Anda di halaman 1dari 4

Sarana untuk melaksanakan politik luar negeri ada dua macam yaitu 1). diplomasi , 2).

Perundingan dan perjanjian . Dalam arti luas diplomasi mencakup seluruh kegiatan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain Instrumen Diplomasi : Ada 2 macam instrumen yang dapat digunakan untuk melaksanakan diplomasi yaitu : 1. Departemen Luar Negeri 2. Perwakilan Diplomatik dari suatu negara yang ditempatkan di negara lain Fungsi Misi Diplomatik ( menurut Konvensi Wina ) 1. Mewakili negara pengirim di negara penerima 2. Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara penerima dalam batas-batas yang diijinkan oleh Hukum Internasional 3. Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima 4. Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara penerima sesuai dengan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara pengirim 5. Memelihara hubungan persahabatan antar kedua negara . Tingkatan-tingkatan Perwakilan Diplomatik : 1. Duta besar berkuasa penuh, yaitu perwakilan diplomatik yang mempunyai kekuasaan penuh dan luar biasa. 2. Duta, yaitu perwakilan diplomatik yang dalam menyelesaikan persoalan kedua negara harus berkonsultasi dahulu dengan pemerintahnya. 3. Menteri Residen, status menteri residen bukan sebagai wakil pribadi kepala negara melainkan hanya mengurus urusan negara 4. Kuasa Usaha, adlh perwakilan diplomatik yang tidak diperbantukan kepada kepala negara, melainkan kepada menteri luar negeri

5.

Atase-atase, adalah pejabat pembantu Duta Besar Berkuasa Penuh. Atase terdiri dari Atase Pertahanan dan Atase Teknis ( pendidikan, perdagangan, perindustrian dan lain-lain ) Tugas Duta Besar: Menurut Wijono Projodikoro, ada tiga tugas yang harus diemban oleh Duta Besar yaitu : 1. Melaksanakan Perundingan ( negotiation ) 2. Meneropong keadaan ( observation ) 3. Memberi perlindungan ( protection ) Konsul Jenderal : Hubungan antar negara yang bersifat non politis dapat dilakukan oleh konsuler yang dipimpin oleh Konsul Jenderal . Konsul memiliki tugas : 1. Bidang ekonomi : menggalakkan ekspor, promosi perdagangan 2. Bidang Kebudayaan dan ilmu pengetahuan, seperti pertukaran pelajar/ mahasiswa 3. Bidang-bidang lain seperti memberi paspor/visa, fungsi administrasi dan lain-lain

KETUA Komisi Luar Negeri DPR RI Mahfudz Siddiq meminta pemerintah bersikap lebih tegas terkait komitmen Indonesia kepada kemerdekaan Palestina. Ketegasan itu, menurut Mahfudz, bisa ditunjukkan pemerintah dengan membuka kantor perwakilan diplomatik di Palestina. Indonesia sendiri telah mengakui kemerdekaan Palestina pada 16 November 1988, atau sehari setelah Pemimpin PLO, ketika itu, Yasser Arafat mendeklarasikan berdirinya Negara Palestina dari tempat pengasingan di Aljazair. Sejak saat itu, Palestina memiliki kedutaan besar di Jakarta. Namun sayangnya, Indonesia belum memiliki kantor perwakilan di Palestina hingga kini. Saya mengusulkan, Indonesia harus makin mempertegas dukungan atas kemerdekaan Palestina. Salah satu caranya, segera buka perwakilan di Palestina, sebagai simbol bahwa Indonesia mengakui Palestina sebagai negara merdeka, kata Mahfudz, di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (27/9). Sementara itu, adanya opsi alternatif pemerintah, yakni Palestina menjadi negara peninjau di PBB, dinilai Mahfudz terlalu dini diajukan pemerintah. Seperti dilaporkan, dalam forum resmi Sidang ke-66 Majelis Umum PBB, Menteri Luar

Negeri Marty Natalegawa, memang mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB. Namun, Indonesia sempat mengusulkan opsi alternatif kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Opsi itu adalah Palestina menjadi negara peninjau, bukan anggota penuh PBB. Ketika disampaikan Menlu kepada Presiden Abbas sebelum Sidang PBB, opsi itu itu terlalu dini.

Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda, membuka kegiatan Conference dan Workshop bertema Promoting Initiatives on Disaster Risk Management, dalam rangka memperingati 50 Tahun Hubungan Diplomatik antara RI dan Selandia Baru. Selain Menteri Luar Negeri RI, hadir pula Menteri Pertahanan Sipil Selandia Baru Rick Barker sebagai ketua Delegasi Selandia Baru, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Amris Hassan, Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Phillip Gibson, Kepala BRR NAD-Nias Kuntoro Mangkusubroto, dan Ketua Wellington Regional Council, Fran Wilde. Duta Besar negara sahabat serta perwakilan dari Kantor Kedutaan Besar/Perwakilan Asing lainnya di Jakarta dan para ahli bencana alam serta pejabat dari berbagai instansi pemerintah juga turut hadir dalam acara pembukaan. Acara ini terselenggara berkat kerjasama antara Departemen Luar Negeri, KBRI Wellington, BRR NAD-Nias dan Natural Hazard of New Zealand (NHNZ). Pada sambutan pembukaannya, Menteri Luar Negeri menyatakan bahwa hubungan bilateral kedua negara, yang meliputi hubungan politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta people to people contact telah berkembang dengan baik. Hubungan baik tersebut terjalin lebih erat dengan tingginya perhatian Selandia Baru terhadap penanganan berbagai bencana di Indonesia. Penanganan bencana membutuhkan kerjasama di tingkatan bilateral, regional dan multilateral, mengingat bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, topan dan letusan gunung berapi, tidak mengenal batas wilayah dan tidak ada satu negarapun yang kebal terhadap bencana. Menurut Menlu RI, Indonesia selayaknya mempersiapkan diri terhadap bencana mengingat Indonesia terletak di kawasan cincin api Pasifik yang rawan bencana. Sementara itu, Duta Besar Amris Hassan menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menggalang kerjasama, sekaligus menjadi forum untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan perspektif mengenai penanganan bencana di antara para ahli bencana, terutama ahli-ahli Indonesia dan Selandia Baru. Selandia Baru merupakan salah satu negara yang turut berkontribusi pada penanganan bencana tsunami di Aceh dan Nias (2004-2005), dan gempa Yogya (2006).

Terdapat lebih dari 150 ahli bencana yang turut berpartisipasi dalam kegiatan Conference dan Workshop yang berlangsung hingga 6 Agustus 2008 ini. Para ahli di maksud antara lain berasal dari BRR NAD-Nias, NHNZ, Sekretariat ASEAN, ADB, Bank Dunia, Perwakilan Pemda Aceh dan Nias, Akademisi dan Lembaga Pemerintah dan Lembaga-lembaga Internasional lainnya. Dua puluh orang anggota Delegasi Selandia Baru yang hadir, dipimpin langsung oleh Menteri Rick Barker. Penyelenggaraan konferensi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan mengembangkan potensi kerjasama antara Indonesia dan Selandia Baru dalam penanganan resiko bencana. Bidang kerjasama di antara dua negara meliputi kebijakan dan kerangka kerja penanganan bencana, pendidikan dan pelatihan, kerjasama penelitian, dan pelaksanaan programa atau proyek dalam berbagai bidang khusus yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai