Anda di halaman 1dari 41

PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011

PEMETAAN KOMPETENSI SISWA SMA DI KOTA PARIAMAN DAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN PROPINSI SUMATERA BARAT

Ketua : Dra. Yurni Suasti, M.Si

Anggota : Prof. Dr. Ermanto, M.Hum


Ike Sylvia, M.Si Dra. Arnelis, M.Si Dra. Andromeda, M.Si Drs. Masril, M.Si Drs. Ardi, M.Si Havid Ardi,S.Pd, M.Hum Dr. Hasdi Aimon, M.Si

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2011 1

PEMETAAN KOMPETENSI SISWA SMA DI KOTA PARIAMAN DAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN PROPINSI SUMATERA BARAT

A. Latar Belakang Masalah Kompetensi merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi bukan hanya sekedar pemahaman terhadap materi ajar, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi tersebut dapat mempengaruhi cara bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kompetensi dapat digunakan sebagai control dalam memantau perkembangan peserta didik yang didefinisikan sebagai pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran (Depdiknas, 2004). Lebih jauh, dengan kompetensi dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas pembelajaran sekaligus kualitas suatu sekolah (Sanjaya, 2009). Daya serap sendiri diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kemampuan peserta didik untuk menyerap atau menguasai materi yang dipelajarinya sesuai dengan bahan mata pelajaran yang diajarkan gurunya. Daya serap digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru dalam suatu pembelajaran. Sementara mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya UNAS, Ebta). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Untuk melihat sejauh mana mutu pendidikan bisa dicapai di suatu sekolah, dan bagaimana posisinya jika dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di sekitarnya,

maupun secara nasional dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bab X tentang standar penilaian dalam pasal 65 ditegaskan bahwa, hasil belajar dapat digunakan untuk melihat pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.. Selanjutnya dalam lampiran Permendiknas nomor 20 tahun 2006 tentang standar penilaian dinyatakan bahwa, untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UNAS). Sesuai dengan pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), hasil UNAS antara lain dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Melalui hasil UNAS, gambaran peta mutu pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, sekolah dan mata pelajaran dapat diketahui. Dalam buku Panduan Manajemen Sekolah (2000) dijabarkan berbagai komponen yang terkait dengan mutu pendidikan meliputi: (1) siswa dapat dilihat dari kesiapan dan motivasi belajarnya, (2) guru, diukur dari kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan social), (3) kurikulum, dilihat dari relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya, (4) sarana dan prasarana, yang dapat diukur dari kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, dan (5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi): partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan secara umum ditentukan oleh peningkatan proses belajar mengajar. Dengan adanya peningkatan proses belajar mengajar dapat pula meningkat kualitas lulusannya. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini akan sangat tergantung pada pengelolaan sekolah dan pengajaran/pendekatan yang diterapkan guru (Arends, 2008).

Artinya komponen mutu di level sekolah menjadi fokus perhatian kepala sekolah (Gerlah dan Ely (1980) dalam Yulaelawati, 2004), Majid (2005) dan Sanjaya (2008). Joseph. M. Juran yang pikiran-pikirannya begitu terkenal dan berpengaruh di Jepang, sehingga pada tahun 1981 dia dianugerahi Order of the Sacred Treasure oleh Kaisar Jepang, mengemukakan bahwa 85% dari masalah-masalah mutu terletak pada manajemen (pengelolaan). Oleh sebab itu sejak dini manajemen haruslah dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin (dalam Hanafiah dkk,1994). Dalam kerangka peningkatan mutu dan daya saing, lebih luas pemerintah melakukan pembenahan dalam system pendidikan, sebagaimanaa dituangkan dalam Pemerintah Pemerintah (PP) nomor 19 Tahun 2005 tentang delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP), meliputi: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidikan dan tenaga pendidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan (Mulyasa, ..). Pertama, standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kedua, standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Ketiga, standar kompetensi kelulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Keempat, standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Kelima, standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan criteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan rekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Keenam, standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuana pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Ketujuh, standar pembiayaaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Kedelapan, standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Bersadarkan standar nasional pendidikan tersebut berikut: komponen yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan dapat digambarkan dalam diagram tulang ikan

Gambar 1 : Diagram Tulang Ikan Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan Diagram Fishbone merupakan salah 5 satu tool untuk mengidentifikasi faktor

penyebab problem/masalah, karena fishbone diagram tergolong praktis, dan memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu permasalahan. Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat membantu menemukan akar penyebab terjadinya masalah khususnya di dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi tertentu pada mata pelajaran yang di-UN-kan. http://en.wikipedia.org/wiki/ishikawa _diagram Tabel 1. Hasil UN Tahun 2008, 2009, 2010 Di Kota Pariaman Dan Kabupaten Padang Pariaman Kota Pariaman Program Mata Pelajaran Rata-rata Nilai 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Bahasa Indonesia 7,90 6,40 7,82 Bahasa Inggris 7,11 7,85 7,79 IPA Matematika 7,77 8,63 8,59 Fisika 7,07 9,03 7,30 Kimia 8,32 8,62 8,42 Biologi 9,34 7,93 7,20 Bahasa Indonesia 6,44 5,85 7,07 Bahasa Inggris 6,69 7,37 7,21 IPS Matematika 9,93 8,97 8,06 Ekonomi 8,06 5,85 6,53 Sosiologi 8,39 7,54 6,62 Geografi 6,52 6,36 7,70 Kabupaten Padang Pariaman Program Mata Pelajaran Rata-rata Nilai 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Bahasa Indonesia 7,24 6,41 7,49 Bahasa Inggris 6,77 7,80 7,19 IPA Matematika 6,89 7,41 8,83 Fisika 6,52 8,46 6,87 Kimia 7,62 8,31 7,20 Biologi 8,63 7,45 7,20 Bahasa Indonesia 6,44 5,88 7,16 Bahasa Inggris 6,19 7,38 6,95 IPS Matematika 6,88 8,08 7,83 Ekonomi 7,70 6,38 6,33 Sosiologi 8,12 7,29 6,49 Geografi 5,79 6,35 7,71

Meski sudah terdapat standarisasi sistem pendidikan di Indonesia sebagaimana disebutkan di atas, namun bahwa, kenyataan yang ditemukan di lapangan menunjukkan Khusus mutu pendidikan masih belum memberikan hasil yang diinginkan.

untuk daerah Sumatera Barat dilihat dari capaian UN tahun ajaran 2009/2010 berada pada urutan ke-28 dari 33 provinsi se-Indonesia. Capaian nilai UN untuk masingmasing kabupaten kota di Sumatera Barat juga memperlihatka n hasil yang berbeda. Diantara kabupaten kota tersebut adalah Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Rata-rata capaian untuk mata pelajaran yang di-UN-kan di kedua daerah tersebut cukup bervariasi dengan rentangan antara 5,79 sampai 9,34 pada tahun ajaran 2007/2008, 5,85 sampai 9,03 pada tahun ajaran 2008/2009, dan 6,49 sampai 8,83 pada tahun ajaran 2009/2010. Hal ini juga menunjukkan kebervariasian dalam penguasaan kompetensi dalam setiap mata pelajaran yang di-UN-kan. Ada kompetensi yang sudahj dikuasai siswa dan ada kompetensi yang belum dikuasai siswa. Untuk mengungkapkan peta kompetensi mana saja yang belum dikuasai oleh peserta didik SMA, faktor penyebab dan alternatif pemecahan serta model implementasi pemecahan masalah untuk Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman perlu dilakukan kajian terhadap hasil UN yang dicapai.

B. Perumusan Masalah Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peta kompetensi siswa SMA tiap pokok bahasan untuk mata pelajaran yang di-UN-kan di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman 2. Apa faktor penyebab siswa tidak menguasai pokok bahasan tertentu untuk mata pelajaran yang di-UN-kan di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman ? 3. Bagaimanakah rumusan alternative dan model implementasi pemecahan masalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik?

C. Tujuan Kajian

1. Mengungkapkan peta kompetensi yang belum dikuasai siswa SMA tiap pokok bahasan untuk mata pelajaran Kabupaten Padang Pariaman. 2. Mengidentifikasi faktor penyebab siswa tidak menguasai pokok bahasan tertentu untuk mata pelajaran Kabupaten Padang Pariaman. 3. Merumuskan alternatif dan model implementasi pemecahan masalah untuk peningkatan kompetensi siswa SMA di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. yang di-UN-kan di Kota Pariaman dan yang di-UN-kan di Kota Pariaman dan

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mixed methods research). Desain penelitian ini menggunakan strategi eksplanatoris sekuensial (Creswell, 2010), yang terdiri dari dua tahap. Pada tahap pertama, adalah pemetaan kompetensi siswa (tujuan 1) digunakan studi dokumentasi dari hasil UN tahun ajaran 2007/2008, 2008/2009, dan UN tahun 2009/11; tahap kedua, dilaksanakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab (tujuan 2) digunakan focus group discussion (FGD), wawancara mendalam, tes kompetensi guru, dokumentasi, dan kuesioner; untuk merumuskan alternatif dan model pemecahan masalah (tujuan 3) digunakan focus group discussion (FGD) dengan guru, pengawas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMA yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman yang mengikuti UN tahun 2010 dan 201, yaitu 21 SMA di Kabupaten Padang Pariaman dan 5 SMA Kota Pariaman. Pengambilan sampel sekolah berdasarkan: (a) letak sekolah terhadap pusat kota/kabupaten, dan (b) status sekolah (negeri dan swasta). Untuk Kota Pariaman diambil 3 sekolah yaitu: SMA 8

Negeri 1, SMA Negeri 2, dan SMA Manunggal Bakti. Sampel SMA di Di Kabupaten Padang Pariaman adalah:, SMA Negeri 1 2 x 11 Enam Lingkung, SMA Negeri 2 Sungai Limau, SMA Negeri 1 Batang Anai, dan SMA. Berikut ini adalah Kerangka Dasar Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) yang akan dilaksanakan pada Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman tahun 2011.

Gambar 2: Kerangka Dasar Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP)

E. Indikator Capaian 1. kan. 2. tertentu. 3. Tersusunnya model peningkatan mutu pendidikan untuk Kota Pariaman, dan Kabupaten Padang Pariaman. Teridentifikasinya faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik tidak bisa menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar pada pada pokok bahasan Tersusunnya peta kompetensi siswa pada mata pelajaran yang di-UN-

1.

F. Hasil Penelitian Peta Kompetensi Yang Belum Dikuasai Siswa SMA


Penguasaan kompetensi tertentu setiap mata pelajaran yang di-UN-

kan di Kota Pariaman dalam tiga tahun ajaran (2007/2008; 2008/2009 dan 2009/2010) cukup bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah/ persentase kompetensi rendah (< 60,00) untuk setiap mata pelajaran. Pada tahun ajaran 2007/2008, jumlah terbanyak dengan pengusaan < dari 60,00 adalah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan Geografi pada kelompok IPS, Bahasa Inggeris baik pada kelompok IPS maupun IPA, Fisika, dan kemudian Matematika pada kelompok IPS. Pola yang hampir sama juga terdapat pada tahun ajaran 2008/2009, kecuali dalam mata pelajaran Ekonomi dan Sosiologimengalami peningkatan. Kemudian pada tahun ajaran 2009/2010, jumlah terbanyak penguasaan kompetensi rendah adalah pada mata pelajaran Ekonomi, Fisika dan Geografi. Dengan demikian, penguasaan kompetensi rendah dalam setiap mata pelajaran menunjukkan pola yang tidak tetap.

Tabel 2 Persentase Kompetensi Rendah Tiap Mata Pelajaran Ujian Nasional Tahun 2008, 2009, 2010 Di Kota Pariaman
No 1 2 3 4 5 6 1 2 Mata Pelajaran 2008 Kelompok IPA Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi Kelompok IPS Bahasa Indonesia Bahasa Inggris 7 13 7 12 6 1 19 16 14% 26% 17,5% 30% 15% 2,5% 47,5% 32% Persentase 2009 19 8 2 1 4 6 20 20 38% 16% 5% 2,5% 10% 15% 40% 16% 7 6 2 12 3 9 9 12 2010 14% 12% 5% 30% 7,5% 27,5% 18% 14%

10

3 4 5 6

Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi

13 6 7 16

30% 15% 17,5% 40%

1 23 8 17

2,5% 42,5% 38% 42,5%

11 16 16 15

27,5% 40% 16% 30%

Penguasaan kompetensi rendah (< 60,00) untuk setiap mata pelajaran yang di-UN-kan di Kabupaten Padang pariaman juga memperlihatkan pola yang tidak tetap. Jumlah penguasaan kompetensi rendah pada tahun ajaran 2007/2008 berkisar antara 2,5 % sampai 47,5 %. Pada tahun ajaran 2008/2009 berkisar antara 2,5 % sampai 48 %. Kemudian pada tahun ajaran 2009/2010 antara 5 % sampai 42,5 %.

Tabel 3 Persentase Kompetensi Rendah Tiap Mata Pelajaran Ujian Nasional tahun 2008, 2009, 2010 Di Kabupaten Padang Pariaman
No 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 Mata Pelajaran 2008 Kelompok IPA Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi Kelompok IPS Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi 13 18 13 14 9 1 17 20 12 8 8 19 26% 36% 32,5% 35% 22,5% 2,5% 34% 40% 30% 20% 20% 47,5% Persentase 2009 22 8 9 6 4 7 24 7 1 18 8 17 44% 16% 22,5% 15% 10% 17,5% 48% 14% 2,5% 45% 20% 42,5% 9 14 2 15 8 9 7 16 17 15 14 5 2010 18% 28% 5% 37,5% 20% 22,5% 14% 32% 42,5% 37,5% 28% 10%

2.

Faktor Penyebab Belum Dikuasainya Kompetensi Tertentu Faktor Penyebab Permata Pelajaran 11

Bahasa Indonesia 1. Standar Proses a) Penggunaan metode pembelajaran, perangkat dan media pembelajaran masih terbatas. b) c) d) e) Kelas secara berkelompok atau perorangan, Guru jarang memberikan metode pembelajaran yang bervariasi, Guru jarang menggunakan media elektronik, Guru jarang melibatkan siswa dalam penggunaan media

2. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan a) Kompetensi Guru yang masih rendah dalam mengembangkan media dan sumber pembelajaran; b) karya dan prestasi akademik yang masih minim 3. Standar Sarana dan Prasarana a) Ketersediaan buku pelajaran dan buku sumber sangat terbatas. Bahasa Inggris 1. Standar Isi a) b) Pelaksanaan praktek khususnya listening masih kurang karena minimnya materi dan sekolah belum memiliki labor bahasa. Guru telah mencoba membuat media listening namun masih terkendala karena suara yang dihasilkan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda (kecepatan dan intonasi tidak persis sama dengan yang muncul dalam ujian) c) pelaksanaan praktek listening dibanding sekolah lain cukup memadai, selain itu sekolah mencoba mengadakan soal listening dalam ujian. 2. Standar Proses a) Pembelajaran telah didukung dengan silabus dan RPP yang disusun oleh guru-guru di sekolah

12

b) c) d)

Guru cukup maksimal dalam menyiapkan program analisis Pelaksanaan praktek khususnya listening masih kurang karena Guru telah mencoba membuat media listening namun masih

bahan ajar minimnya materi dan sekolah belum memiliki labor bahasa. terkendala karena suara yang dihasilkan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda (kecepatan dan intonasi tidak persis sama dengan yang muncul dalam ujian) e) ujian. f)Untuk media praktek listening guru hanya menggunakan tip dan kaset dan sesekali diselingi dengan bahan dari lap top guru kegiatan dilaksanakan hanya 1 kali perbulan.
3. Standar Kompetensi Lulusan

Pelaksanaan praktek listening dibanding sekolah lain cukup

memadai, selain itu sekolah mencoba mengadakan soal listening dalam

a)

Guru cukup membiasakan mencari informasi dari berbagai

sumber, seperti internet, buku elektronik, dan sumber lain, namun siswa IPA masih kurang maksimal karena motivasi yang masih rendah b) Guru cukup sering melaksanakan kegiatan yang memanfaatkan

lingkungan, namun kendalanya hal ini beresiko siswa tidak terbiasa dengan soal ujian yang jarang sesuai dengan keadaan lingkungan siswa (misal ketika menerangkan teks prosedur siswa tidak biasa ketika muncul hal jauh dari lingkungan mereka). 4. Standar Sarana/Prasarana a) Jumlah rombel di kelas X 30 orang per kelas, di kelas XI 30-36 siswa, juga di kelas XII masih di atas 30-an. Dengan jumlah yang banyak menyulitkan guru dalam mengamati kegiatan siswa, masalah dan kemajuan siswa. Dalam pembelajaran bahasa jumlah maksimal 25 orang. 13

b) Sekolah belum memiliki laboratorium bahasa, hal ini berdampak pada minimnya latihan keterampilan menyimak. Hal ini juga diperparah dengan minimnya sarana pengganti seperti tip, cd player di sekolah 5. Standar Penilaian a) Tes yang digunakan cukup bervariasi walaupun masih banyak pada tingkat berpikir sedang, b) penilaian keterampilan listening seringkali kurang maksimal karena minimnya ketersedian bahan dan soal listening, namun pada tingkat sekolah telah diusahakan oleh guru namun tingkat kesulitannya berbeda. c) Saat ujian yang diselenggarakan pada tingkat pada tingkat kota, soal listening tidak diujikan Matematika 1. Standar Isi a) Sebagian pembelajaran didasarkan pada KTSP. Hal ini dapat dilihat dari RPP yang dikembangkan guru belum sepenuhnya berorientasi siswa, sekolah maupun dan lingkungan. Demikian juga pada pelaksanaan pembelajaran lebih banyak berceramah, tanpa dukungan media yang layak. b) Hanya sebagian silabus yang disusun oleh guru. Hal ini karena masih terbatasnya pengetahuan dan kemampuan guru untuk mengembangkan unsur-unsur silabus 2. Standar Proses a) Sebgaian RPP dijabarkan dari silabus, akan tetapi permasalahannya sioabus yang digunakan guru sebagian masih diciplak dari silabus yang ada saja
b) Penyusunan RPP masih ada yang belum diususn sendiri oleh guru.

Artinya masih ada bagian-bagian dari RPP yang dicontoh dari RPP orang lain c) Guru jarang menggunakan media pembelajaran termasuk media 14

elektronik/IT dalam pembelajaran 3. Standar Penilaian a) Guru tidakpernah menyiapkan instrument afektif dan psikomotor b) Guru jarang menyampaikan kriteria penilaian di awal pelajaran c) Guru jarang menetapkan KKM untuk setiap indikator Fisika 1. Standar Isi a) Sebagian pembelajaran didasarkan pada KTSP b) Pengembangan KTSP copy paste dari tempat lain c) Hanya sebagian silabus disusun oleh guru sendiri d) Sekolah melaksanakan 1 program ekstrakurikuler e) Sekolah melaksanakan 1 jenis layanan konseling f) Beban mengajar 20 sd 24 jam g) Penugasan 2-3 kali sebulan h) KKM mata pelajaran < 70,00 2. Standar Proses a) 50-80% pembelajaran tiap semester didukung oleh silabus b) 50-80% RPP pembelajaran disusun oleh guru sendiri
c) >80% pembelajaran mengacu kepada RPP

d) Pemantauan 1 kali/semester e) Penyampaian hasil supervisi oleh kepala sekolah 1 kali/semester f) Tindak lanjut hasil supervisi <=1 kali/semester g) Guru menggunakan media dalam proses pembelajaran kurang dari kali/bulan h) Guru menggunakan IT dalam proses pembelajaran kurang dari kali/bulan
3. Standar Kompetensi Lulusan

a) Rata-rata siswa yang tuntas > 80% b) Guru melaksanakan > 1 program pembiasaan mencari informasi lebih dari berbagai sumber belajar

15

c) Guru tidak melaksanakan kegiatan yang memanfaatkan lingkungan d) Guru tidak memfasilitasi kegiatan untuk mengekspresikan melalui kegiatan seni dan budaya e) Guru melaksanakan > 1 kegiatan kesiswaan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab f) Guru melaksanakan kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif dalam upaya mendapat hasil terbaik g) Guru melaksanakan kegiatan yang dapat membiasakan pemahaman ajaran agama dan pengamalannya h) Guru melaksanakan kegiatan pembiasaan untuk menghargai perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain 4. Standar Sarana dan Prasarana a) Belum tersedia Labor Fisika yang representatif yang dapat digunakan untuk praktikum b) Praktikum dilakukan kurang dari tiga kali dalam satu semester c) Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum tidak lengkap 5. Standar Penilaian a) Rancangan kriteria penilaian pada silabus tidak selalu diinformasikan kepada para siswa di awal semester b) Penilaian hasil belajar yang bersifat otentik50%-80% c) Sebagian jenis asesmen yang digunakan oleh guru mata pelajaran adalah alternative assessmen dan sebagian lagi traditional assessment (tes tertulis) d) Sebagian tes tertulis yang digunakan guru adalah tes essay dan sebagian lagi multiple choice e) <50% soal tes tertulis termasuk dalam kategori berpikir tingkat tinggi (C4-C6)

16

f) Belum semua instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian g) Guru mata pelajaran menggunakan 2-3 teknik penilaian h) Guru mata pelajaran <50% mengolah dan menganalisis hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar i) Guru <50% memberikan balikan hasil kerja siswa disertai

masukan/komentar yang mendidik j) Sekolah mengadakan ulangan tengah semester, akhir semester, dan kenaikan kelas k) Dalam 3 tahun terakhir tingkat kelulusan UN 90-<100% Siswa Kimia 1. Standar Isi a) KTSP dan Silabus belum sepenuhnya dikembangkan, pengembangan KTSP hanya dilakukan guru tim bidang studi di sekolah sendiri, silabus masih memanfaatkan silabus yang telah ada saja. b) Guru jarang membuat bahan ajar atau modul atau bahan lainnya, hanya memanfaatkan bahan ajar yang telah ada c) Guru jarang membuat media pembelajaran d) Guru jarang membuat tugas terstrukur dan tugas mandiri, e) enetapan dan pencapain KKM belum dilaksanakan secara maksimal. 2. Standar Proses a) Pembelajaran telah didukung dengan silabus dan RPP yang disusun oleh guru-guru di sekolah, tetapi belum semua RPP tersebut mengacu pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses b) Guru telah melakukan analisis perangkat pembelajaran setiap semester, tetapi beberapa rumusan indikator yang digunakan dalam perangkat tersebut masih disalin dari silabus yang sudah ada (dari contohsilabus 17

BSNP), c) Guru jarang memberikan contoh materi dalam bentuk fakta yang ada disekitar lingkungan siswa (pembelajaran CTL) d) Pelaksanaan praktek di laboratorium jarang dilakukan. e) Metoda mengajar yang digunakan sudah bervariasi, tapi belum maksimal f) Guru jarang menggunakan media infokul atau elektronik lainnya
g) Guru jarang memberikan tugas mandiri, tidak terstruktur

h) Guru masih kurang memanfaatkan IT dalam pembelajaran i) Guru jarang melakukan penilaian proses (aktivitas siswa dalam kelompok/individu) 3. Standar Kompetensi Lulusan a) Guru tidak selalu membiasakan mencari informasi dari berbagai sumber, seperti internet, buku elektronik, dan sumber lain b) Dalam pembelajaran guru jarang memanfaatkan lingkungan untuk pembelajaran 4. Standar Sarana dan Prasarana a) Sudah ada Perpustakaan untuk menunjang proses pembelajaran, tetapi jumlah buku yang tersedia belum seimbang dengan jumlah siswa b) Sarana praktek/laboratorium belum memadai c) Lingkungan sekolah kondusif d) Peralatan penunjang pembelajaran seperti infocus, laptop, OHP , proyektor telah ada dalam kondisi baik 5. Standar Penilaian a) Tes yang digunakan cukup bervariasi walaupun masih banyak pada tingkat berpikir sedang C1-C3 b) Penilaian lebih banyak pada aspek kognitif, masih jarang dilakukan penilaian afektif dan psikomotor Biologi 1. Standar Isi a) Sebagian pembelajaran didasarkan pada KTSP

18

b) Penugasan tersruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur belum terpola dengan baik, kadang-kadang dilakukan dua sampai tiga kali dalam sebulan dan kadang-kadang tidak dilakukan
2. Standar Proses

a) minat dan motivasi belajar anak rendah, b) media pembelajaran tidak tersedia, c) penggunaan metode yang tidak tepat 3. Standar Sarana dan Prasarana a) tidak tersedianya alat peraga/media yang mencukupi untuk pembelajaran biologi b) tidak adanya komputer untuk pembelajaran c) tidak adanya jaringan internet untuk pembelajaran dan d) tidak mencukupinya buku penunjang pembelajaran biologi. Ekonomi 1. Standar Isi a) guru tidak pernah membuat bahan ajar, modul atau bahan lainnya, b) guru tidak pernah membuat LKS,
c) guru jarang membuat media pembelajaran,

d) guru jarang membuat program pengayaan, e) guru jarang membuat tugas terstrukur dan tugas mandiri, f) guru tidak pernah menetapkan KKM, g) guru tidak pernah malkukan pengembangan KTSP, h) guru jarang memberikan tugas terstruktur, tugas mandiri 2. Standar Proses a) guru jarang melakukan apersepsi, seperti menyampaikan fakta yang ada di lingkungan terkait dengan topic yang akan disampaikan (dalam bentuk cerita ataupun tayangan gambar, mengaitkan materi dengan materi

19

sebelumnya), b) guru jarang melaksanakan pembelajaran secara kontekstual,


c) guru jarang menyampaiakn contoh materi dalam bentuk fakta yang ada

disekitar siswa, d) guru jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil diskusi/PR kedepan kelas secara berkelompok
3. Standar Sarana dan Prasarana

a) tidak ada alat peraga/media yang sesuai dengan materi pembelajaran, b) kurangnya Komputer uuntuk memenuhi kebutuhan pembelajaran, c) tidak adanya jaringan internet untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran, d) tidak adanya OHP untuk memenuhi kegiatan pembelajaran, e) f) tidak adanya untuk memenuhi multimedia dalam kegiatan pembelajaran, jumlah buku yang terbatas untuk kebutuhan pembelajaran

4. Standar Pengelolaan

a) tidak adanya kegiatan pengelolaan dan pengembangan kurikulum serta pembelajaran, b) sangat jarangnya keikutsertaa guru dalam forum ilmiah untuk pengembangan materi dan kurikulum Sosiologi 1. Standar Isi
a) Guru sosiologi di sekolah belum mengembangkan kurikulum (SK/KD Sosiologi SMA) ke dalam bentuk silabus dan RPP berpusat pada pengembangan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. b) Guru Sosiologi belum mampu mengembangkan SK/KD Sosiologi di SMA menjadi topik-topik yang menyeluruh dan berkesinambungan.

20

c)

Guru sosiologi di sekolah belum mengembangkan SK/KD Sosiologi ke dalam bentuk silabus dan RPP yang relevan dengan kebutuhan kehidupan (fenomena sosial belum berangkat dari fakta yang kontekstual dengan lingkungan sekitar sekolah)

d) Guru sosiologi belum melaksanakann kurikulum berdasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. e) Guru sosiologi belum melaksanakan kurikulum yang dapat memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

2. Standar Proses
a) Pengembangan silabus dilakukan guru sosiologi sehingga banyak silabus yang sama b) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Sosiologi belum disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran, sehingga RPP yang dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik belum dalam upaya mencapai KD. c) Guru Sosiologi banyak yang belum merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. d) Penyusunan RPP Sosiologi belum disusun dengan memperhatikan perbedaan karakteristik siswa dan karakteristik lingkungan e) Siswa tidak memiliki akses buku panduan, buku pengayaan, buku referensi, dan sumber belajar lain selain buku pelajaran dengan mudah f) Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik tidak seperti seharusnya yaitu 1 : 1 per mata pelajaran sosiologi g) Guru sosiologi belum banyak menggunakan buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya h) Guru Sosiologi belum membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku lebih banyakdi MGMP

21

dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah i) j) Guru mata pelajaran masih jarang menggunakan media pembalajaran Guru mata pelajaran sangat jarang menggunakan media IT

k) Guru belum melaksanakan pembelajaran remedial, yang terlaksana 3. Standar Kompetensi Lulusan a) Guru sosiologi banyak yang mengabaikan aspek penilaian proses b) Guru mata pelajaran Sosiologi masih mengabaikan aspek penilaian afektif dan psikomotor c) Pembelajaran Sosiologi belum membuat siswa mampu menunjukkan kemampuan berpikir logis. Kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan d) Pembelajaran Sosiologi belum membuat siswa mampu menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks e) Pembelajaran Sosiologi belum membuat siswa mampu membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif f) Pembelajaran Sosiologi belum membuat siswa mampu menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan social g) Pembelajaran Sosiologi belum membuat siswa mampu memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab h) Guru belum sepenuhnya melibatkan peserta didik agar memperoleh pengalaman i) j) belajar melalui program pembiasaan untuk mencari informasi/pengetahuan lebih lanjut dari berbagai sumber belajar. Hasil belajar Sosiologi siswa belum dapat mencapai target yang ditetapkan pada KKM untuk setiap mata pelajaran dari setiap kelas Guru belum berupaya agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang mampu memanfaatkan lingkungan secara produktif

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a) Guru Sosiologi (dengan latar belakang sesuai rumpun ataupun tidak) jarang mendapatkan pengembangan kompetensi pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial.

22

b) Guru sosiologi jarang meningkatkan kemampuan penguasaan materi dan memperkaya literatur

5. Standar Sarana dan Prasarana


a) Pembelajaran sosiologi belum berjalan dengan baik karena guru jarang untuk melakukan pembelajaran yang kontekstual, kooperatif dan problem based learning, Bahan Ajar tidak ada, tidak tersedianya media pembelajaran yang kontekstual, alat banyak yang rusak.

6. Standar Pengelolaan a) Laporan guru mengenai hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah / dan orang tua / wali peserta didik tidak mengakomodasi semua aspek penilaian berbasis kelas. b) Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan dari tugas masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester kepada kepala sekolah namun jarang yang menyeluruh berdasarkan indicator kinerja, dan kepala sekolah secara terus menerus melakukan pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan 7. Standar Penilaian a) Guru belum menetapkan teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran b) Instrumen penilaian belum memenuhi persyaratan :a. Substansi, adalah interepresentasikan kompetensi yang dinilai, b. Konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan c. Bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. c) Guru belum memiliki rubrik penilaian d) Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan namun belum tes praktik atau tes kinerja. e) Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek belum digunakan secara efektif

23

f) Guru jarang mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik g) Kesesuaian Teknik penilaian dengan indikator pencapaian KD, < 50 % h) Kesesuaian instrumen dan pedoman dengan bentuk dan Teknik penilaian, < 50 % i) j) Keterlaksanaan penilaian ber sifat otentik , < 50 % Tes yang dilaksanakan guru umunya berupa tes hasil belajar dalam bentuk essay dan objektif k) Pada umumnya soal tes yang diberikan dalam aspek kognitif tingkat rendah (C1 - C3) Aspek kompetensi hasil belajar terbatas pada aspek kognitif

Geografi 1. Standar Isi a) Silabus yang digunakan sebagian guru masih disalin dari silabus yang sudah beredar secara luas, misalnya dari silabus yang dikembangkan BSNP, dan percetakan. Baik itu yang dibuat atau dikembangkan sendiri oleh guru maupun yang dikembangkan dalam kegiatan MGMP b) Penugasan terstruktur dan mandiri belum diorganisasikan dengan baik pada silabus. 2. Standar Proses
a) RPP yang digunakann guru sebagian sudah diturunkan dari silabus, akan tetapi silabus yang digunakan guru sebagian masih disalin dari silabus yang ada, sehingga belum tentu sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah dan lingkungan b) RPP yang digunakan guru hanya berkisar antara 50 - 80 % yang disusun sendiri oleh guru dan belum sepenuhnya mengacu pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007,karena masih terbatasnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan silabus dan RPP. Hal ini dapat diindikasikan dari: (1) beberapa bagian RPP seperti rumusan indikator masih disalin dari silabus yang sudan ada dan dari buku paket, (2) rumusan indikator masih terbatas pada ranah kognitif dan pada ranah tingkat rendah, (3) tujuan pembelajaran belum mengacu pada unsur A, B, C, D, (4)

24

pendekatan dan metode yang dirancang belum berorientasi pada siswa. c) Pembelajaran yang dilakukan seringkali tidak mengacu pada RPP yang sudah dirancang, karena pada saat mengajar guru tidak selalu membawa perangkat pembelajaran. (1) Metode pembelajaran yang digunakan masih dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, (2)Dalam pembelajaran guru sangat jarang menggunakan pendekatan CTL, (3) Ada beberapa materi yang bagi guru termasuk sulit yaitu Peta dan Pemetaan, Penginderaan Jauh, SIG. Kemudian materi yang bersifat abstrak, yaitu konsep, pendekatan, dan prinsip geografi. d) Pembelajaran jarang menggunakan media berbasis IT (infokus), Guru kadang-kadang menggunakan media dalam bentuk gambar, tetapi kurang menarik perhatian siswa. 3. Standar Kompetensi Lulusan

a) Guru belum mengoptimalkan pendekatan CTL b) Guru belum membiasakan siswa untuk mencari informasi terkait dengan topic pmbelajaran dari berbagai sumber pembelajaran seperti modul dan bahan ajar terkait lainnya. Selama ini hanya memnfaatkan buku paket yang ada di sekolah. Sehingga pembelajaran yang diberikan guru dan diterima siswa dangkal bahkan tidak mencapai sasaran. c) Guru belum mengembangkan pembelajaran karakter 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan a) Masih ada guru Geografi dengan kualifikasi Diploma Tiga, meskipun sudah bersertifikat pendidikan
b) Pendidikan dan pelatihan yang diikuti sebagian guru Geografi masih

sangat kurang, hanya ikut sebagai peserta dalam kegiatan MGMP tingkat kabupaten dan kota. 5. Standar Penilaian a) rancangan kriteria penilaian pada silabus tidak pernah diinformasikan kepada para siswa di awal semester,
b) Teknik penilaian pada silabus tidak selalu mempedomani indikator

pencapaian kompetensi, 25

c) Penilaian hasil belajar yang bersifat otentik diberikan kurang dari 50 %, d) jenis asessmen yang digunakan sebgaian besar adalah dalam bentuk tes

tertulis
e) Soal tes tertulis sebagian besar termasuk kategori berpikir tingkat

rendah (C1-C3), dan kurang memperhatikan SKL.

Faktor Penyebab Pada Satuan Pendidikan dan Faktor Terkait Lainnya Tabel 4 Faktor Penyebab Pada Satuan Pendidikan dan Faktor Lainnya
No 1 Standar Pendidikan Standar Isi Penyebab Berdasarkan Standar Pendidikan a) Pembelajaran sebagian besar belum sepenuhnya berdasarkan pada KTSP. Masih ada silabus yang digunakan guru belum dikembangkan sendiri oleh guru, pengembangan silabus dilakukan melalui kegiatan MGMP, dan dilakukan guru tim bidang studi di sekolah sendiri. Persoalannya silabus yang dikembangkan masih memanfaatkan silabus yang telah ada saja. Sehingga indikator pencapaian yang dirumuskan belum tentu sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah dan lingkungan. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang dikembangkan guru belum sepenuhnya berorientasi siswa. Dapat dicontohkan kegiatan pembelajaran pada salah satu sekolah sampel Berdasarkan analisis instrumen untuk Kepala Sekolah sebagai berikut: kegiatan demosntrasi Alternatif Solusi Pemecahan Masalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota perlu melakukan Supervisi lebih optimal, tidak hanya terbatas pada persyaratan admisntrasi.

26

menggunakan alat peraga hanya sekitar 5 %, kegiatan laboratorium 6 %, diskusi sekitar 6 %, dan peresentasi siswa perorangan dan kelompok sekitar 9 %, tugas terstruktur sekitar 32 %, dan tugas mandiri sangat sedikit hanya 8 %. Demikian juga halnya dengan pelaksanaan evaluasi belajar: evaluasi aspek afektif sekitar 37 %, program remedial, dan pengayaan 8 %. b) Guru sangat jarang, bahkan dapat dikatakan tidak membuat bahan ajar atau modul dan bahan bahan lainnya, termasuk LKS. Guru hanya memanfaatkan buku paket dan LKS dari penerbit dalam pelaksanaan pembelajaran.

Standar Proses (metode, proses, perangkat, media)

c) Beban mengajar guru setiap minggunya cukup bervariasi, dan ada yang kurang dari 24 jam/minggu. Hal ini berpenagruh pada perhatian guru dalam melaksanakan pembelajaran, karena sebagian perhatiannya tercurahkan tentang bagaimana cara mencukupkan beban mengajar. d) Penetapan dan pencapain KKM belum dilaksanakan secara maksimal. Artinya analisis belum memperhatikan secara utuh aspek input atau intake, tingkat kesukaran kompetensi maupun ketersedian sarana dan prasarana pendukung untuk setiap kompetensi mata pelajaran yang ada. Penjabaran RPP sebagian belum mengacu pada silabus a) Sebagian besar RPP sudah disusun guru, tetapi belum sepenuhnya mengacu pada Permendiknas 41 Tahun 2007. Rumusan indikator sebagaimana disebutkan di atas, masih menggunakan rumusan indicator yang terdapat pada silabus yang ada, dan kadangkadang menyesuaikan dengan rumusan indicator seperti yang terdapat dalam buku paket. Tujuan pembelajaran juga belum mengacu pada unsure A,B,C,D. Materi yang dirumuskan juga belum dibedakan antara

Pelatihan (1) Merancang Perangkat pembelajaran, khususnya perumusan indikator, dan tujuan pembelajaran, (2) mengembangkan program remedial dan pengayaan

27

jenis materi dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, b) Demikian juga halnya dengan rancangan kegiatan pembelajaran, sebahagian besar belum berorientasi siswa. c) Pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya mengacu pada RPP yang telah dikembangkan, karena pada saat mengajar guru cenderung tidak membawa perangkat pembelajaran baik Silabus maupun RPP. Artinya perangkat pembelajaran yang disusun digunakan hanya sebagai legalitas formal admisntratif. Yang selalu dibawa guru dalam kegiatan pembelajaran adalah buku paket, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan sebagian besar guru dalam bentuk konvensional (metode ceramah tanpa media) d) Rata-rata pemantauan pembelajaran yang dilakukan oleh Kepala Sekolah satu kali per semester. Aspek supervisi yang dilakukan kepala sekolah terbatas pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Supervisi hanya melihat kelengkapan perencanaan yang disusun guru, yaitu ada atau tidaknya perencanaan disiapkan. Supervisi tidak pada substansi dari perencanaan yang disusun guru. Artinya untuk kepentingan legalisasi administarsi sekolah. Demikian juga halnya dengan pemantauan pelaksanaan pembelajaran hanya dilakukan satu kali per semester, sehingga belum dapat mencerminkan kesesuaian antara perangkat yang disusun dengan pembelajaran yang diselenggarakan guru. e) Rata-rata guru tidak menggunakan media, baik media berbasis It maupun media konvensional. f) Pelaksanaan program remedaial hanya dilaksanakan setiap akhir semester, sementara pelaksanaan program pengayaan hanya sekitar 6 %.

melalui MGMP tiap mata pelajaran di Kabupaten Padang Pariaman.

28

Standar Kompetensi Lulusan

a) Ketuntasan belajar berkisar antara 70 80 b) Sebagian guru sangat jarang/kadangkadang saja memfasilitasi siswa mencari informasi dari berbagai sumber belajar. Tugas yang diberikan sebagian besar guru sebagian besar dari buku paket yang digunakan. c) Sebagian guru sangat jarang/kadangkadang saja memfasilitasi peserta didik mencari informasi dari berbagai sumber belajar. Karena sumber belajar lainnya yang tersedia di sekolah sangat terbatas. Selain itu, ketersediaan IT belum dapat dioptimalkan pengguaanya oleh peserta didik. Kebanyakan guru juga belum melakukan pendekatan CTL atau pemanfaatn lingkungan dalam melakukan pembelajaran d) Pengalaman belajar juga belum dapat mengekpresikan diri siswa melalui kegiatan seni dan budaya, menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab, sikap kompetitif, perbedaan pendapat, maupun pengembangan karya ilmiah,

Guru perlu merancang Kegiatan Belajar dengan baik dalam bentuik Tugas Mandiri, Kegiatan Mandiri tidak terstruktur Pelatihan bagi guru dalam membuat media dari bahan bekas, dan media berbasis IT

Kemendiknas Kabupaten Pariaman perlu meningkat program pengawasan/supervis i baik melalui tenaga pengawas maupun Kepala Sekolah. Untuk meningkat kompetensi guru, Kemendiknas Kabupaten Pariaman perlu (1) melakukan pemerataan pelatihan bagi guru-guru, (2) pendampingan bagi guru dalam merancang Lesson study.

Standar Pendidik dan Tanaga Kependidia kan

a) Masih ditemukan guru dengan kualifikasi Diploma/sarjana muda sebanyak 4 %. Di sekolah ini juga terdapat guru non kependidikan sesuai bidang studi + akta mengajar sebanyak 8 %. Profesionalitas guru cukup bervariasi terdiri dari: guru bantu/honor sebanyak 37 %, guru tetap ber-SK, tanpa sertifikat pendidik sebanyak 41 %, sisanya adalah guru tetap ber-SK memiliki sertifikat. b) Guru yang mempunyai inisiatif dalam memperbaiki kualitas`pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hanya sekitar 20 %. Sisanya 80 % belum pernah melakukan PTK. Hal ini tentunya terkait dengan pengetahuan,

29

dan masih kurangnya kemampuan guru merancang dan melaksanakan PTK. Selain itu, daya baca guru juga masih sangat kurang sehingga guru tidak teraspirasi untuk melakukan berbagai terobosan perbaikan kualitas pembelajaran, baik merancang PTK, menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif dan penggunaan berbagai media. c) Guru yang mengikuti pelatihan masih sangat terbatas, hanya sekitar 50 % saja dari jumlah guru yang ada. d) Pengalaman mengajar guru cukup bervariasi, yaitu: yang mengajar kurang dari sepuluh tahun sebanyak 57 %, pengalaman mengajar antara 10 - 20 tahun sebanyak 36 %, dan sisanya antara 21-30 tahun 7 %. No Standar Pendidikan Penyebab Berdasarkan Standar Pendidikan e) Kualifikasi Kepala sekolah masih S1/D4 f) Kepala tenaga adminstarsi masih berijazah SMA, demikian juga halnya dengan kualifikasi kepala perpustakaan dibawah DI atau berijazah SMA. Sementara kepala laboratotrium, baik kepala laboratorium bahasa maupun kepala laboratorium untuk semua bidang IPA tidak terdapat di sekolah ini. a) Ruang labor mata pelajaran fisika, kimia dan biologi digabung jadi satu ruang. Demikian juga halnya dengan ruang laboartorium bahasa tidak tersedia, sehingga berpengaruh terhadap minat siswa maupun guru untuk membaca dan berkreatifitas b) Alat-alat dan bahan praktikum yangh dibutuhkan untuk praktikum tidak memadai sama sekali, sehingga kegiatan praktikum sangat jarang dilakukan guru. Demikian juga halnya media pembelajaran lainnya sangat tidak memadai, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran guru sangat jarang menggunakan media pembelajaran. Hal ini juga, belum didukung oleh supervisi yang Alternatif Solusi Pemecahan Masalah

Standar Sarana/Pras arana

Kemendikbud dan Diknas Kabupaten Padang Paraiaman perlu mewujudkan sebuah pustaka sekolah dengan petugas pustaka yang profesional; melengkapi buku sumber di perpustakaan sesuai kebutuhan siswa; melengkapi fasilitas seperti laboratorium dan perangkat

30

dilakukan kepala sekolah. Dengan kata lain pembelajaran lainnya sebegaimana sudah disebutkan pada bagian seperti infocus. standar proses, supervisi hanya dilakukan satu kali per semester dan focus pada ketersediaan perangkat pembelajaran seperti silabus, dan RPP, belum pada aspek lainnya termasuk kelengkapan pelaksanaan pembelajaran seperti ada atau tidaknya guru menyiapkan media untuk pembelajaran.

No 6

Standar Pendidikan

Penyebab Berdasarkan Standar Pendidikan

Alternatif Solusi Pemecahan Masalah Kemendiknas Kabupaten Pariaman perlu melakukan pelatihan bagi guru secara konperehensif merancang penilaian otentik.

Standar a) Dokumen pengembangan kurikulum dan pembelajaran yangtersedia sebanyak 3 buah, Pengelolaan dengan kegiatan pengembangan kurikulum (dinas, antar dan pembelajaran kurang terprogram dengan sekolah, baik, sehingga dalam pelaksanaannya komite, berkisar antara 50- 80 %. stakeholders b) Kegiatan supervis dan evaluasi program kerja ) kepala sekolah dilakukan rata-rata satu kali dalam setiap semester. Sekolah tidak memiliki dokumen program pengawasan. Standar Penilaian a) Guru belum menginformasikan teknik dan kriteria penilaian kepada siswa di awal semester. b) Penilaian yang digunakan sebagaian guru belum bersifat otentik, sehingga kesesuaian teknik penilaian dengan indicator pencapaian KD masih kurang c) Tes yang digunakan guru pada umunya berupa tes hasil belajar atau kognitif dalam bentuk essay dan tes objektif d) Pada umumnya soal tes hasil belajar yang digunakan guru dalam bentuk aspek kognitif tingkat rendah (C1-C3) e) Rata-rata kelulusan UN tiga tahun terakhir adalah 98,3 %.

Kemendiknas Kabupaten Pariaman perlu melakukan pelatihan bagi guru secara konperehensif merancang penilaian otentik.

3.

Model Impelementasi Pemecahan

31

Implementasi untuk guru bidang studi: Bidang Studi Bahasa a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1) Workshoop dan pelatihan Pengembangan Media 2) Workshoop dan pelatihan Pengembangan bahan ajar 3) Pelatihan Pendalaman Materi Bahasa Indonesia bagi Guru melalui

MGMP Bahasa Indonesia Kota Pariaman, terutama yang daya serapnya di bawah 60,00 4) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu dilakukan pendampingan terhadap guru dalam merancang dan melaksanakan lesso Stud. Misalnya penerapan model-model pembelajaran inovatif dan penggunaan media pembelajaran b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
2) Workshop Pengembangan Materi Ajar Listening dengan melibatkan

1) Workshop Pembuatan Koleksi dan Model Pembelajaran Reading: native speaker. 3) Pelatihan pengembangan pembuatan soal.
4) Workshop model pembelajaran listening yang diarahkan pada cara pre,

whilst, dan post activities dalam pembelajaran menyimak. 5) Lesson Study pembelajaran bahasa Inggris.

Bidang Studi IPA

32

a.

Mata Pelajaran Matematika

1) Lesson study matematika 2) workshop atau pelatihan implementasi KTSP dalam pembelajaran matematika berupa silabus dan RPP. 3) Pendalaman materi pelajaran matematika secara kontekstual terhadap materi yang bermasalah
b. Mata Pelajaran Fisika

1) Workshop pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri dari :


a)

Menganalisis SKKD mata pelajaran fisika ke dalam bentuk

indikator dan tujuan pembelajaran b) Pengembangan silabus pembelajaran dalam KTSP


c)

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Modul,dan Lembaran Kerja Siswa

d) Pengembangan bahan ajar berupa : Media Pembelajaran yang interaktif, e) Pembuatan alat-alat evaluasi dalam KTSP yang terdiri dari 3 komponen penilaian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor 2) Workshop laboratorium 3) Pelatihan a) Pembuatan dan penggunaan media pembelajaran yang interaktif. b) Pemakaian Teknologi Informatika dalam pembelajaran fisika c) Pendalaman materi fisika terutama konsep-konsep fisika yang di UNkan di Kota Pariaman /Kabupaten Padang Pariaman
d) Implementasi kurikulum mata pelajaran fisika yang berwawasan

lingkungan

c.

Mata Pelajaran Kimia

33

1) Mengadakan Workshop/Pelatihan: (a) analisis SK-KD (b) Perumusan

Indikator pencapaian dari Kompetensi dan tujuan pembelajaran, (c) rancangan penilaian kognitif, kisi-kisi dan analisis soal 2) Mengadakan workshop kegiatan laboratorium untuk materi-materi yang membutuhkan kegiatan laboratorium dan menyusun LKS 3) LESSON STUDY (berbasis MGMP) d. Mata Pelajaran Biologi 1) Mengadakan seminar dan lokakarya pembuatan modul, bahan ajar, media pembelajaran biologi. 2) Mengadakan sosialisasi pengembangan KTSP 3) Melaksanakan workshop pendalaman materi, khususnya untuk SK dan KD bermasalah 4) Menyediakan multimedia interaktif khususnya untuk pembelajaran biologi 5) Mengadakan sosialisasi dan pelatihan strategi pembelajaran dengan mengandeng akademisi dan praktisi

Bidang Studi IPS a. Mata Pelajaran Ekonomi

1) Mengadakan seminar dan lokakarya pembuatan modul, bahan ajar, media pembelajaran ekonomi. 2) Mengadakan sosialisasi pengembangan KTSP di SMA khususnya untuk mata pelajaran ekonomi meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi 3) Mendiskusikan dengan MGMP tentang beberapa pilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ekonomi misalnya PBL, CTL, CL

34

4) Mengadakan sosialisasi dan pelatihan strategi pembelajaran dengan mengandeng akademisi dan praktisi b. Mata Pelajaran Sosiologi

1) Sosialisasi pengimplementasian Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian terhadap guru-guru Sosiologi SMA di Kabupaten/Kota Sumatera Barat: nilai dan norma; prilaku menyimpang, system dan struktur, metode penelitian, perubahan sosial 2) Workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran PAKEM Berbasis

Kompetensi terhadap guru-guru Sosiologi SMA di Kabupaten/Kota Sumatera Barat 3) Implementasi Pembelajaran Pakem Dalam Bentuk Lesson Study Berbasis MGMP Sosiologi Pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat 4) Workshop Perancangan Instrumen Sumatera Barat 5) Workshop Pembuatan Media Pembelajaran Sosiologi Sosiologi SMA pada Kabupaten Kota se Sumatera Barat 6) Pelatihan Penerapan Pembelajaran ber Karakter Bagi Guru Sosiologi SMA se Propinsi Sumatera Barat 7) Pelatihan Pemanfaatan Sarana Laboratorium Sosial dan Perancangan Bahan Ajar Berbasis Fakta Kontekstual bagi Guru Sosiologi SMA pada Kabupaten Kota di Sumatera Barat c. Mata Pelajaran Geografi dan Pemanfaatan Fenomena Sosial di lingkungan sekitar sebagai Sumber Belajar bagi Guru Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Sosiologi Berdasarkan Indikator Pencapaian KD Pada Kabupaten/Kota di

35

1) Workshoop pengembangan perangkat pembelajaran bagi guru geografi, meliputi: a. Analisis SK-KD b. Perumusan Indikator pencapaian dari Kompetensi, khususnya indicator pada aspek kognitif yang lebih tinggi (C4-C6) baik dalam kognitif dalam bentuk proses maupun produk c. Perumusan tujuan pembelajaran sehingga guru mempunyai pemahaman dan kemampuan yang optimal dalam merumuskan tujuan pembelajaran, yang meliputi Audience, behavior, condition dan degree (ABCD) d. Rancangan penilaian kognitif, kisi dan analisis soal e. Penyusunan Silabus f. Pengembangan RPP, terutama kegiatan pembelajaran adopsi model pmeblejaran inovatif 2) Pendampingan guru dalam pendalaman materi geografi yang sulit bagi guru diantaranya adalah: peta dan pemetaan, penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG), dan materi yang dianggap guru bersifat abstrak yaitu tentang konsep, prinsip dan pendekatan geografi 3) Workshoop perancangan dan pengembangan proposal PTK/Lesson Study 4) Pendampingan guru dalam melaksanakan PTK/Lesson Study

Implementasi yang menunjang pembelajaran:


a. Kemendiknas Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Paraiaman perlu mewujudkan sebuah pustaka sekolah dengan petugas pustaka yang profesional; melengkapi buku

36

sumber di perpustakaan sesuai kebutuhan siswa; melengkapi fasilitas seperti laboratorium dan perangkat pembelajaran lainnya seperti infocus. b. Untuk meningkat kompetensi guru, Kemendiknas Kota Pariaman dan Kabupaten Pariaman perlu melakukan pemerataan pelatihan bagi guru-guru. c. Kemendiknas Kota Pariaman dan Kabupaten Pariaman perlu meningkat program pengawasan/supervisi baik melalui tenaga pengawas maupun Kepala Sekolah. d. Meningkatkan komunikasi antara dinas pendidikan ,sekolah dan komite harus.

e. Kepala sekolah perlu meningkatkan substansi pengawasan terhadap semua program perencanaan yang dikembangkan dan pelaksanaan pembelajaran.

G. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan peta kompetensi siswa SMA tiap pokok bahasan untuk mata pelajaran yang di-UN-kan, dan analisis faktor penyebab siswa tidak menguasai pokok bahasan tertentu di kota Pariaman dan kabupaten Padang Pariaman dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Penguasaan siswa terhadap mata pelajaran yang di-UN-kan selama tiga tahun ajaran terakhir menunjukkan peningkatan. Untuk kota Pariaman pada tahun ajaran 2007/2008 persentase siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minmal (KKM > 60,00) berkisar antara 60 persen sampai 97,5 persen, tahun ajaran 2008/2009 antara 57,5 persen sampai 100 %, dan pada tahun ajaran 2009/2010 antara 60 persen sampai 95 persen. Sementara untuk kabupaten Padang Pariaman, daya serap siswa terhadap mata pelajaran yang di-UN-kan sedikit lebih rendah dibanding kota Pariaman, dan cenderung tetap. Persentase siswa dengan KKM > 60,00 pada tahun ajaran 2007/2008 berkisar anatar 52,5 persen, tahun ajaran 2008/2009 antara 52 persen sampai 92,5 persen, dan pada tahun ajaran 2009/2010 antara 52,5 persen sampai 95 persen. Artinya dari sebaran jumlah siswa dengan KKM > dari 60,00, masih ditemukan siswa dengan KKM < 60,00 37

meskipun angkanya di bawah 42,5 persen untuk kota Pariaman, dan 48 persen untuk kabupaten Padang Pariaman. 2. Faktor penyebab siswa tidak menguasai pokok bahasan tertentu untuk mata pelajaran yang di-UN-kan di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman dapat dikelompokkan berdasarkan delapan standar pendidikan nasional. Berdasarkan standar isi, terdapat dua point utama terkait dengan masih belum dikuasainya kompetensi tertentu oleh siswa: pertama, silabus yang digunakan guru sebagian isinya masih disalin dari silabus yang ada, kedua, tugas tersturktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur belum dipolakan dengan baik oleh guru dalam silabus yang ada. Hal ini karena, belum meratanya sosialisasi juknis tahun 2010. Dari standar isi adalah sebagian RPP sudah disusun guru, tetapi belum sepenuhnhya mengacu pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Hal ini misalnya dapat dilihat dari rancangan RPP yang ada bahwa rumusan indikator masih terbatas pada aspek kognitif tingkat rendah (C1-C3). Tujuan juga belum memenuhi unsur A, B, C, D. Belum ada pembedaan antara materi dalam bentuk fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Dari segi pembelajaran yang dilakukan belum berorientasi siswa karena metode yang digunakan pada umumnya adalah dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, pembelajaran juga tidak selalu didukung dengan penggunaan media yang dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk bertperan lebih aktif dalam pembelajaran. Disisi lain, supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah hanya satu kali setiap semester, dan hanya terbatas pada persyaratan administrasi. Artinya supervisi hanya melihat ada atau tidaknya perangkat pembelajaran disiapkan guru. Berikut dari standar kompetensi lulusan, belum semua guru memfasilitasi siswa mencari informasi dari berbagai sumber informasi. Sebagian guru juga belum mengoptimalkan pembelajaran karakter. Dilihat dari standar pendidikan dan kependidikan, secara umum dari kualifikasi guru tidak ditemukan penyebab yang berarti tetapi dari segi kompetensi, belum ada guru yang mengembagkan bahan ajar sendiri baik dalam bentuk modul, dan LKS. 38

Pelatihan yang diikuti guru juga sangat terbatas dalam kegiatan MGMP. Selanjutnya dilihat dari standar sarana dan prasrana, pada umumnya pada sekolah yang ada, tidak tersedia ruang laboratorium yang representatif untuk mata pelajaran kimia, biologi dan fisika. Jumlah buku paket juga tidak seimbang dengan jumlah siswa. Terakhir standar penilian, pada umumnya penilaian yang digunakan guru belum bersifat otentik, penilaian terbatas pada penilaian tradisional yaitu dalam bentuk tes tertulis (objektif dan essay). Rancangan kriteria penilianan yang dikembangkan oleh sebagian guru pada silabus tidak diinformasikan kepada siswa pada awal semester, 3. Alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan dapat dikelompokkan atas tiga bagian yaitu: (a) workshop pengembangan perangkat pembelajaran meliputi: analisis SK-KD, perumusan indicator pada tingkat yang lebih tinggi, perumusan tujuan, penjabaran materi pembelajaran, pengembangan kegiatan pembelajaran, pengembangan model-model pembelajaran dan implementasinya ke dalam RPP, pengembangan silabus dan RPP secara utuh, (b) pendampingan dalam pengembangan materi sesuai bidang study yang masih bermasalah, (c) workshop bagi guru dalam merancang lesson Study dan mendampingi guru dalam melaksankan lesson study. Saran Berdasarkan permasalah yang ditemukan di lapangan sejauh penelitian ini ada beberapa saran yang dapat dikemukakan saran seperti di bawah ini. Belum dikuasainya pokok bahasan tertentu mata pelajaran yang di-UN-kan sebagaimana disebutkan di atas diantaranya adalah karena, sebagian silabus yang digunakan guru masih disalin dari silabus yang ada, terutama rumusan indikator. Rumusan indikator juga masih terbatas pada aspek kognitif tingkat rendah (C1-C3). Sementara pembelajaran yang diselenggarakan juga tidak selalu mengacu pada RPP 39

yang sudah dirancang. Hal ini terkait dengan masih lemahnya supervisi yang dilakukan kepala sekolah hanya pada pemenuhan administrasi. Oleh karena itu, untuk dapat menunjang pembelajaran dengan baik maka kepala sekolah semestinya melakukan supervisi secara optimal dan tidak hanya untuk syarat administrasi. Terkait dengan supervise ini, perlu control yang baik dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten/kota untuk melakukan supervise sekolah berdasarkan rambu-rambu yang ada. Perbaikan mutu pendidikan sekolah juga perlu dukungan pihat perguruan tinggi terutama dalam melakukan pendampingan bagi guru dalam mengembangkan operangkat pembelajaran, merancang bahan ajar dan kegiatan dampingan guru dalam melaksanakan lesson study.

DAFTAR PUSTAKA Adams, Anna R. (1999). Industry Standars Based Curiculum. Australian National Training Authority Anonim, (2000). Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta. Depdiknas. Dikmenum. Arends, Richard. (2008). Learning to Teach, Avenue of the Americas New York, NY 10020: McGraw-Hill Companies, Inc 1221. Bloom et al. (1956). Taxonomy of Educational Objevtives: The Classification of Educational Goals. New York: Mc Kay. Creswell. (2010). Mixed Method, Pustaka Pelajar Delor, J. 1996. Belajar Harta Karun di Dalamnya: Laporan kepada UNESCO dari komisi Indonesia tentang Pendidikan untuk abad 21. Unesco: Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menenggah, (2004). Kerangka Dasar Pengembangan Silabus Dan Sistem Penilaaian Hasil Belajar Siswa SLTP Berbasis Kompetensi. Handout Untuk Pelatihan. Jakarta.

40

Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menenggah, (2004). Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instruktur Materials). Handout Untuk Pelatihan Jakarta. Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional; Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah; Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Gie, The Liang. 1994.Cara Belajar yang Efisien buku I Yogyakarta: Liberti Hamalik, Oemar. (1989). Evaluasi Kurikulum. Bandung. Remaja Rosdakarya Hanafiah, M. Yusuf, dkk. (1994). Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi. Jakarta : Badan Kerjasama PTN http://en.wikipedia.org/wiki/ishikawa _diagram http://www.mindtool.com/pages/article/newTMC_03.com http://tintaungu.wordpress.com/2010/01/08/diagram-tulang-ikan-ishikawa Majid, Abdul (2005). Perencanaan Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Uno, Hamzah B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Sukmadinata, Nana Syaodih.(2004). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya. Yulaelawati, Ella (2004). Kurikulum Dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi. Bandung : Pakar Raya.

41

Anda mungkin juga menyukai