Anda di halaman 1dari 7

Proposal Outline

STUDI KEPADATAN POPULASI Tarsius spectrum DI CAGAR ALAM TANGALE DESA LABANU, KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

Oleh HELMA 431 406 82

Mengetahui Ketua Jurusan

Prof. Dr. Ani M. Hasan, M.Pd Nip. 19660820 199203 2 001

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi memiliki luas 187.882 km2 dan merupakan pulau terbesar dan terpenting di daerah biogeografi Wallacea . Daerah biogeografi Wallacea meliputi Pulau Sulawesi dan pulau pulau lain yang berada di antara garis Wallacea di sebelah barat dan garis Lydekker di sebelah timur. Ditinjau dari sejarah geologinya, pulau Sulawesi sangat menarik, karenya diduga, di masa lampau, pulau ini tidak pernah bersatu dengan daratan manapun ( Shekelle dalam Hall, 2001). Keadaan terisolasi dalam kurun waktu yang lama memungkinkan terjadinya evolusi pada berbagai spesis, sehingga pulau Sulawesi mempunyai tingkat endemisitas yang tinggi ( Shekelle dalam Whitten et al. 2002). Selain itu Sulawesi merupakan pulau yang memiliki keanekaeagaman hayati yang beragam, kekayaan ini meliputi keanekaragaman flora dan fauna endemik yang tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Adapun tingkat endemisitas yang tinggi terjadi pada kelompok Mamalia dimana dari 114 jenis 60% (53 jenis) adalah endemik, salah satunya adalah Tarsius spectrum (Marthen, 2003). Tarsius spectrum merupakan primata primitif dari famili Tarsidae yang merupakan hewan endemik yang mempunyai keunikan tersendiri, karena bentuk tubuhnya yang kecil mungil dengan warna bulu menarik. Keunikan satwa ini yaitu

ukuran badannya relative kecil dibanding ukuran matanya yang besar dan senantiasa menatap (Kiroh dalam Niernitz dan Verlog, 1984). Seperti halnya hewan endemik lainnya, khususnya di Sulawesi, satwa ini dilindungi Undang-undang No. 5 tahun 1990. Satwa ini dilindungi baik yang berada di dalam kawasan konservasi maupun di hutan di luar kawasan konservasi (Sapriatna 2000). Adapun status konservasi satwa ini terdaftar sebagai hampir terancam oleh IUCN dan dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi. Meskipun demikian, keberadaan satwa ini mulai memprihatinkan karena terancam punah sebagai dampak dari kegiatan seperti pengurangan habitat dan penangkapan untuk hewan peliharaan (pet). Hilangnya habitat alam aslinya sebesar 54 % dari habitat semula 154.000 ha, dan kini tinggal 70.750 ha, merupakan ancaman yang serius terhadap populasi primata ini (Sapriatna 2000). Selain itu pada habitat aslinya terdapat beberapa predator Tarsius diantaranya kucing hutan, ular dan musang yang juga berperan sebagai faktor penyebab menurunnya populasi Tarsius, mengingat daya regenerasi Tarsius yakni dua ekor per tahun (Wirdateti dalam Animal Diversity, 1995). Tarsius spectrum tersebar hampir di seluruh daratan pulau Sulawesi, yang tersebar mulai dari Sulawesi Utara hingga ke selatan. Mereka tersebar mulai dari daerah perbukitan hingga dataran rendah (Sapriatna, 2000). Salah satu tempat di mana kita dapat menemukan satwa ini adalah di Kawasan Cagar Alam Tangale, Provinsi Gorontalo.

Cagar Alam Tangale, terletak di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Kawasan Cagar Alam Tangale ini relatif kecil namun informasi tentang potensi yang ada masih sangat kurang, salah satunya tentang satwa endemik yang berada di kawasan tersebut. Salah satu satwa endemik yang terdapat di Kawasan Cagar Alam Tangale adalah Tarsius spectrum. Seperti halnya di kawasan lain, masalah yang di hadapi Tarsius di kawasan ini yaitu ancaman kehilangan habitat Tarsius dengan makin meningkatnya kerusakan hutan yang antara lain disebabkan oleh pencurian hasil hutan seperti kayu, rotan, bambu, akan mengancam kelestarian Tarsius yang ada di kawasan ini. Berdasarkan masalah masalah di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan formulasi judul Studi Kepadatan Populasi Tarsius spectrum di Cagar Alam Tangale.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah yaitu Berapakah kepadatan populasi Tarsius spectrum di Cagar Alam Tangale.

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kepadatan populasi Tarsius spectrum yang terdapat di Cagar Alam Tangale. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Memberikan informasi mengenai keberadaan dan populasi satwa Tarsius spectrum di Cagar Alam Tangale. 2. Dapat dijadikan informasi untuk kegiatan pelestarian satwa, khususnya satwa endemik Tarsius spectrum. 3. Sebagai informasi untuk kegiatan penelitian selanjutnya. 4.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Cagar Alam Tangale Gorontalo Kawasan hutan Tangale termasuk wilayah Cagar Alam yang status pengelolaannya dibawah Balai KSDA di Manado, tetapi wilayah tersebut dititipkan pengelolaannya pada Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no. 431/Kpts/II/92, tanggal 5 Mei 1999 luas wilayahnya 113 ha, yang diperuntukkan bagi perlindungan flora dan estetis. Cagar Alam Tangale yang berada di Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Hutan ini merupakan salah satu kawasan konservasi di Gorontalo yang mempunyai luas sekitar 113 ha. Cagar Alam Tangale ini secara geografis terletak antara 0 35 0 36 LU dan 122 45 122 47 BT. Wilayah ini terletak di kecamatan Tibawa kabupaten Gorontalo. Keanekaragaman jenis tumbuhan di Cagar Alam Tangale (CAT) tidak begitu tinggi, data dan informasi tentang kekayaan jenis tumbuhan maupun jenis yang berpotensi sebagai bahan pangan masih sangat kurang. Adapun tujuannya adalah mengumpulkan data keanekaragaman jenis tumbuhan yang berpotensi terutama sebagai bahan pangan di CAT, juga mengumpulkan spesimen bukti berupa koleksi spesimen herbarium untuk Herbarium Bogoriense.

2.2 Tarsius

Anda mungkin juga menyukai