalui dokumen tertulis resmi. Dokumen tersebut
memiliki ormat standar. Meskipun ormat dapat berbeda, dokumen kebijakan
biasanya meliputi komponen-komponen berikut:
Sebuah pernyataan tu]uan, yang meringkaskan mengapa organisasi
mengeluarkan kebijakan dan dampak yang diharapkan terjadi.
Sebuah pernyataan ruang lingkup dan penerapannya, menggambarkan siapa
yang terkena kebijakan dan tindakan apa yang diharapkan dilakukan oleh
kebijakan. Bagian ini juga akan menunjukkan pengecualian dari kebijakan
terhadap orang, organisasi, atau tindakan tertentu.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
15
15
Kebi]akan Regulasi
Kebijakan regulasi, atau mandate, adalah kebijakan yang membatasi sekelompok
indiidu dan lembaga, atau sebaliknya, memaksa jenis perilaku tertentu. Kebijakan
regulasi biasanya paling berhasil dijalankan jika perilaku baik,mendukung dapat dengan
mudah dipantau dan perilaku buruk,menentang dapat dengan mudah diatur dan
dihukum dengan denda atau sanksi. Contoh kebijakan regulasi yang seharusnya
berhasil dilaksanakan adalah kebijakan pembatasan kecepatan di jalan raya.
Kebi]akan Konstituen
Kebijakan konstituen menghasilkan kelompok yang memiliki kekuatan eksekuti
karena hukum.
Kebi]akan Campuran
Kebijakan adalah dinamis, mereka tidak hanya datar tujuan atau hukum yang statis.
Cetak biru kebijakan harus diimplementasikan, kadang dengan hasil yang tidak
diharapkan. Kebijakan sosial adalah kebijakan yang dilaksanakan di masyarakat dan
kadang bentuknya telah berubah dari apa yang dibicarakan dalam tahapan legislasi.
2.1.6. Kebi]akan, Kebi]akan Publik dan Kebi]akan
Pemerintah
Ketika terminologi kebijakan digunakan, maka ia dapat merujuk pada:
Kebijakan resmi pemerintah ,undang-undang atau peraturan yang mengatur
bagaimana hukum harus dijalankan, - ini yang umumnya terjadi.
Ide dan tujuan umum dari maniesto politik dan selebaran
Kebijakan perusahaan atau organisasi untuk topik tertentu
Berdasarkan kumpulan deinisi dan penjelasan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa
terminologi kebijakan lebih banyak mengacu pada pengertian kebijakan publik, yang
merupakan produk hukum pemerintah dalam memandu warganegaranya untuk
Bab 2. Tin]auan Pustaka
17
17
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Karena itu kebijakan publik, biasanya, sama dengan
kebijakan pemerintah.
Jenis Kebi]akan Pemerintah di ndonesia
Di Indonesia, Kebijakan Pemerintah kemudian diwujudkan dalam bentuk tata
peraturan perundang-undangan yang diharapkan dapat memandu jalannya pelaksanaan
kenegaraan, pemerintahan, perlindungan masyarakat, dan pembangunan. Kebijakan
pemerintah ini meliputi:
Undang-Undang Dasar
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah
Keputusan Presiden
Peraturan Presiden
Instruksi Presiden
Peraturan dan keputusan Menteri
Peraturan Daerah
Dan peraturan-peraturan lain yang bermaksud memandu perilaku warganegara
untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu, yang lebih rendah tingkatannya
2.2. Analisis Kebi]akan Publik
Menurut Dunn, analisis kebijakan adalah aktiitas intelektual dan praktis yang
ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan
pengetahuan tentang dan dalam proses kebijakan. Analisis kebijakan adalah disiplin
ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian dalam konteks
Bab 2. Tin]auan Pustaka
18
18
argumentasi dan debat politik untuk menciptakan secara kritis menilai dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang relean dengan kebijakan. Analisis kebijakan
adalah suatu aktiitas intelektual yang dilakukan dalam proses politik. Analisis
kebijakan tidak dimaksudkan menggantikan politik dan membangun elit teknokratis.
Menurut \eimer & Vining, ada 2 alasan dilakukannya analisis kebijakan yaitu ,1,
Kegagalan pasar ,market ailure,. Diidentiikasi meliputi : barang publik, eksternalitas,
monopoli natural, dan inormasi yang asimetris, dan ,2, Kegagalan pemerintah
,goernment ailures,.
Analisis kebijakan diletakkan pada konteks sistem kebijakan, yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Bagan 2. 1. Sistem Kebijakan Publik
Metode analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai
dalam pemecahan masalah manusia, yaitu:
1. Definisi: menghasilkan inormasi mengenai kondisi-kondisi yang
menimbulkan masalah kebijakan
2. Prediksi: menyediakan inormasi mengenai konsekuensi di masa
mendatang dari penerapan alternati kebijakan, termasuk jika tidak
melakukan sesuatu.
3. Preskripsi: menyediakan inormasi mengenai nilai konsekuensi alternati
kebijakan di masa mendatang.
Pelaku
Kebijakan
Lingkungan
Kebijakan
Kebijakan
Publik
Bab 2. Tin]auan Pustaka
19
19
Argumen Kebi]akan
Argumen kebijakan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu yang desainati ,ae.igvatire,
- yang okus pada akta-akta empirik, ealuati - mempersoalkan nilai-nilai, dan
adokati - mempersoalkan tindakan. Di sini akan terlihat bahwa terdapat kesejajaran
antara ae.aivatif dan ae./ritif, persamaan dalam eratvatif, dan kesejajaran antara aaro/atif
dan re./ritif.
Menurut Dunn, argumen kebijakan berisikan enam unsur, yaitu IC\BRQ, ,1,
inormasi yang relean dengan kebijakan ,I ~ ivforvatiov,, ,2, pernyataan kebijakan ,C
~ Ctaiv,, ,3, pembenaran ,\ ~ rarravt,, atau ,4, dukungan ,B ~ bac/ivg,. Atau, ,5,
sanggahan ,R ~ rebvtat,, dan ,6, syarat ,Q ~ qvatifier,. Sementara itu cara argumen
kebijakan dibagi menjadi delapan, yaitu:
1. Otoritati, yaitu pernyataan kebijakan yang didasarkan pada argumen pihak
berwenang.
2. Statistikal, didasarkan pada argumen sampel dari populasi yang menjadi
target kebijakan.
3. Klasiikasional, yang didasarkan pada klasiikasi target kebijakan.
4. intuiti, yang didasarkan pada pengetahuan terpendam` pembuat
kebijakan.
5. Analisentrik, yang didasarkan pada metodologi yang dianggap alid.
6. Lksplanatorik, yang didasarkan pada hubungan sebab-akibat.
7. Pragmatis, yang didasarkan pada analogi-analogi atau kasus-kasus yang
sama.
8. Kritik-nilai, didasarkan pada etika atau berkenaan dengan nilai bai/ dan
bvrv/.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
21
21
memang hanya ditujukan untuk mengatasi .ebagiav dari masalah yang dihadapi. Oleh
karena itu, analis kebijakan harus mengidentiikasikan dengan jelas sasaran yang ingin
dicapai oleh kebijakan tersebut.
Bagan 2. 2. Deci.iov 1ree \eimar-Vining
Pertanyaan yang perlu dicarikan jawabnya, antara lain, Apakah tujuan ,sasaran,
pemerintah dalam menerbitkan kebijakan Apakah sasaran kebijakan tersebut untuk
menyelesaikan .ebagiav dari, atau keseluruhan, permasalahan yang dihadapi ,problem
biasanya cukup kompleks, sehingga diperlukan beberapa kebijakan untuk
menyelesaikan problem secara menyeluruh,. Selain itu, analis juga perlu melihat apakah
pemerintah memiliki kewenangan mengeluarkan kebijakan tersebut dan apakah
kebijakan tersebut konsisten dengan undang-undang dan peraturan lainnya.
Identiikasi sasaran ini kadang membutuhkan kegiatan peramalan atau foreca.tivg untuk
membuat inormasi aktual tentang situasi sosial di masa depan atas dasar inormasi
yang telah ada tentang masalah kebijakan. Peramalan menjadi penting agar alternati
No
\es
No
\es
No
\es
No
\es
\es
No
No
\es
Does theory
suggest there would
be market ailure i
operating market
Does goernment
interention correct
market ailure
Goernment ailure : consider
deregulation, legalization,
priatization, etc
Analysis o type and nature o
goernment ailure
Goernment works! Search or
incremental improements
Market ailure and goernment ailure :
search or superior goernment
interentions and compare their costs
to the costs o market ailure
Is there eidence o
market ailure
Market ailure
Market optimal
Is there also passie`
goernment ailure
Market ailure : compare
costs o market ailure to
costs o optimal
goernment interention
Market can be improed by
eliminating goernment
ailure
Market \orks! Let it alone Also goernment ailure
Analysis traditional
market ailure and
other limitations o the
competite ramework
Is there an
operational
market
Bab 2. Tin]auan Pustaka
23
23
yang dibuat menjadi semakin relean dengan situasi yang akan dihadapi ketika
kebijakan benar-benar diimplementasikan. Peramalan mengambil tiga bentuk, yaitu:
Peramalan ekstrapolasi, yaitu ramalan yang didasarkan atas ekstrapolasi hari ini
ke masa depan. Produknya disebut proyeksi. 1eknik yang digunakan antara
lain analisis antar-waktu, estimasi tren linear, pembibitan eksponensial,
transormasi data, dan katastroi metodologi. Peramalan ini menggunakan tiga
asumsi dasar, yaitu: persistensi ,pola yang diamati di masa lampau akan tetap
ditemui di masa depan,, keteraturan ,isi di masa lalu sebagaimana ditunjukkan
oleh kecenderungan akan terulang secara ajeg di masa depan, dan reliabilitas-
aliditas data.
Peramalan teoritis, yaitu ramalan yang didasarkan pada suatu teori, dan
produknya disebut prediksi. 1eknik yang digunakan antara lain pemetaan teori,
model kausal, analisis regresi, estimasi titik dan interal, dan analisis korelasi.
Apabila peramalan ekstrapolati menggunakan logika ivav/tif, peramalan
teoritis menggunakan logika aeav/tif.
Peramalan penilaian pendapat, yaitu ramalan yang didasarkan pada penilaian
para ahli atau pakar, dan produknya disebut perkiraan ,cov;evctvre,. 1eknik yang
digunakan antara lain Delphi kebijakan, analisis dampak silang dan penilaian
isibilitas ,kelayakan,. 1eknik peramalan penilaian pendapat ,;vagvevtat
foreca.tivg, berusaha memperoleh dan mensintesiskan pendapat-pendapat para
ahli. Logika yang digunakan bersiat retroav/tif karena analisis dimulai dengan
dugaan tentang suatu keadaan, dan kemudian berbalik ke data atau asumsi
yang digunakan untuk mendukung dugaan tersebut. Meskipun pada praktiknya
ketiga logika tersebut ,indukti, dedukti dan retrodukti, tidak dipisahkan satu
sama lain.
Dalam hal peramalan, ada sejumlah tantangan yang dihadapi, yaitu yang berkenaan
dengan akurasi ramalan, kondisi komparati masa depan dan konteks.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
24
24
adalah memilih opsi tindakan yang terbaik untuk mencapai sasaran dan menyelesaikan
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. lungsi analis dalam tahap ini adalah
memastikan bahwa pemerintah telah membandingkan semua co.t.,bevefit. dan memilih
opsi yang paling eisien dan eekti.
\eimar-Vining memilih menggunakan model bevefitco.t. Dalam model ini kebijakan
harus dapat dikuantiikasi secara moneter ;vovetiea). 1ahapan dari model ini adalah :
1. Mengidentiikasikan ivact yang relean, setiap ivact diberikan klasiikasi
bevefit dan co.t bagi masing-masing.
2. Menghitung secara moneter ;vovetiea) impact tersebut, perhitungannya
antara lain menggunakan pendekatan oortvvit, co.t, rittivgve.. to a,, dan
aluasi output.
3. Melakukan diskon untuk ariable waktu dan risiko ,ai.covvtivg for tive ava
ri./,, dilakukan untuk menghitung koreksi impact yang dihitung secara
moneter tersebut di masa depan dengan mempertimbangkan actor waktu
dan risiko.
4. Memilih alternati kebijakan, merupakan langkah yang paling penting.
Karenanya, \eimar-Vining mengembangkan matriks pilihan kebijakan
sebagai berikut :
1abel 2. 3. Matriks Pilihan Kebijakan \eimar-Vining
COS1S
,millions o
dollars,
BLNLlI1S
,million o dollars,
NL1 BLNLlI1S
,millions o
dollars,
BLNLlI1S ,
COS1S
No Project 0 0 0 n.a
Project A 1 10 9 10
Project B 10 30 20 3
Project C 4 8 4 2
Project D 2 4 2 2
Project C and D 21 14 3
Project L 10 8 -2 0,8
Bab 2. Tin]auan Pustaka
28
28
diperlukan keterlibatan pakar untuk melakukan pilihan rasional transiti yang kemudian
dikembangkan menjadi pilihan kolekti.
Dunn juga mengemukakan keterbatasan pendekatan rasionalitas dengan menggunakan
pemikiran ahli administrasi publik lerbert A. Simon, yang memperkenalkan teori
bovvaea ratiovatit,. Dikatakannya bahwa ,aavivi.tratire) bebarior i. aetervivea b, tbe irratiovat
ava vovratiovat etevevt. tbat bovva tbe area of ratiovatit,. Simon memperkenalkan konsep
yang lebih moderat, yaitu .ati.factor, dan .vfficievc,.
2
Di sini, pengambilan alternati tidak
dipaksakan pada alternati terbaik maksimal, namun alternati yang terbukti akan
menghasilkan kenaikan manaat yang paling memuaskan.
Akhirnya, untuk rekomendasi kebijakan terdapat enam kriteria utama, yaitu:
a. Lektiitas, berkenaan dengan apakah suatu alternati mencapai hasil yang
diharapkan
b. Lisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan
tingkat eektiitas yang dikehendaki.
c. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat eektiitas memuaskan
kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah.
d. Keadilan ;eqvit,), berkenaan dengan pemerataan distribusi manaat kebijakan.
e. Responsiitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan
kebutuhan, preerensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi
target kebijakan.
. Kelayakan ,aroriateve..,, berkenaan dengan pertanyaan apakah kebijakan tersebut
tepat untuk suatu masyarakat.
Pendekatan dalam membuat rekomendasi dapat dibuat dengan beberapa pilihan.
Pertama, vbtic cboice ersus rirate cboice. Pendekatannya adalah mempertanyakan
apakah kebijakan dilakukan dengan pendekatan pemerintah atau swasta,pasar. Apakah
2
lerbert A. Simon, 194, .avivi.tratire ebarior: . tva, of Deci.iovMa/ivg Proce.. iv .avivi.tratire Orgaviatiov, New
\ork: lree Press.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
31
31
perlu dideinisikan ulang. Laluasi dapat pula menyumbang pada deinisi alternati
kebijakan yang baru atau reisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternati
kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain.
Jika pemantauan menekankan pada pembentukan premis-premis aktual mengenai
kebijakan publik, maka ealuasi menekankan pada penciptaan premis-premis nilai
dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan: `apa perbedaan yang dibuat` Kriteria
untuk ealuasi diterapkan secara retrospekti ,e o.t,, sementara kriteria untuk
rekomendasi diterapkan secara prospekti ,e avte,. Kriteria ealuasi kebijakan sama
dengan kriteria rekomendasi kebijakan
Mengingat kurang jelasnya arti ealuasi di dalam analisis kebijakan, menjadi sangat
penting untuk membedakan beberapa pendekatan dalam ealuasi kebijakan, yaitu
ealuasi semu, ealuasi ormal, dan ealuasi teoritis keputusan.
Laluasi Semu. Laluasi semu ;P.evao ratvatiov) adalah pendekatan yang
menggunakan metode-metode deskripti untuk menghasilkan inormasi yang
alid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk
menanyakan tentang manaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap
indiidu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari
ealuasi semu adalah bahwa ukuran tentang manaat atau nilai merupakan
sesuatu yang dapat terbukti sendiri ;.etf eriaevt) atau tidak kontroersial.
Dalam ealuasi semu secara khusus diterapkan macam-macam metode
,rancangan eksperimental-semu, kuesioner, random sampling, teknik statistik ,
untuk menjelaskan ariasi hasil kebijakan sebagai produk dari ariabel masukan
dan proses. Namun setiap kebijakan yang ada diterima begitu saja sebagai
tujuan yang tepat.
Laluasi lormal. Laluasi lormal ;orvat ratvatiov) merupakan pendekatan
yang menggunakan metode deskripti untuk menghasilkan inormasi yang
alid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengealuasi
hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan
secara ormal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi
utama dari ealuasi ormal adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara
Bab 2. Tin]auan Pustaka
35
35
ormal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manaat atau nilai kebijakan
program.
Dalam ealuasi ormal digunakan berbagai macam metode yang sama seperti yang
dipakai dalam ealuasi semu dan tujuannya adalah identik yaitu untuk
menghasilkan inormasi yang alid dan dapat dipercaya mengenai ariasi-ariasi
hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses
kebijakan. Meskipun demikian perbedaanya adalah bahwa ealuasi ormal
menggunakan undang-undang, dokumen-dokumen program, dan wawancara
dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk mengidentiikasikan,
mendeinisikan dan menspesiikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan
dari tujuan dan target yang diumumkan secara ormal tersebut tidak ditanyakan.
Dalam ealuasi ormal jenis-jenis kriteria ealuati yang paling sering digunakan
adalah eektiitas dan eisiensi.
Laluasi Keputusan 1eoritis. Laluasi Keputusan 1eoritis ,Decision-
1heoretic Laluation, adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode
deskripti untuk menghasilkan inormasi yang dapat dipertanggungjawabkan
dan alid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh
berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara ealuasi teoritis
keputusan di satu sisi, dan ealuasi semu dan ealuasi ormal di sisi lainnya,
adalah bahwa ealuasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan
membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang
tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para
pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai,
karena semua pihak yang mempunyai andil dalam memormulasikan dan
mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan
target di mana kinerja nantinya akan di ukur.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
36
3
lubungan antara struktur pasar dengan kinerja industri dapat dijelaskan dengan tiga
macam hipotesis. lipotesis pertama yang kemudian lebih dikenal dengan nama
traaitiovat b,otbe.i. menyebutkan adanya hubungan positi antara konsentrasi industri
dengan tingkat proitabilitas. lipotesis kedua yang kemudian dikenal dengan nama
efficievt .trvctvre b,otbe.i. menyatakan bahwa konsentrasi industri tidaklah terjadi secara
acak tetapi lebih merupakan hasil dari eisiensi perusahaan. Perusahaan yang memiliki
keunggulan komparati dalam produksi akan lebih eisien sehingga pangsa pasar yang
dikuasainya juga semakin besar atau pasar menjadi lebih terkonsentrasi. lipotesis yang
ketiga lebih dikenal dengan nama roavct aifferevtiatiov b,otbe.i. menyebutkan bahwa
besarnya pangsa pasar disebabkan oleh adanya dierensiasi produk.
2.4. Perkembangan Kebi]akan Pengembangan
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Jika sejarah upaya pengembangan KUKM diamati dari dulu hingga sekarang, maka
tampak bahwa setiap rezim memiliki okus dan orientasi kebijakan yang berbeda dalam
upaya pengembangan Koperasi dan UKM yang dilakukannya. Akibatnya,
kesinambungan program menjadi masalah dalam upaya pengembangan Koperasi dan
UKM, terlebih di saat pemerintah cepat berganti seperti sekarang ini.
Jejak perkembangan koperasi dan UKM sebenarnya dapat dipaparkan mulai masa pra
kolonial hingga masa reormasi saat ini. Jika dapat diambil, maka Indonesia
sebenarnya memiliki beberapa milestone perkembangan koperasi dan UKM.
Setidaknya ada 11 tonggak perkembangan yang dapat ditetapkan yaitu ,1, Masa pra
kolonial, ,2, masa VOC, ,3, masa lindia Belanda, ,4, masa pendudukan Jepang, ,5,
masa menjelang kemerdekaan, ,6, masa awal kemerdekaan, ,, masa pasca dekrit
presiden kembali ke UUD 1945, ,8, masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, ,9,
masa orde baru, ,10, masa krisis ekonomi, dan ,11, masa reormasi.
Masing-masing masa memiliki tujuan pengembangan kepada koperasi dan UMKM
yang berbeda, berikut ini sekilas penjelasannya ,Iskandar Soesilo, 200,, Masngudi
1990,.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
38
38
antara produsen bahan mori dengan para pengrajin dan pedagang batik. Dari adanya
pola kemitraan yang dibangun oleh pengusaha besar pribumi ini, ekonomi rakyat mulai
mengalami proses komersialisasi dan industrialisasi. lubungan ini menyadarkan
tokoh-tokoh pergerakan saat itu mengenai kemampuan usaha mikro dan kecil untuk
mempertahankan kehidupan masyarakat.
Berkembangnya usaha kecil ini tidak lepas dari dampak perang dunia pertama yang
mengakibatkan terputusnya hubungan antara pemerintahan di tanah jajahan ,lindia
Belanda, dengan negara Belanda.
Sebagian pakar berpendapat bahwa bentuk lembaga seperti koperasi mulai muncul
pada periode kebangkitan nasional ini. Banyak berkembangnya lembaga seperti
koperasi mendorong pemerintahan lindia Belanda untuk menetapkan Peraturan
Perkumpulan Koperasi pada tahun 1915 atau Staatsblad nomor 431 tahun 1915.
Penetapan peraturan ini diikuti dengan pembentukan Komisi Koperasi yang dipimpin
oleh Pro. Dr. Jl Boeke. lasil kerja komisi tersebut melahirkan Peraturan
Perkumpulan Koperasi nomor 91 tahun 192 yang khusus berlaku bagi pribumi.
Pemerintah lindia Belanda pada saat itu juga membentuk Dana Jaminan ,garantie
und, dengan modal awal dari pemerintah sebesar l 120.000 untuk menjadi dana
penjaminan bagi koperasi yang meminjam uang atau kredit pada Bank Rakyat.
Dengan berlakunya undang-undang tersebut, maka dibentuklah sebuah organisasi
pemerintah dengan nama Jawatan Koperasi. Pendirian organisasi ini menandai secara
resmi keterlibatan pemerintah terhadap koperasi di Indonesia. Dengan berdirinya
Jawatan Koperasi, koperasi wajib mendatarkan diri ke jawatan ini.
Krisis Ekonomi Dunia Hingga pendudukan Jepang
Pada tahun 1930 hingga 1945, dunia menghadapi dua kejadian besar yaitu krisis
ekonomi yang melanda hampir semua negara dunia dan perang dunia kedua.
Perkembangan koperasi dan usaha kecil di Indonesia tetap sebagai subordinasi dari
sistem perekonomian kolonial. Kendatipun demikian ada beberapa catatan yang dapat
dilakukan.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
42
42
Pada tahun 1933 pemerintah lindia Belanda mengeluarkan Staatsblad nomor 108,
yaitu peraturan koperasi yang berlaku khusus bagi orang Lropa. 1ahun 1936 krisis
ekonomi dunia berakhir dan pemerintah lindia Belanda melakukan dealuasi mata
uang nya. Dealuasi mata uang membuat komoditas dalam negeri menjadi lebih jauh
murah dibanding komoditas yang menggunakan komponen luar negeri. lal ini
membuat industri kecil yang kebanyakan dijalankan oleh pribumi berkembang dengan
pesat sehingga membawa proses pemulihan kehidupan ekonomi. Beberapa industri
yang maju pesat adalah batik, tekstil, rokok kretek dan juga tenun. Catatan pengusaha
berhasil adalah Nitisemito yang mampu mengembangkan rokok pribumi hingga
mempekerjakan 10.000 orang di pabrik nya.
2.4.4. Masa Pendudukan Jepang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung sejak tahun 1942 hingga tahun
1945. Dalam pemerintahan Jepang undang-undang nomor 91 tahun 192 tetap
berlaku. Koperasi pada masa ini digunakan pemerintah Jepang untuk mendistribusikan
barang-barang kebutuhan rakyat dari pemerintah. Setelah barang habis didistribusikan,
koperasi memperoleh tugas membeli barang-barang dari rakyat seperti kapas, jarak,
iles-iles, dan lain-lain untuk kebutuhan perang. Dalam masa pemerintahannya
pemerintahan Jepang sempat melaksanakan pelatihan perkoperasian bagi pegawai
pemerintah di tahun 1945.
Kondisi perang yang tidak menentu membuat ekonomi rakyat tidak dapat tumbuh
dengan baik. Semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk keberhasilan perang yang
dilakukan oleh pihak Jepang.
2.4.5. Masa Men]elang Kemerdekaan
Menjelang Kemerdekaan diwarnai dengan dinamika tokoh-tokoh nasional untuk
melahirkan suatu pemikiran mewujudkan sistem perekonomian yang tepat untuk
dibangun kelak di alam kemerdekaan. lasil pemikiran tersebut memberikan inspirasi
kepada mereka untuk membangun sistem ekonomi yang dapat mewujudkan
kemakmuran bersama dalam masyarakat. lasil pemikiran tersebut selanjutnya
Bab 2. Tin]auan Pustaka
43
43
Pada tahun 1956, gerakan koperasi kembali melaksanakan kongres yang ke tiga di
Jakarta untuk menuntaskan rancangan Undang-Undang Koperasi yang baru.
Pada tanggal 2 September 1958 lahir Undang-Undang Koperasi nomor 9 tahun 1958
yang dinilai telah mendorong koperasi dibangun secara bottom up. Beberapa jenis
koperasi tertentu, seperti koperasi kopra, koperasi batik, koperasi perikanan dan lain-
lain yang benar-benar tumbuh atas prakarsa masyarakat, nampak mulai tumbuh
dengan baik. UU juga menuntut kewajiban pemerintah untuk melakukan bimbingan
kepada koperasi.
Catatan diatas menunjukkan beberapa tonggak dalam pengembangan koperasi dan
UKM di Indonesia mulai dari awal Kemerdekaan hingga masa berlakunya UUDS
1950, yaitu:
Pembentukan koperasi pada umumnya dikembangkan berdasarkan
pendekatan dari bawah-ke-atas ,bottom up, serta bertumpu pada sendi-sendi
dasar koperasi yang termuat pada masing-masing anggaran dasar koperasi.
Dari sisi jumlah, koperasi tumbuh secara moderat dengan citra yang baik.
Pemerintah dituntut untuk melakukan pembinaan seperti pelaksanaan
pendidikan koperasi, pelatihan dan penyuluhan
Gerakan koperasi secara konsisten memberikan perhatian pada pendidikan
dan bank untuk masyarakat koperasi
Secara umum dorongan yang diberikan kepada ekonomi rakyat pada awal era
kemerdekaan memang belum banyak yang dapat dilaksanakan secara eekti oleh
pemerintah. Ketika Pro. Dr. Sumitro menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan
Perindustrian tahun 1950-1951, pernah melansir gagasan Sumitro Plan`, yang
dimaksudkan untuk mendorong perkembangan industri kecil. Beliau juga mengajukan
Program Benteng` yang dimaksudkan untuk membentuk kelas menengah pedagang
pribumi. Namun gagasan besar tersebut ternyata belum sempat berlanjut karena usia
Kabinet hanya berlangsung enam setengah bulan saja.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
46
4
aspek kelembagaan dan usaha koperasi. Ke dua langkah ini membuat pada akhir tahun
1969, jumlah koperasi yang ada tinggal sekitar 13.349 unit saja dengan anggota
perorangan sekitar 2.23.056 orang.
1973
Langkah strategis yang diambil adalah membangun Pusat Latihan dan Pendidikan
Perkoperasian ,Puslatpenkop, di Jakarta dan beberapa Balai Latihan Koperasi
,Balatkop, di hampir setiap Ibukota propinsi dan pada tahun 193, pemerintah
mengeluarkan Inpres nomor 4 tahun 193 yang atas dasarnya dibangun Badan Usaha
Unit Desa ,BUUD, yang menjadi cikal bakal Koperasi Unit Desa ,KUD,.
Dua langkah ini mulai menata koperasi dan unit usaha yang ada di pedesaan. Sebelum
ada BUUD,KUD, koperasi dipedesaan pada umumnya banyak jumlahnya, dalam
bidang usaha yang beragam, namun memiliki ukuran yang kecil ,anggota, modal, skala
usaha, sehingga kurang eisien. BUUD,KUD mempersatukan koperasi-koperasi kecil
menjadi koperasi yang dapat bekerja dalam skala usaha yang lebih besar yaitu KUD
yang bersiat multiguna.
Sesuai dengan konsep \ilayah Unit Desa ,\ilud, yang dikemukan oleh Pro. Ir.
Sudarsono yang pada waktu itu menjabat Menteri Pertanian, BUUD bersama BRI
Unit Desa dan Penyuluh Pertanian Lapangan ,PPL,, sebagai unsur \ilud, mulai
dilibatkan dalam program Bimbingan Massal ,Bimas,.
Pada dasarnya Inpres 4,193 telah mendorong koperasi pedesaan menjadi koperasi
pertanian yang kegiatan utamanya adalah bisnis komoditi tanaman pangan, ikut
melakukan kegiatan pangan untuk stok nasional, kegiatan usaha penyaluran pupuk
bersubsidi, obat-obatan dan benih. lampir 100 kebutuhan pupuk petani disalurkan
melalui BUUD,KUD setiap tahunnya.
1978-1979
Inpres 4,193 kemudian disempurnakan oleh Inpres 2 tahun 198. Dalam Inpres
2,198 BUUD,KUD terus didorong untuk menjadi koperasi pertanian yang serba
usaha. Kegiatan usaha KUD semakin melebar pada komoditas pertanian lainnya di
luar pangan seperti penanganan tata niaga cengkih, tebu rakyat intensiikasi, kayu
manis, anili, coklat, sawit, rotan, peternakan sapi, kambing, dan domba, peternakan
Bab 2. Tin]auan Pustaka
50
50
unggas. Lebah madu, perikanan dan sebagainya. Usaha pertanian yang akat menonjol
adalah persusuan, cengkih dan tebu rakyat intensiikasi.
Seiring dengan perkembangan usaha yang ditanganinya, pada tahun 198 KUD di
daerah mulai membentuk Pusat KUD ,Puskud, di tingkat propinsi. Selanjutnya pada
tahun 199 Puskud secara bersama-sama mendirikan Induk KUD ,Inkud,.
1984
Inpres 2,198 kemudian disempurnakan lagi oleh Inpres nomor 4 tahun 1984. Inpres
ini untuk mendorong KUD menjadi kopersi pedesaan yang serba usaha dengan bidang
usaha yang lebih luas hingga non pertanian. Beberapa usaha KUD di bidang non
pertanian adalah Kredit Canda Kulak ,KCK,, simpan pinjam kelistrikan, \arung serba
ada ,\aserda,, angkutan pedesaan dan angkutan hasil pertanian, pertambangan rakyat,
industri kecil serta kerajinan.
1989
Pada tahun 1989 dikenalkan program Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan ,PPKL,
yang tujuannya untuk memberikan pendampingan, konsultasi dan adokasi kepada
koperasi.
Pemerintah kemudian membentuk Departemen Koperasi dengan dua Direktorat
Jenderal ,Ditjen, yaitu ,1, Ditjen Kelembagaan Koperasi, yang mengurusi koperasi dan
,2, Ditjen Bina Usaha Koperasi.
Pada Kabinet Pembangunan V, Departemen Koperasi berubah menjadi Departemen
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil ,PPK,.
Dalam masa ini didirikan pula beberapa lembaga penunjang pengembangan koperasi,
antara lain:
1. Lembaga Penjamin Kredit ,191,
2. Bank Umum Koperasi ,190,
3. Koperasi Asuransi Indonesia ,1980,
4. Koperasi Jasa Audit ,1983,
Bab 2. Tin]auan Pustaka
51
51
Pada tahun 1992, diterbitkan UU nomor 25 tahun 1992 tentang Koperasi. Undang-
undang ini diharapkan dapat mempersiapkan koperasi menyingsong abad 21.
Dengan terbentuknya Departemen Koperasi dan PPK maka pada tahun 1993 urusan
pembinaan usaha kecil menjadi salah satu tanggung jawab pemerintah. Untuk itu pada
tahun 1995 dikeluarkan UU Usaha Kecil yang dilengkapi dengan PP nomor 32 tahun
1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.
Pada tahun 1998 terjadi perubahan nomenklatur dimana Departemen Koperasi dan
PPK menjadi Departemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ,UKM,.
Sedangkan sebagai landasan pengembangan UKM pemerintah mengeluarkan Inpres
nomor 10 tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.
Beberapa asilitas kredit dan pembiayaan yang mempengaruhi perkembangan koperasi
dan usaha kecil pada masa ini adalah:
1ahun 1969. lasilitasi Kredit Industri Kecil ,KIK, dan Kredit Modal Kerja
Permanen ,KMKP,.
1ahun 1982. Kredit Lkspor dan Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Program Perkebunan Rakyat plasma inti
Program Peremajaan, Rehabilitasi 1anaman Lkspor ,PRP1L,
Skim Kredit Khusus untuk usaha kecil dan koperasi seperti untuk perumahan
rakyat, Keppres 14A tahun 1980, kredit untuk guru, kredit untuk mahasiswa.
Kebijakan paket Juni 1983 yang antara lain mengatur penghapusan pagu
kredit perbankan, kebebasan perbankan untuk mengatur kebijakan perkreditan
masing-masing, serta penyediaan KLBI untuk kegiatan yang berprioritas tinggi
seperti swasembada pangan, ekspor non migas dan perkebunan,
pengembangan usaha kecil dan koperasi dalam kerangka KIK dan KMKP.
Memperluas kredit mini menjadi Kredit Umum Pedesaan ,Kupedes, yang
dilakukan oleh BRI.
Bab 2. Tin]auan Pustaka
53
53
Menyediakan pembiayaan bagi usaha kecil dalam bentuk Kredit Modal Kerja
berdasarkan Keppres 29 tahun 1984
Kredit kepada Penyuluh Pertanian
Kebijakan tahun 1986 yang menetapkan kegiatan plasma dan inti pada PIR
1rans dapat didukung dengan KLBI
Paket Kebijakan 2 Oktober 1988 yang melakukan deregulasi lanjutan atas
kelembagaan perbankan
Kebijakan tahun 1989 yang merupakan penyempurnaan skim kredit ekspor
Paket Kebijakan Januari 1990 yang mengubah kebijakan perkreditan dari
pendekatan subsidized selected credit policy` menjadi market oriented credit
policy`, dan Bank Indonesia tidak lagi sebagai lender o the irst resort tetapi
menjadi lender o the last resort, mengurangi ketergantungan KLBI, dan
KLBI hanya untuk mendukung kredit kepada koperasi seperti KU1, kredit
KUD, Kredit kepada Koperasi Primer dan Anggotanya ,KKPA,, serta
kewajiban perbankan untuk menyediakan sekurang-kurangnya 20 dari
portolio kreditnya untuk KUMKM.
Paket Kebijakan lebruari 1991
Paket Kebijakan Mei 1993
Pembatasan bantuan teknis dari Bank Indonesia melalui Proyek
Pengembangan Usaha Kecil ,PPUK,
Pengembangan program two step loan` atas beberapa bantuan kredit dari
luar negeri, dan pengembangan Bank Perkreditan Rakyat ,BPS,
Kebijakan lain yang menunjukkan dukungan kepada pengembangan koperasi dan
UKM adalah:
Kebijakan Kemitraan Usaha
Bab 2. Tin]auan Pustaka
54
54