Anda di halaman 1dari 5

KASUS : Ners S. Perawat yang mempelajari hadist Bukhary yang memberikan ilustrasi alam transcendental. Ia bertugas di R.

ICU merawat klien terminal dengan Decomp Cordis menjelang sakaratul maut, pasien sangat kesakitan dan pernah minta Euthanasia Killing. Istri klien pernah melakukan Aborsi Karena gagal KB. Sedangkan perawat Ners Suci mengikuti program bayi tabung karena ingin punya anak.

1. Tugas perawat yang tidak tepat pada klien di atas : 2. Maksud transcendental pada kasus di atas adalah :

3. Pernyataan yang paling tepat berkaitan dengan garis-garis pendek vertical pada gambar di atas ! 4. Pernyataan yang paling tepat berkaitan dengan garis panah tengah yang memanjang !

5. Pernyataan yang tepat mengenai Euthanasia Killing pada kasus di atas ! 4 essai Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (Kapita Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260).

Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula, kemudian dalam bentuk mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi) Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syari berikut. Firman Allah SWT : Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu. (TQS Al Anaam : 151) Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut syara). (TQS Al Isra` : 33) Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh. http://www.gaulislam.com/aborsi-dalam-pandangan-hukum-islam

7 esai Transplantasi organ ketika masih hidup,


Yang dimaksud disini adalah donor anggota tubuh bagi siapa saja yang memerlukan pada saat si donor masih hidup. Donor semacam ini hukumnya boleh. Karena Allah Swt memperbolehkan memberikan pengampunan terhadap qisash maupun diyat. Allah Swt berfirman: Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (TQS al-Baqarah [2]: 178)

Namun, donor seperti ini dibolehkan dengan syarat. Yaitu, donor tersebut tidak mengakibatkan kematian si pendonor. Misalnya, dia mendonorkan jantung, limpha atau paruparunya. Hal ini akan mengakibatkan kematian pada diri si pendonor. Padahal manusia tidak boleh membunuh dirinya, atau membiarkan orang lain membunuh dirinya; meski dengan kerelaannya. Allah Swt berfirman: Dan janganlah kamu membunuh dirimu. (TQS an-Nisa [4]: 29). Selanjutnya Allah Swt berfirman: Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS al-An'am [6]: 151) Sebagaimana tidak bolehnya manusia mendonorkan anggota tubuhnya yang dapat mengakibatkan terjadinya pencampur-adukan nasab atau keturunan. Misalnya, donor testis bagi pria atau donor indung telur bagi perempuan. Sungguh Islam telah melarang untuk menisbahkan dirinya pada selain bapak maupun ibunya. Allah Swt berfirman: Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. (TQS alMujadilah [58]: 2) Selanjutnya Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang menasabkan dirinya pada selain bapaknya, atau mengurus sesuatu yang bukan urusannya maka atas orang tersebut adalah laknat Allah, Malaikat dan seluruh manusia. Sebagaiman sabda Nabi saw: Barang siapa yang dipanggil dengan (nama) selain bapaknya maka surga haram atasnya Begitu pula dinyatakan oleh beliau saw: Wanita manapun yang telah mamasukkan nasabnya pada suatu kaum padahal bukan bagian dari kaum tersebut maka dia terputus dari Allah, dia tidak akan masuk surga; dan laki-laki manapun yang menolak anaknya padahal dia mengetahui (bahwa anak tersebut anaknya) maka Allah menghijab Diri-Nya dari laki-laki tersebut, dan Allah akan menelanjangi (aibnya) dihadapan orang-orang yang terdahulu maupun yang kemudian. Adapun donor kedua testis maupun kedua indung telur, hal tersebut akan mengakibatkan kemandulan; tentu hal ini bertentangan dengan perintah Islam untuk memelihara keturunan.

Transplantasi Organ yang dilakukan setelah mati


Adapun transplantasi setelah berakhirnya kehidupan; hukumnya berbeda dengan donor ketika (si pendonor) masih hidup. Dengan asumsi bahwa disini diperlukan adanya penjelasan tentang hukum pemilikan terhadap tubuh manusia setelah dia mati. Merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwa setelah kematiannya, manusia telah keluar dari kepemilikan serta kekuasaannya terhadap semua hal; baik harta, tubuh, maupun istrinya. Dengan demikian, dia tidak lagi memiliki hak terhadap tubuhnya. Maka ketika dia memberikan wasiat untuk mendonorkan sebagian anggota tubuhnya, berarti dia telah mengatur sesuatu yang bukan haknya. Jadi dia tidak lagi diperbolehkan untuk mendonorkan tubuhnya. Dengan sendirinya wasiatnya dalam hal itu juga tidak sah. Memang dibolehkan untuk memberikan sebagian hartanya, walaupunl harta tersebut akan keluar dari kepemilikannya ketika hidupnya berakhir. Tetapi itu disebabkan karena syara' memberikan izin pada manusia tentang perkara tersebut. Dan itu merupakan izin khusus pada harta, tentu tidak dapat diberlakukan terhadap yang lain. Dengan demikian manusia tidak diperbolehkan memberikan wasiat dengan mendonorkan sebagian anggota tubuhnya setelah dia mati. Dengan demikian Rasulullah saw melarang untuk merampas dan menyakiti (si mati). Memang benar bahwa melampaui batas terhadap orang mati dengan melukai atau memotong atau bahkan memecahkan (tulang) tidak ada jaminan (diyat) sebagaimana ketika dia masih hidup. Akan tetapi jelas bahwa melampaui batas terhadap jasad si mati atau menyakitinya dengan cara mengambil anggota tubuhnya adalah haram; dan haramnya bersifat pasti (qath'i). http://fosmik-unhas.tripod.com/buletin.html

Donor organ tubuh, seperti yang difatwakan oleh Mufti Azhar, Syeh Jadulhaq Ali Jadul Haq, tanggal 5 Desember 1979 memperbolehkan donor anggota tubuh dengan ketentuan sbb: 1. Apabila tidak membahayakan penyumbang donor. 2. Donor ayng diberikan setelah meninggal, harus dengan wasiat yang menjelaskan donor tersebut dan atau seizin ahli waris. 3. Tidak dihalalkan meminta imbalan, artinya donor diberikan dengan sukarela dan tabarru' (demi kebaikan dan menolong orang yang sakit), karena memperjual belikan anggota tubuh manusia adalah haram. Dengan demikian, tidak diperbolehkan meminta imbalan. Landasan yang digunakan dalam masalah ini adalah asas maslahah, oleh karena itu batas diperbolehkannya donor juga sejauh kemaslahatan dapat terwujud. Maslahat yang dimaksud adalah maslahat agama dan kemanusiaan. Donor yang tidak mendatangkan maslahat atau yang justru mendatangkan madlarat dan kerugian, tidak diperbolehkan. (Fatawa Azhariyah) Fatwa Lajnah Fatwa Azhar, No. 1323.

Demikian halnya donor darah hukumnya boleh saja untuk tujuan kemasalahatan, misalnya untuk membantu menyembuhkan orang sakit atau untuk mempercepat kesembuhannya. Di sini juga disyaratkan tidak membahayakan pemberi donor. Dalam donor darah juga tidak diperbolehkan meminta imbalan, karena ini akan mendekati kepada masalah jual beli anggota tubuh manusia yang diharamkan agama.

http://www.forumbebas.com/thread-26420.html

Anda mungkin juga menyukai