Anda di halaman 1dari 41

TUGAS MAKALAH: MATA KULIAH DOSEN : PKKDM2 : IBU ANDI INTAN S.

ST,SKEP,NS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN POST OP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) DI RUANGAN ICU RSUD M.YUNUS BENGKULU

D I S U S U N OLEH:

JUNAEDI ABBAS

NIM: NH 0109177

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ii iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 2. 2 Ruang Lingkup 2 1. 3 Tujuan Penulisan 2 2. 4 Metode Penulisan 3 3. 5 Sistemik Penulisan 3

BAB II TINJAUAN TEORIRIS 1. Konsep Dasar BPH 2.1. 1 Pengertian BPH 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 4 5

2 Anatomi Fisiologi Perkemihan 3 Etiologi 6 4 Derajat BPH 7 5 Patofisiologi 8 6 Gejala klinis 9 7 Pemeriksaan penunjang 10 8 Penatalaksanaan 10

2.2 Konsep Askep 2.2.1 Pengkajiaan 12

2.2.2 Diangnosa 16 2.2.3 Intervensi 17 24

2.2.4 Implementasi 2.2.5 Evaluasi 25

BAB III Asuhan Keperawatan POST OP BPH Asuhan Keperawatanpada Tn.S Umur 60 Tahun Dengan Post Operasi Benigne Prostat Hyperplasia Di Ruang Icu Rsud M.Yunus 26

BAB IV PEMBAHASAN 4. 1 Pengkajian 42

4. 2 Diangnosa 43 4. 3 Intervensi 43 44

4. 4 Implementasi 4. 5 Evaluasi 44

BAB V PENUTUP 5. 1 kesimpulan 5. 2 Saran 46 45

LEMBAR KONSUL DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur harapan hidup dan bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik. Kondisi tersebut akan merubah komposisi dari kasus-kasus penyakit infeksi yang tadinya menempati urutan pertama sekarang bergeser pada penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik yang menempati urutan pertama. Kasus degeneratif yang diderita oleh kaum pria yang menempati urutan tersering adalah kasus Benigna Prostat Hipertrofi (BPH) karena kasus ini menyebabkan tidak lancarnya saluran perkemihan (Smeltser, 2002) . Benigna Prostate Hipertropi adalah pembesaran granula dan organ seluler kelenjar prostate yang berhubungan dengan proses perubahan endokrin berkenaan dengan proses perubahan endokrin berkenaan dengan proses penuaan (Tucker, 1998). Kelenjar prostate melingkari kandung dan uretra sehingga hipertropi prostate sering kali menghalangi pengosongan kandung kemih (Tucker, 1998) Kejadian BPH pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50 %, pada usia 80 tahun angka kejadiannya adalah 60 %. Tidak lancarnya dalam pengeluaran urin, kencing terasa panas, kencing menetes dan lama-lama bisa menyebabkan tidak bisa kencing (Anuria). Tentu hal ini akan menimbulkan kecemasan kepada kaum pria (Syamsuhidayat, 1998). Hal ini dipengaruhi karena kebiasaan para pria mengangkat beban berat dalam rentang waktu lama, faktor penuaan dan faktor hormonal (Harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/07askep-hipertrofi-prostat).Menurut pengamatan peneliti selama praktek di Rumah Sakit Umum RSUD M Yunus, di ruang ICU dari 3 orang pasien penderita BPH rata-rata berusia diatas 60 tahun.

1. 2 Ruang Lingkup Dalam penulisan makalah ini tim penulis akan membahas konsep dasar BPH dan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis POST OP BPH dalam 3 hari perawatan di ruang ICU RSUD M.Yunus Bengkulu dari tanggal 23 November 2010 sampai 25 November 2010. 1. 3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan meliputi tujuan umum dan tujuan khusus : 1. Tujuan umum : Memperoleh informasi tentang penyakit BPH dan asuhan keperawatannya. 2. Tujuan khusus 1. Mampu menjelaskan konsep dasar teori Asuhan Keperawatan dengan diagnosa POST OPERASIBPH 2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa POST OPERASI BPH 3. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa POST OPERASI BPH 4. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa POST OPERASI BPH 5. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien dengan diagnosa POST OPERASI BPH 6. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnosa POST OPERASI BPH 7. Mampu menyimpulkan dan membandingkan antara hasil pelaksanaan asuhan keperawatan dengan teori pada klien dengan diagnosa POST OPERASI BPH

1. 4 Metode Penelitian Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. 1. 5 Sistemik Penulisan Penulisan makalah ini disusun dalam lima Bab yang meliputi :

Bab I Pendahuluan berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis yang terdiri dari dua bahasan yaitu konsep dasar teoritistentang definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,.Kedua yaitu konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Bab III Tinjauan kasus dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, inervensi, implementasi dan evaluasi. Bab IV Pembahasan berisi tentang pembahasan antara kesenjangan teori dan fakta. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1. 1 Konsep Dasar BPH 2. 1 Pengartian Benigna Prostat Hiperplasia adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat secara umum pada pria lebih dari 50 tahun, menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urin (Arrayan, 2008). Benigne Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr Soetomo, 1994 : 193). BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian (sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical.

1. 2

Anatomi Fisiologi Perkemihan

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul.Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram. Prostat terdiri dari :

Jaringan Kelenjar 50 - 70 % JaringanStroma (penyangga) Kapsul/Musculer

Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar melalui uretra. Sel sel sperma yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah Peradangan (prostatitis). Kelainan yang lain sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut. 1. 3 Etiologi

Hingga sekarang belum di ketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotesteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang di duga sebagai penyebab BPH adalah : 1. 2. 3. 4. Teori dihidrotesteron Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat Berkurangnya kematian sel (apoptosisi)

5. Teori stem sel, selalu dibentuk sel baru untuk menggantikan sel yang mengalami apotosis.

2.1. 4

Derajat BPH

Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya : 1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram. 2. Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 100 cc dan beratnya + 20 40 gram. 3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 4 cm, dan beratnya 40 gram. 4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.(Djamaluddin,1994). 2.1. 5 Patofisiologis. 2.1. 6 Gejala Klinis Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu : 1. Gejala Obstruktif yaitu : 1. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika. 2. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi. 3. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing. 4. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra. 5. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

1. Gejala Iritasi yaitu : 1. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan. 2. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari. 3. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing. 4. 2.1. 7 Pemeriksaan Penunjang

1. LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin 2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997). 3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat. 4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum. 2.1. 8 Penatalaksanaan Tindakan Konservatif yang dilakukan : 1. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar akibat efek pemberian antibiotik. 2. Memperkuat tonus otot detrusor dengan merendam daerah perineal, gluetal, inguinal denagn air hangat yang mengandung anti septik 3. Anjurkan pasien untuk mengurangi intake protein, alkohol, hawa dingin, karena akan mengakibatkan hiperemia prostat. Tindakan Pembedahan : 1. Pembedahan Terbuka /prostatektomi : 1. Prostatektomi suprapubic transvesikularis, pengangkatan kelenjar prostat dengan jalan membuka vesuka urinaria dan prostat dinukleasi dari dalam. 2. Prostatektomi retropubic, pengangkatan kelenjar prostat dengan jalan membuka dinding perut bagian bawah tanpa membuka kandung kemih.

3. Prostatektomi perinialis yaitu mengangkat kelenjar prostat dengan jalan membuka perinium

1. Asuhan Keperawatan Pada Klien BPH 2.2 1 Pengkajian Biasanya klien yang mengalami BPH adalah klien yang berumur diatas 60 tahun, dan klien yang bekerja berat. 1. Keluhan utama Biasanya pasien yang mengalami BPH mempunyai keluhan frekuensi dan inkontensia urine dan nyeri pada bagian simpisis pubis. 2. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien akan mengeluhperasaan tidak bisa mengosongkan vesika urinaria,frekuensi urinaria setiap hari,berkemih pada malam hari,sering berkemih,menurunnya pancaran urine. 2. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya gejala yang timbul pada klien BPH salah satunya adalah uritritis. 3. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada masalah genetik pada BPH.

1. Pemeriksaan fisik Sirkulasi Tanda :peninggian tekanan darah(efek pembesaran ginjal) Eliminasi

Gejala:

penurunan kekuatan atau dorongan aliran urine: tetesan Keragu-raguan pada berkemih awal Ketidak mampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan lengkap Nokturia,disuria,hematoria ISK berulang ,riwayat batu(statis urinaria) Konstipasi(protrusi prostat kedalam rektum)

Tanda :

Massa padat di bawah abdomen bawah (distensi kandung kemih),nyeri tekan kandung kemih Hernia inguinalis:hemoroid(mengakibatkan peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih mengatasi tahanan

Makanan \ cairan : Gejala : anoreksia:mual muntah,penurunan berat badan Nyeri/kenyamanan : Gejala : nyeri supra pubis,panggul/punggung : tajam,kuat(pada prostatitis akut),nyeri punggung bawah Keamanan : Gejala: demam Seksualitas : Gejala:

masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual takut inkontinensia/menetes selam hunbunga intim penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi

tanda :

pembesaran ,nyeri tekan prostat

1. Riwayat psikososial Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan

1. Pemeriksaan penunjang 1.LaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin 2. RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997). 3. Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat. 4. Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

1. Penatalaksanaan Tindakan Konservatif yang dilakukan : 1. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar akibat efek pemberian antibiotik. 2. Memperkuat tonus otot detrusor dengan merendam daerah perineal, gluetal, inguinal denagn air hangat yang mengandung anti septik 3. Anjurkan pasien untuk mengurangi intake protein, alkohol, hawa dingin, karena akan mengakibatkan hiperemia prostat.

Tindakan Pembedahan : 1. Pembedahan Terbuka /prostatektomi : 1. Prostatektomi suprapubic transvesikularis, pengangkatan kelenjar prostat dengan jalan membuka vesuka urinaria dan prostat dinukleasi dari dalam. 2. Prostatektomi retropubic, pengangkatan kelenjar prostat dengan jalan membuka dinding perut bagian bawah tanpa membuka kandung kemih. 3. Prostatektomi perinialis yaitu mengangkat kelenjar prostat dengan jalan membuka perinium Tindakan post operasi : TURP (resekresi prostat trasuretra) Reseksi kelanjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionic. Yang dimasksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saar operasi. Cairan yang serring dipakai adalah H2O steril (aquades).

Elektrovaporasi prostat Cara elektrovaporasi prostat adlah sama dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatrmi yang cukup kuat, sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar prostat. Tekhnik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa mondok di rumah sakit lebih singkat. Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.

DIAGNOSA POST OPERASI 1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter 2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder 3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh

4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre mikroorganisme melalui kateterisasi 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya DIAGNOSA PRE OPERASI 1. Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih unmtuk berkontraksi secara adekuat. 2. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria. 3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis.. 4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. 6.

1. Intervensi Pre operasi Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmapuan kandung kemih untuk berkontraksi secara adekuat. 1) Tujuan : tidak terjadi obstruksi

Kriteria hasil : Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih

Rencana tindakan dan rasional Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan. R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih Observasi aliran urina perhatian ukuran dan kekuatan pancaran urina R / Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan intervensi Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali berkemih R/ Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal

Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi jantung. R / Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi ginjal serta membersihkan ginjal ,kandung kemih dari pertumbuhan bakteri Berikan obat sesuai indikasi ( antispamodik) R/ mengurangi spasme kandung kemih dan mempercepat penyembuhan

1. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli buli, distensi kandung kemih, kolik ginjal, infeksi urinaria. 2. 1. Tujuan Nyeri hilang / terkontrol. 1. Kriteria hasil Klien melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu. Tampak rileks, tidur / istirahat dengan tepat. 2. Rencana tindakan dan rasional

Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0 - 10 ). R / Nyeri tajam, intermitten dengan dorongan berkemih / masase urin sekitar kateter menunjukkan spasme buli-buli, yang cenderung lebih berat pada pendekatan TURP ( biasanya menurun dalam 48 jam ).

Pertahankan patensi kateter dan sistem drainase. Pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan. R/ Mempertahankan fungsi kateter dan drainase sistem, menurunkan resiko distensi / spasme buli - buli.

c). Pertahankan tirah baring bila diindikasikan R/ Diperlukan selama fase awal selama fase akut. d) Berikan tindakan kenyamanan ( sentuhan terapeutik, pengubahan posisi, pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik.

R / Menurunkan tegangan otot, memfokusksn kembali perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping. 1. Berikan rendam duduk atau lampu penghangat bila diindikasikan. R/ Meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan edema serta meningkatkan penyembuhan ( pendekatan perineal ). f) Kolaborasi dalam pemberian antispasmodik R / Menghilangkan spasme c. Resiko tinggi kekurangan cairan yang berhubungan dengan pasca obstruksi diuresis. 1. Tujuan Keseimbangan cairan tubuh tetap terpelihara. 2. Kriteria hasil Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan dengan: tanda -tanda vital stabil, nadi perifer teraba, pengisian perifer baik, membran mukosa lembab dan keluaran urin tepat. 3. Rencana tindakan dan rasional 1. Awasi keluaran tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/. R/ Diuresisi yang cepat dapat mengurangkan volume total karena ketidakl cukupan jumlah natrium diabsorbsi tubulus ginjal. 2. Pantau masukan dan haluaran cairan. R/ Indikator keseimangan cairan dan kebutuhan penggantian. 3. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah, diaforesis, pucat, R/ Deteksi dini terhadap hipovolemik sistemik 1. Tingkatkan tirah baring dengan kepala lebih tinggi R/ Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostatis sirkulasi.

2. Kolaborasi dalam memantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh: Hb / Ht, jumlah sel darah merah. Pemeriksaan koagulasi, jumlah trombosi R/ Berguna dalam evaluasi kehilangan darah / kebutuhan penggantian. Serta dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi misalnya penurunan faktor pembekuan darah,

1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi prosedur bedah. 1. Tujuan Pasien tampak rileks. 2. Kriteria hasil Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi, menunjukkan rentang yang yang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takut. 3. Rencana tindakan dan rasional 1. Dampingi klien dan bina hubungan saling percaya R/ Menunjukka perhatian dan keinginan untuk membantu 2. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan. R / Membantu pasien dalam memahami tujuan dari suatu tindakan. 3. Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah atau perasaan. R/ Memberikan kesempatan pada pasien dan konsep solusi pemecahan masalah

2. Kurang pengetahuan tentang kondisi ,prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

1. Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan prognosisnya. 2. Kriteria hasil

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S Umur 60 Tahun Dengan POST OPERASI BENIGNE PROSTAT HYPERPLASIA Di RUANG ICU RSUD M.YUNUS

1. Pengkajian 1. Identitas klien Nama Umur : Tn. S : 60 tahun : Laki laki

Jenis kelamin Agama Pekerjaan Alamat

: Islam : Swasta : Pasar Tais Seluma

Penanggung jawab.: Nama Umur : Ny. A : 59 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan : Istri

Hub. Dengan klien

2. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama Klien mengeluh susah buang air kecil (BAK) 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien masuk ke rumah sakit M.Yunus Bengkulu, pada tanggal 20 11 2010Dengan keluhan susah BAK. Pada saat di lakukan pengkajian pada tanggal 23 - 11 2010 Klien telah di lakukan operasi tampak lemah terbaring di tempat tidur, tampak gelisah, dengan nilai GCS (E = 4, V = 5, M = 6). Klien mengatakan nyeri pada bagian suprapubis dengan skala nyeri 3, seperti tertusuk tusuk, klien mengatakan nyeri sedikit berkurang, bila posisi tubuh nya terlentang, klien terpasang kateter, terpasang infus pada tangan sebelah kiri dengan RL %20 tetes /menit, terpasang alat monitor. TTV : TD : 150/80 mmHg S : 36,9oC RR : 21 x/i

N : 84 x/I

1. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan sudah mengalami susah BAK lebih kurang 2 minggu sebelum dilakukan operasi. Klien mengatakan pada saat ia ingin BAK lama dan kencing yang dikeluar kan sedikit sedikit, serta terasa perih. Klien mengatakan dulu ia pernah merokok selama +/- 20 tahun. Namun, semenjak sakit klien berhenti merokok. sebelum di operasi klien di rawat di ruangan seruni. Serta klien memiliki riwayat hipertensi 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien mengatakan anggota keluarganyatidak ada yang mengalami penyakit seperti klien pada saat ini ataupun penyakit menular lain nya 3. Kebiasaan Sehari hari No. 1. Kebiasaan Sehari hari Nutrisi : Dirumah Dirumah sakit

1. Makan

Frekuensi Jenis makanan

2 3 x /hari Nasi, lauk sayuran pauk,

3 x /hari Makanan cair

1. Minum

Frekuensi Jenis minum

8 9 gelas/hari Air putih 3 x/hari (150 cc) Air putih

Eliminasi : 1. BAB

2.

Frekuensi Warna Konsistensi Bau 1 x/hari

1. BAK Kuning

1 x/hari Kuning Lembek Khas

Frekuensi Warna Bau Jumlah

Lembek Khas

Istirahat tidur : Kebiasaan tidur Gangguan tidur Kuning kemerahan Memakai selimut + bantal Khas 50 100 cc/hari Personal hygiene Mandi 6 7 jam/hari 2 3 x/hari

Terpasang kateter Kuning kemerahan Sedikit amis Tidak terukur

Cuci rambut Aktifitas

Ya

4 5 jam/hari Ya Selimut (ya), bantal (tidak) Di lap

2 x/hari 3. 2 x/minggu Klien beraktifitas mandiri dapat secara Klien hanya melakukan aktifitas hanya di tempat tidur dan di bantu oleh keluarga atau perawat -

4.

5.

1. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : lemah Kesadaran : compos mentis

TTV : TD : 150/80 mmHg N : 84 x/menit

P : 21 x/menit S : 36,9 oC

1. Kepala Inspeksi Palpasi 2. Mata Inspeksi Palpasi 3. Hidung Inspeksi Palpasi 4. Telinga Inspeksi Palpasi 5. Mulut Inspeksi Palpasi 6. Leher Inspeksi Palpasi 7. Toraks Inspeksi : bentuk simetris tidak ada lesi warna sama dengan sekitarnya : bentuk simetris, pembengkakan vena jugularis ( - ) : tidak ada nyeri tekan : bentuk simetris, sianosis ( - ), kering. : tidak ada nyeri tekan : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran : tidak ada lesi dan pembengkakan : bentuk simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung. : tidak ada nyeri tekan : anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris. : tidak ada nyeri tekan : distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris : tidak ada nyeri tekan

Palpasi Perkusi Alkultasi 8. Abdomen

: Pergerakan dinding dada sama : Bunyi paru resonan : Bunyi paru vesikuler

Inspeksi : ada penonjolan pada daerah supra pubik terpasang selang drainase di sebalah kanan abdomen Akultasi Palpasi Perkusi 9. Genetalia Inspeksi Palpasi 10. Ekstremitas Atas Inspeksi tts/m Palpasi Bawah Inspeksi Palpasi : simetris, tidak ada pembengkakan : tidak ada nyeri tekan : simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang Infus RL 20 : terpasang kateter spool blase : adanya nyeri tekan : bising usus 16x/ menit,

: ada nyeri tekan pada supra pubik : tympani

: tidak ada nyeri tekan

1. Data psikologi

Klien dan keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan 2. Data sosial Hubunga keluarga dan klien baek, terlihat dari istri dan anak anak klien, yang selalu menunggu klien. 3. Data spiritual Klien beragama islam, klien dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien. 4. Pemeriksaan Penunjang Laboratoriun Hb : 15,3 mg/dl : 10.000 : 98 mg/dl : 200 : 21 mg/dl (10 20) : 0,7 mg/dl (0,6 1,3) (4000-10.000)

Leukosit BSN 2 jam pp BUN

Serum Creatinin Kalium Natrium Albumin SGOT SGPT

: 4 mmol/l : 140 mmol/l : 3,4 gr/dl : 21 U/L : 12 U/L : 0,14 : 0,32

(3,5 5,2 mmol/l) (135 146 mmol/l) (3,2 3,5 gr/dl)

Bilirubin Direk Bilirubin Total

5. Terapi

Cefotaxime Transamin Remopain

2 x 1 (1gr) 2 x 1 ampul (IV) 2 x 1 ampul (Drip)

Analisa data Nama : Tn.S Umur : 60 Th NO 1 No.Rm Ruangan : 24 33 90 : ICU Interprestasi data Prostatektomi Masalah Nyeri akut

Data Senjang DS : klien mengatakan nyeri pada bagian yang dioperasi DO : klien tampak meringis

Ekrpresi tampak gelisah Skala nyeri 3 TD 150/80 mmHg S 36,9 oC Klien banyak keringat

Insisis luka

Peradangan

Serotanin

Tachikardi

Merangsang neuroeseptor

Kompensasi

Hipotalamus

Nyeri

Nyeri DS : klien mengatakan susah tidur

DO : klien tampak gelisah


Klien tampak lemah Klien tidur 4-5 jam/hari TTV TD 150/80 mmHg N 84 x/m P 21 x/m

RAS

2 S 36,9 OC Terjaga

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur

DS : klien mengatakan susah bergerak di tempat tidur DO : klien tampak lemah

Gangguan istirahat tidur

Klien tampak dibantu oleh keluarga dan perawat setiap melakukan aktivitas

Prostatektomi

Pemasangan kateterisasi

Kesulitan bergerak

untuk

Gangguan Aktivitas

Gangguan aktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama : Tn.S Umur : 60 Th NO 1 Diagnosa keperawatan No.Rm Ruangan : 24 33 90 : ICU Tgl ditemukan 23 11 2010 Paraf Tgl teratasi Paraf

Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan (prostatektomi)dan kateterisasi

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri 2 23 11 2010 Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh

3 23 11 2010

INTERVENSI KEPERAWATAN Nama : Tn.S Umur : 60 Th NO 1 Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam gangguan rasa nyaman : nyeri dapat berkurang / hilang dengan kriteria :

No.Rm Ruangan

: 24 33 90 : ICU Rasional 1.Untuk mengetahui keadaan nyeri 2. untuk mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan rasa nyeri 3.Menurunkan resiko distensi / spasme kandung kemih.

Intervensi 1.Kaji lokasi, intensitas nyeri 2. Lakukan teknik relaksasi dan distraksi

Klien tidak meringis lagi Klien tidak gelisah lagi Skala nyeri 1 TD stabil

3.Pertahankan patensi dan sistem kateterisasi

3.Menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan konstan kemukosa kandung kemih 4.Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan 1.Mengetahui gangguan tidur 2.memberikan saat tidur penyebab

4.Berikan informasi yang akurat tentang kateter, drainase dan spasme kandung kemih.

kenyamanan

4.Lakukan perawatan luka

post prostatektomi.

operasi

3.Meningkatkan kualitas tidur 4.untuk mengurangi nyeri dan mencegah infeksi pada luka post operasi 1.Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. 2.Untuk mendapatkan energi yang cukup 3.Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung.

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam gangguan pemenuhan istirahat tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil : - pasien dapat istirahat dengan tenang - pasien tidak gelisah lagi - tidur 7-8 jam / hari.

1.Lakukan pengkajian gangguan tidur pasien

2.Bantu klien mencari posisi yang nyaman di tempat tidur. 3.Berikan lingkungan yang aman dan nyaman 4.Kolaborasi pemberian obat analgetik dan antibiotik

4.Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktifitas. 5. menghindari kekakuan otot dah hipertropi

2.

Setelah dilakukan perawatan 3 x 24 jam intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil : - klien tidak lemah lagi - adanya toleransi aktivitas peningkatan terhadap

1.Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas.

2.Berikan adekuat.

nutrisi

yang

3.Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. 4.Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

3.

5. lakukan rom pasif

1. Tindakan Keperawatan PELAKSANAAN KEPERAWATAN Nama : Tn. S Ruangan : ICU

Umur NO DX 1

: 63 Tahun Tanggal dan Waktu

No. MR

: 49009 Paraf

Implementasi

Respon hasil

Mengkaji nyeri (lokasi, intensitas )

pasien

P : prostatektomi

Q : nyeri tajam, kuat 23 11R : bagian suprapubis 08.00 Wib S : skala nyeri 4 T : waktu m'gerakan tubuh

Melakukan pengkajian gangguan tidur pasien

Pasien mengungkapkan keluhan tentang gangguan tidurnya

24-112010 3 09.00 Wib

Mengevaluasi respon klian terhadap aktifitas

Klian hanya bisa bergerak ditempaat tidur

Membantu klien menentukan posisi yang nyaman ditempat tidur

Klien lebih nyaman bila posisinya setengah duduk

Melakukan perawatan luka post operasi

Luka terlihat bersih dan tidak ada benda-benda infeksi

Nyeri berkurang, tidak ada alergi

Berkolaborasi pemberian obat antibiotic dan analgetik :

1. Cefotaxin 2X1 gr 2. Remopain 2X1 amp

Memberikan klien makanan yang mengandung banyak energi

3 1. Roti yang lembut 2. Susu

Energy terpenuhi

klien

25-11-10

Mengkaji nyeri pasien Mengevaluasi respon pasien terhadap aktifitas.

Skala nyeri : 4. Klien hanya bisa bergerak ditempat

tidur.

Membantu klien membuat posisi yang nyaman ditempat tidur

Klien lebih nyaman bila posisinya sebagian duduk

Melakukan perawatan luka post operasi

Luka terlihat bersih dan tidak ada benda-benda infeksi

Nyeri berkurang, tidak ada alergi

Berkolaborasi pemberian obat dan analgetik :

dalam antibiotic

1. Cefotaxin 2X1 gr 2. Remopain2X1 amp

Memberikan klien makanan yang mengandung banyak energi 1. Roti yang lembut 2. Susu

Energy terpenuhi

klien

26-11-10

Mengkaji nyeri pasien

Skala nyeri : 3

Mengevaluasi respon pasien terhadap aktifitas.

Klien hanya bisa bergerak ditempat tidur.

Melakukan perawatan luka post operasi

Luka terlihat bersih dan tidak ada benda-benda infeksi

Nyeri berkurang dan tidak ada alergi

Berkolaborasi pemberian obat dan analgetik :

dalam antibiotic

2 1. Cefotaxin 2X1 gr 2. Remopain 2X1 amp

Memberikan klien makanan yang mengandung banyak energi 1. Roti yang lembut 2. Susu

Energy terpenuhi

klien

1. Evaluasi Keperawatan EVALUASI SUMATIF Nama Umur No DX : Tn. S Ruangan : ICU : 490057 Paraf

: 63 Tahun Hari Tanggal

No. MR dan

Catatan Perkembangan S : klian mengatakan masih merasa nyeri skala nyeri 3

O : 1 26 -11- 2010

A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi S : kllien mengatakan tidurnya sudah nyaman 2 26- 11 2010 Klien mengatakan sudah banyak istirahat O : klien tidak gelisah lagi

Klien masih tampak lemah A P : : Masalah teratasi sebagian Intervensi tetap dilanjutkan

S : klien mengatakan hanya bisa bergerak ditempat tidur O : 3 klien masih tampak lemah

Aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan perawat A P : : masalah belum teratasi lanjutkan intervensi

BAB IV PEMBAHASAN

Selama memberikan asuhan keperawatan tim penulis menemukan beberapa kesenjangan antara konsep teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. 4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan di lakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan keluarga pasien danklien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien. Selama melakukan pengkajian tim penulis tidak banyak menemui kesulitan, hal ini berkaitan dengan kerjasama dan partisipasi dari pasien dan keluarga dalam memberikan informasi yang diperlukan, berkaitan dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, tim penulis menemukan beberapa gejala khas yang sesuai dengan teoritis yaitu : nyeri pada bagian post operasi pada bagian abdomen dan rasa tidak nyaman pada daerah pemasangan kateter spuleblas. 4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus BPH tim penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu : 1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter 2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder 3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh 4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre mikroorganisme melalui kateterisasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.

Sedangkan diagnosa yang di dapat pada kasus ada 3 diagnosa yaitu :

Gangguan rasa nyaman : nyeri (prostatektomi)dan kateterisasi Gangguan pemenuhan kebutuhan

berhubungan

dengan

prosedur

pembedahan

istirahat

tidur

berhubungan

dengan

nyeri

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh Intervensi Keperawatan

4.3

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selam 3 hari perawatan. Dari 3 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam menyusun tindakan yang akan di lakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang di temukan sehingga mendapatkan tujuan yang di inginkan. 4.5 Implementasi Keperawatan

Tahap ini adalah tahap untuk melakukan tindakan tindakan yang telah di rencanakan sebelumnya.Semua tindakn bisa dilakukan. Tetapi tim penulis tidak dapat memberikan perawatan dalam 24 jam karena adanya pergantian dinas yang telah diatur. 4.6 Evaluasi Keperawatan

Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang ditegakkan tidak ada yang teratasi karena pasien masih mengeluhkan nyeri yang di deritanya dan masih kurang nafsu makan.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn.S dengan diagnose BPH selama 3 hari perawatan di Ruang Melati RSUD M.Yunus Bengkulu dapat di ambil kesimpulan : 1. Benigna Prostat Hiperplasia adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat secara umum pada pria lebih dari 50 tahun, menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urin 2. Selama 3 hari perawatan di Rumah Sakit, pada Tn.S ditemukan Diagnosa : 1. Intervensi dibuat sesuai dengan masalah keperawatan dengan memperlihatkan kondisi klien serta ketersediaan sarana dan prasarana di ruangan termasuk kemampuan perawat dalam melaksanakannya. 2. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan Intervensi Keperawatan.Tindakan tindakan keperawatan dapat di laksanakan dengan baik berkat adanya kerjasama keperawatan, keluarga, dan tim kesehatan lainnya. 3. Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 3 diagnosa yang ditegakkan tidak ada yang teratasi karena pasien masih mengeluhkan nyeri yang di deritanya. 5.2 Saran

1. Bagi mahasiswa / mahasiswi Agar ada penulis lain yang dapat membuat makalah BPH dengan lebih baik lagi. 1. Bagi Instiusi Pendidikan Agar dapat melengkapi buku buku perpustakaan tentang BPH Agar dapat meningkatatkan kualitas pengajaran dan proses bimbingan yang berhubungan dengan BPH.

1. Bagi Lahan

Agar dapat membimbing kepada mahasiswa/ mahasiswi yang praktek dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai