Anda di halaman 1dari 19

Albania: Negeri Muslim yang Terlupakan

OPINI | 13 October 2010 | 17:06 583 4 Nihil Sebagaimana judul tulisan diatas bahwa memang Albania kayaknya seperti sebuah negeri muslim yang terlupakan,karena jarang diekpos oleh media massa sehingga sedikit sekali yang mengetahui eksistensinya.Karenanya,bisa diprediksikan tulisan tentang negara di semenanjung Balkan tersebut kurang aktual.Oleh sebab itu penulis coba membagi sedikit berita tentang negeri yang dijulukibangsa garudasesuai anggapan mereka sendiri.Secara etimologis kata Albania berasal dari bahasa Yunani,yakni Albanoi artinya:bangsa berkulit putih.Karena orang-orang Albania secara etnologis berasal dari ras Illirik,suatu ras rumpun bangsa Indo Eroupa yang berkulit putih.Namun orang-orang Albania lebih menyebut dirinya sebagai bangsa Shqiperia(Garuda).Mereka relatif homogen berbicara dalam bahasa Albania ,salah satu bahasa Indo Europa . Meskipun demikian paling tidak terdapat dua etnis di Albania,yakni Ghegia diutara dan Toskia diselatan.Kedua etnis tersebut secara alamiah terpisah sungai Shkumbi ,sebuah sungai penyuplai air bagi 60 persen petani Albania. Albania merupakan jalur lahan sempit pantai barat semenanjung Balkan ,yang dibatasi laut Adriatik disebelah barat ,dan terjepit antara Kosovo - Motenegro-Macedonia diutara hingga timur dan Yunani dari tenggara hingga selatan.Sekitar tiga perempat negeri seluas 28.748 kilometer persegi terdiri dari pegunungan yang sulit dijamah manusia,sehingga orang Turki menamakannyaBalkankepada semenanjung tersebut.Pegunungan yang menjulang tinggi hingga pada puncaknya yang tertinggi di gunung Korab (2763 meter diatas permukaan laut)yang berdiri koko di Albania timur laut. Perjalanan sejarah Albania diwarnai berbagai invasi ,sebagai bukti tidak bisa dipungkiri beteapa strategisnya negeri Albania.Raja Macedonia ,Filipus tahun 338 seb.M menguasai Albania yang dilanjutkan oleh putranya Alexandre Agung(336-323 seb.M),dan menempatkan Anthipater sebagai gubernur wilayah tersebut.Sepeninggalannya tahun 323 seb.M kerajaannya terpecah belah,dan Albania berpindah tangan menjadi wilayah Romawi tahun 168 seb.M yang dijadikan sebagai propinsi Romawi.Krisis politik yang melanda Romawi dalam berbagaiaspek sosial kemasyarakatannya,terutama krisis politik,ekonomi dan konflik dikalangan umat nasrani waktu itu mempengaruhi Albania. Rakyat Albania yang menganut Katolik Roma tunduk kepada Paus di Vatikan,dan bagi penganut Katolik Ortodok tunduk kepada Patriarch di Byzantium(konstntinopel).Kedua sekte nasrani tersebut bersaing ketat nyaris serupa dengan persaingan antara etnis Ghegia diutara dengan etnis Toskia di selatan Albania sekitar tahun l990-an Dalam konteks konstelasi sosial politik ini datang invasi Turki Usmany(Otoman,Osmanly)tahun l468 M ,maka sejak saat itu Albania menjadi bagian dari kerajaan Turki usmany .Kekaisaran Turki Usmany memberi kebebasan beragama bagi rakyat albania seluas-luasnya ,sehingga mereka terbebas dari schisme (konflik dalam nasrani)yang melanda Europa.Rakyat Albania bebas menjalankan ajaran agamanya masing-masing tanpa rasa takut,bahkan pemerintah Turki merekruit mereka untuk menduduki berbagai posisi penting dalam birokrasi Turki. Dalam jajaran militerpun Turki banyak merekruit orang -orang dari semenanjung Balkan termasuk Albania,seperti Yenicery pasukan elite Turki usmany yang menjadi pengawal

istana usmany banyak teridiri dari pemuda Balkan.Disamping itu,Turki juga memberi beasiswa kepada putra-putri Albania untuk melanjutkan studinya keberbagai universitas di Cairo,Sarajevo,Mostar,Tirana,Istambul dan lain-lain.Perlakuan Turki yang lebih baik kepada rakyat Albania berdampak positif bagi proses islamisasi di Albania .Sehingga secara bertahap rakyat Albania menjadi muslim yang taat hidup berdampingan dengan non muslimainnya.Karenanya penduduk Albania sekarang sekitar 3,50 juta jiwa mayoritasnya muslim(sekitar 72 persen)sisanya terdiri dari Katolik Ortodok(18 persen)dan Katolik Roma(10 persen).Sehingga Albania merupakan negara populasi muslim terbesar di Eropa.Menjelang abad ke 18 M Turki mengalami kemunduran dalam berbagai hal,karena menghadapi ambisi teritorial Europa seiring terjadi krisis domistiknya sendiri konsekuwensi merajalelanya korupsi dikalangan birokrasi Usmany ,hingga Albania sebagaimana wilayah kekuasaan Turki lainnya terabaikan.Namun Albania tetap mempertahankan hubungannya dengan Turki ,dan rakyat Albania mendirikan kerajaan islam pada abad ke l8 dan abad ke l9,yakni dinasti Bushati dan dinasti Ali Pasha. Menjelang PD(1914-1918)tekanan Europa kepada Turki makin meningkat ,yang membantu gerakan separatisme di semenanjung Balkan untuk melawan Turki.Dalam kontelasi inilah Turki bergabung dengan Jerman dalam Triple Aliansi saingan Triple Etente .Konsekuwensinya rakyat Albania juga dianggap musuh oleh sekutu (Triple Etente)terutama Italia,Serbia,Yunani,tetangga Albania.Untuk meredam kecurigaan sekutu,Albania melepaskan diri dari Turki pada tanggal 28 November l912 dan membentuk kerajaan islam Albania yang secara berturut turut diperintahi oleh Sultan Ismael Kemal(l912-l913),Sultan Essad Pasha(l913-l916)dan Sultan Turkhan Pasha(1916-1920).Kemudian Albania mengalami krisis ekonomi dan politik dampak krisis ekonomi global waktu itu(melaisse)sehingga rakyat menuntut sistem monarchi dihapus.Tuntutan itu dikabulkan ,dan pada tahun 1928 sistem monarchi dihapus,maka Albania menjadi republik dengan Presidennya yang pertama diangkat Ahmad Beg Zogu.Tetapi sistem inipuntidak bisa mendongkrak perekonomian Albania,sehingga pada tahun l939 sistem monarchi dipulihkan kembal.Albania kembali menjadi kerajaan islam di Eropa.

Halaman Muka Pengenalan


o o o o

Penerbit FIPMI
o o o o

Berita
o o o o

Album Foto Perpustakaan Digital Panduan Pendidikan Virtual Links Pilih Bahasa
o o o o o o o o o o o o o o o

Menu Utama

Persatuan dan Pendekatan Nabi Muhammad Saw Dunia Islam Kajian Al-Quran Warisan Bersama Mazhab Islam Tokoh Pemersatu Minoritas Muslim Fatwa Persatuan Momen Penting Wawancara Kebangkitan Islam Menu Tambahan

Persatuan dan Pendekatan


Menelisik Syiah Syiah - Sunni Konflik Buatan? Menuju Persatuan Islam Hati Nurani Tak Izinkan Menyerang Simbol-simbol Suci Perbedaan Ijtihad Bukan Alasan bagi Terorisme Intelektual

Kajian Al-Quran

Aktivitas Ekonomi Wanita dalam Perspektif Al-Quran (2) Aktivitas Ekonomi Wanita dalam Perspektif Al-Quran (1) Tafsir Surah al-Fatihah (2) Tafsir Surah al-Fatihah (1) Islam dan Budaya Kebebasan Berpikir

Even-Even Penting

Isa, Firman Tuhan Penegak Keadilan Imam As-Sajjad, Penerus Misi Asyura Memperingati Hari Asyura Para Pahlawan Sejati Asyura Motivasi Kebangkitan Imam Husein as

Para Tokoh Pemersatu


Allamah Muhammad Taqi Qummi dan Persatuan Umat Persatuan Umat Islam di Mata Sayyid Quthb Syeikh al-Ghazali, Penyeru Persatuan Umat Allamah Syarafuddin, Pejuang Persatuan Syekh Abduh dan Persatuan Umat

Jajak Pendapat Bagaimana Perubahan Terakhir Wabesite ini? Sangat Baik Baik Tidak Sempuna Perlu Perbaikan Kembali

Islam di Albania
Rabu, 02 November 2011 07:21 | | |
Di tenggara Eropa, yaitu kawasan yang dikenal dengan nama Balkan, terletak Albania. Negara ini memiliki jumlah penduduk 3,5 juta orang, 70% penduduknya beragama Islam dan sisanya Kristen. Luas wilayah sekitar 30 ribu kilometer persegi. Negara ini di masa lampau sempat berada di bawah kekuasaan imperium-imperium besar seperti Yunan, Roma, dan Ottoman. Meskipun pada era pendudukan Romawi Albania sempat menjadi kawasan berpeduduk Kristen, namun menyusul kemunculan Islam, terjalinlah hubungan antara bangsa Albania dengan orang-orang muslim. Dengan berimigrasinya kaum muslimin dan berdatangannya para muballig dan pedagang ke Albania, Islam secara bertahap meluas di Albania. Penguasaan imperium Ottoman terhadap Albania mulai tahun 1430 hingga lima abad kemudian, telah membuat Islam semakin tersebar di negara itu. Pada tahun 1912, Albania

meraih kemerdekaannya. Namun pada tahun 1945, dengan naiknya Enver Hoxha yang menganut paham komunis ke kursi kepresidenan, orang-orang Albania mengalami era pemerintahan yang represif dan mencekam. Enver Hoxha membelenggu kebebasan agama orang-orang Albania, dan bahkan sampai menghancurkan masjid-masjid di negara itu. Setelah meninggalnya Enver Hoxha pada tahun 1985 dan melemahnya rezim komunis, kondisi di negara itu pun mengalami perubahan. Pada tahun 1990, aktivitas yayasan relijius dan masjid-masjid kembali meraih kebebasan. Pada bulan Maret tahun berikutnya, diadakan pemilu parlemen yang bebas untuk pertamakalinya. Presiden Sali Berisha adalah presiden pertama Albania pasca era komunis. Pada masa pemerintahannya, digalakkan usaha-usaha pembangunan kembali tempat-tempat ibadah dan perluasan hubungan dengan negaranegara muslim. Bahkan pada masa itulah Albania resmi menjadi anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Namun pada tahun-tahun kemudian, perhatian pemerintah Albania terhadap Islam menjadi berkurang. Rakyat Albania mudah menerima ajaran Islam karena selama berabad-abad mereka berada di bawah kezaliman para penguasa. Sementara itu, ajaran Islam memberi mereka semangat untuk melawan kezaliman. Islam adalah agama yang mengajarkan prinsip keadilan, kebebasan, dan persaudaraan. Prinsip-prinsip Islam inilah yang menarik orangorang Albania terhadap Islam. Pada era komunis, orang-orang Albania berada di bawah tekanan dan represi, namun cahaya Islam tetap menyala di hati mereka. Kehidupan persaudaraan antar etnis, demikian juga antara kaum muslimin dan kaum Kristen di Albania juga menarik untuk diamati. Mereka hidup berdampingan dengan rukun satu sama lain. Data pada tahun 2004 yang dikeluarkan secara bersama oleh Departemen Luar Negeri dan Pusat data statistik menunjukkan bahwa keragaman etnis dan agama di Albania masih tetap terjaga. Disebutkan bahwa etnis Albania dengan jumlah 98,6% merupakan etnis mayoritas. Disusul dengan Yunani 1,17%, dan etnis-etnis lainnya seperti Roma, Serbia, Montenegro Makedoni, Mesir, dan Bulgaria sebesar 0,23%. Sementara itu, secara agama, Islam menempati posisi mayoritas yaitu 70%, Kristen Orthodox 20%, dan Katolik Roma 10%. Masjid selalu menjadi pusat dari kegiatan kaum muslimin karena masjid memberikan semangat dan makrifat kepada mereka. Begitu pula di Albania, masjid memiliki peranan penting dalam menumbuhkan semangat keislaman di hati kaum muslimin negara itu. Di setiap lapangan utama pada setiap kota di Albania selalu terdapat sebuah masjid. Hal ini membuktikan bahwa masjid adalah tempat yang sangat penting di mata masyarakat Albania. Sebelumn berkuasanya rezim komunis, jumlah masjid di negara itu mencapai 600 buah dan memiliki peran yang lebih aktif daripada era sekarang ini. Selama pemerintahan rezim komunis, masjid-masjid di negara itu ditutup dan sebagiannya bahkan dihancurkan. Setelah keruntuhan rezim komunis, masjid-masjid itu kembali dibangun dan sekarang ini jumlah masjid yang aktif melakukan berbagai kegiatan keagamaan mencapai 350 buah. Selain masjid, juga ada pusat-pusat kegiatan kaum muslimin lainnya, misalnya husainiyah atau yayasan-yayasan keislaman. Pengajaran agama Islam secara formal di Albania dilakukan secara terpusat. Dengan kata lain, beberapa lembaga pengajaran tertentu di Albania memiliki tanggung jawab dalam mengajarkan agama Islam kepada para pelajar. Lembaga-lembaga pengajaran ini merupakan pengganti dari sekolah-sekolah agama yang sebelumnya melakukan kegiatan secara terpisah-pisah dan tersebar di setiap masjid. Lembaga pengajaran agama terbesar berlokasi di Tirana, ibukota Albania. Di sekolah agama ini, Islam diajarkan sedemikian rupa agar terhindar dari pertentangan antar mazhab. Lulusan dari lembaga pengajaran ini

memiliki peran besar dalam membangkitkan semangat keislaman kaum muslimin pada era komunis dan akibatnya banyak pula di antara mereka yang dipenjarakanoleh rezim komunis. Sementara itu, kelompok politik atau partai-partai Islam tidak banyak berdiri di Albania. Mungkin hal ini disebabkan karena panjangnya masa pemerintahan rezim komunis yang sangat represif dan selalu menghalangi kegiatan-kegiatan politik non-komunis. Lembaga Islam terbesar di Albania saat ini,yang juga mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah adalah Komite Muslim Albania. Masrasah Islami Tirana adalah lembaga pengajaranyang berada di bawah Komite Muslim Albania. Di setiap kota, terdapat cabang dari komite ini dan melakukan berbagai kegiatan keislaman di kota tersebut. Selain Komite Muslim Albania, juga ada lembaga-lembaga lain, seperti Organisasi Cendekiawan Muslim, Organisasi Muslimah, atau Organisasi Pemuda Muslim Albania. Selain itu, kaum muslimin Albania juga memiliki sebuah Pusat Dialog Agama, demi menjalin persatuan dan membela hak-hak kaum muslimin di negara ini. Meskipun Islam adalah agama mayoritas rakyat Albania dan ke-Islam-an telah menjadi jati diri mayoritas rakyat negara itu, namun perhatian yang ditunjukkan pemerintah Albania terhadap perluasan pengajaran Islam tidak memuaskan. Dalam UUD negara ini, Islam tidak disebut sebagai agama resmi negara. Bahkan, dewasa ini tampak usaha-usaha untuk menjadikan negara muslim ini sebagai negara sekuler. Hal ini antara lain merupakan akibat dari letak geografisnya di Eropa, yaitu di tengah negara-negara non Islam dan juga akibat dari sisa-sisa peninggalan era komunis dulu. Dalam menghadapi situasi seperti ini, diperlukan peran aktif dari rakyat Albania sendiri agar Islam menjadi semakin berkembang dan mewarnai berbagai dimensi kehidupan masyarakat. Apalagi, masa lalu Albania yang dibawah penindasan rezim komunis telah membuat negara ini menjadi salah satu negara miskin di Eropa dan menghadapi banyak permasalahan sosial. Berpegang kembali kepada Islam secara benar adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemelut itu. (putrahermanto) Kehadiran Islam di Balkan Balkan merupakan kawasan kedua yang menerima kedatangan Islam di Eropa Selatan selepas Andalusia Spanyol, dengan perbedaan bahwa tidak ada lagi sisa perabadan Islam yang agung di Andalusia selain bangunan-bangunan megah dengan ciri Islam dan sejumlah kecil muslimin di kawasan ini. Sedangkan di kawasan Balkan, umat Islam hadir secara mencolok. Mayoritas warga Balkan etnis Albania adalah muslimin. Demikian juga umat Islam merupakan bagian terbesar dari penduduk Bosnia Herzegovina. Sementara itu di negaranegara lain kawasan Balkan, minoritas umat Islam masih cukup berperan mencolok di tengah penduduk negara-negara tersebut. Islam senantiasa menjadi dasar transformasi di kawasan ini, setelah imperium Utsmani memasuki kawasan Balkan. Sejarah Islam memasuki Balkan, banyak sekali mengalami distorsi, sehingga tergambarkan seolah-olah penduduk kawasan ini menerima Islam karena paksaan dan di bawah ancaman pedang para penguasa Utsmani. Di sebagian buku sejarah Eropa, kehadiran Islam di Balkan dikatakan sebagai hasil dari persaingan agama dan politik berbagai etnis yang tinggal di kawasan ini. Analisa tentang sejarah masuknya Islam ke daratan Eropa seperti ini, sebenarnya merupakan pengabaian peran nilai-nilai Islam yang mulia dan karya peradabannya yang sangat berharga dalam menarik bangsa Eropa selatan ini ke dalam agama Islam.

Tentu saja, dari para penulis barat, tidak dapat diharapkan lebih daripada yang demikian itu. Karena setiap kali mereka berusuran dengan Islam dan peradaban Islam, maka mereka selalu berusaha menampakkan agama Islam dan muslimin dalam wajah yang kejam, fanatik buta, penuh khurafat dan sesat. Cara-cara seperti itu juga digunakan dalam politik zaman sekarang, dalam bentuk propaganda berbagai media massa untuk mendiskreditkan Islam dan muslimin. Jika rakyat Eropa Selatan memeluk agama Islam lewat paksaan dan pedang kesultanan Utsmani, kini setelah lebih dari satu setengah abad dari keluarnya tentera imperium Utsmani dari kawasan Balkan dan munculnya negara-negara baru, sudah tentu tidak akan ada lagi peninggalan Islam yang tersisa di kawasan ini. Tetapi realitas membuktikan bahwa Islam sampai saat ini masih merupakan bagian dari milik orang-orang Albania dan Bosnia. Umat Islam Bosnia telah dibunuh secara massal dalam pembunuhan etnis oleh orang-orang Serbia pada tahun-tahun 1992-95, hanya karena mereka masih mempertahankan keterikatan mereka dengan agama Islam. Jika rakyat Bosnia beragama Kristen, sudah pasti orang-orang barat tidak akan tinggal diam selama tiga setengah tahun menyaksikan pembunuhan massal puluhan ribu warga Bosnia, dengan cara-cara yang sedemikian tragis. Tetapi bagaimana caranya rakyat Balkan mengenal Islam? Dalam hal ini sejumlah faktor, baik geografi, sejarah, agama, politik, ekonomi dan sosial, dapat disebutkan sebagai alasannya, yang semua itu tidak terbatas hanya karena pengembangan Islam oleh pemerintahan Utsmani. Dalam kesempatan ini kami ingin berbicara tentang berbagai faktor masuknya Islam ke kawasan Balkan. Posisi geografis Balkan merupakan salah satu faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada agama Islam. Pengenalan mereka kepada Islam ini bermula dari sebelum perluasan imperium Utsmani ke Eropa selatan di abad ke-15 Masehi. Keberadaan kawasan Balkan diantara negara-negara Islam dan Romawi Kristen merupakan peluang pertama pengenalan rakyat di kawasan ini dengan umat Islam lewat perdagangan. Perdagangan kaum Iliri penduduk Balkan dengan umat Islam Arab, Persia dan Turki merupakan kesempatan kehadiran para pedagang muslim di kota-kota pelabuhan laut Adriatik bahkan ke kawasan yang lebih jauh dari pantai laut ini. Kepingan uang emas dan perak Arab yang telah ditemukan oleh para arkeolog dan kisah perjalanan yang telah ditulis pada era ini membuktikan hal tersebut. Pada masa lalu transaksi jual beli merupakan tujuan pertama para pedagang. Para pedagang muslim telah ikut membawa budaya dan pandangan baru bersama mereka. Hal ini terjadi ketika sejumlah muslimin menempati kotakota pelabuhan di kawasan Balkan dan dengan berlalunya zaman, jumlah mereka semakin bertambah dan meninggalkan pengaruh pada masyarakat setempat. Kondisi politik dan agama yang dimiliki oleh rakyat Balkan, ikut memainkan peran dalam menarik mereka kepada agama Islam. Bangsa yang paling lama sekali tinggal di Balkan ialah kaum Iliri. Pada abad keenam dan ketujuh Masihi, orang-orang Slowakia telah datang ke kawasan tersebut. Kedatangan orang-orang Slowakia ke Balkan dan upaya mereka untuk menegakkan agama Kristen telah menyebabkan timbulnya banyak pemberontakan dan peperangan. Sebagian besar dari bentrokan ini, labih banyak diwarnai oleh sentimen keagamaan daripada sentiman etnis dan sebagai dampak dari pemaksaan agama Kristen. Ketidakmampuan imparium Romawi Byzantium dalam mengatasi pemberontakan bangsa Slowakia, Barbar dan Bulgariun telah menjadikan kawasan Balkan sebagai kancah banyak pertempuran antara berbagai etnis yang berada di kawasan ini dari satu sisi, dan dengan tentara Romawi dari sisi lain. Kondisi ekonomi yang buruk, tekanan agama dan perang yang tidak berkesudahan telah menjadi lahan penerimaan agama yang memiliki ajaran keadilan,

persamaan, anti kezaliman dan yang berdasarkan keyakinan kepada keesaan Tuhan, yang tidak terdapat pada agama-agama lain. Imperium Utsmani dalam kondisi ekonomi, politik dan agama yang buruk ini, selepas keruntuhan imperium Romawi Byzantium memperluas kekuasaannya sampai pintu-pintu gerbang Wina. Perang-perang berdarahpun terjadi antara tentara Utsmani dengan orangorang Serbia, yang kini dianggap oleh orang-orang serbia sebagai sejarah kepahlawanan mereka. Dengan kemenangan tentara Ustmani, bermulalah imigrasi berbagai kelompok Kristen ke arah kawasan utara Balkan. Imigran ini berlaku dimana sebagian besar penduduk kawasan tersebut telah memeluk agama Islam dan banyak dari mereka memilih untuk tinggal di samping umat Islam, meski sebagai pengungsi. Perselisihan sejarah terpenting antara cendikiawan Serbia dengan cendikiawan Muslim di kawasan Balkan, khususnya kawasan Kosovo dan Bosnia Herzegovina, adalah dalam hal bahwa apakah umat muslimin yang ada saat ini, merupakan penduduk asli kawasan ini ataukah mereka ini merupakan imigran muslim atau orang-orang yang terpaksa memeluk agama Islam di bawah pemerintahan Utsmani? Orang-orang Serbia percaya bahwa merekalah penduduk asli Kosovo dan umat Islam merupakan perampas tanah air mereka. Padahal orang-orang Albania, sama seperti saudara mereka orang-orang Bosnia, meyakini bahwa asal keturunan mereka adalah dari bangsa Iliri pada dua ribu tahun lalu, hanya saja mereka telah mengubah agama mereka. Hal yang diyakini dari sudut pandang sejarah ialah bahwa pemerintah Utsmani sejak awal abad ke 15 hingga awal abad ke 20 memerintah sebagian besar dari tanah Balkan dengan penuh kekuatan dan meninggalkan pengaruh yang mendalam di kawasan ini dari sisi sosial. Sebelum menggunakan kekuatan untuk menaklukkan kawasan-kawasan Kristen, pemerintah Utsmani telah memanfatakan sistim ekonomi dan perpajakan Islam dalam rangka mendorong kaum Kristen ke dalam agama Islam. Dengan cara ini banyak sekali keluarga Kristen yang telah memeluk agama Islam. Pada era ini, pemberontakan-pemberontakan serbia yang mendapat dukungan dari kekuatan-kekuatan yang berkuasa di Eropa telah ditumpas dan pada sebagian besar tanah jajahan pemerintah Utsmani di kawasan Balkan, di sepanjang tiga abad yakni hingga awal abad ke 19, merupakan sebuah periode yang dipenuhi dengan kegemilangan ekonomi serta perkembangan peradaban dan budaya Islam. Banyak sekali buku dan pusat-pusat agama yang menjadi peninggalan pada periode ini yang merupakan tanda perkembangan ilmu dan sastra kaya Islam di kawasan ini. Sejak awal abad ke 19 sewaktu berlakunya transformasi sosial di Eropa dan melemahnya kekuasaan imperium Utsmani di dalam dan luar, kecemerlangan dan kegemilangan di kawasan Balkan pun berakhir. Penduduk Balkan sejak sejarah ini terperosok ke dalam berbagai peperangan berdarah, dan setiap beberapa tahun mereka mencapai kemerdekaan atau jatuh di bawah kekuasaan salah satu dari kekuatan Eropa. Perang-perang ini menyebabkan negara-negara Balkan berpecah atau bersatu berdasarkan kepada kepentingan Eropa yang berkuasa. Setelah jatuhnya imperium Utsmani, maka masa terlama bangsa Balkan hidup tanpa peperangan ialah setelah perang dunia kedua, dimana pada periode ini rezim-rezim despotik komunis berkuasa di sebagian besar negara-negara Balkan. Dengan berakhirnya pasang surut ini, umat Islam Balkan yang mayoritasnya tinggal di Bosnia Herzegovina, Albania dan Kosovo berusaha untuk memelihara identitas Islam mereka dan identitas Islam mereka secara total menyatu dengan identitas bangsa dan etnis mereka. Demi untuk memelihara identitas agama ini, ketika terjadi pembersihan etnis yang

dilakukan oleh orang-orang Serbia terhadap umat Islam Bosnia dan juga Albania warga Kosovo, banyak darah yang telah tumpah di sepanjang satu dekade yang lalu. (I.R.I.B Worldservice)

, Eropa Timur-Albania

Dec 2, '08 2:19 AM untuk semuanya

Albania
Muslim Albania versus Mitos Eropa di awal abad 20, Albania menjadi satu-satunya negara Eropa berpenduduk mayoritas Muslim. tahun 1967, Presiden Enver Hoxha memproklamirkan negaranya sebagai republic atheis pertama dan satu-satunya sepanjang sejarah umat manusia. kini, setelah komunis bangkrut, rakyat Albania memiliki praktek ritualnya sendiri; nonton televisi. Tirana, 23 November 1990. untuk pertama dalam 50 tahun adzan terdengar dari Masjid Ethem Bey, satu-satunya peninggalan kekuasaan Turki Ottoman, di dekat lapangan Skanderberg atau Iskandar Bey. beberapa gelintir pemeluk Islam memasuki masjid untuk menunaikan shalat Jumat. Di jalan-jalan, orang-orang yang lewat berjalan kaki atau mengendarai sepeda sejenak terperangah. beberapa di antaranya menghentikan laju sepeda untuk sejenak menoleh ke arah menara masjid yang berwarna kusam. Beberapa tahun berikutnya Tablighi Jamaat kelompok persaudaraan Islam di Albania melakukan survei ke sejumlah rumah penduduk Muslim di Tirana. hasilnya, hasil tidak satu pun generasi muda yang mengetahui ajaran Islam. dalam laporan rincinya, Organisasi Bulan Sabit memaparkan hanya segelintir kalangan yang berusia lanjut saja yang masih menyimpan kenangan tentang shalat, dzikir, zakat, dan seluruh ritual keseharian dalam ajaran Islam. beberapa di antaranya, tentu dalam hitungan yang sangat sedikit, masih bisa melafalkan ayat-ayat Alquran. Sejak pemerintahan komunis/atheis Enver Hoxha tumbang ditahun 1990, dan Ramiz Alia penggantinya menanggalkan semua undang-undang antiagama, kalangan generasi tua secara terbuka memproklamirkan diri sebagai Muslim. Di desa-desa di pinggir Tirana, dengan segala keterbatasan sebagai akibat kemiskinan, para generasi tua mengorganisir diri untuk melakukan shalat berjamaah di rumahrumah. Seolah ingin mengenang masa kecil, mereka berusaha membentuk kelompokkelompok pengajian. Namun, mereka tidak cukup memiliki Alquran untuk dibaca bersama. Rezim komunis Enver Hoxha membakar semua yang ada di Albania pada tahun 1950-an, dan mengancam rakyatnya dengan hukuman berat jika diketahui menyimpan buku-buku agama Islam. Tidak satu pun diantara mereka yang memiliki pengetahuan luas tentang Islam, dan bisa mengajarkan kepada yang lain. Ketika di tahun 1950-an rezim Hoxha, dibantu para pendeta Katolik Roma da sekte Bektashi sempalan Islam Syiah yang menjadi anti-Islam membantai semua ulama, ustadz dan keluarganya, serta mengusir semua dai Islam, mereka masih kecil. Saat itu banyak di antara mereka yang belum khatam Alquran, dan hanya sedikit membaca Hadist atau buku-buku

ajaran Islam. Kini, ketika terdapat ruang untuk Isalm bangkit dari tidur panjangnya, tidak banyak uluran tangan dari saudara mereka sesama Muslim di luar Eropa. Sementara Katolik Roma dan Kristen Orthodox semakin nyaring mendentangkan lonceng gereja dan menebar ajarannya. Bektashi makin aktif menawarkan ajarannya kepada umat Islam untuk tidak perlu lagi repot-repot shalat lima waktu, berpuasa, atau jauh-jauh pergi haji ke Mekkah. Masih adakah kesempatan bagi umat Islam membangun kembali masa lalunya di Albania? Secara tekstual, terdapat tiga agama di Albania; Islam, Katolik Roma, dan Kristen Orthodox. Data 1992 menunjukkan, Islam dipeluk hampir 70 persen dari 3,3 juta rakyat Albania, sedangkan Katolik dan Ortodhox masing-masing 10 dan 20 persen. Islam, setelah melalui perjalanan panjang, terpecah menjadi dua; Sunni Hanafie dan Bektashi. Keduanya menarik garis perbedaan yang tegas. Sunni Hanafie dengan tradisinya sendiri, dan Bektashi menggabungkan elemen paganisme, konsep trinitas, pengampunan dossa kepada imam, dan kultus individu Shiah. Bektashi dengan 200 ribu pengikutnya menyebut diri sebagai Muslim toleran, namun menolak semua praktek ritual Islam; shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji ke tanah suci Mekkah. Di sisi lain, penganut Orthodox dan Katolik Roma kehilangan tradisi ritualnya dan terperosok ke dalam masyarakat yang mengabaikan agama. Bahkan, kebanyakan menyebut dirinya atheis, dengan seluruh konotasi negatifnya. Kristen diperkenalkan Imperium Romawi pada abad ke-3. Di akhir abad ke-4, setelah perpecahan Imperium Romawi, Albania secara politik menjadi bagian Timur, atau Kekaisaran Bizantium, namun masih bergantung ke Roma. Ketika perpecahan gereja Roma dan Timur mencapai puncaknya tahun 1054, pemeluk Kristen Albania di selatan berada di bawah jurisdiksi Konstantinopel dan di utara berada di bawah pengawasan Roma. Pengaturan ini bertahan sampai invasi Kekaisaran Ottoman di abad 14, dan Islam mulai diperkenalkan. Di kawasan pegunungan utara, dai Islam harus berhadapan dengan perlawanan pemeluk Katolik. Perlawanan melemah setelah para pastur yang berpengaruh memilih menghindar dan meninggalkan umatnya. Di selatan Albania, banyak pemeluk Kristen Orthodox melarikan diri ke Sicilia dan selatan Italia. Disini, tidak terjadi konversi paksa skala besar Kristen Orthodox ke Islam sampai abad 17, dan skala perang Russo-Turkish. Tekanan hanya diberlakukan pada kelompok-kelompok yang terbukti bersimpati ke gereja Orthodox Rusia. Tahun 1774, Ottoman membuat perjanjian Kuchuk-Kainarji dengan Rusia, yang salah satu pasalnya mengatakan Rusia adalah pelindung pemeluk Kristen Orthodox di dalam Kekaisaran Ottoman. Selama bercokol di Albania, Ottoman menerapkan banyak metode efektif dalam misi

Islamisasinya. Di kawasan tengah dan selatan, misalnya, menciptakan dua kelas Muslim; pashas dan bey, lengkap dengan anugerah properti skala besar dan akses politik dan ke pusat kekuasaaan. Melalui pengaruh politik dan ekonomi inilah para pasha dan bey diharapkan mampu mengontrol petani, dan masyarakat pedesaan yang dikonversi paksa. Kepada mereka, para bangsawan cangkokan Turki ini menyajikan kemakmuran ekonomi dan lainnya. Metode lain yang digunakan Ottoman adalah dengan memanfaatkan perseteruan di antara pemimoin klan. Tahun 1385, misalnya, Sultan Murad II penguasa Ottoman di Balkan menyanggupi permintaan Karl Thopia, penguasa Dures, untuk memerangi Keluarga Balsha. Murad II mengirim pasukannya menyusuri Via Egnatia untuk mengepung Balshas. Tahun-tahun berikutnya, Murad II melancarkan serangan gencar untuk menaklukan pemimpin-pemimpin klan di Balkan. Tahun 1431 ia merebut Janina dan Arta. Di penghujung 1449, Ottoman merebut pantai Ionia, sekaligus merebut semua properti dan posisi para klan. untuk menjamin kesetiaan masyarakat taklukannya, Ottoman mengirim dan menyekolahkan anak-anak pemimpin klan ke Turki. Sedangkan sisa-sisa prajurit klan diintegrasikan ke dalam satu kesatuan besar di bawah komando jenderal Turki. Metode penciptaan kelas, dan edukasi bagi ana-anak pemimpin klan, tidak sepenuhnya berhasil. Gjon Kastrioti, pemimpin klan dari Kruje, dipaksa mengirim empat anaknya ke ibukota Ottoman untuk dilatih kemiliteran. Yang termuda, Gjergy Krastioti (1403-1468), terbilang cerdas. Ia menyita perhatian sultan, yang mempercayainya memimpin ekspedisi militer ke Asia kecil dan Eropa. Penguasa Turki makin percaya ketika Krastioti bersedia masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Iskandar. sebagai penghargaan, sultan memberi nama bey di belakang Iskandar. Tidak ada keraguan lagi bagi penguasa turki ketika menunjuk Iskandar Bey sebagai penguasa militer distrik Balkan. Ia kembali ke Albania sebagai komandan pasukan Ottoman. Namun di hari pertamanya bertempur dengan pemberontak Serbia, Iskandar Bey dikenal di Albania sebagai Skanderberg menderita kekalahan. Iskandar Bey membawa pasukannya melarikan diri ke Krujl. Di perjalanan ia menipu anggota pasukannya yang berasal dari etnis Turki, dan menyerahkan mereka ke benteng milik keluarga Krastioti. Di tengah keluarganya, Iskandar Bey menyatakan kembali memeluk Katolik dan mendeklarasikan perang suci melawan Ottoman. Sebagai pemimpin kharismatik, Skanderberg memnagkitkan semangat perlawanan klan-klan lainnya, termasuk komunitas Yunani di Epirus. Berkekuatan 30 ribu serdadu, Skanderberg menyerang pos-pos Ottoman dan mengepung Sultan Murad II. Perlawanan tidak nerlangsung lama. kebijakan Skanderberg membantu Raja Alfonso dari Naples dalam perang melawan raja-raja Sisilia, menimbulkan keretakan di antara pemimpin klan. sejumlah pemimpin lokal membelot ke Ottoman, dan

memerangi Skanderberg. Di Lezl tahun 1468, Skanderberg menemui ajalnya. Sultan Mehmed II pengganti Murad II, dikabarkan menangisi kematian musuh, sekaligus sahabat terbaiknya. Kematian Skanderberg mendorong Islamisasi secara menyeluruh di Albania. Untuk menjamin kelangsungan masyarakatnya, Ottoman menerapkan hukum islam di seluruh Albania dan Balkan. Khusus pada periode ini, sejarawan H Abiva, dalam artikel Albania: Freedom Unconsidered, menulis tidak ada bukti-bukti kuat Ottoman melakukan konversi paksa terhadap penduduk taklukannya. Ini diperkuat oleh sejumlah teks sejarah yang dianalisis sejarawan Barat TW Arnold. Menurut Abiva, konversi terjadi secara alamiahkarena Islam dianggap menawarkan praktek ritual yang tidak pelik dan rumit. Islam menempatkan pemeluknya sebagai individu yang bisa memohon kepada Allah secara langsung, atau tanpa melalui perantara tinggi agama. Selepas abad 17, ketika koalisi pasukan Austria dan Rusia mulai melancarkan serangan ke kawasan Balkan dan Anatolia, Albania menjadi benteng terkuat Ottoman. Ini berlangsung sampai tahun-tahun awal di abad 20. Perang Balkan (1912-1913) memaksa Ottoman mundur dari semua wilayah jajahannya di daratan Eropa, kecuali Thracia Barat di Yunani. Albania tertinggal sendirian dengan statusnya sebagai satu-satunya negara Islam di pinggir peradaban Eropa. Dalam situasi kritis, dan khawatir Albania terabsorbsi menjadi bagian negara tetangganya yang memerdekakan diri, Ismail Kemal Bey pemimpin Albania saat itu meminta kekuatan-kekuatan besar Eropa Barat menjamin integritas wilayah Albania. Harga yang harus dibayar masyarakat Islam Albania cukup mahal. William of Wied, pangeran Katolik, ditempatkan sebagai raja di Albania. Selepas perang Balkan, Perang Dunia I melenyapkan harapan Albania untuk menjadi negara stabil di bawah prinsip-prinsip Islam. Tahun-tahun berikutnya, Albania menjadi jajahan Serbia, Montenegro, dan protektorat sekutu. Sementara di Turki, Kemal Ataturk memulai de-Islami-sasi dan membawa negaranya menjadi republik sekuler. Situasi ini mendorong Ahmet Bey Zogoli menggulingkan Fan Noli Uskup Orthodox yang ditempatkan sekutu untuk memerintah Albania dan memproklamirkan diri menjadi raja. King Zog menanggalkan hukum Islam,dan menggantinya dengan hukum lokal (Swiss Civil Code). Sekularisme Zog tidak hanya disambut baik masyarakat Katolik, Orthodox, dan Bektashi, tapi menjadi lahan subur tumbuhnya komunisme di bawah Anwar Khoja kemudian dikenal dengan nama Enver Hoxha. Perlahan tapi pasti, masyarakat Islam yang kehilangan keistimewaan warisan Ottoman mulai terserap ke dalam komunisme. Ulama kehilangan pengaruh dan gagal mengorganisir dirinya. Akibatnya, Partai Komunis Albania (ACP) menjadi satu-satunya kelompok perlawanan terkuat untuk menghadapi Jerman. Sedangkan faksi perlawanan lainnya, Bali Kombetar yang berhaluan republik dan Legaliteti yang feodalistik, lebih

suka memihak ke Jerman untuk memerangi komunisme. Usai perang Dunia II, dan Albania terbebas dari Jerman, komunis di bawah Enver Hoxha mengambil alih kekuasaan. Ia segera melancarkan program penghancuran Islam secara sistematis. Seluruh ulama dan keluarga dieksekusi, tanah-tanah wakaf disita, dan seluruh masjid ditutup, dijadikan museum atau kantor Partai Komunis, atau dibongkar. Peternakan babi diperbanyak, dan Muslim dipaksa mengkonsumsinya. Disekolah, anak-anak diminta melaporkan kepada aparat komunis jika orangtua mereka melakukan praktek ritual keagamaan, atau menyimpan Alquran. Kristen dan Bektashi mendukung semua program itu. Kedua kelompok ini meguasai setengah kursi di politbiro Partai Komunis Albania. Namun, selepas tahun1967 stelah Enver Hoxha memproklamirkan negaranya sebagai Republik Atheis komunis mengarahkan sasarannya ke kelompok Kristen dan Bektashi. Seluruh gereja di tutup, dan kuil Bektashi dibongkar. Komunis juga membersihkan dirinya dari elemen kedua agama itu. Slogannya; agama rakyat Albania adalah Albanianisme. Selepas tahun 1990, dan setelah Hoxha tumbang, hanya sedikit dari masyarakat Albania yang berusaha menata kembali sistem kepercayaannya yang hancur. Tidak banyak orang yang pergi ke gereja atau masjid, meski para petinggi kedua agama itu tak henti-henti berdakwah. Anak-anak muda dari kalangan Muslim, Kristen, dan Bektashi, lebih suka menyebut dirinya atheis. Mereka menolak masuk masjid, gereja, atau ke kuil. Tapi, ketika mereka harus melakukan sesuatu mereka tidak akan sungkan mengucap bismillah, demi Yesus, atau mengatupkan kedua tangan di dada sebagai simbol doa kaum Bektashi. Di rumah-rumah, mereka bisa berada di depan televisi selama berjam-jam untuk menikmati saluran televisi negara-negara Eropa, yang memperkenalkan agama baru; Mitos Eropa. Mereka menikmati semua siaran iklan produk Eropa, dan bermimpi memiliki semuanya. Padahal, tidak satu pun produk negara-negara Eropa yang bisa dijumpai di pasar-pasar Albania. Mungkin semua ini hanya bisa dijelaskan dengan satu teori; kefakiran mendekatkan orang pada kekafiran. Dan, menurut H Abiva, diperlukan sekian generasi untuk menegmbalikan Islam pada posisinya yang terhormat di Albania

Muslim Albania Segera Miliki Masjid Baru


Posted by editor on November 22, 2010 0 Comment

Umat Islam Albania dikejutkan dengan pengumuman walikota bahwa masjid baru akan dibangun di pusat kota Tirana. Pengumuman itu sebuah kejutan, kata Elvis Naci, imam Masjid Tabakeve, Tirana, ibukota Albania. Ia menambahkan, dewan Komunitas Muslim belum membahas usulan tersebut dan menyatakan posisi resmi. Berbicara sebelum perayaan Idul Adha lalu, Walikota Tirana, Edi Rama, mengatakan pemerintah kota punya rencana kerja yang siap membangun masjid baru di belakang Opera Nasional. Masjid yang baru diperlukan oleh masyarakat Muslim, kata Rama seperti dikutip Ahlul Bayt News Agency (22/11). Permintaan pembangunan masjid di pusat kota Tirana dikemukakan sejak kejatuhan rezim komunis di Albania tahun 1991. Pada 1992, Presiden Sali Berisha meletakkan batu pertama pembangunan masjid dekat kawasan Namazgja, dekat dengan gedung parlemen. Namun, pembangunan tidak pernah selesai setelah ketua parlemen, Pjeter Abnori, seorang Katolik, menentangnya. Selama dua dekade terakhir, umat Katolik dan Kristen Ortodoks memiliki katedral yang mendorong umat Islam mengeluhkan adanya diskriminasi. Ketika pemerintah memberikan hadiah tanah kepada Gereja Ortodoks tahun 2002 untuk membangun katedral, mantan Perdana Menteri Pandeli Majko berjanji bahwa masjid juga akan dibangun. Tapi janji itu tidak pernah terwujud. Albania bersama Bosnia-Herzegovina dan Kosovo adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim di Eropa. Sekitar 70 persen penduduk Albania adalah Muslim. Sekitar 20 persen Ortodoks dan 10 persen Katolik. (Mel/ddhongkong.org).*
Post a reply
Search this topic

2 posts Page 1 of 1 ALBANIA : Jurnalis serukan ISLAM DILARANG !!!!!

by Laurent Fri Jun 04, 2010 7:09 pm


Serukan Larangan Islam, Jurnalis Albania Dihujani Kecaman Rabu, 02 Juni 2010 11:02 Previous Left arrow key

Next Right arrow key Close Komunitas Muslim Albania menggelar sholat berjamaah di lapangan umum. Komunitas Muslim masih seringkali menjadi target diskriminasi oleh pemerintahan negara tersebut. (Foto: Google) TIRANA (Berita SuaraMedia) Kelompok utama yang mewakili populasi mayoritas Muslim Albania menyatakan bahwa kelompok tersebut menuntut seorang jurnalis yang menyarankan pemerintah seharusnya melarang keyakinan mereka (Islam). Komunitas Muslim Albania mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diluncurkan pada hari Selasa (1/6) bahwa Kastriot Myftaraj diduga menghasut kebencian dengan tulisannya dalam oplah kecil, menurut kantor berita yang berbasis di Tirana, harian Sot. Myftaraj menerbitkan dua artikel bulan lalu, mengklaim bahwa "Islam mengganggu hubungan nasional Albania." Ia menulis bahwa respon terbaik untuk Negara tersebut adalah untuk menyatakan tidak sah bagi agama Muslim di Albania dan menutup semua Masjid." Sekitar dua per tiga dari 3,2 juta populasi Albania adalah Muslim. Albania tidak diijinkan untuk mempraktikkan agama apa pun dibawah aturan Komunis antara 1967 dan 1990. Islam dikenal secara luas sebagai agama yang berkembang luas di Eropa, dengan imigrasi dan diatas rata-rata angka kelahiran membawa pada sebuah peningkatan pesat dalam jumlah populasi Muslim. Jumlah akurat dari Muslim sulit ditentukan, sebagaimana angka sensus selalu dipertanyakan dan banyak Negara memilih untuk tidak menyusun informasi serupa. Ibadah keagamaan dilarang di Albania sampai masa transisi dari Negara Stalinis menjadi Negara demokrasi pada tahun 1990an. Islam sekarang dikenal secara terbuka sebagai agama mayoritas Negara tersebut dan sebagian besar penduduk Albania merupakan Muslim Sunni berdasarkan sejarah dari Negara tersebut: Negara Balkan telah memiliki ratusan hubungan dengan keyakinan karena banyak dari bagian Negara tersebut merupakan bagian dari kerajaan Turki Ottoman. Sementara kerajaan tersebut sudah lama hilang, kebudayaan tetap ditempatnya. Populasi Muslim Albania yang signifikan tetap ada sejumlah dengan Negara-negara Eropa yang lain. Selama pemerintahan Ottoman, menurut data Ottoman, mayoritas penduduk Albania merupakan gabungan Muslim (Suni dan Bektashi Shiism). Bagaimanapun juga, berpuluh tahun pemerintahan Atheis yang berakhir pada 1991 membawa sebuah penurunan yang radikal dalam praktik keagamaan di semua tradisi. Sekarang banyak dari penduduk Albania tidak beragama. Walaupun kebebasan beragama telah kembali ke Albania sejak pergantian rezim pada 1992, mayoritas penduduk Albania, 60 sampai 80 persen tidak menganut agama apa pun, tetapi mereka menggabungkan diri mereka sendiri dengan satu diantara empat agama tradisional. Latar belakang warga Negara Muslim menysusun kelompok keagamaan tradisional terbesar (50-70% dari jumlah penduduk), diikuti oleh Ortodoks Albania (30-20%) dan Katolik (20-10%). Sebuah studi demografik oleh Pusat Penelitian Paw menaksir presentasi Muslim di Albania sebesar 79,9%.

Tahun lalu, komunitas Muslim Albania mengirim satu petisi yang ditandatangani lebih dari 50.000 orang kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) guna mendesak para anggotanya mengakui Kosovo. Imbauan mereka itu akan disampaikan dua hari sebelum Kosovo memperingati ulang tahun pertama kemerdekaannya dari Serbia. AS dan banyak negara Eropa mengakui negara yang berpenduduk mayoritas etnik Albania yang Islam, tetapi sebagian besar negara-negara Arab belum mengakuinya. "Bagi kami sebagai orang Muslim, adalah satu kejutan bahwa dunia Arab tidak mengakui Kosovo. Kami menyerukan kepada negara-negara itu yang telah menolong rakyat Kosovo dengan bantuan kemanusiaan tahun 1999 untuk memberikan pengakuan mereka," kata Agim Baci, salah seorang penyelenggara. Ketika para pengungsi Kosovo memasuki Albania untuk menghindarkan pembersihan etnik oleh orang kuat Serbia Slobodan Milosevic, negara-negara Arab membangun kamp-kamp, memberikan bantuan pangan dan menampung mereka. (ppt/gl/wp/bbc/sm) www.suaramedia.com

Sejarah Islam di Albania (Negeri Muslim di Eropa)


Oktober 13, 2009 po3tra78 Tinggalkan komentar Go to comments

Di tenggara Eropa, yaitu kawasan yang dikenal dengan nama Balkan, terletak Albania. Negara ini memiliki jumlah penduduk 3,5 juta orang, 70% penduduknya beragama Islam dan sisanya Kristen. Luas wilayah sekitar 30 ribu kilometer persegi. Negara ini di masa lampau sempat berada di bawah kekuasaan imperium-imperium besar seperti Yunan, Roma, dan Ottoman. Meskipun pada era pendudukan Romawi Albania sempat menjadi kawasan berpeduduk Kristen, namun menyusul kemunculan Islam, terjalinlah hubungan antara bangsa Albania dengan orang-orang muslim. Dengan berimigrasinya kaum muslimin dan berdatangannya para muballig dan pedagang ke Albania, Islam secara bertahap meluas di Albania.

Penguasaan imperium Ottoman terhadap Albania mulai tahun 1430 hingga lima abad kemudian, telah membuat Islam semakin tersebar di negara itu. Pada tahun 1912, Albania meraih kemerdekaannya. Namun pada tahun 1945, dengan naiknya Enver Hoxha yang menganut paham komunis ke kursi kepresidenan, orang-orang Albania mengalami era pemerintahan yang represif dan mencekam. Enver Hoxha membelenggu kebebasan agama orang-orang Albania, dan bahkan sampai menghancurkan masjid-masjid di negara itu. Setelah meninggalnya Enver Hoxha pada tahun 1985 dan melemahnya rezim komunis, kondisi di negara itu pun mengalami perubahan. Pada tahun 1990, aktivitas yayasan relijius dan masjid-masjid kembali meraih kebebasan. Pada bulan Maret tahun berikutnya, diadakan pemilu parlemen yang bebas untuk pertamakalinya. Presiden Sali Berisha adalah presiden pertama Albania pasca era komunis. Pada masa pemerintahannya, digalakkan usaha-usaha pembangunan kembali tempat-tempat ibadah dan perluasan hubungan dengan negara-negara muslim. Bahkan pada masa itulah Albania resmi menjadi anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Namun pada tahun-tahun kemudian, perhatian pemerintah Albania terhadap Islam menjadi berkurang.

Rakyat Albania mudah menerima ajaran Islam karena selama berabad-abad mereka berada di bawah kezaliman para penguasa. Sementara itu, ajaran Islam memberi mereka semangat untuk melawan kezaliman. Islam adalah agama yang mengajarkan prinsip keadilan, kebebasan, dan persaudaraan. Prinsip-prinsip Islam inilah yang menarik orangorang Albania terhadap Islam. Pada era komunis, orang-orang Albania berada di bawah tekanan dan represi, namun cahaya Islam tetap menyala di hati mereka. Kehidupan persaudaraan antar etnis, demikian juga antara kaum muslimin dan kaum Kristen di Albania juga menarik untuk diamati. Mereka hidup berdampingan dengan rukun satu sama lain. Data pada tahun 2004 yang dikeluarkan secara bersama oleh Departemen Luar Negeri dan Pusat data statistik menunjukkan bahwa keragaman etnis dan agama di Albania masih tetap terjaga. Disebutkan bahwa etnis Albania dengan jumlah 98,6% merupakan etnis mayoritas. Disusul dengan Yunani 1,17%, dan etnis-etnis lainnya seperti Roma, Serbia, Montenegro Makedoni, Mesir, dan Bulgaria sebesar 0,23%. Sementara itu, secara agama,

Islam menempati posisi mayoritas yaitu 70%, Kristen Orthodox 20%, dan Katolik Roma 10%. Masjid selalu menjadi pusat dari kegiatan kaum muslimin karena masjid memberikan semangat dan makrifat kepada mereka. Begitu pula di Albania, masjid memiliki peranan penting dalam menumbuhkan semangat keislaman di hati kaum muslimin negara itu. Di setiap lapangan utama pada setiap kota di Albania selalu terdapat sebuah masjid. Hal ini membuktikan bahwa masjid adalah tempat yang sangat penting di mata masyarakat Albania. Sebelumn berkuasanya rezim komunis, jumlah masjid di negara itu mencapai 600 buah dan memiliki peran yang lebih aktif daripada era sekarang ini. Selama pemerintahan rezim komunis, masjid-masjid di negara itu ditutup dan sebagiannya bahkan dihancurkan. Setelah keruntuhan rezim komunis, masjid-masjid itu kembali dibangun dan sekarang ini jumlah masjid yang aktif melakukan berbagai kegiatan keagamaan mencapai 350 buah. Selain masjid, juga ada pusat-pusat kegiatan kaum muslimin lainnya, misalnya husainiyah atau yayasan-yayasan keislaman. Pengajaran agama Islam secara formal di Albania dilakukan secara terpusat. Dengan kata lain, beberapa lembaga pengajaran tertentu di Albania memiliki tanggung jawab dalam mengajarkan agama Islam kepada para pelajar. Lembaga-lembaga pengajaran ini merupakan pengganti dari sekolah-sekolah agama yang sebelumnya melakukan kegiatan secara terpisahpisah dan tersebar di setiap masjid. Lembaga pengajaran agama terbesar berlokasi di Tirana, ibukota Albania. Di sekolah agama ini, Islam diajarkan sedemikian rupa agar terhindar dari pertentangan antar mazhab. Lulusan dari lembaga pengajaran ini memiliki peran besar dalam membangkitkan semangat keislaman kaum muslimin pada era komunis dan akibatnya banyak pula di antara mereka yang dipenjarakanoleh rezim komunis. Sementara itu, kelompok politik atau partai-partai Islam tidak banyak berdiri di Albania. Mungkin hal ini disebabkan karena panjangnya masa pemerintahan rezim komunis yang sangat represif dan selalu menghalangi kegiatan-kegiatan politik non-komunis. Lembaga Islam terbesar di Albania saat ini,yang juga mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah adalah Komite Muslim Albania. Masrasah Islami Tirana adalah lembaga pengajaranyang berada di bawah Komite Muslim Albania. Di setiap kota, terdapat cabang dari komite ini dan melakukan berbagai kegiatan keislaman di kota tersebut. Selain Komite Muslim Albania, juga ada lembaga-lembaga lain, seperti Organisasi Cendekiawan Muslim, Organisasi Muslimah, atau Organisasi Pemuda Muslim Albania. Selain itu, kaum muslimin Albania juga memiliki sebuah Pusat Dialog Agama, demi menjalin persatuan dan membela hak-hak kaum muslimin di negara ini. Meskipun Islam adalah agama mayoritas rakyat Albania dan ke-Islam-an telah menjadi jati diri mayoritas rakyat negara itu, namun perhatian yang ditunjukkan pemerintah Albania terhadap perluasan pengajaran Islam tidak memuaskan. Dalam UUD negara ini, Islam tidak disebut sebagai agama resmi negara. Bahkan, dewasa ini tampak usaha-usaha untuk menjadikan negara muslim ini sebagai negara sekuler. Hal ini antara lain merupakan akibat dari letak geografisnya di Eropa, yaitu di tengah negara-negara non Islam dan juga akibat dari sisa-sisa peninggalan era komunis dulu. Dalam menghadapi situasi seperti ini, diperlukan peran aktif dari rakyat Albania sendiri agar Islam menjadi semakin berkembang dan mewarnai berbagai dimensi kehidupan masyarakat. Apalagi, masa lalu Albania yang dibawah penindasan rezim komunis telah membuat negara ini menjadi salah satu negara miskin di Eropa dan menghadapi banyak permasalahan sosial.

Berpegang kembali kepada Islam secara benar adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemelut itu.
Rate this:

2 Beri Bintang Like this: Suka Be the first to like this post. Categories: Dakwah Islam Tag:albanian;albania moslem;islam albania;eropa Komentar (1) Lacak Balik (0) Tinggalkan komentar Lacak balik

1. ali manasur Desember 12, 2010 pukul 8:36 am | #1 Balas | Kutip

Allah masih memberikan harapan baru bagi muslim albania untuk menggembangkan dan memancarkan cahaya keimanan di bumi albania lagi.semoga amin.

Anda mungkin juga menyukai