Anda di halaman 1dari 16

Hari/tanggal Rabu/15 februari

Jenis kegiatan Pemilihan/pemetakan lahan

Uraian

Pengertian CEO(Chief Eksekutif Officer)


18 Jun

CEO(Chief Eksekutif Officer) adalah sebuah jabatan atau titel yang berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti jabatan eksekutif tertinggi. titel ini sudah banyak digunakan di banyak negara di penjuru dunia. Tugas dari seorang CEO adalah memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kestabilan perusahan yang dipimpinnya. Namun, dalam prakteknya CEO sering diartikan sebagai seorang Presiden Direktur atau Direktur Utama dalam suatu perusahaan. Semua orang bisa jadi CEO kalau dia mau contoh sepelenya saja rumah tangga, seorang suami dalam keluarganya memiliki jabatan sebagai CEO dalam perusaahan bahtera rumah tangga yang di bangunnya. Malah yah kalau pembaca tahu CEO dalam beberapa organisasi itu digambarkan lebih utama daripada direktur utama. ada lagi penafsiran tentang CEO yang mengatakan kalau dia bisa dikombinasikan dengan Chairman of the Board . Malahan lagi ya ada yang mengatakan kalau CEO itu kombinasi antara Chairman of the Board dan Chief of Operational Officer. Salah satu contoh seorang CEO adalah Bill Gates, orang terkaya dari Amerika mulai tahun 19952007.1 menjadi CEO dia banyak melakukan aksi yang melanggar tatanan sebagai suatu perusahaan dalam etika berbisnis di Amerika hingga akhirnya dia mengundurkan diri dari jabatannya dan memandatkannya kepada kawan lamanya Steve Balmer dan ia memutuskan untuk kembali ke pekerjaan yang ia cintai yaitu sebagai pencipCEO Perspektif ; On
Strategy Execution

November 16, 2009 Leave a Comment Peran aktif seorang CEO dalam mengambil keputusan strategis dalam kaitannya misi pengembangan usaha merupakan faktor yang penting. Arah keputusan strategis yang ditetapkan oleh CEO dan kompetensi yang dimiliki oleh CEO itu sendiri memiliki keterkaitan yang erat pada setiap lini dan unit bisnis. Keterkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh CEO adalah peran perspektifnya didalam eksekusi strategis perusahaan.CEO forum kali ini mendatangkan Bapak Akhamd Mukhlis Yusuf, yang merupakan perwakilan dari CEO Kantor Berita Antara. Pengembangan perspektif seorang CEO tidak dapat dipisahkan dengan disiplin ilmu manajemen strategi. 5 Tugas manajemen strategi antara lain 1)Develop strategic vision and mission; 2) Set Objective 3) Craft a Strategy to Achieve Objective 4) Implement & Execute Strategy 5) Monitor; 6) Evaluate & Take Corrective Action.Seorang CEO yang hebat harus memiliki visi dan misi strategis yang menggetarkan, hal ini maksudnya bahwa visi strategis yang harus dimiliki harus mampu merangkul keinginan dari stakeholder sendiri dan shareholdernya. Visi yang menggetarkan disini juga berarti visi yang besar. Tugas yang kedua adalah menetapkan tujuan dari keputusan strategis meliputi bagaimana pelaksanaan agar tercapai visi tersebut. Selanjutnya ada merancang keputusan strategis dengan

kompetensi yang dimiliki sehingga keputusan strategis tersebut memiliki keunggulan dibandingkan keputusan strategis para CEO lainnya.Tahapan yang keempat adalah implementasi dan eksekusi keputusan strategis. Titik yang menjadi pembeda antara implementasi dan eksekusi adalah bahwa pada saat eksekusi keputusan strategis sudah terdapat feedback dari shareholder dan stakeholder mengenai implementasi keputusan tersebut. Sedangkan tahapan selanjutnya adalah monitor dan evaluasi tindakan. Beberapa pandangan melayangkan suatu pendapat bahwa dalam keseluruhan tugas manajemen strategis, tahapan implement and execute strategy merupakan tahapan tersulit dan paling menentukan keberhasilan suatu keputusan strategis. The succesful of strategy execution depends on 1% inspiration and 99% perspiration Peran CEO dalam kaitan tahapan implement and execute strategy adalah sangat besar. Peran ini tidak hanya melibatkan keahlian, kompetensi, jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh CEO. Seorang CEO yang hebat juga harus mengadopsikan mimpi yang futuristis mengenai keputusan strategis ke dalam tahapan ini. Beberapa tahapan yang biasanya digunakan oleh CEO untuk menjamin bahwa tahapan implementasi dan eksekusi strategis tersebut tidak berlalu secara sia sia antara lain : 1) Menetapkan Sumber Daya, pada tahapan ini seorang CEO dituntut untuk dapat melihat kemampuaan yang dimiliki oleh pelaksana-pelaksana dibawahnya secara objective. Fase ini akan menetapkan tidak hanya alokasi sumberdaya manusia tetapi bisa juga alokasi modal yang efektif dan efisien untuk strategy pengembangan unit usaha. 2) Menetapkan Kebijakan dan Prosedur untuk Memfasilitasi Strategy, pada tahapan ini seorang CEO harus dapat memilih dengan kompetensi keilmuan yang dimiliki beberapa alternative kebijakan dan prosedur yang efektif untuk mendorong tercapainya eksekusi dari strategi. Kemudian tahapan ketiga adalah mengadopsi latihan terbaik untuk pengembangan yang berlanjut, tahapan ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan benchmarking; antara lain reengineering, penilaian berdasarkan total quality management, dan menerapkan konsep peningkatan yang berkelanjutan. Tahapan keempat adalah mengggunakan sistem informasi pendukung, misalnya internet, website, email,dll. Tahapan kelima adalah Manajemen kompensasi yang berupa rewards, seorang CEO yang hebat dia harus menghargai kerja keras para sumberdaya manusianya sehingga akan selalu termotivasi untuk memberikan nilai tambah bagi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan perusahaan. Budaya korporasi pada tahap ke enam merupakan hal yang penting dalam perkembangan perusahaan, dimana budaya tersebut akan mendukung pencapaian tujuan dan keberlanjutan perusahaan di masa mendatang. Selanjutnya tahap ketujuh dan ke delapan adalah membentuk strategi kepemimpinan dan peningkatan kompetensi, keahlian kapabilitas yang dimiliki oleh karyawan. Pada kedua tahapan ini dapat dilakukan coaching langsung oleh CEO ataupun mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai keahlian dan kepemimpinan.
Like this: Like Be the first to like this post.

Filed under Artikel Tagged with peran CEO, perspektif CEO, tugas CEO
Leave a Reply Enter your comment here...

Fill in your details below or click an icon to log in:


Email (required) (Address never made public)

Name (required)

Website

Notify me of follow-up comments via email.


Categories Recent Posts

value based marketing Activity Based Costing -Bahan kuliah Bisnis InternasionalSlide Kuliah Ekonomi Manajerial CEO Perspektif ; On Strategy Execution

Archives

June 2010 December 2009 November 2009

Blogroll

Gakmesti Global Dashboard

Meta

Register Log in WordPress XHTML

Blog at WordPress.com.
Theme: Enterprise by StudioPress. Follow Follow Gakmesti's Blog

Get every new post delivered to your Inbox.


Enter your em

Powered by WordPress.com

ta perangkat lunak dari perusahaannya sendiri. CEO - Tugas CEO - Apa itu CEO Hanya sedikit sekali CEO yang piawai dalam pekerjaan mereka. Kenyataannya hanya 1 dari 20 orang CEO berada di puncak. Dan sebagian besar tidak mengetahui apa pekerjaan mereka sebenarnya dan hanya sedikit yang bisa melakukan dengan baik. Lalu seberapa pentingnyakah kinerja seorang CEO bagi sebuah perusahaan? Pekerjaan CEO bisa dikatakan sederhana, tetapi sama sekali tidak mudah. Seorang CEO memiiki tingkat tanggung jawab yang tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya. Seorang CEO bisa bertanggung jawab atas tugas-tugas operasionalisasi sehari-hari hingga tindakan yang diperlukan dalam langkah bisnis. Dalam sebuah usaha rintisan teristimewa, peranan CEO sangatlah krusial. Ia adalah seorang pimpinan yang bertanggung jawab atas kegagalan atau kesuksesan sebuah perusahaan. Operasi, pemasaran, strategi, pendanaan, penciptaan budaya perusahaan, sumber daya manusia, perekrutan tenaga kerja, pemutusan hubungan kerja, penjualan, hubungan masyarakat, dan sebagainya. Semua urusan tersebut umumnya ditangani oleh seorang CEO. Itulah mengapa seorang CEO harus dipilih dengan baik. Dan jika kita memiliki sebuah usaha dan kita ingin memilih seseorang sebagai CEO, kita harus mengetahui syarat-syarat apa yang harus dipenuhi seorang individu agar bisa menjalankan mandat sebagai CEO dengan baik. Dan bagi Anda yang sudah menjadi CEO, mungkin uraian berikut bisa menjadi refleksi apakah Anda sudah menjalankan tugas dengan baik atau belum:

Read more: http://www.forumkami.net/forum-bisnis/171354-ceo-tugas-ceo-apaceo.html#ixzz1ogaMgHl0

pengertian aset atau aktiva


Posted by Pratama Rus Ramdhani pada Oktober 11, 2010 Aset atau aktiva adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit. Aset biasanya dikelompokkan menjadi beberapa kategori, seperti: 1. Aset lancar Pengertian Aset lancar (Inggris: current asset) dalam akuntansi adalah jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar di muka. Pada suatu neraca, aset biasanya dikelompokkan menjadi aset lancar dan aset tidak lancar. Perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar disebut sebagai rasio lancar. Nilai ini sering digunakan sebagai tolok ukur likuiditas suatu perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Investasi jangka panjang 3. Aset tetap Pengertian Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang memiliki umur lebih dari satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan. 4. Aset tidak berwujud Pengertian Aset tidak berwujud (Inggris: intangible asset) adalah jenis aset yang tidak memiliki wujud fisik. Jenis utama aset tidak berwujud adalah hak cipta, paten, merek dagang, rahasia dagang, dan goodwill. Aset jenis ini mempunyai umur lebih dari satu tahun (aset tidak lancar) dan dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya, yang biasanya tidak lebih dari 40 tahun. 5. Aset pajak tangguhan 6. Aset lain

Pada umumnya undang-undang kepailitan atau bankruptcy law berkaitan dengan "utang" Debitor (debt) atau "piutang" atau "tagihan" Kreditor (claims). Seorang Kreditor mungkin saja memiliki lebih dari satu piutang atau tagihan, dan piutang atau tagihan yang berbeda-beda itu diperlakukan pula secara berbeda-beda di dalam proses kepailitan.

Pasal 1 ayat (1) UUK menentukan bahwa "Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih Kreditornya". Sehubungan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUK itu, perlu dipahami dengan baik apa yang dimaksud dengan "utang". UUK tidak memberikan definisi atau pengertian mengenai apa yang dimaksudkan dengan "utang". Penjelasannya hanya mengatakan kalo hutang adalah utang yang tidak dibayar dan utang pokok atau bunganya. Akibat yang Mungkin Timbul karena Tidak Diberikannya Pengertian Utang dalam UUK Ketiadaan pengertian atau definisi yang diberikan oleh UUK mengenai apa yang diraaksudkan dengan utang dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: 1. Menimbulkan ketidakpastian hukum: a. Apakah "setiap kewajiban seseorang atau badan hukum untuk membayar sejumlah uang sekalipun kewajiban tersebut tidak timbul dari perjanjian utang-piutang/pinjam-meminjam uang dapat diklasifikasikan sebagai utang menurut UUK? Dengan kata lain, apakah hanya kewajiban membayar sejumlah utang yang timbul dari perjanjian utang-piutang saja yang dapat diklasifikasikan sebagai utang, ataukah termasuk pula setiap kewajiban untuk membayar uang yang timbulnya kewajiban itu karena alas hak (rechts title) apa pun juga, baik yang timbul dari perjanjian apa pun maupun yang timbul dari undang-undang? b. Apakah kewajiban untuk melakukan sesuatu sekalipun tidak merupakan kewajiban untuk membayar sejumlah uang, tetapi tidak dipenuhinya kewajiban itu dapat menimbulkan kerugian uang bagi pihak kepada siapa kewajiban itu harus dipenuhi, dapat pula diklasifikasikan sebagai utang menurut UUK? c. Apakah setiap kewajiban untuk memberikan sesuatu, atau untuk melakukan sesuatu, atau untuk tidak melakukan sesuatu, yaitu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1234 KUH Perdata, sekalipun tidak telah menimbulkan kerugian dapat pula diklasifikasikan sebagai utang sebagaimana dimaksud dalam UUK? 2. Mengingat integritas pengadilan yang belum baik pada saat ini, dapat memberikan peluang bagi praktik-praktik korupsi dan dibawah ini ada beberapa kasus yang telah diputuskan oleh pengadilan yang menggambarkan mengenai bagaimana simpang-siurnya dan berbeda-bedanya pendapat mengenai pengertian utang berkaitan dengan UUK. Dari uraian mengenai putusan-putusan pengadilan di bawah ini dapat diketahui bahwa bahkan Mahkamah Agung sendiri tidak konsisten dengan pendiriannya mengenai pengertian utang. Adakalanya Mahkamah Agung mengartikan utang dalam pengertian yang sempit, namun pada saat yang lain Mahkamah Agung mengartikan utang dalam pengertian yang luas. a. Putusan MA No. 03K/N/1998 Kasus yang diputuskan dalam perkara ini menyangkut perjanjian pengikatan jual-beli rumah susun Golf Modern dengan cicilan antara Drs. Husein Sani dan Djohan Subekti sebagai pembeli dan PT Modern Realty yang menjadi perusahaan pengembang yang membangun rumah susun tersebut. PT Modern Land Realty telah gagal melakukan penyerahan unit rumah susun yang dipesan oleh Drs. Husein Sani dan an Subekti dan juga gagal mengembalikan uang pembayaran yang telah diterima

dari Pembeli. Sehubungan dengan itu, Drs. Husein Sani dan Subekti mengajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Jakarta Pusat terhadap PT Modern Land Realty. Pengadilan Niaga dengan Putusan Nomor 07/Pailit/1998/PN/Niaga/ Jkt.Pst tanggal 12 Oktober 1998, telah mengabulkan permohonan tersebut. Majelis Hakim Pengadilan Niaga berpendapat bahwa walaupun permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit tidak berdasarkan pada utang yang timbul dari konstruksi hukum pinjam-meminjam uang, melainkan berdasarkan utang yang timbul dari perikatan jual-beli rumah susun antara Pemohon Pailit sebagai pembeli dengan PT Modern Land Realty selaku penjual, namun karena PT Modern Land Realty, belum mengembalikan uang pembeli yang telah diterima dari Pembeli, yaitu dari para Pemohon Pailit, Termohon Pailit, yaitu PT Modern Land Realty, harus dinyatakan mempunyai utang kepada masing-masing Pemohon Pailit. Dalam permohonan Kasasinya, Pemohon Kasasi (sebelumnya adalah Termohon Pailit) telah mengemukakan pendapat, antara lain, bahwa yang dimaksud dengan utang menurut UUK Pasal 1 ayat (1), pada dasarnya adalah kewajiban pembayaran yang terbit dari adanya perikatan utangpiutang di mana dikenal istilah Kreditor bagi pihak yang memiliki piutang dan Debitor bagi pihak yang mempunyai utang, yaitu kewajiban pembayaran kembali uang yang telah diterima dari Kreditor berupa utang pokok ditambah bunga. Majelis Hakim Kasasi berhasil diyakinkan oleh Pemohon Kasasi. Majelis Hakim Kasasi, dalam Putusan MA No. 03K/N/1998 tanggal 2 Desember 1998, tidak sependapat dengan Majelis Hakim Pengadilan Niaga (Judex Factie), khususnya pendapat dan sikap Judex Factie yang telah mengartikan utang secara luas. Menurut Majelis Hakim Kasasi, pemaknaan utang secara luas yang dilakukan oleh Judex Factie seperti itu jelas bertentangan dengan pengertian utang sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Menurut Majelis Hakim Kasasi, pengertian utang yang dimaksudkan daia Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998, tidak boleh terlepas dari konteksnya. Dikatakan bahwa pengertian utang yang dimaksud dalam Undang-undang ini harus diartikan dalam konteks pemikiran konsiderans tentang maksud diterbitkannya UU No. 4 Tahun 1998 dan tidak dapat dilepaskan kaitan itu daripadanya yang pada dasarnya menekankan pinjaman-pinjaman swasta sehingga dengan demikian pengertian utang tidak meliputi bentuk wanprestasi lain yang tidak berawal pada konstruksi hukum pinjam-meminjam uang. Majelis Hakim Kasasi berpendapat bahwa Pengadilan Niaga telah melakukan kekeliruan dan kesalahan fatal dalam menerapkan hukum karena pada hakikatnya hubungan hukum para Pemohon Pailit dengan Termohon Pailit PT Modern Land Realty adalah hubungan hukum pengikatan jual-beli mengenai satuan rumah susun Golf Modern yang dibangun oleh Termohon Pailit dengan pembayaran secara angsuran oleh para Pemohon Pailit, sehingga karenanya merupakan perikatan antara produsen dan konsumen. Padahal, demikian lebih lanjut Majelis Hakim Kasasi, dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 berikut Penjelasannya, telah dicantumkan dengan jelas adanya hubungan hukum utang dan bahwa pengertian utang yang tidak dibayar oleh Debitor sebagaimana dimaksudkan dalam ketentuan ini adalah utang pokok dan bunganya.

Untuk memperkuat sikapnya itu, Majelis Hakim Kasasi selanjutnya menyatakan bahwa jika ditinjau dari segi maksud dan tujuan diadakannya UUK ini, dalam konsiderans UUK butir e dan f, telah dicantumkan pertimbangan untuk diadakannya penyempurnaan peraturan kepailitan dalam mengatasi gejolak moneter beserta akibatnya terhadap perekonomian yang berat saat ini adalah penyelesaian utang-piutang perusahaan yang juga sangat diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan usaha dan kehidupan perekonomian pada umumnya. Dalam kasus ini, antara Majelis Hakim Pengadilan Niaga dan Majelis Hakim Kasasi, berbeda pendapat mengenai pengertian utang. Majelis Pengadilan Niaga menggunakan pengertian utang yang luas, sedangkan Majelis Hakim Kasasi rnenggunakan pengertian utang yang sempit. Terhadap putusan Majelis Hakim Kasasi tersebut, telah diajukan Upaya Peninjauan Kembali (PK). Majelis Hakim PK dalam Putusan No. 06PK/N/1999 telah membenarkan keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi - namun sayangnya tidak memberikan pendapat hukum mengenai dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon Kasasi atau pendapat hukum yang tidak membenarkan dalil-dalil hukum Pemohon PK. Majelis Hakim PK hanya menyatakan bahwa keberatan Pemohon Pk tidak dapat dibenarkan karena tidak ada kesalahan berat dalam penerapan hukum yang dilakukan oleh Majelis Hakim Kasasi dalam memutuskan perkara yang kini dimohonkan Peninjauan Kembali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Majelis Hakim PK sependapat dengan Majelis Hakim Kasasi yang mengartikan utang secara sempit. Putusan MA No. 02K/N/1999 Dalam perkara lain, Putusan MA No. 02K7N/1999, yaitu dalam kasus permohonan kepailitan yang diajukan oleh Hasim Sutiono dan PT Inti Utama selaku Kreditor dan selaku Pemohon Pailit terhadap PT Kutai Kartanegara Prima Coal selaku Debitor dan Termohon Pailit, adalah menarik pula untuk mengetahui telah terjadinya selisih pendapat mengenai pengertian utang. Dalam kasus ini, Majelis Hakim Pengadilan Niaga (Judex Factie) mengartikan utang dalam pengertian luas seperti yang dianut Judex Factie dalam memeriksa perkara kepailitan yang diajukan oleh Drs. Husein Sani dan Djohan Subekti selaku Pemohon Pailit terhadap Termohon Pailit PT Modern Land Realty sebagaimana telah diuraikan di atas. Pengadilan Niaga dalam Putusannya No. 18/Pailit/1998/PN/Niaga/ Jkt.Pst dalam perkara ini berpendapat bahwa pengertian utang seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UUK haruslah diartikan bukan saja utang yang timbul dari perjanjian utang-piutang atau pinjam-meminjam uang, melainkan meliputi juga setiap perjanjian atau transaksi yang menyangkut prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang tertentu. Kuasa hukum para Termohon Pailit, yang telah dinyatakan pailit karena pertimbangan Pengadilan Niaga yang mengartikan pengertian utang seperti demikian itu, telah mengajukan permohonan Kasasi agar Majelis Hakim Kasasi membatalkan putusan Judex Factie. Menurut kuasa hukum Pemohon Kasasi, antara lain, bahwa Judex Factie telah melakukan kesalahan dalam menerapkan hukum tentang utang karena hubungan mereka adalah hubungan jual-beli dan bukan hukum

pinjam-meminjam

uang.

Namun, Hakim Kasasi berpendapat bahwa apa yang terjadi dalam permohonan pailit itu telah memenuhi persyaratan utang sebagaimana diatur dalam pasal 1763 KUH Perdata, yakni Termohon meminjam sejumlah uang tertentu dari para Pemohon dengan kewajiban untuk membayarkan kembali pada waktu jatuh tempo yang ditentukan. Dengan demikian, lebih lanjut pendapat Majelis Hakim Kasasi, apa yang terjadi dalam kasus ini telah memenuhi pengertian an absolut promise to pay a certain some of money on certain date dan pada saat jatuh tempo Termohon sebagai Debitor ternyata tidak mampu membayar (unable to pay debts as they fall due). Jadi baik Majelis Hakim Pengadilan Niaga (Judex Factie) maupun Majelis Hakim Kasasi, berpendirian sama, yaitu mengartikan utang dalam pengertian luas. Terhadap putusan Majelis Hakim Kasasi tersebut telah dilakukan upaya hukum Peninjauan Kembali dan telah diputuskan dengan Putusan No. 17PK/N/1999. Majelis Hakim PK tidak membenarkan keberatan-keberatan yang diajukan Para Pemohon PK karena bukti-bukti baru yang diajukan Para Pemohon PK tersebut sama sekali tidak membuktikan bahwa hubungan hukum antara Para Pemohon PK I dan II bukanlah hubungan hukum utang-piutang. Putusan Majelis Hakim PK dan Majelis Hakim Kasasi adalah sama. Putusan MA No. 03K/N/1999 Dalam putusan ini, Majelis Hakim Kasasi berpendirian: "Bahwa dari ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 ditentukan tentang obyek kepailitan adalah hubungan hukum utang-piutang. Dalam kasus ini, pandangan Majelis Hakim Kasasi tersebut tidak sama dengan pandangan yang dianut Majelis Hakim Pengadilan Niaga (Judex Factie). Judex Factie menganut pandangan yang mengartikan utang secara luas, sedangkan Majelis Hakim Kasasi mengartikan utang secara sempit. Sangat disayangkan bahwa pertimbangan-pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam perkara sebelumnya untuk kasus yang lain tidak dijadikan pertimbangan Majelis Hakim dalam perkara ini. Terhadap putusan Majelis Hakim Kasasi, tidak diajukan permohonan Peninjauan Kembali. Putusan MA No. 04K/N/1999 Perkara ini adalah mengenai pembelian satuan rumah susun dengan cara angsuran dimana PT Jawa Barat Indah yang menjadi perusahaan pengembang atau developer tidak dapat menyerahkan satuan unit rumah pada waktu jatuh waktunya dan tidak mau mengganti kerugian kepada Sumeini Omar Sandjaya dan Widiastuti. Dalam perkara ini, permohonan kepailitan diajukan oleh Sumei Omar Sandjaya dan Widiastuti yang merupakan (Creditor dari PT Jawa Barat Indah) dikabulkan oleh Pengadilan Niaga dan Kasasi juga dikabulkan, Menurut Pemohon Kasasi, Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 beserta Penjelasannya dengan menyatakan bahwa pengertian utang harus diartikan sebagai utang pokok dan bunga, sedangkan hubungan hukum yang terjadi antara mereka adalah hubungan ikatan jual beli. Bukti-bukti yang diajukan Pemohon pailit adalah bukti mengenai adanya hubungan hukum berupa perikatan antara produsen dan konsumennya sehingga keliru diartikan sebagai hubungan antara Debitor dan Kreditor dalam arti utang-piutang.

Menurut Majelis Hakim Kasasi, sebagaimana dituangkan dalam Putusan MA No. 04K/N/1999, berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UUK, Debitor dapat dinyatakan pailit apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (a) adanya utang; (b) utang tersebut telah jatuh tempo dan telah dapat ditagih; dan (c) mempunyai Kreditor minimal 2 (dua). Di samping itu, UU No. 4 Tahun 1998 sama sekali tidak memberikan definisi mengenai utang, namun menurut Majelis Hakim yang dimaksud dengan utang adalah "suatu hak yang dapat dinilai dengan sejumlah uang tertentu yang timbul karena perjanjian/ perikatan atau undang-undang termasuk tidak hanya kewajiban Debitor untuk membayar akan tetapi juga hak dari Kreditor untuk menerima dan mengusahakan pembayaran. Dengan demikian, maka meskipun perjanjian yang terjadi antara Termohon Kasasi dengan Pemohon Kasasi berupa perjanjian jual-beli antara konsumen dengan produsen tetap berlaku asas hukum perjanjian pada umnya. Perjanjian timbul karena adanya tindakan atau perbuatan hukum para pihak yang mengadakan perjanjian. Ada hak dan kewajiban antara mereka sebagai creditor dan debitor. Dalam hal ini Majelis menyimpulkan bahwa konsumen dalam hal ini dapat disebut Kreditor dan produsen sebagai Debitor. Terhadap Putusan Kasasi yang membenarkan Putusan Niaga, Debitor (PT Jawa Barat Indah) telah mengajukan Peninjauan Kembali. Majelis Hakim PK pada Mahkamah Agung, sebagaimana dalam Putusan No. 05PK/N/1999 dapat membenarkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Pemohon PK dahulu Pemohon Kasasi atau Termohon Pailit. Menurut Majelis Hakim PK, baik Majelis Hakim Pengadilan Niaga maupun Majelis Hakim Kasasi telah melakukan beberapa kesalahan berat dalam pendapat hukum dalam memeriksa permohon pernyataan kepailitan ini. Majelis Hakim PK berpendapat bahwa Penjelasan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 secara tegas telah menyatakan bahwa "utang-utang tidak dibayar oleh Debitor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini adalah utang pokok atau bunganya". Sehingga dengan digunakannya terminologi utang pokok atau bunganya, maka jelas memberikan pembatasan bahwa "utang" disini adalah dalam kaitan hubungan hukum pinjam-meminjam uang atau kewajiban (prestasi) untuk membayar sejumlah uang sebagai salah satu bentuk khusus dari ber-bagai bentuk perikatan (verbintenis) pada umumnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, penitipan dan sebagainya. Majelis Hakim PK mengartikan utang dalam pengertian sempit. Dalam kasus-kasus terdahulu, Majelis Hakim PK memberikan pengertian utang dalam arti luas. Putusan MA No. 05K/N/1999 Perkara ini adalah perkara mengenai perjanjian pemborongan. Dalam perkara ini PT Surya Tata Internuisa telah mengajukan permohonan pailit terhadap PT Abdi Persada Nusantara. Dalam pertimbangan hukumnya, Pengadilan Niaga, sebagaimana ternyata dari Putusan No. 29/Pailit/1998, menyebutkan bahwa utang yang timbul oleh perjanjian pemborongan adalah termasuk utang yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Terhadap putusan Pengadilan Niaga yang telah mengabulkan permohonan Pemohon Pailit, yaitu PT Abdi Persada Nusantara, telah diajukan Kasasi. Pemohon Kasasi selain PT Abdi Persada Nusantara, adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT BNI Multi Finance, dan Tingkat Perusahaan (SPTP) Taman Festival Bali.

Pemohon kasasi menyatakan keberatan bahwa hubungan hukum antara mereka adalah selaku pemberi kerja dan sebagai pemborong pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Pemborongan, maka dari itu harus diperiksa oleh Pengadilan Negeri melalui gugatan perdata tentang wanprestasi. Majelis Kasasi mengabulkan permohonan Kasasi yang diajukan para Pemohon Kasasi tersebut. Terhadap Putusan Kasasi, Termohon Kasasi dahulu Pemohon Pailit mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali. Permohonan PK PT Surya Tata lnternusa, dikabulkan Majelis Hakim PK dengan memba-talkan Putusan MA tanggal 2 Maret 1999 No. 05K/N/1999. Dalam Putusan No. 08PK/K/N/1999, Majelis Hakim PK sama sekali tidak memberikan pendapat mengenai alasan-alasan untuk mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon PK dan alasanalasan untuk membatalkan Putusan Majelis Hakim Kasasi tersebut. Artinya Majelis PK membenarkan argumentasi Pengadilan Niaga untuk mengartikan utang secara tidak terbatas dari perjanjian utangpiutang saja. Putusan MA No. 20K/N/1999 Perkara ini menyangkut hubungan hukum jual-beli tanah Helena Melindo Sujotomo sebagai penjual dan PT Intercon Interprises sebagai pembeli. Dalam perkara tersebut, uang muka telah dibayar pembeli tetapi ternyata tanah tersebut tidak diserahkan. Setelah diberikan somasi, ternyata tanah tidak diserahkan oleh penjual sampai batas waktu 90 hari lewat. Sehubungan dengan tidak diserahkannya tanah oleh penjual dan penjual juga tidak menyerahkan kembali uang muka yang telah dibayar oleh pembeli ditambah ganti rugi sebagaimana surat pernyataan tersebut, maka PT Intercon Interprises telah mengajukan pailit terhadap Helena Melindo Sujotomo. Pengadilan Niaga telah mengabulkan permohonan pailit yang diajukan oleh PT Intercon Interprises terhadap Helena Melindo Sujotomo. Terhadap Putusan Pengadilan Niaga tersebut, Helena Melindo Sujotomo telah mengajukan Permohonan Kasasi. Majelis Hakim Kasasi menerima permohonan Kasasi Pemohon Kasasi dan membatalkan Putusan Judex Factie. Majelis Hakim Kasasi berpendapat bahwa karena hubungan hukum yang terjadi antara Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi adalah hubungan hukum jual-beli bukan hubungan utang-piutang sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasai ayat (1) UU No.4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Terhadap Putusan Majelis Hakim Kasasi tersebut di atas, Termohon Kasasi dahulu Pemohon Pailit atau Kreditor mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali. Sehubungan dengan permohonan PK tersebut, Majelis Hakim PK membenarkan alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon PK. Majelis Hakim PK sependapat dengan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam Putusannya No. 13PK/N/1999 tanggal 2 Agustus 1999 mengenai utang, yaitu segala bentuk kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu baik yang timbul karena perikatan maupun karena undang-undang. Menurut Majelis Hakim PK, setelah lewat 90 hari termohon tidak menyerahkan tanah tersebut dan juga tidak menyerahkan uang muka, maka uang tersebut menjadi utang. Majelis Hakim PK mengabulkan permohonan PK yang diajukan oleh Pemohon PK dengan mengambil alih sepenuhnya pertimbanganpertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Niaga.

Putusan MA No. 27K/N/1999 Perkara antara Ssangyong Engineering & Construction Co. Ltd. melawan PT Citra Jimbaran Indah Hotel. Perkara ini adalah mengenai hubungan kontrak pekerjaan bangunan. Mahkamah Agung berpendapat: Bahwa menurut pengertian umum utang atau hutang (debet) adalah untuk membayar sejumlah uang tertentu (to pay a certain money) pada waktu yang ditentukan (on a certain date), atau dapat diartikan sebagai suatu kewajiban seseorang untuk membayar sejumlah uang kepada orang lain (an obligation of one person to pay another). Bahwa menurut definisi yang dikemukakan di atas, yang dimaksudden utang dengan pengertian hukum kontrak adalah setiap kewajiban untuk membayar sejumlah uang tanpa mempersoalkan apakah kewajiban ini timbul berdasarkan perjanjian pinjam uang secara tunai, tetapi meliputi segala bentuk kewajiban pembayaran uang oleh salah satu pihak kepada pihak lain. Bahwa selain itu pengertian utang dalam Pasal 1 ayat (1) UU No 4 tahun 1998 tidak dapat ditafsirkan lain dengan pengertian utang dalam pasal-pasal lain dalam undang-undang yang sama, sebab selain cara penafsiran yang demikian tidak lazim, juga akan menyulitkan penerapan dari undang-undang itu sendiri. Mahkamah Agung dalam perkara ini mengartikan utang secara luas.

Putusan MA No. 30K/N/1999 Perkara ini adalah perkara antara PT Surya Citra Televisi melawan PT Gebyar Cipta Kreasi. Dalam putusan ini Mahkamah Agung mengartikan utang dalam pengertian yang sempit. Dalam pertimbangannya Mahkamah Agung mengemukakan antara lain sebagai berikut: Bahwa hubungan antara Pemohon pailit dan Termohon pailit pada mulanya bukanlah hutangpiutang tetapi perjanjian untuk menayangkan iklan yang setelah ditayangkan ternyata Termohon pailit melakukan wanprestasi yaitu tidak melakukan pembayaran; Bahwa dengan demikian, perbuatan Termohon pailit adalah berupa wanprestasi terhadap suatu perjanjian yang bukan merupakan hubungan hutang-piutang, sehingga tidak seharusnya digugat melalui proses perkara kepailitan di Pengadilan Niaga, tetapi merupakan perkara perdata yang harus digugat di Pengadilan Negeri. Claim menurut US Bankrupcty Code: (s 101): a. right to payment, whether or not such right is reduced to judgment, liquidated, unliquidated, fixed, contingent, matured, unmatured, disputed, undisputed, legal, equitable, secured or uncesured; or b. right to an equitable remedy for breach of performance if such breach gives rise to a right to payment, whether or not such right to an equitable remedy is reduced to judgment, fixed, contingent, matured, unmatured, disputed, undisputed, secured or unsecured. Definisi tersebut tidak meliputi seluruh kewajiban (obligations) dari Debitor. Claim menurut

Bankruptcy Code Amerika Serikat rnengharuskan adanya right to payment, sekalipun berbentuk contingent, unliquidated, dan unmatured. Suatu contingent claim adalah "one which the debtor will be called upon to pay only upon the accurrence or happening of an extrinsic event which will trigger liability of the debtor to the alleged creditor and if the triggering event or occurrence was one reasonably contemplated by the debtor and creditor at the time the event giving rise to the claim occurred" (expansive view). Utang didefinisikan berdasarkan makna ekonomi yang berkaitan dengan kejadian/peristiwa masa mendatang, yaitu sesuatu yang dikaitkan dengan manfaat ekonomi. Menurut FASB dalam SFAC No. 6 utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang atau entitas untuk menyerahkan asset atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Pengertian utang memiliki dua komponen utama, yaitu :

1. Kewajiban Sekarang Kewajiban sekarang memiliki arti bahwa kewajiban tersebut timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggungjawab yang tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa. Kewajiban tersebut timbul dari pembelian barang/jasa dan kerugian-kerugian yang dialami dan harus di tanggung oleh perusahaan, dan lin-lain. Kewajiban yang masih tergantung pada peristiwa masa mendatan, tidak boleh diakui sebagai utang kecuali ada suatu kemungkinan yang cukup besar bahwa peristiwa tersebut akan terjadi. Utang juga sering disebut dengan klaim/hak tertentu pihak lain terhadap asset suatu perusahaan. Hal ini disebabkan suatu usaha dapat memiliki asset/jasa karena adanya pihak lain yang menyediakan dana untuk memperleh asset/jasa tersebut. Oleh karena itu jumlah asset yan ada pada neraca pada dasarnya merupakan klaim pihak lain terhadap sumber ekonomi perusahaan (asset), sehingga entitas memiliki kewajiban untuk menyerahkan asset/jasa pada pihak lain tersebut. Kewajiban tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu kewajiban pada kreditor/utang dan kewajiban pada pemilik (owners equity). 2. Hasil Transaksi Masa Lalu Syarat lain dari utang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi tersebut menunjukkan transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat digunakan untuk memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat sebagai utang dalam neraca. Syarat ini membutuhkan adanya suatu criteria khusus untuk menentukan apakah suatu kewajiban telah terjadi atau belum. Misalnya suatu perusahaan melakukan pemesanan pembelian barang secara kredit dengan suplier tertentu. Aturan yang sekarang ada menjelaskan bahwa pada saat pemesanan tersebut dilakukan, belum terjadi adanya kewajiban yang harus diakui sampai barang yang dibeli benar-benar diterima oleh perusahaan atau telah terjadi perpindahan hak milik atas barang tersebut. Jadi dalam hal ini dilakukan sebagai peristiwa masa lalu adalah saat penerimaan barang, bukan saat dilakukannya pemesanan. Oleh : Mas Dhar Jam : 2:56:00 PM Labels: Accounting, Accounting Theory, Akuntansi, Teori Akuntansi Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

Reactions: 0 comments:

Post a Comment
Links to this post

Create a Link
Newer Post Older Post Subscribe to: Post Comments (Atom)

Search in This Blog

Recent Posts

Modal (pembelanjaan dari luar perusahaan) dikelompokkan dalam dua jenis, yakni: hutang dan ekuitas (= modal sendiri). Hutang mempunyai keunggulan berupa (Brigham and Gapenski, 1997: 767-768): 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memiliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan penyertaan dana yang kecil. Meskipun demikian, hutang juga mempunyai kelemahan,

yaitu: 1) hutang biasanya berjangka waktu tertentu untuk dilunasi tepat waktu, 2) rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan risiko yang selanjutnya akan meningkatkan biaya modal, 3) bila perusahaan dalam kondisi sulit dan labanya tidak dapat memenuhi beban bunga maka tidak tertutup kemungkinan dilakukan tindakan likuidasi.

Bauran hutang dan ekuitas untuk pendanaan perusahaan merupakan bahasan utama dari keputusan struktur modal (= capital structure decision). Bauran modal yang efisien dapat menekan biaya modal (= cost of capital), yang dapat meningkatkan kembalian ekonomi neto dan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas disebut unlevered firm, sedangkan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam hutang disebut levered firm Pemilihan alternatif penambahan modal yang berasal dari kreditur (hutang) pada umumnya didasarkan pada pertimbangan: murah. Dikatakan murah, karena biaya bunga yang harus ditanggung lebih kecil dari laba yang diperoleh dari pemanfaatan hutang tersebut. Sesuai dengan EBIT-EPS Analysis (Gitman, 1994: 465-468); bila biaya bunga hutang murah, perusahaan akan lebih beruntung menggunakan sumber modal berupa hutang yang lebih banyak, karena menghasilkan laba per saham yang makin banyak
Tagged As: pengertian modal - definisi modal - modal adalah - pengertian ekuitas - pengertian Modal dalam akuntansi - pengertian modal sendiri - arti modal - pengertian modal saham - pengertian modal usaha - modal dalam akuntansi -

Related posts:
1. 2. 3. 4. Dasar dasar akuntansi Pengertian protein Pengertian Daerah Aliran Sungai Pengertian hakikat manusia

Anda mungkin juga menyukai