Anda di halaman 1dari 14

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN

Dalam penelitiasn sosial, populasi didefinisikan sebagai kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subyek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subyek lain.1 Oleh karena itu, dapat pula diketahui bahwa, semakin sedikit karakteristik populasi yang diidentifikasikan, maka populasi akan semakin heterogen dikarenakan berbagai ciri subyek akan terdapat dalam populasi. Sebaliknya, semakin banyak ciri subyek yang disyaratkan sebagai populasi, yaitu semakin spesifik karakteristik populasinya, maka populasi itu akan menjadi homogen. Setiap penelitian ilmiah, berhadapan dengan masalah sumber data yang disebut populasi dan sampel. Pemilihan dan penentuan sumber data tergantung pada permasalahan yang akan diselidiki dan hipotesis yang hendak diuji kebenaran atau ketidakbenarannya. Sumber data yang tidak tepat,
Ciri-ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai lokasi, tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu. Lihat Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (cet.I; Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), h. 77.
1

mengakibatkan data yang terkumpul menjadi tidak relevan, yang dapat menimbulkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan. Penelitian yang mempergunakan populasi dan sampel yang keliru, tidak banyak artinya bagi pemecahan masalah yang dihadapi, bahkan akan menimbulkan masalahmasalah baru bilamana hasilnya dipergunakan untuk melakukan tindakan praktis.2 Di samping itu, diperlukan juga ketelitian dan kecermatan dalam usaha menetapkan sumber data ini agar diperoleh informasi atau data yang memadai, baik yang mendukung maupun yang menolak hipotesis yang hendak diuji, dalam arti memiliki tingkat obyektifitas yang tinggi dalam menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut. Dengan demikian, bahwa persoalan populasi dan atau sampel dalam suatu penelitian, bukanlah suatu persoalan yang remeh bilamana diharapkan memperoleh hasil yang valid. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah apakah yang dimaksud dengan populasi dan sampel dan bagaimana tehnik penarikan sampel.

II. PENGERTIAN POPULASI DAN SAMPEL

H.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (cet.VII; Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1995), h. 140.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia populasi dapat berarti sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel; sekumpulan yang menjadi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.3 Anderson Scarvia B mengemukakan : A population is a set (or collection) of all elements possessing one or more atributes of interest.4 Menurut Sujana, populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas. Pengertian lain mengatakan bahwa populasi adalah sekelompok subyek, baik manusia, gejala, nilai test, benda-benda ataupun peristiwa. Selanjutnya ia juga mengemukakan bahwa populasi adalah individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan.5 Sedangkan sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang mennjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Sujana menyebutkan : sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu.6

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 695. Anderson Scarvia B et al., Encyclopedia Educational Evaluation, (London : Jossey Bass Publishers, 1976), h. 339.
5 6 4

Lihat Hadari Nawawi, op.cit; h. 141. Lihat Ibid., h. 144.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejalagejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Dari pengertian tersebut populasi cenderung pada penentuan jumlah sumber data yang memiliki karakteristik yang dapat dibedakan kepada dua macam yaitu, populasi terbatas atau populasi terhingga dan populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga.7 Di samping itu, jika populasi berdasarkan sifatnya, maka dapat dibedakan antara pupolasi homogen dan heterogen.8 Berkaitan dengan hal tersebut, persoalan sampel akan timbul bilamanna populasi bersifat heterogen dan jumlahnya cukup besar. Populasi yang secara kuantitatif jumlahnya cukup besar, sering tidak mungkin dijangkau seluruhnya, tidak saja karena biayanya akan sangat besar dan waktunya akan lama, tetapi juga hasilnya belum tentu obyektif. Keadaan seperti itu,
Yang dimaksud dengan populasi terbatas, yakni sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif karena memiliki karakteristik yang terbatas. Sedangkan populasi tak terbatas, yaitu terutama sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Lihat Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 49-50. Lihat pula Hadari Nawawi, loc.cit. Yang dimaksud dengan populasi yang bersifat homogen, yakni sumber data yang unsur-unsurnya memiliki sifat-sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Sedangkan yang dimakksud dengan populasi yang bersifat heterogen adalah sumber data yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu diterapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Lihat Hermawan Wasito, op.cit., h. 50. Lihat pula Hadari Nawawi, op.cit., h.143. Lihat pula Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet.VII; Yokyakarta : Rake Sarasin, 1998), h. 27.
8 7

terutama mengharuskan dari sejumlah populasi ditetapkan sejumlah sampel yang menjadi sumber data sesungguhnya. Oleh karena itu, sampel harus mewakili populasi dalam arti sampel yang bersifat refresentatif. Dengan demikian, hasil penelitian terhadap sampel refresentatif tidak akan berbeda dengan hasil penelitian lain, seandainya dilakukan terhadap seluruh populasi.

III. BEBERAPA METODE PENENTUAN SAMPEL

Teknik penentuan sampel sangat urgen perannya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel pada hakekatnya adalah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang refrensentatif, artinya, sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya. Oleh karena itu, dalam penentuan sampel ada empet faktor9 yang harus dipertimbangkan untuk menentukan
Keempat faktor yang harus dipertimbangkan yaitu : (1) Tingkat keseragaman dari populasi. Semakin homogen populasi itu, makin kecil sampel yang diambil. (2) Tingkat presisi yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki makin besar anggota sampel yang harus diambil, karena semakin besar sampel akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat. (3) Rencana analisis yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Kadang-kadang besarnya sampel masih belum mencukupi kebutuhann analisis , sehingga mungkin diperlukan sampel yang lebih besar. (4) Teknik penentuan sampel yang digunakan. Penentuan ukuran sampel dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Jika teknik ynag digunakan tetap atau sesuai kerefresentatifan, sampel juga terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya,
9

besarnya sampel yang diambil, sehingga dapat diperoleh gambaran yang refresentatif dari populasinya. Dalam persoalan teknik sampling ini dapat dijumpai beberapa pembagian yang berbeda-beda, walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang sama. Asumsi pokoknya adalah bahwa teknik sampling harus secara maksimal memungkinkan diperolehnya sampel yang refresentatif. Untuk itu, dikenal teknik random yang memiliki kemungkinan tertinggi dalam menetapkan sampel yang refresentatif. Disamping itu, terdapat juga teknik non-random yang lebih rendah, kemungkinannya menghasilkan sampel yang refresentatif. Bertolak dari asumsi itu, dikemukakan teknik sampling sebagai berikut. 1. Sampel Random atau Sampel Acak. Teknik sampling ini dalam pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian, maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.10 Oleh karena itu, peneliti harus melepaskan diri dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel. Cara sampel random ini ialah setiap subyek yang terdaftar sebagai populasi, diberi nomor urut mulai dari 1
tenaga, dan waktu yang disediakan. Lihat Hermawan Wasito, op.cit., h. 52. S.Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Cet. II; Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 88.
10

sampai dengan banyaknya subyek. Setelah seluruh subyek diberi nomor, maka sampel random dilakukan, baik dengan cara undian, cara ordinal maupun dengan menggunakan tabel bilangan. 2. Sampel Barstrata atau Stratified Sampel Dalam teknik ini pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara bertingkat atau berjenjang. Tingkatan itu sangat tergantung pada kondisi populasi.11 Misalnya penelitian tentang kehadiran kuliah mahasiswa. Apabila akan diberlakukan untuk seluruh institusi, maka peneliti mengambil sampel, wakil dari semua tingkat. Strata ekonomi, pendidikan, umur dan sebagainya, dapat digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel berstrata digunakan apabila peneliti berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada. 3. Sampel Wilayah atau Acara Probability Sampel. Sampel ini memiliki kesamaan dengan sampel berstrata, dilakukan apabila ada perbedaan antara strata yang satu dengan strata lain, maka dilakukan sampel wilayah apabila ada perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.12 Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat

11 12

Hadari Nawawi, op.cit; h. 154

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , (Cet.VI; Jakarta : Bina Aksara, 1989), h. 111.

dalam populasi. Di samping itu, metode sampling semacam ini mempunyai keuntungan dan kelemahan.13 4. Sampel Proporsional atau Proportional Sampel Teknik pengambilan sampel proporsional dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Hal ini dilakukan, karena banyaknya subyek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama.14 Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata. 5. Sampel bertujuan atau Purposive Sampel Sampel purposive dilakukan degan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Peneliti boleh
Keuntungannya sampling semacam ini sesuai bagi peneliti yang melibatkkan populasi yang yang terbesar di daerah yang luas. Pelaksanaannya yang lebih mudah, biayanya lebih murah, karena sampel telah berpusat pada daerah yang terbatas. Biaya transpor jauh lebih rendah dibanding dengan sampel yang terbesar tempat tinggalnya. Generalisasi yang diperoleh berdasarkan penelitian daerahdaerah tertentu, dapat diterima sebagai berlaku bagi daerah-daerah di luar sampel. Sedangkan kelemahannya ialah bahwa jumlah individu dalam setiap daerah pilihan tidak sama, misalnya daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Adapula kemungkinan orang pindah atau berjalan dari daerah pilihan yang satu ke daerah pilihan yang satu lagi sehingga ia dapat dua kali masuk sampel bila penelitian tidak dilakukan serempak. Lihat S. Nasution, op-cit; h. 95
14 13

Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 112

menentukan sampel ini, tetapi peneliti konsen dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.15 Sampling yang purpoesive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Di samping itu, peneliti berusaha agar dengan sampel terdapat wakil-wakil dari lapisan populasi. Dengan demikian, diusahakan agar sampel itu memiliki yang esensial dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Oleh karena itu, sampel ini, disamping mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.16 6. Sampel Kuota atau Quota Sampel Sampling kuota adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. Dalam teknik ini, jumlah populasi tidak diperhitungkan, akan tetapi diklasifikasi dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quotum tertentu pada setiap kelompok yang seolah-olah
Syarat-syaratnya antara lain : (a) pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri pokok populasi, (b) Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi, (c) penentuan karakteistik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. Lihat ibid, h. 113. Keuntungan sampel semacam ini ialah bahwa sampel itu dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desain penelitian. Selain itu, cara ini relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan. Sampel yang dipilih adalah individu menurut pertimbangan peneliti yang dapat didekati. Sedangkan kelemahannya ialah bahwa tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sampel tersebut representatif. Kriteria yang digunakan atas pertimbangan peneliti harus didasarkan atas pengetahuan yang mendalam tentang populasi agar dapat dipertanggungjawabkan. Sekalipun demikian, pertimbangan itu tidak bebas dari unsur sabyektifitas. Lihat S Nasution, op.cit; h. 99.
16 15

10

berkedudukan masing-masing sebagai sub populasi terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.17 Metode ini mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.18 7. Sampel Aksidental Sampel aksidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada. Misalnya menanyakan siapa saja dijumpainya di jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu. Karena sampel ini sama tidak representatif, oleh karena tak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi.19 8. Sampel Sistematik Sampel ini diambil dari populasi dengan jarak atau interval tertentu, antara lain berupa interval waktu munculnya gejala atau interval ruang berupa jarak tempat munculnya suatu gajala. Batas jarak atau interval waktu atau jarak munculnya gejala itu harus tetap dan uniform untuk semua gejala yang dijadikan sampel. Oleh karena itu metode ini,

17 18

Lihat Hadari Nawawi, op-cit; 157

Keuntungan metode ini ialah bahwa melaksanakannya mudah, murah, dan cepat. Hasilnya berupa kesan-kesan umum yang masih kasar yang tak dapat dianggap sebagai generalisasi umum. Dalam sampel dapat dengan sengaja dimasukkan dengan orang-orang yang mempunyai ciri-ciri yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya ialah ada kecenderungan memilih orang yang mudah didekati, bahkan yang dekat pada si peneliti yang mungkin ada biasanya dan memiliki ciri yang tidak dimiliki populasi dalam keseluruhannya. Ciri-ciri yang dipilih dalam penggolongan sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang esensial dari populasi. Lihat S. Nasution, op.cit., h. 97-98.
19

Lihat Hadari Nawawi, op.cit., h. 156.

11

disamping mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.20 9. Sampel Ganda (Double Sampels) Sampel ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud memungkinkan data dari sampel masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih banyak dari sampel minimun yang telah ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat, dilakukan terutama apabila alat pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang dikirim. Dengan mengirim dua set kuesioner pada dua unit sampling yang memiliki persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan sehingga jumlah atau ukurang sampel yang telah ditentukan dapat terpenuhi.21 10. Multiple Sampel Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda atau sampel kembar. Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan dengan ketentuan unit sampling yang pertama. Dengan sampel multiple ini, kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah atau ukuran sampel yang telah ditetapkan

Keuntungan metode ini ialah, bahwa cara ini mudah pelaksanaannya dan juga cepat diselesaikan. Kesalahan tentang memilih individu yang kesekian kalinya mudah diketahui, dan kalaupun salah tidak begitu mempengaruhi hasilnya. Sedangkan kelemahannya ialah bahwa individu yang berada diantara kesekian disampingkan. Lihat S. Nasution, op.cit., h. 97.
21

20

Lihat Hadari Nawawi,op.cit., h. 160. Lihat pula Suharsimi Arikunto, op.cit.,

h. 115.

12

tidak perlu diragukan lagi. Akan tetapi sampel ini hanyak dapat dilakukan apabila jumlah atau ukuran populasi cukup besar.22 IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejalagejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan metode-metode tertentu. 2. Pada garis besarnya teknik penentuan sampel terbagi dua, yaitu : Pertama, pobability sampling, yakni setiap individu mendapat kemungkinan untuk dipilih sebagai sampel. Kedua, non probability, yaitu individu tidak mendapat kemungkinan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. 3. Tidak ada aturan tertentu tentang jumlah atau proporsi sampel. Sampel yang besar belum tentu menjamin mutu hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam teknik sampling terdapat kelemahan. Dengan demikian, peneliti perlu hati-hati dengan mengambil kesimpulan dan generalisasi.

Lihat Hadari Nawawi, op.cit; h. 160. Lihat pula Muh.Nazir, Metode Penelitian, (Cet. III; Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), h. 332.

22

13

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet.VI; Jakarta : Bina Aksara, 1989. Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Cet.I; Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998. Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka, 1988. Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet.VII; Yokyakarta : Rake Sarasin, 1998. Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Cet. II; Jakarta : Bumi Aksara, 1996. Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Cet.VII; Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1995. Nazir, Muh. Metode Penelitian. Cet. III; Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988. Scarvia B, Anderson et al. Encyclopedia Educational Evaluation. London : Jossey Bass Publishers, 1976. Wasito, Herman. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

14

Anda mungkin juga menyukai