Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kasus kekerasan POLRI

FENOMENA Wakil Ketua DPR: Polri Harus Tahan Diri, Insiden Unas Gaya Orba

Selasa, 27 Mei 08 15:43 WIB

Kasus insiden berdarah di Kampus Universitas Nasional (Unas), terus mendapat sorotan. Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno mengingatkan, aparat kepolisian maupun mahasiswa untuk dapat menahan diri, agar insiden di Universitas Nasional (Unas) tidak terulang. Di sisi lain, ia mengimbau aksi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM juga tidak mengganggu ketertiban masyarakat.

Semua harus menunjukkan sikap dewasa. Jangan sampai ribut agar situasi yang serba sulit ini tidak tambah rumit, katanya di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (27/5).

Politisi paling senior yang akrab disapa Mbah Tardjo ini mengemukakan, mahasiswa maupun aparat polisi jangan sampai terpancing provokasi untuk melakukan tindak kekerasan. Semua harus menjaga diri agar tidak terjadi insiden kekerasan.

Untuk mahasiswa, lanjut Mbah Tardjo, sebaiknya dalam melakukan aksinya tidak mengganggu ketertiban masyarakat, sebab perjuangan mahasiswa untuk kepentingan masyarakat.

Masih terkait kasus insiden di Unas, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), melalui juru bicaranya yang tak lain mantan Ketua BEM Universitas Indonesia (UI), Rama Pratama menyatakan, Polri telah mempertontonkan cara-cara refresif, seperti zaman Orde Baru.

Polisi kembali memakai gaya orde baru yang represif di tengah-tengah upaya kita menumbuhkembangkan demokrasi atas dasar saling menghargai pendapat yang berbeda. Apa pun alasannya, polisi tak patut menyerbu kampus dan merusak sarana pendidikan, ujar Mantan aktivis mahasiswa 98, yang kini anggota Komisi XI DPR itu

Mantan Ketua BEM Universitas Indonesia ini kembali menegaskan, Polri sebagai aparat pengayom harusnya memberikan contoh teladan untuk meredakan suasana panas pasca pengumuman kenaikan harga BBM.

Mahasiswa sebagai elemen masyarakat adalah pihak yang paling mudah tersentuh dengan kesusahan rakyat dengan kenaikan harga BBM ini, cobalah pahami kondisi ini. Pemerintah juga harus bersikap bijak dengan meletakkan komitmen untuk tidak menambah kesulitan masyarakat di tengah resesi yang melanda, tandasnya.

Sementara itu, hari ini (27/5) Para orang tua mahasiswa Universitas Nasional (Unas), yang anaknya sampai sekarang masih ditahan kepolisian, mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), di Jakarta.Pengaduan orang tua mahasiswa itu, diterima oleh Wakil Ketua Komnas HAM, Ridha Saleh, dan berjanji akan menindaklanjuti pengaduan para orang tua mahasiswa. Mereka menuntut agar Komnas HAM dapat menjadi penjamin dalam pembebasan anaknya, serta mengikuti proses penyidikan oleh polisi karena diduga ada penyiksaan terhadap para mahasiswa tersebut. (novel) (http://www.eramuslim.com/berita/nas/)

Insaf Albert Tarigan Okezone JAKARTA Sejumlah kalangan mendesak Polri meminta maaf atas insiden penyerbuan aparat kepolisian ke kampus Unas, Sabtu 24 Mei. Namun sepertinya hal itu tidak akan dilakukan oleh jajaran Mabes Polri. Kita kan hanya melaksanakan tugas, jadi buat apa minta maaf, kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2008). Abubakar menjelaskan, bahwa tindakan penyerbuan ke kampus Unas dilakukan untuk melindungi masyarakat atas tindakan anarkisme mahasiswa Unas. Tadi kan Pak Kapolri sudah banyak menjelaskan bahwa polisi hanya menjalankan tugas untuk melindungi HAM masyarakat, pungkasnya. Sebelumnya, Ketua Komisi III DPR Trimedya Panjaitan meminta Kapolri agar bertanggung jawab, meminta maaf, dan memberikan sanksi yang tegas kepada aparat di bawahnya yang melakukan tindakan-tindakan destruktif dalam insiden Unas.( http://news.okezone.com/index.php/ReadStory)

ABSTRAKSI Sejumlah fakta yang telah diberitakan dari media cetak dan elektronik menggambarkan kekerasan yang dilakukan polri kepada mahasiswa UNAS yang melakukan aksi demonstrasi. Perwujudan kekerasan, kerusakan dan tindakan represif dari pihak yang berwajib ini didasarkan perlindungan terhadap HAM masyarakat. Tapi, pernyataan dari berbagai pihak telah menegaskan akan tindakan yang diambil oleh polri adalah salah dan berlebihan. Penilaian ini didasarkan pertimbangan bahwa aksi mahasiswa adalah hal yang wajar selama tidak menimbulkan kerusuhan dan mengganggu warga sekitar. Selain itu, polri adalah badan yang menjadi teladan sehingga tidak sewajarnya mempertontonkan tindak kekerasan dengan objek mahasiswa yang melakukan aksi sebagai bagian dari menghargai perbedaan pendapat. tindakan yang dimunculkan oleh pihak polri ini dapat dijadikan sasaran untuk suatu tinjauan psikologis. Bagaimana pribadi seseorang membuat dirinya mampu melakukan kekerasan yang tidak seharusnya dilakukan ? dinamika apa yang terjadi dalam diri psikisnya sehingga berbagai akibat negative tidak mendorong individu untuk mengakui dan meminta maaf atas tindakannya ? penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan diatas akan penulis jabarkan dalam Sub-sub judul selanjutnya dengan mengaitkannya dengan beberapa teori kepribadian yang ada. Penulis mencoba menjelaskan fenomena ini melalui pendekatan kepribadian Henry A.Murray dan Sigmund Freud.

KAJIAN TEORI Henry A.Murray Murray mengemukakan beberapa definisi untuk menjelaskan mengenai kepribadian manusia. Cakupan keseluruhan definisi yang dibuat oleh murray menunjukkan bahwa kepribadian adalah fungsi yang menata atau mengarahkan dalam diri individu. Tugas-tugasnya meliputi mengintegrasikan konflik-konflik dan rintangan yang dihadapi individu,memuaskan kebutuhankebutuhan individu dan menyusun rencana-rencana untuk mencapai tujuan dimasa mendatang. Proceeding, Serial, program serial dan jadwal. Proceeding adalah interaksi antara subjek dan objek atau antara subjek dan subjek dalam jangka waktu cukup lama sehingga mencakup unsure-unsur penting dalam suatu sekuens tingkah laku tertentu. Ada dua penggolongan proceeding yaitu : * Proceeding Internal Contohnya : melamun, menyusun rencana sendiri, pengambilan keputusan. * Proceeding Eksternal Contohnya : berinteraksi dengan orang lain.

Ada 2 aspek proceeding ekstrnal yaitu pengalaman subjektif dan tingkah laku objektif. (hall, 1993) Urutan proceeding yang terputus-putus tapi terorganisasi secara terarah disebut serial. Contohnya yaitu perkawinan, persahabatan dan karier. Serial dapat juga diartikan sebagai suatu sauna fungsional yang relative panjang yang hanya dapat dirumuskan secara kasar. Program serial adalah penyusunan secara teratur atas sub-sub tujuan yang merentang kearah masa depan (sampai jangka waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. (Hall, 1993) Jadwal merupakan sarana-sarana untuk mereduksikan konflik diantara kebutuhan-kebutuhan dan objek-objek tujuan yang saling bersaing dengan cara mengatur penyaluran kecenderungankecenderungan ini pada waktu yang berbeda-beda.

Struktur kepribadian Konsep Murray mengenai struktur kepribadian seseorang diadopsi dari konsep Sigmund Freud dimana ada id, ego dan superego. Namun, menurut Murray Id berbeda-beda pada tiap individu dan Ego tidak hanya menahan atau menekan impuls-impuls atau motif-motif tetapi mengatur, menjadwal dan mengontrol motif-motif lain. Selain id, ego dan superego, individu juga memiliki ego ideal. Ego ideal adalah gambaran diri yang diangan-angankan, diri yang dicita-citakan atau sekumpulan ambisi pribadi yang diperjuangkan individu. (Hall, 1993) Motivasi. Apabila berbicara mengenai motivasi dari sudut pandang murray, maka pembahasan ditekankan pada konsepnya mengenai kebutuhan (need) dan tekanan (press). Kebutuhan adalah suatu konstruk (konsep hipotesis) yang mewakili suatu daya. dapat dikatakan juga bahwa kebutuhan mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi dan kegiatan sedemikian rupa atau mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan kearah tertentu. Kebutuhan dapat muncul dari proses internal atau mngkin pula diakibatkan oleh sejumlah kecil tekanan yang secara umum efektif (pengaruh lingkungan). Setiap kebutuhan secara khas dibarengi oleh perasaan atau emosi tertentu dan akan memakai cara-cara tertentu. Menurut Murray, ada 20 kebutuhan pada setiap individu yaitu sikap merendah, prestasi, afiliasi, agresi, otonomi, counteraction, membela diri, sikap hormat, dominasi, ekshibisi, ketertiban, menghindari bahaya, menghindari rasa hina, sikap memelihara, ketertiban, permainan, penolakan, keharusan, seks, pertolongan dalam kesusahan, dan pemahaman. Kebutuhan tertentu tidak dapat diungkapkan dengan bebas tanpa melanggar kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang diambil dari masyarakat. Konsep prepotency digunakan untuk menyebutkan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi regnan karena sangat urgen apabila tidak dipuaskan. Kebutuhan subsider adalah kebutuhan yang beroperasi untuk melayani kebutuhan lain. (Hall,1993).

Tekanan (press) menggambarkan faktor-faktor penentu tingkah laku yang efektif dan penting dalam lingkungan. Tekanan adalah sifat atau atribut dari suatu objek lingkungan / orang yang memudahkan atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan tertentu.

Sigmund Freud Konsep yang dikemukakan Freud mengenai kepribadian disebut sebagai teori psikoanalis. Istilah psikoanalisa yang dikemukakan Freud sebenarnya memiliki beberapa makna yaitu: (1) sebagai sebuah teori kepribadian dan psikopatologi, (2) sebuah metode terapi untuk gangguan-gangguan kepribadian, dan (3) suatu teknik untuk menginvestigasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan individu yang tidak disadari oleh individu itu sendiri.(e-psikologi.com) Menurutnya, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia, yaitu Id, ego dan Superego. Struktur Kepribadian Id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id adalah resevoir energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menjalankan kedua sistem yang lain. (Hall, 1993) Id bekerja untuk menghentikan tegangan, prinsip reduksi tegangan ini merupakan ciri kerja id disebut sebagai prinsip kenikmatan (pleasure principle). Ada dua proses untuk menghindari rasa sakit dan mendapat kenikmatan yaitu tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks berhubungan dengan tindakan jasmani yang secara spontan terjadi(seperti mengedip, dll), sedangkan proses primer merupakan pemenuhan keinginan dengan membayangkan apa yang diinginkan. Biasanya proses yang berlangsung ini disebut pemenuhan hasrat (wish-fulfillment). Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif (Hall,1993). Ego mengikuti prinsip kenyataan dan beroperasi sesuai proses sekunder dimana hal yang dinginkan diproses, direncanakan dan dilaksanakan agar dapat tercapai. Superego terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai yang ada pada lingkungan individu berada. Superego berfungsi menahan dorongan-dorongan yang tidak sesuai nilai-nilai agar tidak direalisasikan dalam tindakan. Mekanisme Pertahanan Diri (Self Defence Mecanism) Dalam buku E. Koeswara mengenai teori-teori kepribadian, terdapat 7 mekanisme pertahanan dari Freud yaitu : s Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan oleh ego / meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan atau keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kdalam ketidaksadaran. s Sublimasi, yaitu mekanisme yang ditunjukan dengan mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima.

s Proyeksi, yaitu pengalihan dorongan, sikap atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain. s Displacement, yaitu mengungkapkan dorongan yang menimbulkan kecemasan pada individu yang kurang berbahaya daripada dengan objek semula. s Rasionalisasi, yaitu upaya individu menyelewengkan atau memutar balikan kenyataan. s Reaksi formasi, yaitu mengendalikan dorongan primitif agar tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya. s Regresi, yaitu menghindari keadaan yang mengancam dengan kembali pada taraf perkembangan yang lebih rendah. Selain itu, ada klasifikasi mekanisme pertahanan yang tidak matang yaitu represi, proyeksi, introyeksi, reaksi formasi, undoing, rasionalisasi, isolasi, intelektualisasi, displacement, denial dan regresi. (setiadi Arif, 2006)

ANALISIS KASUS Analisis kasus dengan pendekatan teori kepribadian Murray Fenomena yang telah digambarkan pada awal makalah memunculkan beberapa pertanyaan psikologis yang terkait dengan tindakan polri dalam melakukan kekerasan kepada sejumlah mahasiswa yang sedang berdemo. Penulis akan menjabarkan beberapa analisis kasus yang dikaitkan dengan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Pertama-tama analisis dilakukan dengan teori kepribadian dari Murray. Membahas mengenai tindakan seseorang berarti dimulai dengan hal-hal yang melatarbelakanginya. Mengenai tindakan kekerasan dan represif polri pada kasus ini, seharusnya latar belakang timbulnya tindakan ini adalah kerusuhan dan gangguan yang diakibatkan dari aksi mahasiswa. Latar belakang ini memunculkan suatu kebutuhan ketertiban (menurut murray) yang mendorong tindakan tersebut. Tapi pada kenyataannya, aksi mahasiswa tidak mengakibatkan gangguan dan hanya merupakan apresiasi dari suara dan pendapat yang berbeda. Sehingga tindakan yang dilakukan adalah berlebihan dan dapat diambil suatu pertimbangan bahwa kebutuhan yang mendorong tindakan ini bukanlah kebutuhan ketertiban. Bila ditinjau ulang, keadaan polri yang ditugaskan menghadapi sekelompok mahasiswa yang berdemo dapat memunculkan pemahaman sebagai suatu perlawanan. Karenanya, kebutuhan agresi dapat muncul pada saat ini dan mendorong tindakan kekerasan tersebut. Kebutuhan ketertiban dapat menjadi kebutuhan subsider bagi kebutuhan agresi, atau dapat pula sebaliknya. Hal ini dapat ditentukan dengan mengetahui lebih dalam mengenai kebutuhan apa yang lebih urgen. Dengan melihat latar belakang (aksi yang tidak mengganggu) yang seharusnya tidak memunculkan tindakan kekerasan, maka individu (polri) memiliki kebutuhan agresi yang menyebabkan tindakan

kekerasan tersebut tetap muncul. Kebutuhan ini diperkuat dengan tekanan (press). Tekanan ini berbentuk atribut atau objek yang ada dilingkungan. Pada kasus ini tuntutan dan jabatan menjadi tekanan bagi polri. Jabatan sebagai pihak yang berwajib, yang menjaga ketertiban dan keamanan dapat memperkuat kebutuhan agresi sehingga dapat terlaksana. Tindakan kekerasan ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh kebutuhan agresi. Sebagaimana Murray ungkapkan, bahwa suatu tindakan atau tingkah laku dapat memenuhi beberapa tuntutan kebutuhan. Jadi, selain kebutuhan agresi, kebutuhan ketertiban ikut terpenuhi dalam kasus ini. Namun, tindakan kekerasan lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan agresi daripada kebutuhan ketertiban sehingga dapat menimbulkan konflik. Analisis Kasus dari Pendekatan Teori Kepribadian Freud Kekerasan yang dilakukan polri pada kasus ini pada satu sisi dinilai sesuai dengan moral yang ada. Hal ini dikarenakan polri adalah bagian dari pihak yang berwajib untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Tetapi, disisi lain tindakan tersebut tidak sesuai dengan moral dan nilai-nilai yang ada karena tidak ada alasan yang cukup kuat sehingga polri harus bertindak dengan keras dan menunjukkn tindakan represif kepada mahasiswa. Penjelasan yang dikaitkan dengan moral diatas menunjukan bahwa ada pertentangan id, ego dan superego dalam diri individu. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Id bekerja untuk menghentikan tegangan. Reduksi ini berdasarkan prinsip kenikmatan memberikan energi-energi psikis untuk pemenuhannya. Id mendorong untuk menyalurkan dorongan dari naluri destruktif yang sifatnya merusak. Pada kasus ini, bertindak kekerasan dan represif kepada mahasiswa merupakan perilaku yang merusak. Sementara itu, superego bertindak menahannya karena tidak sesuai dengan norma yang ada. Dalam kasus ini, norma-norma yang ada dimasyarakat indonesia menjadi superego bagi polri. Tindak kekerasan jelas merupakan pelanggaran norma yang berat. Sedangkan kekerasan yang dilakukan pada objek yang mengganggu ketertiban dapat diterima dalam norma masyarakat. Tetapi, demo yang dilakukan mahasiswa dalam kasus tidak menyebabkan kerusuhan (walaupun berpotensi untuk memunculkan kerusuhan). Dalam hal ini, Ego yang harus memutuskan bagaimana bertindak yang seharusnya. Ego polri dalam kasus ini memunculkan perilaku kekerasan pada objek mahasiswa yang berdemo. Perilaku kekerasan yang dianggap berlebihan ini jelas tidak sesuai dengan norma yang ada. Mungkin terjadi pertahanan diri pada individu (Polri) untuk menghadapi pertautan antar sistem. Defence mecanism yang digunakan yaitu rasionalisasi dimana individu memutarbalikan kenyataan. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai