Anda di halaman 1dari 11

BAB III KONSEP PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN JARINGAN PENGUMPUL DAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Dalam membuat suatu perancangan instalasi air limbah diperlukan suatu teori dan rumus yang dapat dijadikan sebagai acuan agar hasil perancangan yag telah didapatkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Berikut teori dan rumus yang digunakan dalam mendesain instalasi pengolahan air limbah Kota Banda Aceh:

3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk

Ada 2 metode yang digunakan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk yaitu: a. Metode Aritmatika Metode ini berdasarkan hipotesis bahwa rata-rata pertumbuhan adalah konstan. Hipotesa ini dapat diuji dengan menguji apakah pertumbuhan dari suatu komunitas mengalami peningkatan setelah dilakukan sensus. Secara metematis, hipotesis ini dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut: Pn = Po + Ka (Tn-To) Ka = (P2-P1) / (T2-T1) di mana Pn : Jumlah penduduk yang dicari Po : Jumlah penduduk tahun awal Ka : Laju pertumbuhan P1 P2
: :

Jumlah penduduk pada data tahun awal Jumlah penduduk pada data tahun akhir b. Metode Geometri Metode geometrik digunakan dengan asumsi populasi yang diproyeksikan dengan laju pertumbuhan yang berubah, rata-rata hasil menurut perbandingan setiap dekade digunakan dan dapat digunakan untuk jangka pendek 1-5 tahun. Secara matematis dapat ditulis dalam bentuk: Pn = Po (1 + r)n

di mana Pn = Jumlah Penduduk yang dicari Po = Jumlah penduduk yang diketahui

r n

= Laju pertumbuhan penduduk Kota Banda Aceh = tahun yang akan dicari - tahun yang diketahui

3.2 Menentukan Service Area dan Lokasi IPAL

Service area didefinisikan sebagai total suatu wilayah yang akan dilayani oleh fasilitas pengolahan air limbah. Pada saat menentukan service area, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan agar pelayanan dapat terlaksana secara maksimal. Faktorfaktor tersebut antara lain sebagai berikut: a. Kondisi fisik dan geografis wilayah yang akan dilayani (seperti kontur, fasilitas jalan, sungai, rel kereta api, dll) b. Kepadatan penduduk serta proyeksinya hingga desain tahun pelayanan dari wilayah yang akan dilayani c. Mengetahui land use dari wilayah yang akan dilayani d. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di wilayah yang akan dilayani e. Campur tangan pihak berwenang (seperti: pemerintah, pihak swasta, instansi terkait) Sama halnya dalam menentukan service area, penentuan lokasi IPAL juga memiliki beberapa persyaratan yang harus dilakukan agar keberadaan IPAL tersebut tidak mengganggu masyarakt serta lingkungan di sekitar lokasi IPAL. Beberapa ketentuan dalam menempatkan IPAL adalah sebagai berikut: a. IPAL harus diletakkan pada wilayah dengan elevasi rendah sehingga dapat menghemat energi dengan menggunakan asas gravitasi dalam sistem transmisinya b. IPAL diletakkan pada daerah yang diisolasi atau daerah yang tidak potensial untuk berkembang c. Area pada lokasi IPAL harus luas sehingga memungkinkan apabila terjadi pelebaran d. Lokasi memiliki kemungkinan untuk membuang hasil akhir limbah seperti debu, lumpur, dan pasir e. Bukan lokasi yang rawan banjir f. Lokasi memiliki akses transportasi sepanjang musim g. Lokasi terletak dekat dengan badan air yang besar untuk disposal

h. Kemampuan dari lahan lokasi untuk menahan struktur i. Lokasi memiliki kemiringan dengan elevasi sedang sehingga mencegah kemungkinan terjadinya erosi j. Mengecek atau mengevaluasi keadaan geografis lokasi (flora, fauna, arkeologikal)

3.3 Menghitung Timbulan Limbah Cair

Timbulan limbah cair suatu perkotaan akan berbeda dengan yang limbah yang dihasilkan kota lain. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan timbulan limbah cair ini (Sumber: Wastewater Treatment Plant, Planning, Design, and Operation. Syed R. Qasim), yaitu: a. Iklim b. Lokasi geografi c. Kondisi sosial ekonomi penduduk kota d. Tingkat industry e. Suplai air yang terukur f. Retribusi air bersih g. Krisis air saat musim kemarau Variasi komponen timbulan air limbah dari suatu perkotaan (Sumber: Wastewater Treatment Plant, Planning, Design, and Operation. Syed R. Qasim) adalah: a. Residential water use Merupakan timbulan air limbah yang berasal dari kegiatan domestik atau rumah tangga masyarakat perkotaan sehari-hari, seperti untuk mandi, mencuci, toilet flushing, dan memasak. b. Commercial water use Kegiatan komersial ini meliputi perhotelan, perkantoran, pusat perbelanjaan, bioskop, rumah sakit, dan lainnya. Perhitungan limbah ini menggunakan perbandingan/ ratio dari kebutuhan air domestiknya. c. Industrial water use Timbulan air limbah industri suatu perkotaan dihitung berdasarkan banyaknya kegiatan industri di suatu perkotaan tersebut. Biasanya limbah cair yang dihasilkan industri kecil memiliki proporsi 20%-30% dari total air limbah perkotaan. d. Public water use

Timbulan limbah cair untuk keperluan umum terbagi atas fasilitas untuk bangunan umum, seperti sekolah, penjara, dan balai kota serta fasilitas untuk pelayanan umum, seperti pembersihan jalan, pemadam kebakaran, dan irigasi taman kota. Jumlah kebutuhan air untuk fasilitas umum ini biasanya berjumlah 8%-15% dari total kebutuhan air. e. Water unaccounted for Biasanya berupa kebocoran pipa dari instalasi air bersih dan nilainya bergantung pada kualitas perpipaan tiap perkotaan.

3.4 Estimasi Timbulan dan Karakteristik Limbah Cair

Estimasi timbulan limbah cair adalah asumsi banyaknya limbah yang akan diolah di IPAL. Timbulan limbah cair berasal dari penggunaan air untuk kebutuhan aktivitas manusia. Timbulan limbah cair di wilayah pelayanan IPAL Kota Banda Aceh ini berasal dari limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan, limbah yang berasal dari fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, kantor, dan fasilitas lainya. Timbulan limbah cair ini memiliki debit maksimum pada waktu tertentu dalam sehari. Debit maksimum adalah debit rata-rata kebutuhan air dikalikan dengan faktor puncak. Faktor puncak dapat dihitung dengan persamaan FP = 4,02 (0,0864.Qavg) -0,154.

3.5 Perencanaan Jaringan Pengumpul

Jaringan pengunpul air limbah berfungsi untuk mengumpulkan air limbah dari sumber limbah sampai ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) hingga air limbah tersebut memenuhi baku mutu air buangan sehingga aman dibuang ke badan air. Prinsip yang harus diperhatikan dan dipraktekan dalam perencanaan jaringan pengumpul adalah panjang jaringan terpendek dan diameter pipa terkecil, serta sedikit penggunaan pompa pada jaringan. Langkah-langkah perencanaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. b. c. d. Penetapan wilayah yang akan dilayani Identifikasi jumlah timbulan limbah yang dihasilkan tiap area pelayanan Identifikasi kontur tiap wilayah Menganalisa dan membuat jaringan pengumpul air limbah dengan memperhatikan

kontur wilayah yang dilayani dari sumber limbah sampai ke IPAL. Wilayah yang dianalisa

sulit untuk dijangkau dimungkinkan untuk tidak mendapatkan pelayanan jaringan pengumpul air limbah dengan pertimbangan ekonomi dan realitas. e. Mendesain besarnya pipa yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan kecepatan air

yang mengalir dalam pipa, elevasi mata air pada pipa serta, serta besarnya free board f. Menentukan lokasi manhole

Dalam pembangunan jaringan pipa tidak dilakukan pentahapan, dikarenakan umur pipa 0 tahun, sesuai periode pelayanan.

3.6 Hierarki Pemipaan Dalam Jaringan Pengumpul Air Limbah Penetapan Hierarki pemipaan air limbah dapat didasarkan oleh berbagai hal, seperti layout jaringan pemipaan maupun ukuran dimensi pipa tersebut. Pipa Persil Diletakkan di dalam halaman rumah Penempatan di kedalaman (0,45-0,6) m Diameter minimum 4-6 Kemiringan tidak lebih dari (1-2)% Diameter pipa dihitung berdasarkan debit puncak Pipa Servis (Tersier) Dapat diletakkan di bawah trotoar atau bagian belakang antar bangunan Penempatan di kedalaman awal 0,6 m Diameter minimum 6 Kemiringan tidak lebih dari (0,6-1)% Diameter pipa dihitung berdasarkan debit puncak rata-rata pipa persil Satu seksi pipa servis dapat melayani 50 bangunan Pipa Lateral (Sekunder) Dapat diletakkan di bawah trotoar Penempatan di kedalaman 1-1,2 m Penempatan di kedalaman awal (hulu) tidak boleh melebihi 0,6 D dan pada bagian hilir tidak melewati 0,8 D Diameter lebih dari 12 dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi aliran Pipa Cabang (primer) Pipa Utama (induk)

Penggunaan dan pemilihan pipa didasarkan atas beberapa pertimbangan, seperti ketersediaan ukuran, kekuatan konstruksi, ketahanan terhadap asam dan alkali, kuat dan tahan terhadap korosi serta mudah dalam pemasangan dan perawatan. Kriteria letak pipa yang ideal adalah sekitar 1 meter di bagian hulu dan maksimum 7 meter pada bagian hilir. Jika telah mencapai kedalaman 7 meter pada bagian hilir maka aliran air perlu dinaikan dengan pompa, karena bila tidak menggunakan pompa, aliran air limbah tidak dapat mengalir dengan semestinya. Oleh karena itu sebelum membuat jaringan pipa, sebaiknya menganalisa kontur wilayah terlebih dahulu agar dapat meminimalisasi penggunaan pompa. Penggunaan pompa digunakan seefisien mungkin agar mengurangi pembiayaan konstruksi dan perawatan. Ada beberapa jenis dan bahan yang sering digunakan, yaitu: Asbestos Cement Pipe (ACP)

Pipa ini terbuat dari bahan semen Portland dan serat asbes sehingga mempunyai permukaan yang halus. Kelebihan dari pipa jenis ini dapat digunakan dalam keadaan asam yang tidak terlalu tinggi dan air asin, tahan korosi, mudah dan murah dalam pekerjaan konstruksi karena ringan, mudah dipotong dan disambung. Pipa Tanah Liat

Pipa jenis ini tersedia dalam diameter yang kecil sehingga hanya dapat digunakan untuk pipa persil dan service. Kelebihan dari pipa ini adalah harganya yang lebih murah daripada pipa beton tetapi konstruksi pipa tidak terlalu kuat. Pipa Beton

Pipa jenis ini mempunyai sifat tidak tahan terhadap korosi dan mempunyai konsentrasi asam atau basa yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi umur pipa. Kelebihan pipa beton adalah memiliki konstruksi yang kokoh, mudah dalam pemasangan, dan banyak tersedia di lapangan. Pipa Besi Tuang (CIP)

Pipa ini terbuat dari besi dan biasanya dilapisi semen agar permukannya rata sehingga harganya menjadi lebih mahal. Kelebihan dari pipa jenis ini adalah sifatnya sangat kuat, tahan lama dan tahan korosi, sehingga pipa ini cukup banyak digunakan. Pipa Baja

Pipa ini terbuat dari baja dan mempunyai sifat tahan terhadap tekanan dan tumbukan serta cocok sekali bila dipasang pada daerah-daerah yang labil seperti daerah perlintasan sungai dan jalan.

Pipa Polyetilen (PE)

Pipa ini menggunakan bahan polyetilen yang bermutu tinggi dan diperoleh dengan stabilizer untuk saluran air. Pipa ini tahan terhadap abrasi, tahan terhadap benturan, tahan terhadap bahan kimia, lentur, cepat dan mudah dipasang, ringan serta tahan terhadap cuaca. Pipa polyetilen diproduksi dan diuji agar memenuhi standar ISO-4427 (saluran air). Pipa polyvinyl Chloride (PVC)

Polyvinyl chloride (PVC) adalah pipa yang terbuat dari plastik dan beberapa kombinasi vinyl lainnya. Pipa ini bersifat ringan, mudah dalam penanganan, tahan air, kedap air, halus dan fleksibel. Selain itu, pipa ini memiliki sifat tidak berkarat atau membusuk. Walaupun banyak digunakan tetapi pipa jenis ini tidak mempunyai semua ukuran sehingga yang mempunyai debit yang besar harus menggunakan pipa jenis lain. Di Indonesia standard ukuran yang dipakai untuk sistem perairan rumah tangga atau lainnya adalah standard JIS (Japanese Industrial Standard), sedangkan untuk PDAM biasanya memakai standard Nasional SNI.

Jenis-Jenis Ukuran Pipa PVC inch Cm 1 1/4 3 1/8 1 1/2 3 2 5 2 1/2 6 3 7 4 10 5 12 6 15 8 20 10 25 Sumber: Japanese Industrial Standard Tabel 10. Jenis-jenis Ukuran Pipa

3.7 Hierarki Perencanaan Ketinggian muka Air di Dalam Pipa

Aliran air buangan dalam pipa pengumpul air kotor normalnya adalah aliran dengan gaya gravitasi, tidak diperbolehkan dalam keadaan tertekan dan dalam keadaan penuh karena air limbah mengalami biodegradasi dan menghasilkan gas seperti H2S sehingga membutuhkan ruang kosong dalam pipa kecuali, pada saat pemompaan. Aliran air dalam pipa dinajurkan memiliki perbandingan maksimum antara kedalaman air (d) dan diameter pipa desain (D) yaitu sebesar <0,8.

3.7 Kriteria Perencanaan Diameter dan Kecepatan Aliran Dalam Pipa Kecepatan aliran dalam pipa minimal sebesar 0,6 m/s agar menghindari terjadinya pengendapan dan maksimal sebesar 2,9 m/s untuk menghindari erosi material pipa akibat aliran air yang terlalu besar. Pengecualian terjadi pada sistem pemompaan yaitu aliran air yang dipompa memilki kecepatan sebesar 3 m/s.

Persamaan Manning :

....(1)

di mana : v = kecepatan dalam saluran/pipa, m/s R = jari-jari hidrolik (Luas/keliling basah), m D = diameter pipa, m Q = debit air dalam pipa, m3/s S = kemiringan saluran, m/m n = koefisien kekasaran Manning Persamaan Kontinuitas : Jari-jari hidrolis asumsi 2/3 penuh : Luas basah asumsi 2/3 penuh : ............(2) ( )( ( ) ....(3) ) ..... (4)

substitusikan ke persamaan (3)

( )( ................ (5) = 218,94 disubstitusi ke persamaan (4), sehingga: (


o

) ............................... (6)

Substitusi persamaan (6) ke persamaan (1) : ...........(7) Substitusi persamaan (6) dan (7) ke persamaan (2) sehingga:

Dengan demikian, diameter pipa dapat dihitung sebagai berikut: ( )

Koefisien kekasaran tergantung pada material dan umur pipa. Nilai C yang umum digunakan disajikan pada table berikut. Material Concrete Verified clay Cast iron Brick Corrugated metal pipe Asbestos Cement Plastic Earthen Channel Nilai n 0,011 0,015 0,011 0,015 0,011 0,015 0,013 0,017 0,022 0,025 0,013 0,015 0,011 0,015 0,030 0,035

Sumber : Syed R. Qasyim, Water Works Engineering hal. 163 Tabel 11 . Nilai n pada persamaan Manning

Untuk aliran penuh (pipa bertekanan) dimana tekanan dalam pipa lebih besar dibandingkan dengan tekanan atmosfer, dapat digunakan Persamaan Hazen-Williams:

Pada desain aliran penuh, di pipa harus disediakan air release valve di setiap tikungan untuk menjaga aliran tetap dalam kondisi penuh.

di mana : Q = debit air dalam pipa, m3/s D = diameter pipa, m S = kemiringan saluran, m/m C = koefisien kekasaran (Hazen-William) sehingga, diameter pipa dapat dihitung: ( Kecepatan aliran dalam pipa: )

Description Pipe Small and straight cast iron New 5 years old 10 years old 15 years old 20 years old 30 years old Concrete or cement lined Welded steel, new pipe Asbestos cement Plastic

140 130 120 110 90 100 75 90 120 120 120 140 150

Sumber : Syed R. Qasyim, Water Works Engineering hal. 166 Tabel 12 . Koefisien Kekasaran Hazel-William

3.8 Pengecekan Elevasi Muka Air Dalam Jaringan Perpipaan

Dengan mengetahui kedalaman air yang mengalir dalam pipa pengumpul air limbah sangat penting diketahui untuk memastikan apakah tersedia ruang yang cukup untuk akumulasi gas H2S yang terbentuk dan untuk mengetahui kedalaman air minimum yang diperlukan untuk mengalirkan air limbah.

Kedalaman air dapat diketahui dengan menggunakan: Rumus Manning: ( ) Persamaan Kontinuitas: ; dimana Keterangan: D = diameter pipa desain d = ketinggian air dalam pipa Dari persamaan Manning dan kontinuitas tersebut, maka diperoleh: ( ) dan

Maka, kedalaman air dalam pipa: ( )

Nilai d minimum sebaiknya lebih dari 5 cm agar kotoran dalam air limbah masih bisa mengalir.

Anda mungkin juga menyukai