Anda di halaman 1dari 9

Modul 1

PENDAHULUAN

A. Tujuan Tujuan umum diberikannya kuliah bahasa Indonesia adalah untuk membekali mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan dalam menyatakan pikiran dan pendapat dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik, secara lisan dan terutama secara tertulis. Tujuan khususnya adalah agar mahasiswa dapat membuat karangan, baik untuk keperluan pembuatan skripsi mau pun untuk membuat laporan, usul atau proposal, membuat surat dinas, surat niaga, membuat reproduksi berupa ringkasan, ikhtisar dan abstrak suatu karya tulis, maupun membuat resensi. B. Materi / Lingkup Untuk mencapai tujaun tersebut, mahasiswa diberi materi perkuliahan yang dapat menunjang kemampuan memakai bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah berupa: ragam bahasa, cara mencari topik karangan, membuat tema karangan, menyusun kerangka karangan, cara mengumpulkan data, dan aturan-aturan dalam membuat karangan ilmiah berupa konvensi naskah. Untuk itu semua, mahasiswa diberi materi perkuliahan berupa kalimat, kalimat efektif, alinea atau paragraf, dan cara pemilihan kata yang tepat berupa diksi, penulisan kata serapan, tanda-tanda baca atau pungtusai, dan konvensi naskah. C. Ragam Bahasa Dalam berkomunikasi dapat dipakai bahasa baku dan tak baku. Pada situasi resmi, seperti dalam perkuliahan, di kantor, dan dalam pertemuan rsmi yang digunakan adalah bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi tak resmi digunakan bahasa tak baku. 1. Penggunaan Bahasa Ada tiga hal yang menyertai ragam bahasa, yaitu berdasar: a. Media yang digunakan 1) bahasa lisan : baku dan tak baku 2) bahasa tulis: baku dan tak baku b. Penuturnya Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

1) Ragam daerah atau dialek Dialek, yang dahulu disebut logat, terutama kelihatan dan yang mudah diamati adalah pelafalan. Sebagai contoh: a) logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak pada pelafalan /b/ pada posisi awal nama-nama kota atau tempat seperti mBorobudur, mBalapan, mBagelen, atau realisasi pelafalan kata seperti tarian, masuan, dan peranaan b) logat bahasa Indonesia orang Bali dan Aceh tampak pada realisasi pelafalan /t/ sebagai retrofleks, seperti tampak pada kata thathap, di sithu, pathuh, dan katha. c) logat bahasa Indonesia orang Tapanuli tampak dalam realissai pelafalan /e/ dengan tekanan kata yang amat jelas, seperti tampak dalam kata-kata sekian, kekuasaan, dan benar Ciri-ciri tekanan, turun-naiknya nada, dan panjang-pendeknya bunyi juga menandai perbedaan logat, tetapi tidak sejelas lafal. 2) . Ragam bahasa terpelajar Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan nampak jelas perbedaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yag tidak berpendidikan, terutama pada pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya: telepisi (televisi), adpokat (advokat) dan inporman (informan). Juga tampak dalam bidang tata bahasa: nyuri (mencuri), make (memakai), dan minjem (meminjam), dan pada kalimat, misalnya, Ibu mau tunjukkan tentang kebon paman. 3) Ragam bahasa resmi Ragam bahasa resmi atau yang dikenal dengan bahasa baku akan dipakai jika terdapat jarak antara penutur atau penulis dengan lawan bicara atau pembaca. Makin jauh jarak pembicara dan lawan bicaranya, makin resmi bahasa yang digunakan. 4) Ragam bahasa tak resmi Ragam bahasa tak resmi dipakai bila tidak terdapat jarak antara pembicara dan lawan bicaranya. Semakin akrab hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya, semakin kurang resmi bahasa yang dipakai. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA akan

c. Ragam bahasa berdasar pokok persoalan Ragam bahasa berdasar pokok persoalan ini tampak dalam pilihan kata atau penggunaan sejumlah kata atau istilah dan ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang-bidang tersebut, misalnya dalam bidang: 1) Ilmu pengetahuan Biologi: Akar berguna untuk menyerap air dan garam mineral dari tanah. Fisika: Arus listrik dapat mengalir melalui bahan-bahan yang terbuat dari logam yang disebut konduktor. Kimia: H2O adalah rumus molekul dari air. Manajenen: Promosi meruapkan bagian penting dari pemasaran. Lingkungan: Jangan merusak hutan. Matematika: Sebuah lingkaran mempunyai jari-jari tujuh cm. Statistik: Upah minimum karyawan di Indonesia sangat rendah dibanding dengan upah minimuam negara jiran. Komuputer: CPU adalah tempat serangkaian komponen elektrik berada dan berfungsi sebagai pengolahan data. Informatika: MCP singkatan dari Microsoft Certified Professional. Ragam bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah mempunyai ciri: a) Menggunakan ragam bahasa resmi, formal, lugas, dan eksak b) Bernada tidak emosional c) Cermat, menghindari kemubaziran d) Isi lengkap, ringkas, tepat, meyakinkan e) Makna kata dan ungkapan baku f) Gaya paparan berdasar konvensi 2) Hukum: Pengedar narkoba dapat dikenai hukuman mati. 3) Niaga: Stok beras di pasar cukup. 4) Reklame: Beli dua gratis satu. 5) Jurnalistik: Di Kabupaten Tanggerang, petani padi telah memanfaatkan campuran kapur dan pupuk dengan air untuk mengatasi hama wereng. 6) Sastra: a) Prosa: Melihat perbuatanmu, hatiku bagai ditikam oleh sembilu. b) Puisi: Bumi nan perkasa, bumi nan hidup. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

2. Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis Ditinjau dari media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua macam ragam bahasa, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar - dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya dinamakan ragam bahasa tulis. a. Dilihat dari aspek kebahasaan Ragam bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa, dan kosa kata. Ragam bahasa tulis mencakup ejaan, tatabahasa, dan kosa kata. Jadi, dalam ragam lisan orang berurusan dengan lafal, dan dalam ragam tulis orang berurusan dengan ejaan (tatacara penulisan atau pungtuasi) Selain itu, aspek tata bahasa dan kosakata dalam kedua jenis ragam itu memiliki ciri yang berbeda. Kedua ragam itu berhubungan erat, ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Kedua jenis ragam bahasa itu telah berkembang menjadi dua sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, walaupuan ada aspek tata bahasa dan aspek kosa kata yang berimpitan, namun masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu sama lain. b. Dilihat dari segi tatabahasa Bentuk kata, ragam lisan:

1) Tati mau nyiram tanaman. 2) Tina lagi mberesin lemari buku. 3) Kadir, kau jangan main-main di tepi sungai.
Bentuk kata, ragam tulis:

1) Tati mau menyiram tanaman. 2) Tina sedang merapikan lemari buku. 3) Kadir, engkau jangan bermain-main di tepi sungai.
Struktur kalimat, ragam lisan:

4) Ani tinggal di Surabaya 5) Underpas itu untuk mengurangi kepadatan lalu lintas
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

6) Dia telah jawab pertanyaan bapaknya.


Struktur kalimat, ragam tulis:

4) Ani bertempat tinggal di Surabaya 5) Underpas itu dibangun untuk mengurangi kepadatan lalu
lintas

6) Telah dijawabnya pertanyaan bapaknya.


Dari segi kosa kata, ragam lisan:

7) Ayah baru neken surat. 8) Adik lagi belajar. 9) Kayaknya saya segan pergi pagi ini.
Dari segi kosa kata, ragam tulis:

7) Ayah baru menandatangani surat 8) Adik sedang belajar. 9) Rasanya pagi ini saya segan pergi.
Dalam ragam bahasa lisan, untuk membantu pemahaman

pengungkapan diri ide, gagasan, pengalaman, sikap, dan perasaan - , penutur (pembicara) dapat memanfaatkan peragaan (dramatisasi), seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah suara atau tekanan, sedangkan dalam ragam bahasa tulis peragaan seperti itu tidak dapat digambarkan atau dilambangkan dengan tulisan. Oleh karenanya, dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa baik bentuk kata mau pun susunan kalimat -, ketepatan pilihan kata, dan kebenaran penerapan kaidah ejaan serta tanda baca (pungtuasi) untuk membantu kejelasan pengungkapan diri. 3. Ragam Bahasa Baku dan Ragam Bahasa Takbaku Dalam hubungannya ragam bahasa tulis baku, norma atau kaidahnya dinyatakan secara tertulis dalam bentuk buku tata bahasa (yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat), kamus (yang memberikan pedoman dalam hal pemakaian kosakata atau istialah) dan pedoman ejaan yang memberikan aturan penulisan, termasuk tanda-tanda baca. merupakan pedoman dalam penggunaan bahasa yang baku. Semua itu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

Penggunaan bahasa baku dan tak baku itu bertalian dengan situasi. Penggunaan bahasa baku berkaitan dengan situasi resmi atau kedinasan (formal), sedangkan penggunaan bahasa takbaku berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam situasi tidak resmi atau di luar kedinasan. Jarak antara penutur (pembicara) dan lawan bicara (pendengar) yang terlihat dari sikap, juga menentukan cara penggunaan bahasa baku atau takbaku. Jarak yang dekat antara pembicara dan pendengar (lawan bicara) akan melahirkan penggunaan bahasa takbaku. Yang dimaksud dengan jarak di sini dapat berupa jarak yang berkaitan dengan ruang, mau pun jarak dalam arti pelapisan sosial. Sebaliknya bila antara pembicara dan lawan bicara terdapat jarak yang cukup lebar aatu sikap yang resmi, maka digunakan ragam bahasa baku. Dalam ragam tulis baku harus dipenuhi kriteria sebagai berikut: 1. jelas (berkaitan dengan maksud) 2. tegas (bertalian dengan unsur-unsur gramatikal, seperti subyek, predikat, dan obyek) 3. tepat (bertalian dengan pilihan kata atau istilah) 4. lugas (tidak konotatif dan berpanjang-panjang) 4. Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Kemahiran berbahasa bertujuan untuk melancarkan komunikasi yang jelas dan teratur dengan semua anggota masyarakat. Namun bahasa bukanlah sekedar alat komunikasi, ia juga memungkinkan terpeliharanya tata sosial, adat istiadat, kebiasaan dan sebagainya dalam masyaralat, melalui pengkhususan dari fungsi komunikatif tadi. Karenanya berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku dalam suatu masyarakat. Kaidah bahasa ada yang tersurat dan ada yang tersirat. Kaidah yang tersirat berupa intuisi penutur bahasa, dan kaidah ini diperoleh secara alami sejak penutur belajar berbahasa Indonesia. Sedangkan kaidah yanfg tersurat adalah aturan bahasa atau sistem bahasa yang dituangkan dalam berbagai tulisan yang dikeluarkan oleh para ahli dalam bidang bahasa, yang termuat dalam buku-buku tata

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

bahasa, kamus, dan berbagai pedoman, seperti pedoman ejaan atau pedoman pembentukan istilah. Berikut ini dikemukakana kriteria berbahasa yang baik dan benar Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek: (1) tata bunyi (fonologi) (2) tata bahasa (kata dan kalimat) (3) kosa kata (termasuk istilah) (4) ejaan (5) makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya, bahasa Indonesia telah menerima bunyi /f/, /v/, dan /z/. Oleh karenanya kata yang benar adalah: fitri - bukan pitri fanatik bukan panatik (bom) molotov bukan - (bom) molotop inisiatif bukan inisiatip fakultatif bukan fakultatip konotatif bukan konotatip virulens bukan pirulens futuristik bukan puturistik valid bukan palid konvergen bukan- konpergen lazuardi bukan lajuardi lazim bukan - lajim mubazir bukan mubajir Pada aspek lafal, yang juga termasuk tata bunyi, pelafalan yang benar adalah: Impor bukan impot translokasi bukan tranlokasi transmisi bukan tranmisi Mengenai bentuk kata, yang masih termasuk tata bunyi, bentuk yang benar adalah: mencuri bukan nyuri mengerti bukan ngarti pertanggungjawaban bukan pertanggungan jawab Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

membaca bukan mbaca Dari segi kalimat, kalimat yag mandiri harus mengandung: subyek, predikat, atau dan obyek. Pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subyek. Di kota kami sudah mengadakan banyak pembangunan. yang benar adalah Kota kami sudah mengadakan banyak pembangunan. Dalam hubungan dengan peristilahan, istilah yang lebih baik adalah: dampak (impact) daripada pengaruh bandar udara daripada pelabuhan udara keluaran (output) daripada hasil pajak tanah (land tax) daripada- pajak bumi Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah: analisis bukan - analisa sistem bukan - sistim jadwal bukan - jadual hierarki bukan - hierarkhi Dari segi makna, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang bermakna konotatif. Oksigen itu dilahirkan dalam proses fotosistesis. seharusnya: Oksigen itu dihasilkan dalam proses fotosistesis. Bahasa yang baik juga bernalar. Kalimat di bawah ini tidak sesuai dengan tata nilai masyarakat Indonesia umumnya, karena tidak sesuai dengan logika penutur bahasa Indonesia. Gadis itu jalan-jalan di sungai. Bagi orang-orang yang tinggal di daerah sub-troips yang mempunyai empat musim, bila winter air sungai membeku, maka kalimat di atas dapat dipahami. Demikian pula bagi orang-orang Afrika yang mengenal musim panas berkepanjangan, sungai juga dapat dipakai untuk jalan-jalan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

Kelihatannya logika berkaitan dengan iklim (alam), tradisi, dan pengalaman penutur bahasa. Jadi, kalimat tersebut tidak baik bagi penutur bahasa Indonesia, walaupun menurut kaidah bahasa Indonesia kalimat itu benar (Ada subyek, predikat, dan keterangan).. Selain itu, ukuran baik itu juga bertalian dengan tersampaikannya informasi yang dinyatakan. Kalimat Di kota kami sudah mengadakan banyak pembangunan. misalnya, dapat menyampaikan pesan , tetapi dilihat dari kaidah bahasa tidak memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar. Sebaliknya kalimat Gadis itu jalan-jalan di sungai. memenuhi kaidah bahasa (ada subyek, predikat, dan keterangan), tetapi tidak dapat menyampaikan pesan secara efektif karena orang akan bertanya-tanya tentang maksudnya. Jadi, penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimatkalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/nformasi secara tepat.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

WORO ARYAMDINI BAHASA INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai