Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Taqwa itu pada prinsipnya adalah amal batin atau lahir, baik yang bersifat mengikuti perintah Allah maupun amal yang berbentuk menjauhi larangan Allah. Yang menjadi masalah apakah unsur amal itu menjadi syarat iman, dengan pengertian, bahwa apakah tanpa amal seseoran tidak dianggap beriman. Mayoritas ahli pikir Mu`tazilah dan Khowarij berpendirian, bahwa amal adalah rukun iman. Iman seseorang tidak dapat diterima tanpa amal dengan argumentasi, bahwa kalimat Innal ladzina Amanuu dalam firman Allah selalu diiringi kalimat wa Amilush sholihahat atau kalimat lain yang maksudnya sama. Sebab manakala amal itu termasuk rukun iman dan iman tidak

diterima tanpa amal sholeh, maka alangkah sedikitnya orang-orang yang masuk surga. Dalam pada itu dikemukakan oleh suatu hadits, bahwa akan keluar dari neraka siapa saja yang didalam lubuk hatinya teradapat sedikit dari iman. Hadits ini menunjukkan orang yang beriman tanpa amal bagaimanapun akan masuk surga sekalipun sangat lama sekali merasakan neraka. Manusia adalah makhluk yang membutuhkan keselamatan, bukan untuk sekedar beberapa tahun, namun untuk selama-lamanya. Bukan keselamatan fisik berupa kesehatan saja, namun juga keselamatan rohani berupa ketenangan jiwa. Disini iman berperan untuk melenyapkan semua gangguan jiwa. Lebih dari pada itu ia juga membutuhkan keselamatan dalam arti yang tinggi. Keselamatan dalam artian ini menurut wahyu adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam hal ini dibutuhkan peranan iman berupa menciptakan tekat berbuat baik bersama-sama peranan iman yang lain yang berfungsi secara integral.

Keimanan dan Ketaqwaan | 1

B. Batasan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam mata kuliah pendidikan agama islam ini adalah mengenai keimanan dan ketaqwaan

C. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari iman dan taqwa? 2. Bagaimanakah implementasi dari keimanan dan ketaqwaan? 3. Bagaimanakah peran keimanan dan ketaqwaan dalam menjawab masalah kehidupan?

Keimanan dan Ketaqwaan | 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman dan Taqwa

1. Pengertian Iman Iman secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman () diambil dari kata kerja 'aamana' ( -- )yukminu' ( ) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam alQuran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup. Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota. Menurut filosof islam Imam Ghozali bahwa iman itu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat spiritual atau batin, dimana hati dapat

menangkap iman dalam pengertian hakiki melalui kasyaf yang diperoleh berkat pancaran sinar Ilahi padanya. Dalam kesempatan lain beliau menegaskan, bahwa arti iman adalah pengakuan yang kuat tidak ada pencipta (faa`il) selain Allah. Pemikiran Imam Ghozali ini disebut dengan istilah tauhid, sebab artinya keimanan itu tidak boleh menghubungkan
Keimanan dan Ketaqwaan | 3

sebab tersebut kepada selai Allah. Dialah pembuat satu-satunya dan selain-Nya hanya sekedar washilah (perantara). Bagi Imam Ghozali iman itu bukan lawan dari syirik, tetapi pengEsaan kepada Kholiq (Pencipta). Oleh karena itu bagi orang yang mengEsakan Allah harus bersikap tawakkal. Tawakkal bukan berarti

meniadakan ikhtiar. Karena dalam tawakkal manusia berkesempatan untuk berusaha. Bahkan dengan tawakkal itu dapat mengenal hakekat ikhtiar dan sekaligus dapat mengetahui nilai dan kualitas iman. Iman yang sebenarnya harus membuahkan tawakkal, sehingga dapat memperoleh ridho Allah. Dalam kitab suci Al-quran dikemukakan, bahwa Nabi Hud, Nabi Musa dan yang lainya telah menjadikan tawakkal sebagai benteng kekuatan bertaqwa dalam menghadapi kaumnya. Ini semua menunjukkan, bahwa antara iman dan taqwa saling berpengaruh dalam membentuk membentuk manusia berkepribadian luhur.

Keimanan dan Ketaqwaan | 4

2. Pengertian Taqwa Taqwa/takwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah: 1. Melaksanakan segala perintah Allah 2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah 3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk Allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa. Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan

melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Itulah maka, ketika seekor kuda melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati, baik karena tidak adanya tapal kuda, atau karena adanya lukaluka atau adanya rasa sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orangorang Arab biasa mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj). Dari kata waqa ini taqwa bisa di artikan berusaha memelihara dari ketentuan Allah dan melindungi diri dari dosa/larangan Allah. Atau bisa juga diartikan berhati hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk Allah. Imam ar-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yg membuatnya berdosa dan itu dgn meninggalkan apa yg dilarang menjadi sempurna dgn meninggalkan sebagian yg dihalalkan. Imam an-Nawawi mendefinisikan takwa dgn menaati perintah dan larangan-Nya. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dgn melakukan perbuatan atau meninggalkannya. Karena itu siapa yg tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa berarti dia bukanlah orang bertakwa. Maka orang yg melihat dgn kedua matanya apa yg diharamkan Allah atau mendengarkan dgn kedua telinganya apa yg dimurkai Allah atau mengambil dgn kedua tangannya apa yg tidak diridhai Allah atau berjalan ke tempat yg dikutuk oleh Allah berarti tidak menjaga dirinya dari dosa. Jadi orang yg membangkang perintah Allah serta melakukan apa yg
Keimanan dan Ketaqwaan | 5

dilarang-Nya dia bukanlah termasuk orang-orang yg bertakwa. Orang yg menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yg bertakwa. Allah SWT menguraikan tanda-tanda orang yang taqwa, dalam Surat AliImran Ayat 134: (yaitu) Orang-orang yang berinfaq (karena Allah SWT), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mereka yang pemaaf terhadap (kesalahan) manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. Allah SWT menjelaskan dalam Surat AliImran Ayat 102: Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenarbenar taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim (beragama Islam) Allah SWT telah menjabarkan berbagai ciri-ciri orang yang benarbenar taqwa. Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah SWT dalam keadaan lapang maupun sempit. Menafkahkan rizki di jalan Allah SWT adalah jalan-hidup mereka. Allah SWT (atas kehendakNya) menjauhkan mereka dari kesulitan (bala) kehidupan lantaran kebajikan yang mereka perbuat ini. Awal surat Al Baqarah memberikan petunjuk bagi kita tentang ciriciri orang yang bertaqwa. Salah satu diantaranya adalah mereka yang menafkahkan Rizqi yang dianugrahkan kepadanya di jalan Alloh. "Alif Laam Miim.Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," (QS Al Baqarah 2:1-3) Sedangkan ganjaran pahala bagi orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah akan dilipat gandakan sebagaimana disebutkan pada ayat berikut. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.

Keimanan dan Ketaqwaan | 6

Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS Al Baqarah 2:261)

B. Implementasi Keimanan dan Ketaqwaan Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran [10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang diamsalkan dengan 'neraka'. Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jumat atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama

Keimanan dan Ketaqwaan | 7

membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah). Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari keimanannya. Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri,
Keimanan dan Ketaqwaan | 8

sehingga

membuatnya

enggan

untuk

memulai,

dan

yang

kedua

ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa, kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa dan cenderung serba boleh. Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos pos alternatif yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan, penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa, jika penglihatan atau pendengaran tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka akan membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran (akal) juga ikut kotor, dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika prilaku, pikiran dan hati sudah kotor tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat plural ini dirasa perlu menjaga pandangan (dalam arti mata dan telinga) dari hal hal yang dilarang agama sebagai cara awal dan utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, menjadikan seorang muslim memiliki kesempatan besar dalam memperoleh taqwa. Karena taqwa adalah sebaikbaik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur ini, untuk dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya. Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikirakirakan serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya
Keimanan dan Ketaqwaan | 9

C. Peran Keimanan dan Ketaqwaan dalam Menjawab Masalah Kehidupan Peran keimanan dan ketaqwaan dalam menjawab masalah kehidupan adalah suatu masalah besar yang harus di hadapi oleh setiap orang (Manusia) karna seperti yang kita lihat selama ini semakin bertambahnya Zaman pasti akan ada perubahan! baik dalam segi moral, agama, budaya, maupun dalam segi sosial kehidupan di dalam masyarakat. Dan yang paling utama dalam segi agama, kepercayaan dan keyakinan sehingga dalam segi iman dan taqwapun berkurang. Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia. 1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda. Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang

kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah surat al-Fatihah ayat 1-7. 2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut. Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS. an-Nisa/4:78. 3. Iman menanamkan sikap self-help dalam kehidupan. Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segansegan melepaskan prinsip, menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS. Hud/11:6.

Keimanan dan Ketaqwaan | 10

4. Iman memberikan ketenteraman jiwa. Seringkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai

keseimbangan, hatinya tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ar-Rad/13:28. 5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah). Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97. 6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen. Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-Anam/6:162. 7. Iman memberi keberuntungan. Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. alBaqarah/2:5. 8. Iman mencegah penyakit Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu.
Keimanan dan Ketaqwaan | 11

Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia. Jika karena terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu, orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes dan kanker. Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas moral dan akhlak, merusak nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan diikuti oleh kepanikan dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian. Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup.

Keimanan dan Ketaqwaan | 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Iman dan taqwa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam kehidupan modern yang serba canggih tidak menghiraukan lagi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah maka akan banyak timbul masalah dan tantangan yang terjadi, baik dibidang ekonomi, sosial, agama, maupun keilmuan itu sendiri. Keimanan dan Ketaqwaan juga mempunyai peran penting dalam kehidupan dunia modern. Dalam kehidupan modern yang serba cepat sering kali memicu timbulnya stress dan berbagai penyakit. Keimanan dan Ketaqwaan mempunyai peran antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Iman dan taqwa melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda, Iman dan taqwa menanamkan semangat berani menghadap maut Iman dan taqwa menanamkan sikap self-help dalam kehidupan. Iman dan taqwa memberikan ketenteraman jiwa. Iman dan taqwa mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah). Iman dan taqwa melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen. Iman dan taqwa memberi keberuntunganIman mencegah penyakit

Keimanan dan Ketaqwaan | 13

DAFTAR PUSTAKA
http://google.search./implementasi.imandantaqwa .com http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keimanan_dalam_agama_Islam&oldid=3072452 http://id.wikipedia.org/wiki/Iman http://id.wikipedia.org/wiki/Taqwa Imtihana,aida.dkk. 2009. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum. Palembang:Universitas Sriwijaya. Labay,Mawardi. 2000. Zikir dan Doa Iman Pengaman Dunia. Jakarta:Al Mawardi Prima

Keimanan dan Ketaqwaan | 14

Anda mungkin juga menyukai