Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang PT Pos Indonesia (Persero) merupakan BUMN yang sudah melanglangbuana di kancah bisnis nasional. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman dan teknologi, PT Pos Indonesia dituntut untuk mampu melakukan berbagai usaha sebagai bentuk transformasi bisnis. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Transformasi Bisnis PT Pos Indonesia, maka perusahaan melakukan penataan, perumusan, dan restrukturisasi produk serta mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk pengembangan bisnis. Logistik merupakan aktivitas bisnis pendukung yang sangat vital dalam penciptaan nilai tambah. Oleh karena itu, PT Pos Indonesia (Persero) sebagai BUMN yang memiliki kompetensi di bidang tersebut membentuk SBU Pos Logistics. SBU Pos Logistics memiliki berbagai jenis produk, seperti, Integrated Logistics, Bisnis Transportasi, Freight Forwarding (DN/LN) termasuk di dalamnya PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan), dan Warehousing. Akan tetapi, dari potensi pasar bisnis logistik di Indonesia yang sangat besar, PT Pos belum memperoleh hasil yang optimal. Dalam hal ini, penulis akan mencoba untuk mengkaji cara-cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pendapatan PT Pos Indonesia dari bidang logistik, dan membatasinya pada bidang Warehousing. 1.2. Identifikasi Masalah Ada dua versi data yang dihimpun mengenai pendapatan PT Pos dari SBU Total Logistics. Pangsa pasar Industri Distribusi dan Logistik yang berhasil digarap oleh PT Pos Indonesia pada tahun 2003 baru mencapai 1,4% dari pangsa pasar yang ada sekitar Rp 127,6 Trilyun (Asperindo, Majalah Swa edisi 20/Sept-Okt/2004 dalam Modul Pos Logistik). Sepanjang tahun 2010 pendapatan PT Pos masih didominasi oleh jasa surat (mail) yang menyumbang hingga 57%. Jasa layanan pos lainnya yakni jasa keuangan menempati urutan kedua yakni 33%, dan logistik 7% (http://www.jabarprov.go.id). Dari data-data tersebut di atas, maka diambil suatu perumusan masalah, yaitu Bagaimana caranya melakukan Ekstensifikasi Penggarapan Pangsa Pasar Pos

Logistik Dalam Rangka Optimalisasi Pendapatan PT Pos Indonesia dari Bisnis Warehousing (Studi Kasus Pada Warehousing Telkomsel di KP Bandung)? BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengertian Pemasaran Pengertian tentang pemasaran banyak diberikan oleh berbagai kalangan. Definisi yang banyak dijadikan pedoman adalah definisi yang diberikan oleh American Marketing Association (AMA) pada tahun 1935, yaitu, pemasaran adalah aktivitas bisnis yang mengarahkan aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Definisi yang diberikan oleh AMA terus mengalami perubahan dan perluasan pada tahun 1985,2004, dan terakhir pada tahun 2007, AMA memberikan pengertian tentang pemasaran sebagai berikut : Marketing is the activity, set of institutions, and processing of creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large Pada definisi ini, pemasaran sudah memiliki pengertian yang lebih luas tidak hanya kepada pelanggan, klien dan rekan, tapi juga sampai dengan memberikan nilai bagi masyarakat yang lebih luas. Dalam hal ini, penciptaan nilai didasarkan pada sumber daya, kapabilitas, dan kompetensi sejumlah institusi secara bersama. Ini berarti perusahaan sudah harus mempertimbangkan masyarakat luas sebagai salah satu stakeholder yang penting. Penawaran pemasaran harus memberikan manfaat kepada masyarakat. Penawaran pemasaran perlu mengkomunikasikan atribut, mendistribusikan penawaran pemasaran, dan mempertukarkan penawaran pemasaran yang memberikan manfaat kepada masyarakat dengan meningkatkan derajat inovasi perusahaan, yang juga meningkatkan derajat produktifitas perusahaan, kemudian meningkatkan derajat produktifitas industri, yang pada akhirnya meningkatkan derajat produktifitas masyarakat, sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi. 2.2. Pengertian Ekstensifikasi Pangsa Pasar Pos Logistik

Ekstensifikasi adalah perluasan dan pemberdayaan hasil yang diperoleh guna mendapatkan prospek-prospek baru. Pangsa pasar adalah bagian dari keseluruhan permintaan suatu barang yang mencerminkan golongan konsumen menurut ciri khasnya,seperti tingkat permintaan, umur, jenis kelamin, pendidikan dan status sosial (market segment). Pangsa pasar juga merupakan bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dan seluruh potensi jual, biasanya dinyatakan dalam persen (market share). Logistik berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti rasio, kata, kalkulasi, alasan, pembicaraan, orasi. Logistik adalah konsep yang dianggap berevolusi dari kebutuhan pihak militer untuk memenuhi persediaan mereka ketika beranjak ke medan perang. Secara harfiah, logistik adalah seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar. Pos Logistics adalah suatu bagian dari upaya pengembangan bisnis yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia yang dibentuk atas keputusan direksi, dengan visinya sebagai penyedia layanan logistik yang terintegrasi dengan jangkauan terluas dan terbaik di Indonesia. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian ekstensifikasi pangsa pasar Pos Logistics, yaitu perluasan penguasaan pasar oleh perusahaan dalam potensi jual dari upaya pengembangan bisnis logistik oleh PT Pos Indonesia. 2.3. Pengertian Optimalisasi Pendapatan Optimalisasi menurut beberapa sumber memiliki yang berbeda-beda. Optimalisasi dapat berarti pemecahan masalah-masalah yang pada hakekatnya orang berusaha untuk meminimalkan atau memaksimalkan fungsi dengan sistematis. Atau secara sederhana, optimalisasi adalah pencarian terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks. Pendapatan memiliki beberapa definisi yang berbeda. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1999:233), pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Sementara itu Theodorus Tuonakotta (1984:144) mendefinisikan pendapatan sebagai 3

inflow of asset ke dalam perusahaan sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Menurut Paton dan Littleton yang kemudian disempurnakan oleh Suwardjono (1984:167),pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Dari aspek fisik, pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas. Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Maka, dari kedua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian optimalisasi pendapatan, yaitu pemecahan masalah untuk memaksimalkan fungsi arus masuk hasil penjualan barang atau jasa sehingga memperoleh laba. 2.4. Warehouse & Distribution / Pergudangan & Distribusi Adalah jasa layanan pengelolaan gudang dan pengiriman / penyebaran barang dari satu atau beberapa jenis gudang yang dikelola kepada penerima gudang-gudang penampung. akhir atau kepada

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA

3.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan penulis dibagi dalam dua bentuk data, yaitu berupa data primer dan data sekunder. Di bawah ini adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis : a. Teknik Observasi Langsung Yaitu mengumpulkan data langsung turun ke lapangan untuk menganalisis langsung ke lokasi yang diteliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. b. Teknik Wawancara Langsung Yaitu pengumpulan data dengan teknik wawancara langsung dengan orang yang berkompeten dalam bidangnya, dalam hal ini, petugas warehousing di KP Bandung, bagian Akuntansi KP Bandung, dan SPV Pos Logistics di KP Bandung.

c. Dokumentasi Proses dokumentasi dilakukan untuk memperoleh suatu gambaran tentang kegiatan warehousing Telkomsel di KP Bandung. d. Data sekunder Data yang diambil berupa KD dan SE mengenai Logistik, termasuk di dalamnya warehousing, SOP warehousing Telkomsel di KP Bandung, Pengakuan Pendapatan Transfer Pricing dari KP Jakarta Fatahillah mengenai warehousing Telkomsel di KP Bandung, untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh oleh KP Bandung dari bisnis warehousing Telkomsel.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis

Berdasarkan data yang diperoleh, baik dari data primer ( observasi dan wawancara ) dan data sekunder ( KD dan SE tentang Logistik dan warehousing, SOP warehousing Telkomsel di KP Bandung, Pengakuan Pendapatan Transfer Pricing dari KP Jakarta Fatahillah mengenai warehousing Telkomsel di KP Bandung), maka diperoleh hasil sebagai berikut : A. Hasil Observasi Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada tanggal 24 Februari 2011, di Warehousing Telkomsel KP Bandung, data yang diperoleh adalah : 1. Secara keseluruhan, total luas gudang Telkomsel adalah 46,13 m2, atau panjang 6,9 m, dan lebar 6,6 m. 2. Terdapat 3 ruangan di warehousing Telkomsel KP Bandung, yaitu ruang tunggu, ruang SPV, dan gudang (kluise). 3. SPV Warehousing dibantu oleh dua orang staff. B. Hasil Wawancara Dari hasil wawancara dengan SPV Warehousing Telkomsel KP Bandung, data yang diperoleh adalah : 1. Warehousing Telkomsel di KP Bandung dimulai sejak tahun 2006 2. Warehousing menggunakan area khusus dengan pintu baja yang sudah ada sejak lama. 3. Biaya-biaya operasional yang dibutuhkan setiap bulannya adalah Rp.1.100.000,peruntukkannya adalah untuk biaya ATK, telepon, air minum, pemeliharaan ruangan, dengan porsi yang tidak ditentukan. C. Dokumentasi

Tampak Sekilas Stok Fisik dan Perdana Telkomsel

Voucher Fisik dan Perdana dikemas dalam dus yang diberi label dan No.Urut

Pintu masuk dilindungi baja dan jeruji

D. Pengakuan Transfer Pricing Dari KP Jakarta Fatahillah mengenai pendapatan Warehousing Telkomsel. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian akuntansi di KP Bandung, pada Jurnal Umum Desember 2010, terdapat pengakuan Transfer Pricing Provisi Warehousing T-Sel bulan Juli-Oktober 2010 sebesar Rp.95.000.000,-. Jika dihitung rata-rata per bulan, maka pendapatan KP Bandung dari Warehousing Telkomsel ini adalah sebesar Rp.23.750.000,Jika dihitung tarif per meter persegi, maka Rp.23.750.000,- / 46,13 m2, adalah Rp.514.849,-. Meskipun tarif tersebut terhitung cukup besar untuk ukuran sewa lahan, akan tetapi jumlah ini masih dapat ditingkatkan apabila dilakukan ekstensifikasi pangsa pasar terhadap produk warehousing milik PT Pos dengan cara melakukan metode-metode pemasaran yang lebih baik. Sehingga lebih banyak pelanggan korporat yang menggunakan jasa warehousing Pos Logistics. E. Keputusan Direksi Nomor 04 Tahun 2010 Pasal 3 Ayat (2) Mekanisme yang dilakukan untuk melakukan pengelolaan layanan SBU Poslog terdiri mekanisme atas : a. Distribution/Freight Forwarding; b. Pergudangan (Warehousing) c. Transportasi (Transporting) d. Custom Clearance Untuk pembahasan mengenai pemasaran warehousing, maka pada butir selanjutnya akan dibahas mengenai ayat dari pasal-pasal yang terkandung mengenai Keputusan Direksi yang lebih membahas mengenai tata cara dan teknik yang digunakan untuk melakukan kegiatan pemasaran di bidang logistik dalam rangka memperoleh pendapatan, yang kemudian dihubungkan dengan kegiatan warehousing. F. Keputusan Direksi No 4 Tahun 2010 Pasal 4

(1) Aktivitas inti yang dilakukan SBU Poslog adalah : a. Merumuskan dan menawarkan nilai tambahan layanan Logistics value added proposition) kepada pelanggan di antaranya

(Logistics

kesinambungan proses Logistics (logistics seamless process), aliran barang yang lebih efisien, efektif dan produktif (efficient, effective, & productive flow of goods), dan lain; b.Mengelola sumber daya, sehingga dapat memberikan layanan sesuai sesuai dengan nilai tambah layanan Logistics (Logistics value added proposition) yang ditawarkan; c.Melakukan improvement terhadap nilai tambah layanan Logistics (Logistics value added proposition) yang ditawarkan; d.Menyelenggarakan administrasi dan pelaporan atas seluruh kegiatan yang kegiatan yang dilaksanakan; (2) Untuk menyelenggarakan aktivitas inti dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, SBU PosLog menjalankan fungsi : a.Perencanaan Bisnis dan Pengendalian Kinerja; b.Manajemen Pemasaran dan Penjualan; c.Manajemen Operasional dan Keuangan; d.Manajemen Sumber Daya; e.Manajemen Proyek; f.Administrasi Data dan Pelaporan

F. Keputusan Direksi No 4 Tahun 2010 Pasal 12 Tentang Warehousing (1) Bagian Warehousing dipimpin oleh Manajer Warehousing, yang bertanggung jawab langsung kepada SM Operasi.

10

(2) Manajer Warehousing mempunyai fungsi penyelenggaraan administrasi pergudangan, pusat pendistribusian, penanganan order, melakukan labelling, dan pengepakan serta layanan lain sesuai Service Level Agreement (SLA) yang disepakati dengan pelanggan. (3) Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut di dalam ayat (2) pasal ini, Manajer Warehousing memiliki tugas-tugas pokok : a. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran di bagiannya; b. Melaksanakan dan menjaga Standar Operasi Prosedur layanan Warehousing c. Mengusulkan kebutuhan sarana untuk layanan Warehousing ; d. Mengatur pengelolaan penyimpanan, penataan barang, administrasi, dan pendistribusian barang, serta melakukan labelling dan pengepakan barang untuk memenuhi order customer; e. Mengusulkan komponen tarif Warehousing; f. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kinerja layanan Warehousing.

4.2 Pembahasan

Langkah selanjutnya adalah membandingkan kegiatan pemasaran yang sudah dilakukan di bisnis Warehousing ini dengan teori-teori pemasaran dari literatur yang disusun oleh pakar-pakar nasional dan internasional, agar metode pemasaran warehousing ini dapat diimplementasikan secara lebih mendalam agar dapat terciptanya ekstensifikasi pangsa pasar PosLog dalam rangka optimalisasi pendapatan PT Pos Indonesia dari bidang Warehousing. Kegiatan pemasaran yang sudah diterapkan di bisnis Warehousing dan menjadi tugas pokok bagi Manajer Pemasaran ini terdapat di Keputusan Direksi No 4 Tahun 2010 Pasal 8 Ayat (3) sebagai berikut : 11

a. Menyusun marketing plan b. Mengelola marketing capabilities c. Mengembangkan strategi promosi dan komunikasi dan layanan d. Merumuskan rancangan layanan sesuai dengan kebutuhan calon pelanggan e. Menghitung tarif yang ditawarkan kepada calon pelanggan berkoordinasi dengan unit kerja terkait f. Menyusun dokumen tender g.Mengembangkan kapabilitas dan keahlian di bidang business sollution.

Berdasarkan kegiatan pemasaran yang terdapat dalam Keputusan Direksi No 4 Tahun 2010 tersebut, terlihat sepertinya masih terdapat kekurangan jika dibandingkan dengan ilmu atau teori pemasaran yang sedang populer dan banyak diterapkan oleh para pakar serta pengusaha untuk dapat lebih meningkatkan pangsa pasarnya , sehingga cakupan pangsa pasar warehousing milik Pos Logistics masih terhitung sempit. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat dilengkapi dengan teori yang diambil dari pakar pemasaran modern, Hermawan Kartajaya, buku MarkPlus Basics MIM (MarkPlus Institute of Marketing) Academy tahun 2009. Kegiatan pemasaran yang dilakukan berdasarkan Keputusan Direksi tersebut masih terbatas pada hal-hal yang sangat mendasar. Sementara pada teori MIM Academy dipaparkan teori yang lebih mutakhir tentang pemasaran. Pada teori ini, dibahas bahwa elemen strategi dalam ilmu pemasaran terdiri dari segmentation, targetting, dan positioning atau yang sering dikenal dengan sebutan STP. Eksplorasi strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk memenangkan market-share. Segmentasi (view your market creatively ) digunakan untuk melihat pasar secara kreatif karena merupakan seni mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang pasar sehingga pasar harus dipandang dari sudut yang unik dan berbeda dari pesaing. Segmentasi dapat dilakukan berdasarkan tiga variabel, yaitu geografis, demografis, psikografis. Warehousing Telkomsel di KP Bandung, jika dilihat dari segmentasinya, 12

termasuk pada segmentasi variabel geografis, karena pada hal ini PT Pos Indonesia merepresentasikan pasar nasional yang memiliki jaringan tersebar di berbagai kota di Indonesia, salah satunya di KP Bandung yang membawahi warehousing serupa di daerah Tasikmalaya, Sukabumi, Subang, Purwakarta, dan Cirebon. Penargetan (allocate your resources effectively), digunakan untuk mengetahui cara mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara efektif ke sasaran pasar yang tepat melalui proses evaluasi serta menentukan segmen mana yang mau dilayani sehingga perusahaan harus meninjau potensi menguntungkan dari sasaran pasar di masa yang akan datang. Dalam pemilihan sasaran pasar terdapat tiga strategi, yaitu undifferentiated marketing, differentiated marketing, dan concentrated marketing. Warehousing Telkomsel di KP Bandung adalah contoh strategi concentrated marketing karena pilihan sasaran pasar dilakukan dengan cara memilih hanya satu segmen dengan mengembangkan satu bauran pemasaran. Penentuan posisi (lead your customer credibly) digunakan untuk memposisikan produk di benak pelanggan dengan membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi bagi pelanggan yang terkait dengan bagaimana menciptakan being di dalam benak pelanggan dan membimbing mereka dengan kredibilitas. Dalam memposisikan perusahaan di benak pelanggan, dilakukan beberapa proses yaitu : positioning development, positioning benefit factor, positioning statement. Positioning development dibuat dengan melihat 4Cs Diamond, yaitu Company (perusahaan), Competitor (pesaing), Customer (pelanggan), dan Change (perubahan). Positioning benefit factor merupakan teknik memposisikan produk atau pelayanan perusahaan yang terdiri dari faktor performa, kemudahan, harga, psikologis. Sedangkan dalam positioning statement, kalimat positioning memiliki definisi sebagai arti yang tidak ternilai harganya dalam memberikan fokus dan kemurnian untuk sebuah pembentukan atau pembangunan strategi marketing dan taktik. Produk Warehousing milik Pos Logistics memiliki keunggulan karena bersifat customized, sehingga antara pelanggan dengan pelanggan yang lain sistem layanan yang diberikan kemungkinan berbeda, tergantung jenis dan sifat barang serta keinginan dari masing-masing pelanggan. Layanan bisnis ini telah didukung oleh teknologi informasi dalam pengelolaan warehouse dengan menggunakan Warehouse Management System 13

(WMS). Warehousing milik Pos Logistics juga memiliki kekuatan pada cakupan jaringan yang sangat luas hingga ke seluruh pelosok tanah air. Melalui keunggulan-keunggulan tersebut, dan disertai pula dengan penerapan metode pemasaran yang baik, pangsa pasar warehousing dapat diperluas sehingga pelanggan bertambah dan pendapatan yang diperoleh PT Pos Indonesiapun akan lebih optimal. Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Hermawan Kartawijaya, tentang strategi pemasaran, yaitu segmentation, targetting dan positioning, berikut ini adalah pemaparan mengenai penerapan ketiga strategi pemasaran tersebut dalam bidang warehousing Pos Logistics.

I. Segmentation (Segmentasi) Segmentasi penting dalam membuat arsitektur bisnis perusahaan, karena : pertama, lebih fokus dalam alokasi sumber daya. Segmentasi akan menentukan segmen mana yang dapat dilayani paling baik dan mana yang dapat dilayani paling baik, dan di mana Warehousing memiliki keunggulan kompetitif terbesar sehingga akan memudahkan Pos Logistics agar fokus dalam merancang produk layanan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Kedua, basis menentukan strategi, taktik dan value. Segmentasi yang disertai pemilihan sasaran pasar akan memberikan acuan dan dasar penentuan positioning, sehingga Pos Logistics dapat lebih lanjut mendiferensiasikan produk layanan, menentukan bauran pemasaran, dan strategi penjualan. Setelah dirumuskan akan menjadi acuan lengkap bagi penciptaan nilai melalui process, service, dan brand building Pos Logistics. Selanjutnya segmentasi berguna sebagai faktor kunci mengalahkan pesaing. Perusahaan, dalam hal ini Pos Logistics, harus mampu untuk membuat segmentasi dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan para pesaing perorangan. Dengan kata lain, Pos Logistics harus mengevaluasi posisinya dan persaingan pasar.

II. Targetting (Menentukan sasaran/penargetan)

14

Strategi berikutnya adalah menentukan sasaran. Langkah ini menjadi penting karena dua hal yaitu : pelanggan dan perusahaan. Pelanggan memiliki karakter dan kebutuhan yang beragam, sehingga harus dikelompokkan ke dalam segmen-segmen terkecil dengan karakter yang sama. Perusahaan, dalam hal ini Pos Logistics memiliki sumber daya yang terbatas untuk ditawarkan ke semua pasar, sehingga Pos Logistics harus memilah alokasi sumber daya yang tepat ke pasar yang tepat.Philip Kotler mengemukakan, di dalam proses targetting, dilakukan proses evaluasi segmen pasar yang telah dikelompokkan, dan melihat daya tarik dari kelompok-kelompok segmen pasar yang akan menguntungkan di masa yang akan datang. Setelah mengevaluasi daya tarik pasar, maka proses selanjutnya dari targetting adalah seleksi pasar yang dituju sebagai sasaran pasar. Menyeleksi satu atau lebih segmen dari kelompok segmen yang telah dipilah ke dalam proses segmentasi. Seleksi satu atau lebih segmen pasar berarti menentukan segmen yang akan dimasuki untuk dijadikan sasaran pasar. Pos Logistics harus jeli melihat dan mencari potensi yang ada, kemudian bergerak cepat apabila telah menemukan potensi tersebut.

III. Positioning ( Menentukan Posisi ) Positioning sangat penting bagi sebuah produk layanan atau perusahaan. Beberapa kasus sukses dan gagalnya suatu produk layanan atau perusahaan bermula dari kesalahan positioning. Memposisikan perusahaan di benak pelanggan sangatlah penting untuk meraih sukses dan memenangkan persaingan. Pos Logistics harus cerdas memposisikan diri sebagai hal yang unik dan valuable, sehingga mendapatkan tempat di benak pelanggan. Faktor penting seperti pelanggan, perusahaan, dan strategi komunikasi menjadi bahasan pokok dalam positioning, karena dengan positioning akan menciptakan keberadaan (being) dan kredibilitas perusahaan. yang jelas dan baik, perusahaan akan selalu mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat dan pasar. Serta

15

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan, analisis, dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

16

1. Produk Warehousing Telkomsel di KP Bandung merupakan salah satu sumber pendapatan bagi PT Pos Indonesia, terutama Pos Logistics, juga sebagai nilai tambah bagi perusahaan, karena merupakan transformasi bisnis PT Pos. 2. Kurangnya pemasaran dan kurang tepatnya metode pemasaran yang diterapkan di bidang logistik, terutama Warehousing, merupakan salah satu penyebab sempitnya pangsa pasar bagi bisnis Pos Logistics. 3. Keberhasilan memperluas pangsa pasar dapat dilakukan melalui tiga strategi pemasaran, yaitu segmentasi, targetting, dan positioning. 4. Jika ketiga strategi tersebut diterapkan secara baik dan benar, besar kemungkinan pangsa pasar Pos Logistics, termasuk Warehousing akan menjadi lebih luas dan pendapatan yang diperoleh PT Pos Indonesia (Persero) dari bidang logistik akan lebih optimal. 5.2 Saran Saran yang diberikan penulis setelah melaksanakan pengamatan dan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Pemasaran yang dilakukan untuk memperkenalkan produk Pos Logistics, terutama Warehousing, harus lebih diperkaya dan diperharui agar Pos Logistics tidak kalah cepat dalam bersaing, mengingat begitu banyak keunggulan yang dimiliki oleh produk-produk layanan Pos Logistics. 2. Perlu diadakan pelatihan atau studi banding mengenai cara-cara pemasaran produk layanan logistik yang baik dari perusahaan-perusahaan sejenis, baik di dalam maupun luar negeri. 3. Untuk produk layanan Warehousing, sistem yang sudah ada, yaitu Warehouse Management System (WMS) perlu diintegrasi lebih lanjut agar menjadi plus poin bagi layanan Warehousing itu sendiri. 4. Kegiatan promosi ke perusahaan-perusahaan atau mitra korporat akan sangat membantu dalam perluasan brand building Warehouse Pos Logistics, yang akan berpengaruh positif pula terhadap pangsa pasar Pos Logistics.

17

LAMPIRAN LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai