Anda di halaman 1dari 20

GOLONGAN I A HIDROGEN DAN LITHIUM

Oleh: Kelompok XII Rara Anggun M.N Sasmita Hanjaya Sita Febrianti Tunjung NSA Vivi Shofia (0910923054) (0910923056) (0910923058) (0910923060) (0910923062)

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2012 TINJAUAN PUSTAKA I. HIDROGEN Hidrogen telah digunakan bertahun-tahun sebelum akhirnya dinyatakan sebagai unsur yang unik oleh Cavendish di tahun 1776. Dinamakan hidrogen oleh Lavoisier, hidrogen adalah unsur yang terbanyak dari semua unsur di alam semesta. Elemen-elemen yang berat pada awalnya dibentuk dari atom-atom hidrogen atau dari elemen-elemen yang mulanya terbuat dari atom-atom hidrogen. (Anonim1, 2012). Hidrogen merupakan unsur yang paling ringan dan paling umum di alam semesta serta elemen pertama pada tabel periodik, dimana dalam keadaan normal hidrogen tidak berbau, tidak berwarna dan gas yang hambar. Hidrogen ditemukan oleh Henry Cavendish pada tahun 1766. Hidrogen diamati dan dikumpulkan jauh sebelum hal ini diakui sebagai gas yang unik oleh Robert Boyle pada 1671, yang dilarutkan zat besi dalam asam klorida encer (Anonim2, 2009). Merupakan unsur yang paling banyak terdapat di jagat raya dengan prosentase kadar hydrogen di jagat raya adalah 75% berat atau 93% mol. Hidrogen terdapat di bumi sampai diruang angkasa sebagai penyusun bintang. Hidrogen dalam bentuk unsurnya berupa gas diatomic (H2), gas H2 merupakan gas yang paling ringan (Anonim3, 2010).

Gambar Hidrogen (Anonim3, 2010) Hidrogen adalah unsur yang paling melimpah di alam semesta ini dengan persentase 75% dari barion berdasarkan massa dan lebih dari 90% berdasarkan jumlah atom. Unsur ini ditemukan dalam kelimpahan yang besar di bintang-bintang dan planet-planet gas

raksasa.Awan molekul dari H2 diasosiasikan dengan pembentukan bintang (Rigden, John S.,2002) Hidrogen memainkan peran penting dalam pemberian energi bintangmelalui reaksi proton-proton dan fusi nuklir daur CNO. Di seluruh alam semesta ini, hidrogen kebanyakan ditemukan dalam keadaan atomik dan plasma yang sifatnya berbeda dengan molekul hidrogen. Sebagai plasma, elektron hidrogen dan proton terikat bersama, dan menghasilkan konduktivitas elektrik yang sangat tinggi dan daya pancar yang tinggi (menghasilkan cahaya dari Matahari dan bintang lain). Partikel yang bermuatan dipengaruhi oleh medan magnet dan medan listrik. Sebagai contoh, dalam angin surya, partikel-partikel ini berinteraksi dengan magnetosfer bumi dan mengakibatkan arus Birkeland dan fenomena Aurora. Hidrogen ditemukan dalam keadaan atom netral di medium antarbintang. Sejumlah besar atom hidrogen netral yang ditemukan di sistem Lyman-alpha teredam diperkirakan mendominasi rapatan barionik alam semesta sampai denganpergeseran merah z=4(Rigden, John S.,2002). Dalam keadaan normal di bumi, unsur hidrogen berada dalam keadaan gas diatomik, H2 (silakan lihat tabel data). Namun, gas hidrogen sangatlah langka di atmosfer bumi (1 ppm berdasarkan volume) oleh karena beratnya yang ringan yang menyebabkan gas hidrogen lepas dari gravitasi bumi. Walaupun demikian, hidrogen masih merupakan unsur paling melimpah di permukaan bumi ini. Kebanyakan hidrogen bumi berada dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain seperti hidrokarbon dan air. Gas hidrogen dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri dan ganggang dan merupakan komponen alami dari kentut. Penggunaan metana sebagai sumber hidrogen akhir-akhir ini juga menjadi semakin penting (Rigden, John S.,2002). Atom hidrogen akan mencapai kestabilan dalam tiga cara yang berbeda, yaitu (Lee, 1992):
1.

Dengan membentuk pasangan elektron ikatan kovalen dengan atom yang lain.

Unsur yang dapat berikatan dengan hidrogen adalah unsur non logam, sebagai contoh H2, H2O, HCl(gas) atau CH4 dan juga beberapa unsur logam.
2.

Dengan melepaskan satu elektron untuk membentuk H+. Proton memiliki

ukuran yang sangat kecil (jari-jarinya adalah 1,5 x 10-5, dibandingkan dengan jari-jari hidrogen sebesar 0,7414 dan 1-2 untuk kebanyakan atom yang lain). Oleh karena ukuran H+ sangat kecil, menyebabkan hidrogen memiliki kekuatan polarisasi yang sangat tinggi dan oleh karena itu hidrogen mendistorsikan awan elektronnya pada atom

lainnya. Proton ini selalu dihubungkan dengan atom atau molekul lainnya. Sebagai contoh, dalam larutan berair HCl dan H2SO4, proton berada sebagai ion H3O+, H9O4+ (H(H2O)n+).
3.

Dengan menarik satu elektron untuk membentuk H-. Padatan kristal seperti LiH

mengandung ion H- yang bergabung dengan ion logam elektropositif tinggi. Tetapi ion H- tidak umum. Hidrogen memiliki tiga isotop alami, ditandai dengan 1H, 2H, dan 3H. Isotop lainnya yang tidak stabil (4H to 7H) juga telah disintesiskan di laboratorium namun tidak pernah dijumpai secara alami (Newton, David E., 1994) :

H adalah isotop hidrogen yang paling melimpah, memiliki persentase 99.98% atom hidrogen. Oleh karena inti atom isotop ini hanya

dari

jumlah

memilikiproton tunggal, ia diberikan nama yang deskriptif sebagai protium, namun nama ini jarang sekali digunakan.

H, isotop hidrogen lainnya yang stabil, juga dikenal sebagai deuterium dan

mengandung satu proton dan satu neutron pada intinya. Deuterium tidak bersifat radioaktif, dan tidak memberikan bahaya keracunan yang signifikan. Air yang atom hidrogennya merupakan isotop deuterium dinamakan air berat. Deuterium dan senyawanya digunakan sebagai penanda non-radioaktif pada percobaan kimia dan untuk pelarut 1H-spektroskopi NMR. Air berat digunakan sebagai moderator neutron dan pendingin pada reaktor nuklir. Deuterium juga berpotensi sebagai bahan bakar fusi nuklir komersial.

H dikenal dengan nama tritium dan mengandung satu proton dan dua neutron Ia memiliki sifat radioaktif, dan mereras menjadi Helium-

pada

intinya.

3melalui pererasan beta dengan umur paruh 12,32 tahun. Sejumlah kecil tritium dapat dijumpai di alam oleh karena interaksi sinar kosmos dengan atmosfer bumi; tritium juga dilepaskan selama uji coba nuklir. Ia juga digunakan dalam reaksi fusi nuklir, sebagai penanda dalam geokimia isotop, dan terspesialisasi pada peralatan self-powered lighting. Tritium juga digunakan dalam penandaan percobaan kimia dan biologi sebagai radiolabel. Hidrogen adalah satu-satunya unsur yang memiliki tiga nama berbeda untuk isotopnya. (Dalam awal perkembangan keradioaktivitasan, beberapa isotop radioaktif berat diberikan nama, namun nama-nama tersebut tidak lagi digunakan). Simbol D dan T kadang-kadang

digunakan untuk merujuk pada deuterium dan tritium, namun simbol P telah digunakan untuk merujuk pada fosfor, sehingga tidak digunakan untuk merujuk pada protium.[49] Dalam tatanama IUPAC, International Union of Pure and Applied Chemistry mengijinkan penggunaan D, T, 2H, dan 3H walaupun 2H dan 3H lebih dianjurkan(Newton, David E., 1994). Sifat Fisika dari hidrogen adalah memiliki titik lebur -259,140C , Titik didih -252,87
0

C, tidak berwarna , tidak berbau, memiliki densitas 0,08988 g/cm3 pada 293 K , dan dengan

Kapasitas panas 14,304 J/gK. Sedangkan sifat kimia dari hidrogen adalah memiliki Panas Fusi sebesar 0,117 kJ/mol H2 , Energi ionisasi 1 yaitu 1312 kJ mol, Afinitas elektron 72,7711 kJ/mol , Panas atomisasi 218 kJ/mol , Panas penguapan 0,904 kJ/mol H2 , Jumlah kulit 1 , Biloks minimum -1, Elektronegatifitas 2,18 (skala Pauli) , Konfigurasi elektron 1s1 , Biloks maksimum 1 , Volume polarisasi 0,7 3 , dengan struktur hcp (hexagonal close packed) (padatan H2) , Jari-jari atom 25 pm , Konduktifitas termal 0,1805 W/mK , Berat atom 1,0079 , dan memiliki Potensial ionisasi 13,5984 eV (Anonim3, 2012). Hidrogen tidak bersifat toksik tetapi dapat menyebabkan sesak napas karena hidrogen dapat menggantikan oksigen di udara. Penyakit yang ditimbulkan oleh adanya gas hidrogen adalah sesak napas. Padat tingkat oksigen di bawah 19,5% secara biologis kadar tersebut merupakan kadar yang tidak sesuai untuk manusia. Pengaruh kekurangan oksigen terhadap tubuh adalah bernapas cepat, kurangnya kewaspadaan mental, gangguan koordinasi otot, penilaian yang salah, depresi, ketidakstabilan emosional dan kelelahan. Seperti sesak napas, pusing, mual, muntah dan kehilangan kesadaran bisa terjadi, akhirnya menimbulkan kejangkejang, koma dan kematian. Pada konsentrasi di bawah 12%, langsung terjadi pingsan tanpa gejala peringatan sebelumnya (Anonymous4, 2012). II. LITHIUM Litium merupakan golongan logam alkali (IA) dimana memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s1. Litium berbentuk padatan dengan densitas setengah dari densitas air, dengan demikian litium menjadi logam dengan densitas paling kecil diantara logam yang lain. Permukaan Litium yang baru dipotong berwarna keperakan dan akan langsung berubah menjadi abu-abu jika terkena kontak dengan udara. Logam litium larut dalam senyawaan alifatik amina berrantai pendek, akan tetapi tidak larut dalam hidrokarbon. Logam ini banyak dipergunakan untuk reaksi organik begitu juga untuk reaksi anorganik. Litium mudah bereaksi dengan nitrogen bebas di udara membentuk nitrure, dan dengan hidrogen

pada suhu 500 membentuk hidrida, bereaksi dengan air, bereaksi dengan karbon C membentuk carbida, dan mudah bereaksi dengan halogen membentuk halida dengan mengemisikan cahaya. Aplikasi yang penting adalah litium bereaksi dengan senyawa asetilenik membentuk litium acetil ures dimana senyawa ini berperan penting dalam sintesis vitamin A (Anonymous5, 2010). Sifat kimia dan fisika dari litium adalah memiliki nomor atom 3, dengan konfigurasi electron 1s2 2s1 , memiliki jari-jari inti 1,33 , dan memiliki jari-jari ion M2+ yaitu 0,78 . Dengan energi potensial 5,39 eV, densitas 0.53 g/cc, volume atom 12,9 dengan melting point dan boiling point berturut-turut adalah 180 dan 1336 C (Heslop and P., 1961). Litium banyak dipakai untuk baterai, keramik, gelas, lubrican, peningkat kekerasan paduan logam, farmasi, hidrogenasi, cairan pentransfer panas, propelan troket, sintesis vitamin A, pendingin reaktor nuklir, produksi tritium, deoksidator untuk logam tembaga , Litium dipakai dalam kimia organik untuk membuat reagen berbasis organolitium, Litium klorida dan litium bromida dipakai sebagai desikan, Litium stearat dipakai sebagai lubrican pada alat bertemperatur tinggi, Alloy litium dengan logam lain seperti aluminium, kadmium, tembaga, dan mangan dipakai sebagai bahan pembuatan pesawat terbang, Litium flourida dipakai diperalatan optik seperti IR, teleskop, UV dan UV Vacum karena sifatnya yang transparan, Logam litium dan hidridanya dipakai sebagai bahan untuk bahan baka rroket, Litium peroksida, litium nitrat, litium klorat, litium perklorat dipakai sebagai oksidato rdalam propelan roket, serta Litium deuerida dipakai sebagai bahan baka reaksi fusi dimana jika ditembaki dengan neutron maka akan menghasilkan tritium (Anonymous5, 2010).

PEMBAHASAN 1. Reaksi-reaksi apa yang terjadi pada Litium ? Keaktifan logam meningkat seiring dengan meningkatnya nomor atom. Litium dengan potensial ionisasi besar akan bereaksi cukup lambat dengan air dan larutan bromine dan sama sekali tidak bereaksi dengan oksigen dibawah 100 C (Heslop and P., 1961). Senyawa alkil halide seperti klorida, bromide, iodide memiliki struktur Kristal kubus dengan bilangan koordinasi 6. Litium iodide terbentuk dari kompleks padatan dengan ammonia [Li (NH3)4 I], namun jika terikat pada hidrat, alcohol,dan kompeleks amin maka kurang stabil. Campuran klorida,iodide, dan bromide dengan litium kloirida sangat larut dalam alcohol dan eter jika dibandingkan dengan logam alkali lainnya (Heslop and P., 1961). Dengan oksida, logam akan membentuk litium monoksida, natrium peroksida, kalium, rubidium, dan caseum superoksida. Penambahan oksigen akan membentuk oksida (O2-), peroksida (O22-) dan anion superoksoda (O2-) (Heslop and P., 1961) : M M2O MO OM MO2-

Ion litium, karena jari-jarinya yang sangat kecil sehingga memiliki sifat kemagnetan positif yang kuat dari pada ion natrium : 1/r2 Li+ 1,64 Na+ 1,04 K+ 0,57 Rb+ 0,46 Cs+ 0,35

Adanya sifat kemagnetan positif yang kuat tersebut menjadikan satu anion oksigen membatasi penyebaran muatan negatif terhadap atom oksigen lain, membuat pembentukan oksida jauh lebih sulit. Sehingga litium hanya mudah dibuat oleh hasil pengendapan dari litium hidroksida alcohol dengan hidrogen peroksida (Heslop and P., 1961): 2LiOH + 2H2O2 +H2O Li2O2.H2O2.3H2O Medan magnet positif ion natrium lemah untuk menghalangi konversi dari anion O2- sebagai ion peroksida, tapi cukup kuat untuk membatasi oksidasi lebih lanjut. Medan magnet lemah pada ion unipositive yang lebih besar memungkinkan pembentukan ion superoksida (O2-) berlangsung.

Reaksi antara litium dan sulfida dapat membentuk polisulfida M2Sx dimana x adalah 1,2 dan 4. Pada reaksi pembentukan garam, litium karbonat dapat mengalami dekomposisi dengan pemanasan dalam aliran hidrogen pada 800 oC : LiCO3 Li2O + CO2-

Selain itu litium nitrat juga mengalami dekomposisi dengan pemanasan : 4LiNO3 2Li2O + 2N2O4 + O2-

2.Bagaimanakah pemisahan dari isotop litium ? Litium memiliki 2 isotop yang stabil yaitu Li-6 dan Li-7 dengan 92,7 % litium ditemukan secara alami adalah dalam bentuk Li-7. Litium-7 adalah salah satu unsure primordial (yaitu unsure yang dihasilkan ketika ledakan besar nukleosintesis). Litium sebagai 36 Li (7,3 %) dan 37 Li (92,7 %) dengan satu isotop hampir memiliki massa yang lebih besar dari lainnya dan perbedaan kimianya dapat dideteksi. Menurut Lewis dan MacDonald (1936), dengan meneteskan campuran litium dalam amalgam ke larutan methanol yang mengandung litium klorida, akan didapatkan suatu kesetimbangan reaksi yaitu :
3

Li (dalam amalgam) + 36 Li + (dalam metanol) (dalam methanol)

6 3

Li (dalam amalgam) + 37 Li+

Terbukti 1961).

Li mengalami sedikit peningkatan potensial elektroda, dan dengan proses

pengulangan, terjadi peningkatan proporsi dari 6 Li dalam amalgam (16,4 %) (Heslop and P.,

3. Bagaimana hubungan energi aktivasi dengan kereaktifan hidrogen?

Semakin reaktif suatu unsur kimia, maka semakin kecil energi aktivasi yang dibutuhkan unsur kimia tersebut untuk bereaksi. Hidrogen merupakan unsur kimia yang sangat reaktif. Ketika hidrogen bereaksi dengan oksigen, molekul tersebut bereaksi dengan baik dan memerlukan energi aktivasi yang kecil untuk melepaskan sejumlah energi panas dengan air sebagai hasil akhir reaksi. Reaksi ini menghasilkan api atau ledakan dan menghasilkan uap air (uap air ini dapat terkondensasi dan menjadi dingin).(Anonymous6, 2012), 4. Berapa macam jenis isotop dari hidrogen dan bagaimana sifat serta cara pemisahan isotop tersebut ?

Isotop adalah dua atau lebih nuklida yang nomor atomnya sama tetapi nomor massanya berbeda. Secara kimiawi, isotop memperlihatkan sifat yang sama, tetapi sebagai inti atom akan merupakan unsur yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah neutron meskipun jumlah protonnya sama. Diantara isotop, yang memiliki sifat radioaktif disebut isotop radioaktif, sedang yang tidak radioaktif disebut isotop stabil. Misalnya hidrogen (H-1) (proton 1, neutron 0), deuterium (H-2) (proton 1, neutron 1), tritium (H-3) (proton 1, neutron 2) semuanya adalah isotop hidrogen. Diantara ketiganya, tritium adalah isotop radioaktif..

H adalah isotop hidrogen yang paling melimpah, memiliki persentase 99.98% dari jumlah

atom hidrogen. Oleh karena inti atom isotop ini hanya memiliki proton tunggal, ia diberikan nama yang deskriptif sebagai protium, namun nama ini jarang sekali digunakan.
2

H, isotop hidrogen lainnya yang stabil, juga dikenal sebagai deuterium dan mengandung

satu proton dan satu neutron pada intinya. Deuterium dan Tritium keduanya digunakan sebagai bahan bakar reaktor fusi nuklir. Satu atom Deuterium ditemukan di sekitar 6000 atom-atom hidrogen.Deuterium tidak bersifat radioaktif, dan tidak memberikan bahaya keracunan yang signifikan. Air yang atom hidrogennya merupakan isotop deuterium dinamakan air berat. Deuterium dan senyawanya digunakan sebagai penanda non-radioaktif pada percobaan kimia dan untuk pelarut 1H-spektroskopi NMR. Air berat digunakan sebagai moderator neutron dan pendingin pada reaktor nuklir. Deuterium juga berpotensi sebagai bahan bakar fusi nuklir komersial.Sedangkan pembentukan deuterium adalah:

dua inti hidrogen 1H (proton) untuk kemudian membentuk satu inti deuterium 2H. Pembentukan inti deuterium memaksa sebuah proton berubah menjadi netron dalam proses peluruhan beta dengan melepaskan sebuah positron dan sebuah neutrino:
1

H+1H 2H+e++e+0,16 MeV (setidaknya 0,53 MeV dibawa oleh neutrino)

Pelepasan neutrino pada langkah ini membawa energi lebih dari 0,53 MeV. Langkah ini sebenarnya adalah reaksi yang tidak biasa dibandingkan dengan kebanyakan proses-proses fusi lainnya. Untuk menghasilkan 2H, proton-proton harus mengalami peluruhan + pada saat titik terdekat mereka. Proses ini diatur oleh interaksi lemah dan sangat jarang terjadi. Oleh karenanya reaksi pertama memiliki penampang nuklir (cross-section) yang sangat kecil dan sebuah proton harus menunggu rata-rata selama 10,9 tahun untuk berfusi dengan sesamanya dalam membentuk deuterium. Positron yang terbentuk kemudian segera musnah oleh sebab interaksi dengan sebuah elektron. Energi massa mereka dibawa oleh dua foton sinar gamma: e++e- 2+1.02 MeV

H dikenal dengan nama tritium dan mengandung satu proton dan dua neutron pada intinya.

Ia memiliki sifat radioaktif, dan mereras menjadi Helium-3 melalui pererasan beta dengan umur paruh 12,32 tahun. Sejumlah kecil tritium dapat dijumpai di alam oleh karena interaksi sinar kosmos dengan atmosfer bumi; tritium juga dilepaskan selama uji coba nuklir. Ia juga digunakan dalam reaksi fusi nuklir, sebagai penanda dalam geokimia isotop, dan terspesialisasi pada peralatan self-powered lighting. Tritium juga digunakan dalam penandaan percobaan kimia dan biologi sebagai radiolabel.

Tritium terjadi secara natural selama sinar kosmik berinteraksi dengan gas atmosfer. Reaksi dari Tritium menghasilkan 4,8MeV neutron yang berkecepatan tinggi (lebih besar dari 4MeV) berinteraksi dengan Nitrogen di atmosfer. +n +

Karena Tritium memiliki waktu paruh yang relatif pendek, tritium diproduksi dalam hal ini tidak terakumulasi diatas skala waktu geologi. Dan kelimpahan alaminya tidak dapat diperhatikan. Tritium dibuat dalam reaktor nuklir dengan aktivasi neutron dari Lithium 6. Kemungkinan dengan beberapa energi reaksi eksotermik 4.8 MeV, +n (2,05 MeV) + (2,75 MeV)

Dengan neutron yang berenergi tinggi dapat juga membuat tritium dari litium 7 dalam reaksi endotermik meemrlukan 2.466 MeV. Ditemukan oleh Castle Bravo pada tahun 1954 dan tidak menghasilkan hasil yanbg bagus setelah di test. +n + +n

Irradiasi neutron berenergi tinggi dari boron 10 juga bisa menghasilkan tritium.boron 10 umumnya menghasilkan tritium jika menangkap litium dan partikel alfa tunggal. +n Dihasilkan juga dari peluruhan helium 3. +n + +

5. Bagaimana cara mengisolasi litium dan hidrogen dari alam ?

Cara Mengisolasi Hidrogen Isolasi hidrogen merupakan proses pembuatan, pemisahan serta pemurnian gas hidrogen dari campurannya. Hidrogen dapat diisolasi dengan beberapa proses diantaranya sebagai berikut:

a. Proses kimia yang meliputi: Isolasi hidrogen dari gas alam Tidak ada proses kimia dalam teknik ini. Hidrogen diisolasi langsung dari campuran gas alam. Namun cara ini tidak komersial, karena sulit untuk mengisolasi hidrogen dari gas alam. Lagipula kandungan hidrogen dalam gas alam sangat kecil sehingga tidak menguntungkan. Off gas dari pencairan gas alam yang mengandung oksigen biasanya hanya digunakan sebagai fuel gas dalam proses industri, atau hanya dibakar begitu saja di flare (Bell and Lott, 1967). Prinsip pembuatan gas hidrogen ekstraksi gas alam :

Hidrogen tersebut didinginkan, kemudian dibersihkan dari berbagai bahan kimia seperti CO2, CO, dan H2S. Setelah dikompres didapat gas H2 yang diperlukan, yang mempunyai kemurnian yang tinggi dan siap untuk dipakai. Proses tersebut dapat dilihat dalam gambar. Mengingat gas alam merupakan bahan yang sifatnya akan habis, maka pembuatan hidrogen dariekstraksi gas alam dirasa kurang tepat. Disamping itu mengingat gas alam merupakan hasil tambang, tentunya pembuatan pabrik hidrogen tidak bisa dilakukan ada sembarang daerah, sehingga menjadi suatu kendala pada pengiriman hasil hidrogen tersebut (Bell and Lott, 1967). Metode Steam Reforming Uap air dan metana direaksikan dengan bantuan katalis nikel, dalam kondisi temperatur tinggi (kurang lebih 800oC) dan tekanan menengah (15-20 Bar). Reaksinya : CH4 + H2O CO + 3H2

Reaksi ini biasanya dilanjutkan dengan water gas shift reaction (WGSR) dengan bantuan katalis oksida besi. Reaksinya: CO + H2O CO2 + H2 WGSR biasanya dilaksanakan dalam dua kondisi berurutan, yaitu temperatur tinggi (300-500oC) dilanjutkan dengan temperatur rendah (200-250oC). Gabungan dari steam reforming dan WGSR menghasilkan hirdogen dengan yield yang relatif tinggi. Sampai saat ini, inilah cara komersial terbesar untuk memproduksi hidrogen bagi keperluan industri petrokimia seperti pabrik amonia, metanol, dll. Skema proses dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Terdapat 2 reaksi utama yang terjadi pada proses steam reforming, yaitu (Mohsin, 2011):

Reaksi reforming merupakan reaksi endotermis yang terjadi pada suhu tinggi Shift reaction merupakan reaksi eksotermis yang bertujuan untuk mengontrol

menggunakan katalisator. kuantitas produk yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan dengan proses penghilangan CO2 dan pemurnian hidrogen. Proses konvensional steam reforming, terjadi pada reaktor kimia yang disebut reformer pada suhu sekitar 800-900C. Untuk mengoperasikan proses endotermis suhu tinggi, kebutuhan panas dipasok dengan membakar bahan bakar fosil sebagai sumber energi panas. Efisiensi termal proses steam reforming bisa mencapai 85%. Ide pemanfaatan panas nuklir adalah menggantikan bahan bakar fosil yang dibakar sebagai sumber panas dengan memanfaatkan panas nuklir suhu tinggi. Penggantian ini menguntungkan ditinjau dari sisi penghematan bahan bakar fosil, yang berimplikasi langsung pada pengurangan laju emisi gas rumah kaca. Pelarutan logam kedalam larutan asam yang menghasilkan garam dan gas hidrogen Reaksi ini sangat mudah dan akan terjadi secara alami dalam kondisi ruangan.

Hanya saja, harga logam dan asam di pasaran jauh lebih mahal dari harga garam dan gas hidrogen yang akan terbentuk. Seringkali hidrogen dibuat dalam laboratorium oleh kerja larutan encer asam kuat dengan logam yang sedang-sedang kereaktifannya. Persamaan yang mewakili: Zn + 2HCl 2Al + 3H2SO4 ZnCl2 + H2 Al2(SO4)3 + 3H2

Elektrolis air yang dicampur sedikit garam dengan elektroda platinum Elektrolisis secara etimologi bahasa berarti memecah dengan bantuan listrik. Artinya molekul air dipecah menjadi molekul hidrogen dan oksigen. Cara ini dilakukan dengan mengalirkan listrik ke larutan elektrolit melalui perantaraan dua batang elektrode. Reaksinya: Katode (reduksi) Anode (oksidasi) Total Skema prinsip elektrolisa : : 2H2O + 2e: 4OH: 2H2O O2 + 2H2 H2 + 2OHO2 + 2H2O +4e-

Sebuah tangki diisi dengan air yang dicampur dengan asam, sehingga air tersebut dapat berfungsi sebagai konduktor untuk menghantarkan arus listrik. Campuran asam dan air dinamakan elektrolit. Dalam elektrolit dipasang dua elektroda, yaitu elektroda positif/anoda dan elektroda negatif/katoda. Anoda dihubungkan dengan sisi positif listrik arus searah dan katoda pada sisi negatif. Jika arus searah mengalir terjadilah elektrolisa sehingga atom-atom hidrogen dari air kehilangan elektronnya, sedang atom oksigen mendapat tambahan elektron. Dengan demikian atom oksigen menjadi sebuah ion bermuatan negatif ( O2- ) dan atom hidrogen menjadi sebuah ion bermuatan positif ( H+ ). Karena bermuatan

positif, ion-ion H+ akan tertarik pada katoda yang bermuatan negatif. Ion-ion H+ akan berkumpul pada katoda. Pada saat menyentuh katoda, ion H+ akan menerima sebuah elektron dan kembali sebuah atom H biasa, tanpa mempunyai muatan. Atom-atom hidrogen ini bergabung menjadi gas H2 dalam bentuk gelembunggelembung dan melalui katoda mengambang ke atas untuk dikumpulkan melalui sebuah pipa dan kemudian dikompres. Hal serupa terjadi dengan ion O, yang berkumpul ke anoda, kemudian berubah menjadi gas O2. Untuk mempercepat proses elektrolisa, maka harus dilakukan pada suhu tinggi, yaitu antara 800 sampai 1000 oC. Dengan suhu yang tinggi ini maka dapat mengurangi kerugian tegangan. Dengan cara elektrolisis ini, tampaknya memberikan harapan baik untuk memproduksi hidrogen karena tidak memerlukan bahan yang sifatnya tidak dapat diperbaharui. Di dalam elektrolisa, bahan yang diperlukan adalah air dan energi listrik yang tidak begitu besar, sehingga memungkinkan elektrolisa dapat diproduksi pada sembarang tempat. Gasifikasi biomassa / batubara Gasifikasi adalah mereaksikan suatu senyawa organik berantai karbon dengan oksigen dalam jumlah terbatas pada temperatur tinggi. Yang dihasilkan pada akhirnya adalah karbondioksida dan hidrogen. Prinsip dari metode ini adalah memanaskan bahan baku biomassa dalam gasifier, maka akan terurai menjadi gas hidrogen, metana, karbonmonoksida, karbondioksida, nitrogen, polutan dan abu. Sedangkan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber energi adalah hidrogen, karbon dan monoksida. Sedangkan polutan dan sisa abu diserap oleh gas claning dan cooling subsystem yang terdiri dari cyclon untuk memfilter partikel padat yang terbawa gas dan web scruber untuk memfilter polutan dan partikel padat yang masih terbawa oleh gas. Sedangkan gas cooling subsystem untuk mendinginka gas dan meningkatkan densitasnya. Cara ini sudah mulai banyak digunakan di daerah rural, mengingat disana banyak terdapat sumber biomassa. Namun cara ini sulit untuk diaplikasikan secara massal, mengingat ketersediaan biomassa yang tersebar. Penggunaan batubara masih memiliki efek samping NOx dan SOx. Synfuel dari Coal Gasification:

Gasification 2C + O2 + H2O 2CO + H2

Water gas shift CO + H2O H2 + CO2 F-T reaction CO + 2H2 CH2 + H2O Net reaction 2C + H2O+ O2 CH2 + CO2

Proses ini memerlukan 2C dan setengah O2 dan menghasilkan satu CO2 untuk setiap CH2 yang diproduksi. Artinya menggantikan minyak dengan bahan bakar sintetik dari batubara (coal synfuel) akan melipatgandakan hingga 3 kali lipat penggunaan batubara dan menghasilkan dua kali lipat CO2. (F-T atau Fischer- Tropsch reaction adalah reaksi (2n+1)H2 + nCO CnH(2n+2) + nH2O Synfuel dari Coal Gasification + H2 dari pemisahan air:

Gasification C + 1/4O2 + 1/2H2O CO + 1/2H2 Water-splitting 3/2H2O + Energy 3/2H2 + 3/4O2 F-T reaction CO + 2H2 CH2 + H2O Net reaction C + H2O + Energy CH2 + 1/2O2

Reaksi logam Natrium dengan air Natrium banyak tersedia dan melimpah jumlahnya di lautan sebagai NaCl (garam). Natrium adalah elemen yang sangat reaktif. Pada kondisi standar, logam natrium jika direaksikan dengan air akan menghasilkan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut: 2Na + 2H2O 2NaOH + H2..............(1) eksotermal

2H2 + O2 2H2O..........................(2) autoignition Reaksi tersebut bersifat eksotermal yang menghasilkan panas, sehingga gas hidrogen secara otomatis terbakar, ini disebabkan karena gas hidrogen mengalami proses autoignition akibat perpindahan panas dari reaksi ke lingkungan. Gas Hidrogen memiliki Flammability Limit dengan kisaran volume 4 75 % di udara, dan memiliki Autoignition Point pada suhu 585 berikut: 2H2 + O2 2H2O..........................(3)
0

C. Reaksi pembakaran selalu

membutuhkan oksigen, begitu juga dengan Hidrogen, dengan reaksi sebagai

Proses Autoignition Hidrogen pada reaksi natrium dengan air dapat dicegah dengan cara menyingkirkan oksigen pada sistem tertutup sehingga Flammability Limit dan Autoignition tidak berlaku, yaitu dengan metode hampa dan gas inert (Nitrogen). Nitrogen memiliki titik didih pada -195.79 0C, pada kondisi cair nitrogen memilki suhu dibawah 195.79 0C. Pelepasan gas nitrogen secara cepat ke dalam sistem tertutup dapat menggantikan posisi oksigen. Pada kondisi standar, suhu kamar 25
0

C, Nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat, tuangkan nitrogen cair (suhu

< - 196 0C) dari tabungnya kedalam wadah logam (yang bersuhu + 25 0C), maka nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat namun tidak lama, bisa ditambahkan air agar lebih lama mendidihnya, gas inilah yang akan dimanfaatkan untuk menyingkirkan oksigen. Pada saat kondisi sistem (tertutup) telah dihampakan (vacum), segera isi dengan gas nitrogen, kemudian reaksikan natrium dengan air, akan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida (produk samping), karena berada pada kondisi inert, reaksi autoignition hidrogen bisa dicegah, sekalipun efek eksotermal terus terjadi. Karena berat atom hidrogen = 1, maka hidrogen akan selalu mengisi ruang yang paling atas, difusifitasnya pun sangat cepat, tidak lupa juga hidrogen harus melewati kondensor agar suhunya turun (akibat proses eksotermal), setelah dingin bisa dikumpulkan dan dikompresi lalu hidrogen siap dipanen, sehingga proses ini memungkinkan untuk dilakukan. Bisa juga untuk menurunkan efek eksotermalnya, sebelum direaksikan natrium dicelupkan dulu ke nitrogen cair ( < - 195.79 0C), baru kemudian direaksikan dengan air, diharapkan efek eksotermalnya sedikit berkurang karena suhu natrium yang berada pada kisaran 195 0C. Selain itu produk sampingnya yang berupa NaOH memiliki nilai jual juga, sehingga proses ini sangat menguntungkan. b. Proses biologi yang meliputi (Setiawan dan Ahmadi, 2008): Pendekatan yang ideal untuk mendapatkan gas hidrogen tentunya harus mendapatkan sumber material yang kaya akan hidrogen seperti air (H2O) dan ketersediaan energi yang berlimpah untuk prosesnya seperti energi matahari. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mikroalga,cyanobakteria,dan Escherichia coli merupakan salah satu mikroorganisme yang memiliki potensi untuk menghasilkan gas hydrogen.

Escherichia Coli Dengan memodifikasi sifat genetis bakteri Escherichia coli, sel yang telah dimodifikasi gennya itu memproduksi hidrogen 140 kali lebih banyak dibanding proses normal. Bakteri ini bisa diolah menjadi sumber energi yang kelak dapat menghidupkan kendaraan bermotor dan penerangan di rumah-rumah. Cyanobakteria Cyanobakteria mampu menghasilkan gas hidrogen dengan memanfaatkan enzim nitrogenase dan hidrogenase. Teknik skrining untuk karakterisasi cyanobakteria yang memiliki potensi sebagai penghasil gas hidrogen telah dilakukan dengan cara mengukur pembentukan hidrogen dari cyanobakteria menggunakan metoda pengukuran seperti (a) elektroda jenis Clark; (b) kromatografi gas; (c) skrining kemokromik. Ketiga cara tersebut memiliki beberapa kekurangan seperti waktu pengukuran yang relatif lama (3060 menit) untuk teknik elektroda, biaya yang cukup mahal untuk menggunakan kromatografi gas dan ketidak stabilan pembentukan film pada skrining kemokromik. Pengukuran gas hidrogen dilakukan berdasarkan reaksi redoks menggunakan pereaksi resazuri dengan katalis PdCl2. Secara sederhana reaksi pembentukan hidrogen ataupun peruraian hidrogen pada cyanobakteria dapat dituliskan sebagai berikut:

Cara Isolasi Litium Mineral Spodume (LiAl(SiO3)2 merupakan mineral paling penting yang mengandung litium. Bentuk pertama kali diubah menjadi bentuk lunak melalui sekitar 11000C dan dicampur dengan asam sulfat panas dan di ekstrak ke dalam air untuk membentuk Larutan litium sulfat (Li2SO4). Sulfat dicuci dengan natrium karbonat (Na2CO3) untuk membentuk endapan secara relatif dengan litium karbonat (Li2CO3) yang tidak terlarut (Linda,2006)

Reaksi litium karbonat dengan HCl sehingga membentuk litium klorida (LiCl)(Linda, 2006)

Litium Klorida memiliki titik leleh tinggi (>600oC) yang berarti sulit meleleh untuk di elektrolisis. Walaupun campuran LiCl (55%) dan KCl (45%) dapat meleleh pada 430oC dan dibutuhkan energy yang rendah untuk elektrolisis(Linda, 2006)

Selama elektrolisis berlangsung ion Li+ dari leburan garam klorida akan bergerak menuju katoda. Ketika tiba dikatoda ion-ion litium akan mengalami reaksi reduksi menjadi padatan Li yang menempel pada permukaan katoda. Padatan yang terbentuk dapat diambil secara periodik, dicuci kemudian digunakan untuk proses selanjutnya sesuai keperluan. Sedangkan ion Cl akan bergerak menuju anoda yang kemudian direduksi menjadi gas Cl2.( Seran, E., 2011)

DAFTAR PUSTAKA Anonim1, 2012, Hidrogen, http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/hidrogen/, diakses pada tanggal 22 Maret 2012 Anonim2, 2009, Hidrogen, http://www.lenntech.com/periodic/elements/h.htm, diakses pada tanggal 22 Maret 2012 Anonim3, 2009, Hidrogen,http://belajarkimia.com/2010/06/hidrogen/, diakses pada tanggal 22 Maret 2012 Anonymous4, 2011, Hidrogen Properties, http://www1.eere.energy.gov/hidrogen andfuelcells/tech_validation/.../fcm01r0.pdf, diakses pada tanggal 22 Maret 2012 Anonymous5,2010,Litium, http://belajarkimia.com/2010/07/litium/, diakses tanggal 22 maret 2012. Anonymous6, 2012, Kimia Unsur, file:///D:/aUnsur%20123/sifat-sifat-unsur-hidrogen-part5.htm. diakses tanggal 2111 Bell, C. F. and Lott K. A. K., 1967, Modern Approach To Inorganic Chemistry Second Edition, Butterwoths Inc., USA Heslop, R.B. and P.L. Robinson, 1961, Inorganic Chemistry, Elsevier Publishing Company, London. Lee, J. D., 1991, Concise Inorganic Chemistry Fourth Edition, Chapman & Hall, London Linda, 2006, Proses Isolasi Litium, http://www.scribd.com/doc/78778951/5/B-Proses-IsolasiLithium, diakses pada tanggal 23 Maret 2012 Mohsin, 2011, Hidrogen, http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&=90, diakses tanggal 22 Maret 2012 Newton, David E., 1994, The Chemical Elements, Franklin Watts, New York Rigden, John S.,2002, Hydrogen, The Essential Element. Cambridge, MA, Harvard University Press, USA Seran, E., 2011, Logam Alkali, www. http://wanibesak.wordpress.com/2011/08/22/logamalkali/, diakses tanggal 22 Maret 2012 Setiawan A. dan Ahmadi P., 2008, Isolasi Dan Karakterisasi Cyanobakteria Sebagai Sumber Penghasil Biohidrogen, lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202009/SATEK%202008/ VERSI %20PDF/bidang%203/40.pdf -, diakses tanggal 22 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai