Anda di halaman 1dari 4

Si Pitung Suatu hari di kampung Rawabelong, hiduplah sepasang suami istri bernama Bang Piun dan Pok Pinah.

Mereka mempunyai seorang anak yang bernama Pitung. Mereka menitipkan anaknya kepada Haji Naipin, Guru haji yang terkenal di kampungnya, untuk belajar mengaji dan bela diri. Pitung: hiaaaaat! Hiaaaaaat!(zzz) Haji: Bagus Pitung! Matamu juga harus awas! Nah begitu! Inget, tung, silat ntu Cuma buat ngelindungi diri. Jangan kau buat untuk mencelakakan orang lain! Pitung:baik guru! Saya mengerti! Haji: Bagus itu, Tung! Habis ini kita ngaji. Pitung: baik guru Haji Naipin mempunyai banyak murid. Mereka taat dan patuh pada gurunya. Siang malam mereka belajar mengaji, membaca, menulis huruf Arab, serta berlatih bela diri. Mereka juga menjalankan salat lima waktu. Pada bulan Ramadhan, mereka menjalankan ibadah puasa. Suatu sore ketika pulang mengaji Bang Piun:Kamu senang tinggal di tempat Haji Naipin, Tung? Pitung:Seneng sekali yah, disono banyak temen. Bang Piun:kamu udah pinter ngaji ya? Pitung:dikit-dikit, yah Bang Piun: Syukurlah, Tung. Pokoknya kamu nurut saja sama gurumu itu. Ayah ikut senang kamu jadi muridnye. Pitung:Baik yah, aye bakalan jadi murid yang baek. Bang Piun: Ha ha ha, itu baru anakku Mpok pinah:Jangan lupa! Kamu harus terima kasih sama gurumu! Gurumu itu guru yang baek.Kalo kamu pergi ngaji lagi, bawain masakan ini buat dia! Bilang aja ini oleh-oleh dari ayahmu! Pitung:Emangnya dulu ayah sama haji naipin temen akrab yah? Pok Pinah: BIsa dibilang begitu sih. Mereka ntu temen lama. Dulu ayahmu juga belajar ilmu yang sama. Cuman ayahmu luka waktu lagi latihan. Bang Piun:hahaha Ayah inget waktu itu. Waktu itu ayah ngelupain kata

-kata guru ayah. Katanya ga boleh ngegunain ilmu itu buat ngecelakain anak kecil, terus anak itu ngehindar. Terus kaki ayah kena pohon kelapa di seberang rumah Bang Ijah. Pitung: Kata-kata guru itu harus diinget kan yah? Bang Piun:Betul itu tung! Jangan sampe lupa itu! Keesokan harinya, sehabis salat subuh Pitung:hoaaahmmmm.. Hari ini ibu mas ak apa? Mau Pitung bantuin ga? Pok Pinah:Ibu lagi masak makanan kesukaan kamu, kalo kamu masih ngantuk, tidur aja lagi, ga usah bantuin ibu. Pitung:Bener ibu ga mau dibantuin Pitung? Pok Pinah: Udah tidur aja lagi, tuh mata kamu masih ngantuk. Pitung:Ya su dah kalau begitu Pok Pinah memang selalu membiarkan Pitung tidur sampai siang bolong di hari libur. Tetapi tidaklah demikian menurut Bang Piun, yang sedang berada di kamar, yang kebetulan mendengar percakapan mereka. Bang Piun:Tung! Jangan tidur lagi, lebih baik kamu gembalakan saja kambing ini ke pinggiran hutan sana. Disana banyak rumput yang masih hijau, kambing-kambing suka itu!, hari ini ayah mau berkeliling kampung mencari buah-buah tetangga untuk dibeli. Pitung:baik ayah! Pok Pinah:Tung, kan kamu sampai sore, bawa bekal ini! Pitung, terima kasih ibu! Kehidupan keluarga Bang Piun memang serba terbatas, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, mereka bergantung kepada hasil pertanian yang relatif sedikit. Untuk menambah penghasilan, bang Piun sering berkeliling kampung untuk mencari buah-buah yang tumbuh di kebun tetangga, kemudian ia jual lagi setelah diperam. Pada suatu hari, bang Piun ingin menjual kambingnya. Sayang, saat itu dia berhalangan. Lalu ia memanggil Si Pitung. Bang Piun:Tung, bawa dua kambing ini ke tanah abang, jangan dijual kalo harganya masih terlalu murah, jelas Tung Pitung:Jelas yah!

Bang Piun:Ayah percaya kamu pasti bakal untung dan membawa pulang uangnya. Lalu si pitung menggiring dua kambingnya ke pasar Tanah Abang. Sesampainya di sana, kambingnya segera dikerumuni pedagang karena gemuk dan sehat. Pedagang1: Dik, saya tawar kambingmu itu seharga 50 gulden. Pedagang2:Dik, jual ke saya saja, sama saya 60 gulden Pedagang3:Dik, sudah sama saya aja, saya beli 75 gulden. Pitung: Baiklah saya jual. Dalam waktu singkat si Pitung sudah bisa menghitung uangnya. Ia memutuskan untuk pulang setelah solat lohor di mesjid. Di perjalanan pulang, Ia bertemu dengan gerombolan berandalan Berandal1:Permisi, apakah kamu tahu dimana jalan pengangsaan timur no 56? Pitung: Ooh, tinggal jalan lurus, kemudian belok kiri di perempatan. Berandal2:Terima kasih banyak ya dik, maaf mengganggu, maklum, kami baru disini. Pitung:ooh tidak apa-apa Beberapa saat kemudian Pitung:Hah, kemana uangku? Pasti dicopet sama berandalan tadi! Segera Pitung menghampiri berandalan itu, benarlah apa yang diperkirakan Pitung, memang mereka yang mencopet uangnya. Namun, berandalan itu enggan mengakui perbuatan mereka, sehingga adu tinju pun tak terelakkan lagi. Karena sudah biasa dilatih silat, maka berandal itu pun kalah tangkas daripada si Pitung dan menyerah. Berandal1:Ampun Tung, kami mengaku kalah. Kamu Hebat. Bagaimana kalau kamu menjadi pimpinan kami saja? Jadi jagoan pasar lumayan lho.. Pitung:Enak saja, rakyat banayk yang menderita mengapa mereka malah dirampas hartanya? Seharusnya kita melindungi nasib orang banyak.. Berandal2:Bagaimana caranya? Jadikanlah kami pengikutmu, maka kami akan membantu menolong orang yang menderita itu. Pitung:Baiklah, namun kalian harus berjanji untuk setia padaku. Berandal:Iy.. Pitung mencari akal, gimana yh kira2 carana? Akhirnya ia menemukan suatu cara, memang harus ada korban harta benda, namun ada manfaat di balik semuanya itu. Rakyat yang menderita mendapat bantuan. Baik berupa uang maupun makanan. Pitung: baiklah, kita dapat menolong orang2 dengan cara mencuri dari para tuan tanah dan tauke. Kemudian tetangga yang sangat menderita tiba2 mendapatkan sepikul beras dan

uang sekaranya. Demikian pula satu keluarga yang terjerat utang dari tuan tanah, tiba2 mendapatkan santunan.anak miskin mendapatkan kiriman baju dan bingkisan lainnya. Tetapi para tauke dan tuan-tuan tanah bersama centengnya merasa ketakutan Pada malam harinya, di daerah jembatan lima. Pitung: hari ini kita akan mencuri dari rumah besar ini. Hati2 jangan sampai ketahuan para centeng. Berandal: baik. Aksi pitung dan gerombolannya membuat para polisi dan serdadu kompeni marah besar. Schout: (Menggebrak meja)Apa saja yang kalian kerjakan. Kenapa kalian tidak dapat menangkap gerombolan pencuri tersebut?! Serdadu1: mereka beraksi dengan sangat bersih tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Serdadu 2: mereka juga bergerak dengan sangat lihai. Schout: saya tidak mau tahu. Pokoknya kalian harus dapat menangkap gerombolan tersebut dan jangan pernah kembali sebelum mereka tertangkap! Pada suatu malam ketika pitung sedang beraksi ternyata gerak geriknya sudah tercium oleh para serdadu. (suara tembakan) Serdadu1: sekarang kau tidak bisa lari lagi. Akhirnya si putung berhasil tertangkap, namun beberapa hari kemudian si pitung berhasil melarikan diri melalui atap. Serdadu1.: si pitung kabur! Si pitung kabur! Schout: bagaimana bisa!? Cepat temukan dia. Serdadu 2: itu dia! Schout: tembak dia!

Anda mungkin juga menyukai