Anda di halaman 1dari 33

SAYA MINTA Bu Sutarti dan Pak Sugiyatno untuk ketemu langsung dulu,klarifikasi, terlalu banyak bagian yang sama

persis,baik struktur kalimat maupun kesalahannya, sebelum koreksi dilanjutkan PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATERI MEMAHAMI DAUR HIDUP BERAGAM JENIS MAKHLUK HIDUP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZTION ( TAI ) DI KELAS IV SD NEGERI 1 BUMISARI

PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Syarat untuk Melakukan Penelitian

oleh SUTARTI 1001580647

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2011 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proses pendidikan di sekolah merupakan sebuah sistem yang meliputi berbagai hal, diantaranya siswa sebagai subjek belajar, guru sebagai fasilitator pembelajaran, materi pelajaran, model pembelajaran dan faktor pendukung lainnya. Dengan demikian pada intinya pendidikan merupakan kegiatan pembelajaran. Pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama yakni sekolah, orangtua, dan masyarakat. Guru di sekolah merupakan orang tua yang sangat berperan di dalam menentukan masa depan bangsa dan negara. Oleh karena itu bidang pendidikan diyakini menjadi tulang punggung dalam upaya memajukan bangsa dengan mencetak sumber daya manusia yang handal dan tangguh, berakhlak mulia, sehat, cerdas, mandiri dan bertanggung jawab. Namun dalam kenyataannya bidang pendidikan belum dapat berbuat banyak untuk dapat memenuhi harapan masyarakat. Banyak indikator yang menunjukkan tentang mutu pendidikan di Indonesia yang belum tergolong baik. Sepertinya prestasi siswa masih kalah jauh di banding prestasi siswa dari negara lain, walaupun ada sebagian kecil prestasi siswa Indonesia yang sangat memuaskan. Faktor yang menyebabkan mutu pendidikan masih kurang memuaskan dapat dipengaruhi oleh siswa maupun dari guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang secara langsung ikut mencerdaskan anak-anak bangsa adalah IPA. Di samping itu IPA merupakan pelajaran yang mengarahkan siswa untuk menjadi manusia berpikir logis, kritis dan kreatif. Namun pada kenyatannya masih banyak siswa yang berpikirnya

belum logis, kritis dan kreatif. Terbukti masih banyak siswa yang tidak lulus karena nilai IPAnya masih di bawah standar kelulusan. Belajar dari kenyataan tersebut maka seorang guru harus mengubah pembelajaran dari cara-cara yang konvensional menjadi pembelajaran yang bermakna. Guru harus menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif. Guru di kelas dalam proses pembelajaran, berperan sebagai fasilitator yang harus memahami teknik-teknik pembelajaran dan mampu menciptakan motivasi belajar siswa. Motivasi merupakan salah kunci utama untuk memperlancar dan membangunkan gairah siswa dalam mempelajari sesuatu. Banyak siswa yang kurang senang belajar IPA atau gagal belajar IPA karena tidak ada motivasi. Mengapa tidak ada motivasi? karena tidak tahu tujuan dan manfaat belajar, sikap guru yang kurang mendukung siswa dalam membangkitkan motivasi belajar dan kondisi lingkungan yang cenderung konsumeritis (bersifat kebendaan) saja, tetapi lupa bahwa nilai-nilai penting ditentukan oleh pengetahuan dan pola pikir. Pada umumnya setiap peserta didik tentu ingin mencapai prestasi belajar yang maksimal. Dalam kegiatan belajar prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran yang pengukurannnya menggunakan tes. Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mengikuti serangkaian kegiatan belajar yang biasa diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai. Pencapaian prestasi belajar pada sekolah dasar SD Negeri 1 Bumisari masih dibawah rata-rata yaitu 55,67 dengan jumlah siswa mencapai ketuntasan belajar sebesar 30%, sehingga keadaan sekolah keberadaan posisi prestasi anak rendah dan sangat memprihatinkan. Rendahnya prestasi belajar tersebut

mengundang dan menjadi cambuk bagi kita untuk bekerja dan belajar lebih giat lagi. Kenyataan yang dijumpai pada mata pelajaran IPA sebelum dilakukan tindakan kelas hasil ulangan harian menunjukan nilai rata-rata rendah. Pada ulangan harian 1 nilai tertinggi 90, nilai terendah 30 dan rata-ratanya 55,67. Pada ulangan tersebut hanya ada 9 siswa yang dapat dikatakan tuntas belajar yaitu 30% yang memenuhi KKM 65, sedangkan 21 siswa tidak tuntas belajar. Pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diakhiri latihan soal. Rendahnya perolehan prestasi belajar IPA disebabkan oleh beberapa faktor antara lain materi IPA yang sulit dipahami karena bersifat teoritis, hafalan, banyak menggunakan bahasa ilmiah dan penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan disekolah. salah satunya dengan

diberlakukanya Kurikulum 2004 (KBK) di semua jejang pendidikan sekolah. Dalam KBK salah satu proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah menekankan kepada upaya untuk mengembangkan kreativitas secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari mulai bergesarnya peran guru dari yang semula mendominasi kelas, kini harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dan kreatif di kelas. Diduga peserta didik sekarang mengalami penurunan kreativitas seperti yang diharapkan dalam KBK. Hal tersebut dapat dilihat dari data dimana ketuntasan belajar hanya mencapai 30%

yang memenuhi KKM yaitu 65, sehingga anak menjadi sukar berpartisipasi dalam kehidupan kesehariannya karena minimnya kreativitas yang dimiliki. Proses pembelajaran IPA di SD harus dilakukan dengan cara yang tepat sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Hal ini disebabkan guru dalam mengajar harus menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, menggunakan metode yang tepat dan bervariasi, serta harus mengontrol dan mengevaluasi kegiatan peserta didik. Namun pada

kenyataannya banyak guru SD yang dalam proses pembelajaran IPA kurang memperhatikan variasi cara pembelajaran, sehingga berdampak pada cara pembelajaran yang bersifat monoton. Hal tersebut disebabkan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional yang selalu menggunakan metode pembelajaran ceramah yang bersifat klasikal, tanpa pernah diselingi dengan metode yang lebih membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Keadaan tersebut berpengaruh langsung terhadap menurunnya motivasi peserta didik untuk belajar IPA dan berdampak pada rendahnya prestasi pembelajaran IPA. Keberhasilan pendidikan pada umumnya dinilai dari perolehan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Semua ini dicapai melalui proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan bermakna. Salah satu upaya untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat, menarik serta dapat menciptakan dan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sehingga peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya yang tepat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam

belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Teams Assisted Individualization). TAI merupakan pengembangan antara belajar kooperatif dengan belajar individual. TAI (Teams Assisted

Individualization) dirancang untuk sebuah pembelajaran kelompok dengan cara mengatur para siswa belajar dalam kelompok-kelompok dan bertanggung

jawab dalam pengaturan dan pengecekan secara rutin. Juga melatih untuk bersosialisasi dengan baik, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Melalui cara ini, mengajak siswa untuk berkembang pada individu atau kelompok pengajaran kecil. Hal ini guru hanya memberi penjelasan singkat dari materi selama guru memberikan pengajaran secara langsung. Sehubungan hal tersebut di atas maka perlu adanya penelitian tindakan kelas di SD Negeri 1 Bumisari. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada proses pembelajaran IPA.

B. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Assisted Individualiztion (TAI) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas IV SD Negeri 1 Bumisari pada mata pelajaran IPA?

2.

Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Assisted Individualiztion (TAI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas IV SD Negeri 1 Bumisari pada mata pelajaran IPA?

C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang masing-masing tujuan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Tujuan Umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Bumisari. 2. Tujuan Khusus a. untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV di SD Negeri 1 Bumisari. b. untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV di SD Negeri 1 Bumisari.

D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. a. Manfaat Teoritis Sebagai bahan alternatif untuk meningkatkan motivasi

dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI.

b.

Sebagai dasar pemikiran untuk penelitian selanjutnya,

baik oleh peneliti maupun peneliti yang lainnya. 2. a. 1) Manfaat Praktis Bagi siswa Meningkatkan aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran IPA sehingga motivasi dan prestasi belajarnya meningkat. 2) Meningkatkan kepercayaan diri dalam

berlatih mengemukakan pendapat dan ide / pikirannya. 3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. 4) b. 1) Pembelajaran lebih bermakna. Bagi guru Mengembangkan kreativitas dan inovasi

pembelajaran yang efektif dan efisien melalui pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe TAI. 2) Meningkatkan profesionalisme guru dalam

melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. 3) Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap

peningkatan mutu pendidikkan. 4) Meningkatkan kemampuan mendesain

pembelajaran yang bermakna bagi siswanya. c. Bagi sekolah

1)

Sebagai

bahan

pertimbangan

terhadap

peningkatan kinerja guru 2) Sebagai upaya peningkatan kualitas

pengelolaan pengajaran. 3) akademik. 4) khususnya guru. d. Bagi Peneliti Meningkatkan kualitas sumber daya sekolah Meningkatkan mutu sekolah dalam bidang

Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan mengenal cara belajar yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan interaktif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Deskripsi Teori Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Winkel (1996: 53), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman dalam nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Sedangakan menurut Slameto (1991: 2), Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Howard L. Kingsley (1957 : 12) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broadersense) in originated or changed thoruough practice or training. (belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).Dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

laku/kegiatan, reaksi terhadap lingkungan dan pada diri seseorang sesuai dengan aktifitas mental/psikis untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah laku yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Tim MKDK (1996: 10), pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Sedangkan menurut Wartono (2004: 15), pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, ketrampilan/sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.

2. a.

Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu Movere yang berarti mengerjakan. Pengertian motivasi berasal dari kata Motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2003: 73), Motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan menurut Morgan (dalam I. Prasetya, dkk. 1994), motivasi berkaitan dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek aspek yaitu: 1) Keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states). 2) Tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated

behavior). 3) Tujuan dari tingkah laku tersebut (gooals or end of such behavior).

b.

Hakikat motivasi belajar Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi: 1) 2) 3) 4) 5) 6) adanya hasrat dan keinginan berhasil. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. adanya harapan dan citacita masa depan. adanya penghargaan dalam belajar. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. (Menurut, Hamzah, 2007) c. 1) Motivasi berdasarkan sifatnya dibagi : Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri tanpa dipengaruhi oleh sesuatu hal apapun dari luar dirinya.

Strategi

untuk

menimbulkan

motivasi

intrinsik

adalah:

a)

Membangkitkan rasa ingin tahu. b) Membangkitkan semangat belajar. c) Menggunakan prestasi / inovasi yang beraneka ragam.

2)

Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk mencapai tujuan

belajar dalam diri siswa yang ditimbulkan dari luar. Strategi untuk menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah: a) Memberikan harapan yang jelas pada pembelajar. b) Balikan yang jelas, misalnya: proses belajar tidak lepas dari evaluasi. c) Balikan yang segera, misalnya : tes, evaluasi, dan ulangan harian. d) Balikan yang sering, misalnya: mengadakan ulangan tiap bab sub pokok bahasan. d. 1) Fungsi Motivasi Dalam Belajar Mendorong manusia untuk berbuat yakni sebagai

penggerak atau motor yang melepaskan energi; 2) Menetukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang

hendak dicapai; 3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfat bagi tujuan tersebut.

3. a.

Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang prestasi belajar diantaranya adalah: 1) Menurut Winkel (1990: 102), prestasi belajar

adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan tugas. 2) Menurut Poerwadarminto (1996: 796) dalam

kamus bahasa Indonesia, dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau dikerjakan. 3) Menurut Azwar (1996: 164) prestasi dapat

dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indek prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan semacamnya. Jadi prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan tugas yang dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indek prestasi studi angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam

diri individu maupun dari luar individu. Pengenalan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting, artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar sebaikbaiknya.

b.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Purwanto (1990: 102) faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dibagi 2 golongan : 1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. Yang termasuk faktor individual antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individual yang kita sebut faktor sosial antara lain: faktor keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

4.

Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie 2002:31)

pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok dengan unsur dasar yang meliputi : a. Ketergantungan positif. b. Tanggung jawab perseorangan. c. Tatap muka.

d. Komunikasi antar anggota. e. Evaluasi proses kelompok Pembelajaran kooperatif secara umum menyangkut teknik pengelompokan yang didalamnya siswa bekerja secara terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4 atau 5 orang. Pengelompokan heterogen merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim (2000: 6) pembelajaran kooperatif memiliki ciriciri sebagai berikut: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara berkelompok untuk menuntaskan materi belajarnya, 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) Bila mana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, 4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dan berusaha keras membantu dan mendorong teman-temanya untuk bersama-sama berhasil dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa secara bersama-sama bertanggungjawab atas pembelajaran yang dilakukan. Penekanan

keberhasilan berdasar pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang hanya

dapat dicapai apabila semua anggota kelompok mempelajari dengan baik materi yang diajarkan.

Menurut Slavin tipe-tipe dalam pembelajaran kooperatif antara lain : a. Teams Assisted Individualization (TAI)

Tipe ini mengkombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal bertahap yang harus dikerjakan sendiri terlebih dahulu. Setelah itu mengecek hasil kerjanya dengan anggota lain. Bila seorang siswa telah mampu mengerjakan soal pada satu tahap maka siswa yang bersangkutan dapat mengerjakan soal pada tahap berikutnya. b. Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam bentuk kelompok

Tipe pembelajaran ini merancang siswa

dengan beranggotakan 4-5 orang yang dicampur baik jenis kelamin, etnik dan kemampuan. Siswa dalam kelompok saling memotivasi, mendorong dan membantu dalam menyelesaikan latihan/tugas dan memahami suatu pelajaran. c. Teams-Games-Tournament (TGT)

Dalam tipe ini siswa setelah belajar dalam kelompoknya masingmasing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan

dipertemukan dalam suatu perbandingan/tournament yang dikenal dengan tournament table, yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang didapat akan memberikan konstribusi pada rata-rata skor kelompok.

d.

Cooperative Integrated and Composition (CIRC)

Sejenis dengan TAI hanya lebih ditekankan pada pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. e. Jigsaw II

Seperti pada STAD dan TGT siswa dikelompok, tiap anggota kelompok diberi tugas yang berbeda satu dengan yang lainnya dari sebuah team yang akan dibahas. Selanjutnya mereka

mendiskusikannya dan saling mengajarkan satu dengan yang lainnya. Sehingga mereka saling memahami materi secara keseluruhan. Pemberian tes diberikan dengan materi menyeluruh.

5.

Tipe TAI (Teams Assisted Individualization) Menurut Slavin dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan

pengembangan antara belajar koopertaif dengan belajar individual. TAI dirancang untuk sebuah pembelajaran kelompok dengan cara mengatur para siswa belajar dalam kelompok-kelompok dan bertanggung jawab dalam pengaturan dan pengecekan secara rutin. TAI juga melatih untuk bersosialisasi dengan baik, saling membantu memecahkan masalah dan

saling mendorong untuk berprestasi. Pembelajaran kooperatif tipe TAI mengajak siswa untuk berkembang pada individu atau kelompok pengajaran kecil. Hal ini guru hanya memberi penjelasan singkat dari materi selama guru memberikan pengajaran secara langsung. Menurut Slavin, langkah-langkah pembelajaran tipe TAI adalah sebagi berikut : a. Guru menginformasikan kepada siswa tentang sistem pembelajaran kooperatif tipe TAI. b. Pembuatan kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang siswa dengan kemampuan heterogen. c. Para siswa membaca lembar petunjuk dan meminta teman sekelompok atau guru untuk membantu bila perlu. Kemudian mereka memulai dengan keterampilan memecahkan masalah. d. Masing-masing siswa mengerjakan soal, misalnya 4 soal pertama dengan menggunakan praktek keterampilannya sendiri dan kemudian meminta seorang teman sekelompok untuk memeriksa jawabannya. Bila keempat jawaban soal tersebut benar, siswa tersebut boleh meneruskan pada praktek ketrampilan berikutnya. Bila ada yang salah maka siswa tersebut harus mencoba soal berikutnya dengan bentuk yang sama dan seterusnya sampai mendapatkan empat jawaban yang benar. Jika ada siswa yang mengalami kesulitan di tingkat ini, disarankan untuk meminta bantuan kelompok mereka sebelum meminta pada guru.

e.

Bila siswa sudah mendapatkan empat jawaban yang benar, siswa tersebut akan ikut tes formatif yang menyerupai praktek ketrampilan terakhir. Pada saat tes formatif ini siswa bekerja sendiri sampai selesai. Seorang teman sekelompok menandai tes tersebut untuk menunjukkan bahwa siswa tersebut telah lulus dan berhak untuk ikut tes unit.

f.

Siswa menyelesaikan tes unit yang merupakan tes terakhir untuk menentukan keberhasilan. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran tipe TAI antara lain : a. Guru akan terlibat secara minimal dalam pengaturan dan

pengecekan rutin. b. Guru akan menggunakan paling sedikit separuh waktunya

mengajar dalam kelompok-kelompok kecil. c. d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan. Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif

diantara siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda. e. f. g. Pelaksanaan program sederhana. Siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti dan cepat. Para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain.

Kelemahan pembelajaran tipe TAI :

a.

Bila interaksi dengan teman kurang terarah membuat kelas

menjadi gaduh. b. Pembahasan materi memerlukan waktu relatif lebih lama

dan kelengkapan alat atau media. c. Memerlukan kesabaran anggota lain dalam suatu

kelompok untuk membantu siswa yang lemah.

B. Kerangka Berpikir Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Dengan meningkatnya kemandirian belajar siswa diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa yang diperolehnya. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan pengembangan antara belajar kooperatif dengan belajar individual. TAI dirancang untuk sebuah pembelajaran kelompok dengan cara mengatur para siswa belajar dalam kelompok-kelompok dan bertanggung jawab dalam pengaturan dan pengecekan secara rutin. Juga melatih untuk bersosialisasi dengan baik, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Melalui cara ini, mengajak siswa untuk berkembang pada individu atau kelompok pengajaran kecil. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, guru dituntut menyajikan materi dan mengelola siswa dalam KBM senantiasa menyenangkan dan tidak membosankan dengan model pembelajaran yang variatif. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI akan menjadi solusi terbaik bagi guru agar

tercipta KBM yang diinginkan. Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukan di bawah ini.

Kondis i Awal

Guru: Belum Menggunakan Pendekatan Model Pembelajaran Kooperastif tipe TAI Guru : Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

Siswa: Motivasi dan prestasi belajar siswa Rendah

Tindaka n

Siklus I: Hasil Motivasi... dan Prestasi rata-rata ... Siklus II: Hasil Motivasi...dan Prestasi rata-rata...

Kondis i Akhir

Siswa : Motivasi dan prestasi belajar meningkat

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat diasumsikan hipotesis tindakan penelitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada materi memahami daur hidup beragam jenis makhluk hidup di kelas IV SD Negeri 1 Bumisari.

BAB III METODE PENELITIAN

A. 1.

Setting Penelitian Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga karena letaknya strategis. Adapun alasan pemilihan tempat dikarenakan pada SD Negeri 1 Bumisari ditemukan adanya motivasi dan prestasi rendah. 2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada semester gasal bulan NopemberDesember tahun pelajaran 2011/2012. 3. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, apabila belum berhasil akan dilanjutkan kesiklus berikutnya, masing masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan waktunya 2 x 40 menit, dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai dengan menggunakan pembelajaran koopeeratif tipe TAI. Penelitiann tindakan kelas ini berkolaborasi dengan guru kelas IV SD

Negeri 1 Bumisari, sehingga penelitian ini tidak mengganggu tugas pokok guru dalam melakukan proses pembelajarannya. Dengan berkolaborasi dengan guru kelas IV SD Negeri 1 Bumisari, peneliti dapat memperoleh informasi masalah masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar di kelas, mengapa timbul masalah demikian, apa saja penyebab masalah tersebut dan sampai ditemukan pemecahannya. Dengan demikian kualiatas proses belajar mengajar jadi lebih efektif, dan ditingkatkan serta juga dapat meningkatkan pula prestasi belajar. B. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Bumisari yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki laki dan 16 siswa

perempuan dengan latar belakang pendidikan yang heterogen. Bukan hanya siswa yang terlibat dalam penelitian ini tetapi juga guru kelas IV SD Negeri 1 Bumisari.

C.

Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

angket, lembar observasi dan tes. Angket motivasi siswa digunakan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan motivasi belajar siswa. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aktivitas guru dalam mengajar dengan pembelajaran serta lembar observasi siswa digunakan untuk mencatat aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan tes digunakan untuk

mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar siswa dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan.

D.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Observasi Menurut Sudijono (1996: 76) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. 2. 1. Tes Prestasi Pre- tes Pre tes yaitu tes yang dilaksanakan sebelum materi pelajaran dimulai. Maksud dari tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik terhadap materi yang akan diberikan. Kemampuan awal ini merupakan dasar untuk kelanjutan materi yang akan dipelajari oleh peserta didik. 2. Pos- tes Pos tes yaitu tes yang diberikan setiap guru selesai menyampaikan materi. Maksud dari tes ini adalah untuk penjagaan

sejauh mana daya serap peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.

3.

Angket (Kuisioner) Angket merupakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh

orang yang akan dievaluasi. Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengukur perkembangan motivasi belajar siswa.

E.

Analisis Data

1. Prestasi Belajar Untuk mengetahui prestasi belajar siswa digunakan data kuantitatif dengan menggunakan presentase dan mencari rata-rata (X). Menurut Sudjana (1995: 109) untuk mencari nilai rata-rata (X) digunakan rumus : X= X N

Keterangan: X X N : rata-rata : jumlah seluruh skor : banyaknya siswa

Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa, maka menggunakan rumus: TB= S 6,5 x100% N

2. Lembar Observasi Guru dan Lembar Observasi Siswa Observasi guru digunakan dengan tujuan untuk mengamati kegiatan guru pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif berlangsung. Adapun penyusunan pedoman penilaian: a. Kriteria Penskoran 1 = Kurang baik 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik b. Penilaian NP = R x 100 SM

NP = Nilai persen yang dicari R = Skor yang dicari SM = Skor Maksimum 100 = Bilangan tetap c. Kriteria ketuntasan pembelajaran < 60% = Pengolahan pembelajaran kurang

60%-69% = pengolahan pembelajaran cukup baik 70% - 84% = Pengolahan pembelajaran baik 85% - 100% = Pengolahan pembelajaran sangat baik 3. Angket Motivasi Siswa

Data motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA bertujuan mengetahui motivasi belajar siswa. Adapun penyusunan pedoman penskoran adalah menggunakan 4 skala. (lihat lampiran) F. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dikatakan berhasil apabila : 1. Peningkatan motivasi belajar pada materi memahami daur hidup

beragam jenis makhluk hidup dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sekurang kurangya perolehan rata-rata motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II dalam kategori baik. 2. Peningkatan prestasi belajar pada materi memahami daur hidup

beragam jenis makhluk hidup dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI Sekurang kurangya 85 % jumlah siswa telah memenuhi KKM mata pelajaran IPA yaitu 65.

G. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian action research yang dilakukan dikelas. Menurut metode Kemmis dan Mc Taggart (dalam Zuriah, 2003: 72) prosedur PTK yang digunakan yaitu mekanisme siklus, dengan prosedur penelitian sebagai berikut : a) Perencanaan (Planning), b) Tindakan (acting), c) Pengamatan (Observing), dan d) refleksi (reflecting). Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Perencanaan (planning)

Pengamatan (observing)

Secara rinci, prosedur penelitian dalam setiap siklus adalah : Refleksi (Reflecting) I. Persiapan a. Peneliti

dan praktisi (guru) menetapkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA . b. soal pre- tes c. perencanaan pengajaran yang akan dilakukan d. dan melengkapi alat dan media pembelajaran e. lembar observasi f. soal pos- tes g. n alat evaluasi. II. Pelaksanaan Tindakan Mendesai Membuat Membuat Membuat Membuat Membuat

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. Adapun kegiatan tersebut, meliputi : No 1. Kegiatan Guru Apersepsi : Membangkitkan motivasi, memberi pengantar, menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Kegiatan inti : Membagi peserta didik dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didik setiap kelompok. Membagi materi dan kuis pendek kepada setiap kelompok Memberi instruksi untuk bekerja sama dalam belajar dan saling membantu dalam belajar dalam kelompok tersebut. Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TAI. Membuat skor individu dan skor kelompok untuk diumumkan untuk menentukan ketuntasan belajar Membuat kesimpulan Penutup : Guru membagi materi dan instruksi untuk tugas selanjutnya III. Observasi Kegiatan Peserta Didik Memperhatikan penjelasan guru Menggali kemampuan awal dengan berdiskusi antar anggota kelompok Merespon penjelasan guru, Menjalankan instruksi guru dengan bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menjalankan proses pembelajaran yang sudah direncanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Bersama guru membuat kesimpulan

2.

3.

guru.

Merespon penjelasan

Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi oleh peneliti dan observer terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Mekanisme observasi adalah: No 1. Obyek Pengamatan Aktivitas peserta didik Prosedur Pengamatan Aktivitas peserta didik diukur menggunakan lembar pengamatan oleh observer dan untuk mempermudah pengamatan, tiap kelompok diberi nomor kelompok Partisipasi anak didik diukur oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang meliputi : Mengajukan pertanyaan Menyampaikan pendapat Mengajukan sanggahan Mengerjakan tugas Pengisian lembar observasi dengan menggunakan tanda pada kolom observasi yang sesuai

2.

Partisipasi peserta didik

IV. Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis. Berdasar hasil analisis data tersebut, peneliti dan guru berkolaborasi melakukan refleksi tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini, peneliti dan guru dapat mengetahui keberhasilan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan mengetahui kelemahan/kendala yang dihadapi pada siklus I. Tahap selanjutnya adalah membuat rencana/rancangan tindakan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A& Supriyono, W. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Arikunto, S. 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta.: Rineka Cipta. Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Ibrahim : 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press Unesa. Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Grasindo. Nasution. S. 2000. Didaktik Asas - asas Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Ngalim, P. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Pasaribu, I.L, Simanjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Tarsito. Bandung

Poerwadarminto, WJS. 1996. Kamus Umum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Prasetya, I, dkk. 1994. Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan. Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Jakarta Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, RE. 1995. Kooperatif Learning, Theory, Reseach and Practice. Allyn & Baron. USA. Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja. Grafindo Persada. Sudjana, N. 1990. Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Sukidin, dkk. 2002. Manajemen penelitian tindakan kelas. Insan Cendekia. Bandung Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukuran. Bumi Askara. Jakarta Wasty Soemanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Winkel. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai