Anda di halaman 1dari 31

FEBRIS

Sastia Winda A

PENDAHULUAN Suhu pasien biasa diukur dengan termometer air raksa, tempatnya dapat di aksila, oral, atau rektum Normal berkisar 36,5:-37,2:C Subnormal di bawah 36:C Demam di atas 37,2:C Hiperpireksia: sampai 41,2:C atau lebih Hipotermi: di bawah 35:C

Biasanya terdapat perbedaan pengukuran suhu di aksila, oral maupun rektal Perbedaan berkisar 0,5:C, suhu rektal lebih tinggi dari oral Pada Px yang banyak berkeringat atau dengan frekuansi pernapasan yang tinggi, lebih baik diukur suhu rektal karena perbedaan suhu di berbagai tempat dapat mencapai 2-3:C

Fever: An elevation of normal body temperature in conjunction with an increase in the hypothalamic set point. Infectious causes are common. Hyperpyrexia: Temperatures 41.5C (106.7F) that can occur with severe infections but more commonly occur with CNS hemorrhages

(Sarwari, Mackowiak, 1999)

VARIASI TEMPERATUR NORMAL TUBUH MANUSIA

37.5

37
36.5

06.00

16.00-18.00

06.00

16.00-18.00

06.00

(Sarwari, Mackowiak, 1999)

DEMAM
Temperatur tubuh pada jam 00.00 12.00: > 37.20C pada jam 12.00 24.00: > 37.70C

HIPERPIREKSIA
Temperatur tubuh > 41.20C

HIPOPIREKSIA
Temperatur tubuh < 350C

(Dinarello, Gelfand, 2005)

Metode pengukuran

Normal temperature range Kisaran temperatur normal 36,6 C sampai 38 C (97,9 F hingga 100,4 F)

Dubur

Mulut

35,5 C sampai 37,5 C (95,9 F hingga 99,5 F)

Axilla

34,7 C sampai 37,2 C (94,5 F hingga 99,1 F)

MEKANISME DEMAM
Pengaturan temperatur tubuh:

hukum permintaan dan penyediaan


Jika temperatur tubuh melebihi batas toleransi

Terjadi pelepasan panas lebih banyak


Jika temperatur tubuh kurang dari batas normal

Produksi panas meningkat Pelepasan panas berkurang

Pathogenesis of fever & response of acute phase


Fever response: - Increased of temperature - Immunological exchanges ( B lymph. Proliferation) - Endotoxin exchanges Acute phase response:

- Physiological exchanges
(anorexia)

( cathecolamine level)

- Increased of C reactive protein, fibrinogen, feritin - Decreased of albumine - Increased of sirculated neutrophils
Autonomic nerve system: physiological response (chill, vasoconstriction)

Cerebral cortex: behavioral exchanges

set point

Systemic antipyretics
Pyrogen endogen: IL-1, IL-6, TNF, IFN
monocytes, macrophages

central intrinsic antipyretics

CAMP PGE2

Hypothalamic thermoregulatory center

Surface of endothelial circumventricular organ

Systemic circulation

Other organs system: lever, bone marrow, adrenal gland, muscle

impetus pyrogen exogen


toxin injury inflammation immunologic disorder

infection

Pada suhu 39:C


Produksi Ab dan proliferasi sel limfosit T Meningkat 20X dibanding temperatur normal (37:C)

Tubuh memberikan peluang kerja optimal untuk sistem pertahanan tubuh

DEMAM
Terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleg pirogen eksogen Dapat berasal dari mikroorganisme atau hasil seaksi imonoligik yang tidak berdasarkan suatu infeksi

Pirogen adalah suatu protein yang identik dengan IL-1

Di dalam hipotalamus pirogen merangsang pelepasan asam arakidonat

Mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2

IPD FKUI, Hal 1697

Demam kontinyu

variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat variasi diurnal antara 1,0-1,5:F (0,55 0,82: C ) Pneumonia, gram negatif, riketsia, demam tifoid, SSP

Demam siklik

kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti kenaikan suhu seperti semula

Demam septik

suhu tubuh berangsur naik ketingkat yang ti nggi sekali pada malam hari turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat.

Demam remiten

suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal

Demam intermiten

suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Variasi normal lebar > 1: C, suhu terendah mencapai suhu normal

fever of undiagnosed origin (FUO)

seorang Px mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan di atas 38,3:C tetap belum ditemukan penyebabnya walau telah diteliti selama 1 minggu sec intensif dengan menggunakan sarana lab dan penunjang medis lain

Pendekatan Diagnostik Demam


Pola Demam : Demam persisten (sustained fever) merupakan keadaan demam di mana kenaikan suhunya menetap (persisten) dengan variasi minimal. Demam terjadi pd hari pertama dan ketiga tertianPlasmodium vivax Demam quartanserngan hari pertama dan ke empat Infeksi P.malariae

Demam relapsing (kumat-kumatan) Infeksi Borellia dan karena gigitan tikus. Demam Pel-Ebstein berlangsung 3-10 hari dan diiukuti periode afebris 3-10 hari peny.Hodgkin dan jenis-jenis limfoma. Neutropenia klasik demam setiap 21 hari sekali dan menyertai neutropenia siklik. Demam intermitten,hektik dan septik infeksi dlm atau pd infeksi sistemik, kelainan malignitas dan demam obat.

Demam remitten suhu tubuh menurun tdk pernah mencapai normal TBC, Peny.virus, banyak infeksi bakteri.

ONSET
ONSET Meningkat mendadak (+) menggigil Malaria Infeksi patogen piogenik Infeksi virus Meningkat berkala Infeksi subakut / kronis: Infeksi patogen piogenik Infeksi virus Demam tifoid Bruselosis Tuberkulosis CONTOH

SeroImunologi Mikrobiologi Hemato Kimia Klinis

Interpretasi titer serologik, kenaikan titer ulangan sebesar 4X atau lebih dalam waktu 1 minggu menentukan penyebab penyakit Diagnosa infeksi akut, berpedoman pada keberadaan IgM.

Isolasi kuman

Pemeriksaan C-reaktif protein (CRP)

Virus Penyebab Dengue Cytomegalovirus (CMV) Epstein Barr Virus (EBV)

Jenis Uji IHA Blot IgM/IgG Anti-CMV IgM Elisa Anti-CMV IgG Elisa Paul Bunnel Anti EBV

Penyakit Demam Dengue (D) dan Demam berdarah D Infeksi Cytomegalovirus Mononukleosis Infeksiosa

Hepatitis A s/d E

Virus A s/d E, berbagai Komponen Anti Virus A s/d E


IFA Anti HIV-Elisa Anti HIV-Western Blot Anti HIV-Agli Partikel Anti HIV DEI Anti HIV Line Imun As

Hepatitis Akut

Coxiella burnetti Human immuno deficiency virus (HIV)

Demam Q AIDS AIDS AIDS AIDS AIDS

Penyakit Infeksi

Jenis Uji

Penyakit

Salmonella typhi
S.Paratyphi A/B/C Streptokokus

Widal Typhidot PCR


Widal ASTO

Demam tifoid
Demam paratifoid Demam reumatik

Mikobakteria
Leptospira spp Brucella spp Rickettsia spp Mycoplasma pneum Legionella Toxoplasma gondii Entamoeba histolitica Filaria spp Candida spp Histoplasma capsulatum

Myco Dot TB PAP Anti TB


MAT Aglutinasi Well Felix IF IF Elisa IgG/IgM IDT IFAT IHA atau IFAT IDT

TBC pulmonal dan TBC Ekstrapulmonal


Leptospirosis Brusellosis Ricketsiosis Mycoplasmosis Legionellosis Toksoplasmosis Amubiasis Filariasis Candidiasis Histoplasmosis

Endoskopi Indikasi penyakit demam yg lama yg disertai diare dan nyeri perut. ERCP (endoscopic retrograde choledocho pancreatography) kandung empedu, sal.empedu, dan pankreas.

Elektrokardiografi Kurang bermanfaat pd px demam tetapi dpt melengkapi dx pd px demam tifoid demam rematik,atau dipteri akibat adanya toksin pada jantung berupa carditis.

Biopsi
Untuk menentukan penyebab demam blm terdiagnosis. Biopsi pd kelenjar2 yg membesar atau massa tumor yg jelas dan mudah dicapai

Ultrasonografi (USG)
Scr khusus berguna untuk kelainan spt miksoma di atrium atau vegetasi didaerah katub2 jantung. Di daerah abdm kelianan terutama di hati, ginjal, retroperitoneal, dan jg gg didaerah pelvis.

(Terapi Tahap Terakhir)

Laparotomi Indikasi Penyebab demam adalah karena suatu kelainan utama di abdomen. Bermanfaat sekali pd penyakit2 yg masih diobati, spt abses lokal, limfoma dan penyakit autoimun.

Tx Ad Juvantibus
Usaha untuk mengatasi demam belum terdiagnosa jk tdk lagi dpt ditempuh jalan lain. Keadaan dimana diizinkan pemakaian tx ad juvantibus: 1. kloramfenikol utk persangkaan demam tifoid. 2. OAT utk persangkaan TB 3. aspirin utk demam rematik 4. antikoagulansia utk emboli paru 5. kortikosteroid utk keadaan spt lupus eritematosus sistemik atau reumatoid

Sinar Tembus
- Foto rontgen: dx kel.paru dan ginjal -Kolangiografi: dx kel. Di kuadran kanan atas abd sbg penyebab demam -Angiografi: dx emboli paru - Angiokardiografi: dx miksoma atrium - Limfangiografi: dx limfoma abdominal atau retroperitoneal.

Pencitraan
Banyak membantu untuk pmx khusus thd hati Scanning paru-paru emboli paru Scanning hati & paru abses di subdiafragma Scanning dgn gallium sitrat dpt memperlihatkan titik fokus infeksi di daerah abdominal. Scanning tulang belakang adanya metastase karena penggunaan sinar tembus konverisional.

KAPAN DEMAM HARUS DIOBATI


Tentukan keadaan suhu merupakan demam atau hipertermi hipertermi merupakan kenaikan suhu tubuh tanpa kenaikan set point hipotalamus. Pada keadaan hiperpireksi harus dilakukan pengobatan Ibuprofen aman bagi anak-anak Antiinflamasi non steroid indometasin dan naproksen Glukokortikoid merupakan preparat antipiretik yg poten.

Anda mungkin juga menyukai