Anda di halaman 1dari 14

Gabung Multiply

Buka Toko, Gratis

Masuk ke Site

Bantuan

English

CARI

Prinsip-prinsip Kesetaraan Gender dalam Al-Qur'an


Oleh: Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA.

Nov 19, '07 9:07 AM oleh Luwiuntuk semuanya

Ada beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai standar dalam menganalisis prinsip-prinsip kesetaraan jender dalam Al-Qur'an. Variabelvariabel tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Laki-laki dan Perempuan Sama-sama sebagai Hamba

kelompokdiskusi i like discussion Gabung di Grup ini! Laporkan

Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Pelanggaran Tuhan (QS. Az-Dzariyat/51:56). Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal, yaitu dalam Al-Qur'an biasa diistilahkan sebagai orang-orang yang bertaqwa, dan untuk mencapai derajat bertaqwa ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu. Dalam kapasitas sebagai hamba, laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya (Q.S. al-Nahl/16:97).

2. Laki-laki dan Perempuan sebagai Khalifah di Bumi Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi, selain untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah swt, juga untuk menjadi khalifah di bumi (QS. Al-An'am/6:165). Kata Khalifah tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan. 3. Laki-laki dan Perempuan Menerima Perjanjian Primordial Laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui, menjelang seorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya (QS. Al-Araf/7:172). Menurut Fakhr al-Razi, tidak ada seorangpun anak manusia lahir di muka bumi yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat. Tidak ada seorangpun yang mengatakan "tidak". Dalam Islam, tanggung jawab individual dan kemandirian berlangsung sejak dini, yaitu sejak dalam kandungan. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama. Rasa percaya diri seorang perempuan dalam Islam seharusnya terbentuk sejak lahir, karena sejak awal tidak pernah diberikan beban khusus berupa "dosa warisan" seperti yang dikesankan di dalam tradisi YahudiKristen, yang memberikan citra negatif begitu seseorang lahir sebagai perempuan. Dalam tradisi ini, perempuan selalu dihubungkan dengan drama kosmis, di mana Hawa dianggap terlibat di dalam kasus keluarnya Adam dari surga, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Kejadian (3:12). Sebagai sanksi terhadap kesalahan perempuan itu, maka kepadanya dijatuhkan sanksi seperti disebutkan dalam Kitab kejadian 3:16 dan Kitab Talmud (Eruvin 100b) Ini berbeda dengan Al-Qur'an yang mempunyai pandangan positif terhadap manusia, Al-Qur'an menegaskan bahwa Allah memuliakan seluruh anak cucu Adam (Q.S. Al-Isra/17:70). Dalam Al-Qur'an, tidak pernah ditemukan satupun ayat yang menunjukan keutamaan seseorang karena faktor jenis kelamin atau karena keturunan suku bangsa tertentu. Kemandirian dan otonomi perempuan dalam tradisi Islam sejak awal terlihat begitu kuat. Dalam tradisi Islam, perempuan mukallaf dapat melakukan berbagai perjanjian, sumpah dan nazar, baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan. Tidak ada suatu kekuatan yang dapat menggugurkan janji, sumpah atau nazar mereka (Q.S. Al-Ma'idah/5:89). Pernyataan ayat ini jelas berbeda dengan pernyataan Alkitab yang mengisyaratkan subordinasi perempuan dari laki-laki, yakni anak perempuan dalam subordinasi dari ayahnya dan istri subordinasi dari suaminya. Dalam tradisi Islam, ayah dan suami juga mempunyai otoritas khusus tetapi tidak samapi mencampuri urusan komitmen pribadi seorang perempuan dengan Tuhannya. Bahkan dalam urusan-urusan keduniaan

pun perempuan memperoleh hak-hak sebagaimana halnya yang diperoleh kali-laki. Dalam suatu ketika, Nabi Muhammad didatangi oleh sekelompok perempuan untuk menyatakan dukungan politik (bai'ah), maka peristiwa langka ini menyebabkan turunnya Q.S. al-Mumtahanah/60:12. 4. Adam dan Hawa, Terlibat secara Aktif dalam Drama Kosmis Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan pasangannya di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan kedua belah pihak secara aktif dengan menggunakan kata ganti untuk dua orang yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa, seperti dapat dilihat dalam beberapa kasus berikut ini:

1. Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga 2. 3. 4. 5.


(Q.S. Al-Baqarah/2:35) Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari syaitan (Q.S. Al-A'raf/7:20) Sama-sama memakan buah khuldi dan keduanya menerima akibat jatuh ke bumi (Q.S. al-A'raf/7:22) Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan (Q.S. Al-A'raf/7:23) Setelah di bumi, keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan saling membutuhkan (Q.S. Al-Baqarah/2:187).

Adam dan Hawa disebutkan secara bersama-sama sebagai pelaku dan bertanggung jawab terhadap drama kosmis tersebut. Jadi, tidak dapat dibenarkan jika ada anggapan yang menyatakan perempuan sebagai mahluk penggoda yang menjadi penyebab jatuhnya anak manusia ke bumi penderitaan. 5. Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Berpotensi Meraih Prestasi

Dalam hal peluang untuk meraih prestasi maksimum, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana ditegaskan secara khusus di dalam tiga ayat Al-Qur'an (Q.S. Ali Imran/3:195, Q.S. An-Nisa/4:124 dan Q.S. Mumin/40:40). Ayat-ayat ini mengisyaratkan konsep kesetaraan jender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis kelamin saja. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama meraih prestasi optimal. Namun, dalam kenyataan di masyarakat, konsep ideal ini masih membutuhkan tahapan dan sosialisasi, karena masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya yang sulit diselesaikan.
Salah satu obsesi Al-Qur'an ialah terwujudnya keadilan di dalam masyarakat. Keadilan dalam Al-Qur'an mencakup segala segi kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena itu, Al-Qur'an tidak mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa dan kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin. Jika terdapat suatu hasil pemahaman atau penafsiran yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur kemanusiaan, maka hasil pemahaman dan penafsiran tersebut terbuka untuk diperdebatkan.

Kata kunci: sudut pandang 2 Sebelumnya: Islamisasi Sains Kontemporer, Perlukah? Selanjutnya : Salahkah Daku ini... balas

Tautan Bersponsor

Shop at the Multiply Marketplace

Hi-Def Video Upgrade to Multiply Premium

* Your photos & videos as large as possible for all your friends and family * Your video in HD (up to 1080p) * Automated backup and permanent storage * Ad-free browsing.. KomentarKronologis Kebalikan Berdasar topik balas sudarjanto menulis on Nov 19, '07 Al Quran merupakan kalimat Allah yang paling benar,karena tidak tercemar dengan perkataan manusia satu katapun,dan hukum didalamnya adalah hukum tertulis yang wajib dipercaya sehingga patut dijadikan dasar hukum bagi ummat Islam.Adapun Hadis merupakan penjelasan dari Al Quran yang disampaikan oleh Nabi yang tidak ditulis sehingga setiap hadis harus dikembalikan pada Al Quran apakah hadis itu benar atau tidak kalau bertentangan dengan Al Quran tentunya hadis itu diragukan kebenarannya karena mungkin sudah dirubah oleh manusia sesuai pendapatnya.Demikian juga Kitab kitab terdahulu kebanyakan tidak tertulis,karena itu Al Quran telah menyatakan bahwa sesuatu perjanjian hendaknya secara tertulis agar bisa dijadikan dasar hukum, Al Quran memberi kebebasan bagi manusia untuk berfikir,bahkan menantang manusia untuk berfikir terhadap segalanya terkecuali memikirkan zatnya,mungkin maksudnya agar manusia bisa pintar mengambil keputusan pintar memimpin bumi ini dengan arif, bahkan Al Quran mencela manusia yang hanya meniru tanpa berfikir,yang

Low Prices on Shoes, Jewelry, Clothing, Food, Accessories, TShirts, Electronics and much more. Safe Shopping from friendly, trusted sellers. Great deals on local items.

membuat manusia bergantung pada sesuatu selain Allah. Seandainya manusia mau berfikir walaupun satu ayat saja maka manusia akan bertambah pengetahuannya. balas pipipego menulis on Nov 19, '07 yang jelas, baik laki-laki maupun perempuan semua punya kewajiban masing-masing disamping hak untuk setara satu sama lain.. balas drianchicken menulis on Nov 20, '07, telah disunting on Nov 21, '07 Terimakasih bung... Saya tertarik sekali dengan tulisan anda ini :) Apa tulisan ini diambil dari website lain? Mungkin di mata Tuhan, laki laki dan perempuan adalah sama. Tapi bagaimana dengan posisi perempuan di muka bumi ini? Saya teringat akan sebuah hadis, dimana jika seorang perempuan tidak mau memenuhi "keinginan tempat tidur"nya si suami, iistri istri tersebut akan dilaknat. Nah.. kenapa hanya perempuan yang terkena laknat? Sedangkan suami suami boleh tidak mau "melayani" keinginan si istri, ia tidak terkena kutukan apa apa. Malah mereka diperbolehkan nikah lagi... sampai empat kali pula... Bagaimana menurut Anda? Tentu masih banyak yg harus dipertanyakan... hehe tapi untuk sementara sampai disini dulu. Komentar telah dihapus atas permintaan penulis. balas audio video balasan Tambahkan Komentar

2012 Multiply Indonesian Perihal Blog Syarat Privasi Perusahaan Iklankan API Bantuan Sitemap

Membaca, Merenungkan dan Menghayati


Blog yang akan mengekspos beberapa fenomena yang terjadi
republika Reuters - TEXT-S&P afrms Bosnia and Herzegovina B/B rtg powered by

Selasa, 31 Agustus 2010


Kesetaraan Gender dalam Al Quran Di dalam ayat-ayat Al Quran maupun sunnah nabi yang merupakan sumber utama ajaran islam, terkandung nilai-nilai universal yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia dulu, kini dan akan datang. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kemanusiaan, keadilan, kemerdekaan, kesetaraan dan sebagainya. Berkaitan dengan nilai keadilan dan kesetaraan, Islam tidak pernah mentolerir adanya perbedaan atau perlakuan diskriminasi diantara umat manusia. Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui mengenai kesetaraan jender dalam Al Quran. Gender merupakan istilah jenis kelamin sosial yang dibuat masyarakat. Al Quran mengatur tentang kesetaraan Gender laki-laki maupun perempuan Bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang terbaik dengan kedudukan yang paling terhormat. Manusia juga diciptakan mulia dengan memiliki akal, perasaan dan menerima petunjuk. Oleh karena itu Al-quran tidak mengenal pembedaan antara lelaki dan perempuan karena dihadapan Allah SWT, lelaki dan perempuan mempunyai derajat dan kedudukan yang sama, dan yang membedakan antara lelaki dan perempuan hanyalah dari segi biologisnya. Adapun dalil-dalil dalam Al Quran yang mengatur tentang kesetaraan gender adalah: a. Tentang hakikat penciptaan lelaki dan perempuan Surat Ar-rum ayat 21, surat An-nisa ayat 1, surat Hujurat ayat 13 yang pada intinya berisi bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia berpasang-pasangan yaitu lelaki dan perempuan, supaya mereka hidup tenang dan tentram, agar saling mencintai dan menyayangi serta kasih mengasihi, agar lahir dan menyebar banyak laki-laki dan perempuan serta agar mereka saling mengenal. Ayat -ayat diatas menunjukkan adanya hubungan yang saling timbal balik antara lelaki dan perempuan, dan tidak ada satupun yang mengindikasikan adanya superioritas satu jenis atas jenis lainnya. b. Tentang kedudukan dan kesetaraan antara lelaki dan perempuan Surat Ali-Imran ayat 195, surat An-nisa ayat 124, surat An-nahl ayat 97, surat Ataubah ayat 71-72, surat Al-ahzab ayat 35. Ayat-ayat tersebut memuat bahwa Allah SWT secara khusus menunjuk baik kepada perempuan maupun lelaki untuk menegakkan nilai-nilai islam dengan beriman, bertaqwa dan beramal. Allah SWT juga memberikan peran dan tanggung jawab yang sama antara lelaki dan perempuan dalam menjalankan kehidupan spiritualnya. Dan

Allah pun memberikan sanksi yang sama terhadap perempuan dan lelaki untuk semua kesalahan yang dilakukannya. Jadi pada intinya kedudukan dan derajat antara lelaki dan perempuan dimata Allah SWT adalah sama, dan yang membuatnya tidak sama hanyalah keimanan dan ketaqwaannya. d. Prinsip Kesetaraan Gender dalam Al Quran Menurut Prof. Dr. Nasaruddin Umar dalam "Jurnal Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan" (2000) ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Quran, yakni: a. Perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai hamba Menurut Q.S. al-Zariyat (51:56), (ditulis alqurannya dalam buku argumen kesetaraan gender hal 248) Dalam kapasitas sebagai hamba tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam Quran biasa diistilahkan sebagai orang-orang yang bertaqwa (mutaqqun), dan untuk mencapai derajat mutaqqun ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. alHujurat (49:13). b. Perempuan dan Laki-laki sebagai Khalifah di Bumi Kapasitas manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifah fi alard) ditegaskan dalam Q.S. al-Anam(6:165), dan dalam Q.S. al-Baqarah (2:30) Dalam kedua ayat tersebut, kata khalifah" tidak menunjuk pada salah satu jenis kelamin tertentu, artinya, baik perempuan maupun laki-laki mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi. c. Perempuan dan Laki-laki Menerima Perjanjian Awal dengan Tuhan Perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian awal dengan Tuhan, seperti dalam Q.S. al Araf (7:172) yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan oleh para malaikat. Sejak awal sejarah manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama. Quran juga menegaskan bahwa Allah memuliakan seluruh anak cucu Adam tanpa pembedaan jenis kelamin. (Q.S. al-Isra/17:70). d. Adam dan Hawa terlibat secara aktif dalam drama kosmis Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan Hawa di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan keterlibatan keduanya secara aktif, dengan penggunaan kata ganti untuk dua orang (huma), yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa yang terlihat dalam beberapa kasus berikut: Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga (Q.S.al Baqarah/2:35). Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (Q.S.al-Araf/7:20). Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan (Q.S.al Araf/7:23). Setelah di bumi keduanya mengembangkanketurunan dan saling melengkapi dan saling membutuhkan (Q.S.al Baqarah/2:187). e. Perempuan dan Laki-laki Sama-sama Berpotensi Meraih Prestasi Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan dan lakilaki ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: Q.S. Ali Imran /3:195; Q.S.anNisa/4:124; Q.S.an-Nahl/16:97. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual

maupun karier profesional, tidak mesti didominasi oleh satu jenis kelamin saja. Kesimpulan Al Quran mengungkapkan kesetaraan Gender tentang derajat laki-laki maupun Perempuan sebagai hamba yang sama derajatnya, akan tetapi ada beberapa hal yang tidak bisa disamakan antara laki-laki dan perempuan, contohnya laki-laki sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab terhadap keluarga tersebut. Oleh karena itu jelas dalam Al Quran terdapat ayat yang mengunggulkan kaum laki-laki dikarenakan laki-laki bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keluarga. Diposkan oleh Ahmad Mustofa di Selasa, Agustus 31, 2010

0 komentar: Poskan Komentar


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut Arsip Blog


Agustus (2) Juli (2)

Mengenai Saya

Ahmad Mustofa Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia petualang dalam masa pengembaraan yang panjang yang sekarang dalam masa persinggahan Lihat profil lengkapku

Tampilan slide

Langganan
Post Komentar

Template Picture Window. Gambar template oleh enot-poloskun. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai