Anda di halaman 1dari 11

TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

MAYYADAH SYUAIB (P3200210007) NUR HUSNIAH THAMRIN (P3200210002)


PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 1 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

I.

KARBONASI

Karbonasi terjadi bila karbon dioksida larut dalam air atau aqueous solution. Proses ini biasanya ditulis dalam bentuk reaksi berikut, di mana air dan gas karbon dioksida berreaksi untuk membentuk asam karbonat. Proses karbonasi terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida (CO2) di udara bebas/atmosfer dengan ion hidroksida didalam beton. Hasil dari interaksi tersebut menyebabkan PH beton turun (< 9) atau pada daerah yang mempunyai bahan-bahan pemicu timbulnya korosi dengan tingkat konsentrasi tinggi, hal ini mengakibatkan penurunan ketahanan dari lapisan pasif di permukaan baja tulangan ( 4 m). Korosi disebabkan oleh karbonasi. Efek karbonasi oleh penetrasi gas asam CO2 dan lainnya seperti SO2, NO2 dan SO3, dalam hubungannya dengan korosi tulangan, diberikan dengan mengurangi pH dari pori air. Gas karbondioksida juga dapat menyebabkan terjadinya korosi pada baja tulangan, namun dengan laju yang jauh lebih lambat daripada korosi yang disebabkan oleh penetrasi ion klorida. Karbonasi selimut beton terjadi akibat interaksi antara gas karbondioksida di atmosfer dengan senyawa hidroksida dalam larutan pori selimut beton. Adanya proses karbonasi ini menyebabkan penurunan pH selimut beton dan menyebabkan pergeseran potensial korosi baja tulangan menjadi aktif terkorosi. Hal-hal yang mempercepat penetrasi karbondioksida pada selimut beton antara lain rendahnya kandungan semen, tingginya rasio air/semen, pengeringan beton yang kurang memadai, dan adanya retakan serta cacat pada permukaan selimut beton. Proses karbonasi ini juga dapat meningkatkan porositas selimut beton, sehingga tidak mampu lagi mencegah penetrasi klorida sebagai ion agresif. Beton yang selama ini dikenal sebagai material yang tahan karat, sebenarnya bisa juga mengalami korosi sebagaimana korosi atau karat yang terjadi pada struktur baja. Korosi yang dimaksud di sini adalah kerusakan material beton tersebut akibat proses kimia yang terjadi di dalamnya. Tentu saja bentuk korosi beton ini tidak sama dengan korosi yang terjadi pada besi baja.

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 2 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

Struktur beton yang rentan terhadap korosi adalah :

struktur yang terletak di lingkungan laut, seperti platform offshore, dermaga, jetty, dsb.

struktur yang terletak di dalam tanah, seperti pondasi, basement, terowongan, dsb.

struktur yang terletak di lingkungan karbondioksida yang tinggi

Korosi pada struktur beton bertulang ada 2 jenis, yaitu : 1. Korosi pada baja tulangan 2. Korosi pada beton Korosi Pada Baja Tulangan

Korosi Pada Tulangan Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini disebabkan karena tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 3 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

yang terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut. Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton tersebut terkelupas atau pecah. Terjadinya karat ini disebabkan adanya reaksi antara unsur besi (Fe+) di dalam tulangan dengan unsur hidroksi (OH-) dari air. 2Fe2+ + 4OH- 2Fe(OH)2

Proses korosi pada baja tulangan Lalu dari mana datangnya air yang kemudian menyebabkan besi tulangan tersebut berkarat ? Air ini dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2 cara, yaitu: 1. Air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton tidak kedap air. 2. Proses karbonasi, yaitu reaksi antara karbondioksida (CO2) dengan unsur kalsium hidroksida di dalam beton (Ca(OH)2) karena beton tidak kedap udara. Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O Korosi Pada Beton

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 4 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

Korosi pada beton Foto di atas adalah contoh korosi pada beton yang terjadi di permukaan bagian bawah lantai dermaga. Korosi pada beton terjadi akibat terbentuknya ettringite akibat reaksi kimia antara unsur kalsium di dalam beton dengan garam sulfat dari luar. Sama seperti karat pada besi, ettringite yang terjadi menyebabkan pengembangan volume beton sehingga menyebabkan massa beton terdesak dan pecah. Secara lengkapnya, proses terjadinya ettringite ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses hidrasi antara semen (C3S dan C2S) dengan air menjadi pasta semen (3CaO.2SiO2.3H2O disingkat CSH). C3S + H2O CSH + Ca(OH)2 C2S + H2O CSH + Ca(OH)2 Ca(OH)2 yang terjadi kemudian bereaksi dengan garam sulfat dari tanah atau laut Ca(OH)2 + MgSO4 Mg(OH)2 + CaSO4 CaSO4 yang terjadi bereaksi kembali dengan C3A dari semen dan air menjadi ettringite C3A + CaSO4 + H2O ettringite

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 5 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

II.
PENGANTAR AWAL KOROSI

KOROSI BETON

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklatmerah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi. O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq) Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 6 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

KOROSI PADA BETON

Prinsip Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi dengan lingkungannya (Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003). Pada dasarnya peristiwa korosi adalah reaksi elektrokimia. Secara alami pada permukaan logam dilapisi oleh suatu lapisan film oksida (FeO.OH). Pasivitas dari lapisan film ini akan rusak karena adanya pengaruh dari lingkungan, misalnya adanya penurunan pH atau alkalinitas dari lingkungan ataupun serangan dari ion-ion klorida. Pada proses korosi terjadi reaksi antara ion-ion dan juga antar elektron. Anode adalah bagian dari permukaan logam dimana metal akan larut. Reaksinya : Fe > 2 Fe++ + 4eDengan kata lain ion-ion besi Fe++ akan melarut dan elektron-elektron e- tetap tinggal pada logam. Katode adalah bagian permukaan logam dimana elektronelektron 4e- yang tertinggal akan menuju kesana (oleh logam) dan bereaksi dengan O2 dan H2O. O2 + H2O + 4e- > 4 OHIon-ion 4 OH- di anode bergabung dengan ion 2 Fe++ dan membentuk 2 Fe(OH)2. Oleh kehadiran zat asam dan air maka terbentuk karat Fe2O3. Reaksi perkaratan besi a. Anoda: Fe(s) Fe2+ + 2e Katoda: 2 H+ + 2 e- H2 2 H2O + O2 + 4e- 4OHb. 2H+ + 2 H2O + O2 + 3 Fe 3 Fe2+ + 4 OH- + H2 Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O Faktor yang berpengaruh 1. Kelembaban udara

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 7 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

2. Elektrolit 3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2) 4. Adanya O2 5. Lapisan pada permukaan logam 6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

III. IV.

KAPUR

PENGUJIAN BETON DENGAN SCHMIDT HAMMER

Schmidt Hammer Tests atau yang lebih dikenal dengan alat Hammer Test adalah suatu alat uji untuk mengetahui tegangan karakteristik beton dengan mengukur kekuatan permukaannya. Pelaksanaan Schmidt Hammer test diatur dengan (BS 1881-202, ASTM C805).

Gambar 1. Schmidt Hammer Cara kerja dari alat ini sangat mudah, yaitu dengan cara menekan plunger head dari alat tersebut ke permukaan beton dan akan menghasilkan suatu pantulan di dalam alat tersebut. Nilai yang dibaca dari hasil pantulan tersebut adalah nilai kuat tekan beton (perlu dikalibrasi dahulu untuk memperoleh kuat tekan beton) dari beton yang kita uji. Biasanya kuat tekan beton yang dihasilkan dari pengujian hammer tes terhadap beton tua dan beton muda menghasilkan angka kuat tekan yang berbeda. Kuat tekan beton pada beton tua nilai yang dihasilkan oleh pengujian hammer test akan lebih besar dan tidak sesuai dengan kuat tekan beton sebenarnya, sedangkan

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 8 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

pada beton muda nilainya akan sesuai dengan kuat tekan beton sebenarnya. Misal kuat tekan beton yang dihasilkan dari pengujian hammer test pada beton tua akan menghasilkan bk pada usia 30nilai yang lebih besar daripada nilai yang sebenarnya ( tahun 44,5 N/mm2 > bk rencana 22,5 N/mm2), sedangkan untuk beton( segar nilai yang dihasilkan sesuai dengan kuat tekan yang sebenarnya. Perubahan tegangan karakteristik tersebut diatas disebabkan telah terjadinya karbonasi pada permukaan beton sebagai akibat pengaruh dari iklim atau dari lingkungan, sehingga beton pada bagian permukaan tersebut akan mengkristal. Tingginya kuat tekan beton yang terjadi pada beton tua dari hasil pengujian hammer test, bukan berarti beton tersebut memiliki kekuatan semakin baik. Malah sebaliknya beton tersebut berada di ambang kehancuran (sudah tidak adanya ikatan yang kuat didalam beton dikarenakan terjadinya pengkristalan pada partikelpartikelnya) sehingga perlu dilakukannya perbaikan sebelum karbonasi yang terjadi merambah pada bagian dalam beton. Jumlah pengujian yang disyaratkan oleh British Standard (BS) 4480 dan ASTM C 597 mensyaratkan pengambilan antara 9 25 kali pengukuran untuk setiap daerah seluas maksimum 300 mm2. Secara umum alat ini bisa digunakan untuk:

Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur. Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.

Kelebihan metode hammer test :


Murah Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat Praktis (mudah digunakan).Tidak merusak

Kekurangan metode hammer test :

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 9 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat sifat dan jenis agregat kasar, derajad karbonisasi dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan diuji haruslah dari jenis dan kondisi yang sama.

Sulit mengkalibrasi hasil pengujian. Tingkat keandalannya rendah. Hanya memberikan imformasi mengenai karakteristik beton pada permukaan

Pelaksanaan Pengujian : 1. Menyusun rencana jadwal pengujian, mempersiapkan peralatan yang diperlukan. 2. Mencari data tentang letak detail konstruksi, tata ruang dan mutu bahan konstruksi selama pelaksanaan bangunan berlangsung. 3. Menentukan titik test.

Titik test untuk kolom diambil sebanyak 5 (lima) titik, masing-masing titik test terdiri dari 8 (delapan) titik tembak

balok diambil sebanyak 3 (tiga) titik test masing-masing titik terdiri dari 5 (lima) titik tembak

pelat lantai diambil sebanyak 5 (lima) titik test masing-masing terdiri dari 5 (lima) titik tembak.

Pelaksanaan pengujian : 1. letakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik yang akan ditembak dengan memegang hammer dengan arah tegak lurus atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest. 2. Plunger ditekan secara perlahan - lahan pada titik tembak dengan tetap menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer. 3. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah ditetapkan semula dengan cara yang sama. 4. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat pada alat

MAYYADAH SYUAIB & NUR HUSNIAH THAMRIN 10 TEORI TEKNOLOGI BAHAN (BETON)

hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut tembak hammer. 5. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertikal yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.
Sumber : http://kibagus-homedesign.blogspot.com/2010/06/test-struktur-beton-denganmetode.html#ixzz1gnhoeudD

Anda mungkin juga menyukai