Anda di halaman 1dari 4

D. APLIKaSI BIDANG INDUSTRI 1. Teknik Perunut Radioisotop dalam Industri.

Radiovaksin Koksidiosis merupakan vaksin yang dikembangkan oleh BATAN dihasilkan dari radiasi ookista. Pengembangan teknik nuklir di bidang peternakan oleh BATAN ini bertujuan untuk meningkatkan produksi ternak sehingga menghasilkan protein hewani semurah mungkin. Salah satu aspek veteriner yang penting adalah pembuatan vaksin dengan radiasi. Vaksin yang dikembangkan oleh BATAN berupa Radiovaksin Koksidiosis yang dihasilkan dari radiasi ookista. Vaksin diberikan pada anak ayam berumur 10-12 hari. Dari uji coba laboratorium dan lapangan ternyata diperoleh hasil yang sangat menggembirakan. Tidak ada kematian pada ayam, pertumbuhan berat badan lebih cepat dan produksi ookistanya lebih sedikit dibanding dengan kontrol. Dalam proses industri teknik perunut radioisotop merupakan salah satu teknik nuklir yang digunakan dalam kegiatan industri. Dengan teknik ini hampir setiap karakteristik suatu proses industri termasuk kelainan yang terdapat pada sistem kerjanya dapat diketahui untuk kemudian dijadikan masukan informasi bagi pabrik dari industri bersangkutan. Kelebihan teknik radioisotop ini dapat diterapkan tanpa menggangu atau menghentikan proses produksi yang sedang berjalan, sehingga kerugian waktu atau kerugian ekonomi dapat dihindari. Teknik ini telah diaplikasikan antara lain pada industri semen, pupuk dan peleburan aluminium. 2. Aplikasi radiasi dalam pengawetan bahan makanan. Masalah utama yang dihadapi oleh produk bahan pangan di Indonesia adalah tingginya kerusakan pasca panen, termasuk akibat cemaran mikroorganisme dan serangga perusak pangan. Dalam upaya turut menanggulangi masalah tersebut PAIRBATAN telah melakukan penelitian pengawetan bahan makanan dengan sinar gamma Cobalt-60 sejak tahun 1968. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan pengawetan iradiasi gamma. Proses pengawetan ini merupakan proses dingin, pemilihan bahan pengemas lebih luas, daya tembus sinar gamma besar, tidak meninggalkan risidu kimia dan hemat energi.

Iradiasi banyak dimanfaatkan untuk berbagai aspek, misalnya membunuh serangga atau hama gudang mengantikan proses fumigasi untuk karantina sayuran dan buah, menunda pertunasan umbi-umbian, menunda kematangan berbagai jenis buah, mempercepat keempukan sayuran kering dan kedelai, membasmi salmonella, membasmi vibrio para haemollyticus, cacing dan cacing galang. Sampai saat ini sudah 33 negara termasuk Indonesia yang mengizinkan makanan iradiasi untuk dikonsumsi oleh rakyatnya dan lebih dari 70 jenis bahan makanan iradiasi sudah diizinkan dimakan oleh konsumen. Sementara itu Depkes Rl dengan SK Nomor 826/Menkes /PER/XII/1987 tanggal 29 Desember 1987 telah mengizinkan beberapa jenis makanan iradiasi beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu rempah-rempah dengan dosis maksimal 10 kGy, umbi-umbian dengan dosis maksimal 0,15 kGy dan bebijian dengan dosis maksimal 1 kGy. 3. Aplikasi radiasi dalam sistem produksi Distributed Control System (DCS) dan Nucleonic Control System (NCS) telah dipergunakan untuk mendeteksi berbagai kesalahan atau kelainan pada sistem kerja alat industri. DSC dan NSC akan secara otomatis melakukan pengendalian jika terdapat ada kelainan dalam operasi terutama dalam sistem produksi. 4. F. APLIKASI NUKLIR DIBIDANG PETERNAKAN Kegiatan penelitian pengembangan dan rekayasa (litbangyasa) BATAN untuk pemanfaatan pakan lokal sebagai pakan ternak ruminansia dilakukan dengan memanfaatkan teknik nuklir dan non nuklir untuk menguji pengaruh biologis dan kandungan nutrisi dari bahan-bahan pakan lokal yang tersedia di daerah. Suplemen pakan ternak ruminansia yang telah dihasilkan adalah Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dan Suplemen Pakan Multinutrient (SPM) yang secara efisien dapat mendukung pertumbuhan dan peningkatan bobot badan ternak serta produksi susu. Pakan Ternak Tambahan Bergizi Tinggi. Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peterak tradisional adalah rendahnya mutu pakan dengan kandungan serat kasar yang

tinggi, berupa jerami, rumput lapangan dan berbagai jenis hijauan lainnya. Jenis pakan ternak tersebut sulit dicerna dan tidak dapat memberikan zat-zat nutrisi yang berimbang untuk mendukung produktivitas yang optimal. Untuk mengatasi hal tersebut BATAN telah melakukan penelitian dengan memanfaatkan teknik perunut radioisotop yang berkaitan dengan proses fermentasi yang terjadi di dalam perut ternak ruminansia (kambing, sapi, kerbau). Tujuan penelitian adalah meningkatkan hewan ternak dalam memanfaatkan pakan secara efisien, melalui pendekatan-pendekatan dengan memperhatikan prinsip dan konsep dasar tertentu. Prinsip dan konsep yang mendasari penelitian ialah bahwa ada dua sistem yang harus diperhatikan dalam nutrisi ruminansia, yaitu: 1. Mikroba yang hidup dan berkembang di dalam lambung (rumen). Mikroba ini berperan dalam proses fermentasi dalam mencerna bahan-bahan makanan basal (pencernaan fermentatif). 2. Hewannya sendiri yang memanfaatkan produk pencernaan fermentatif dan zat-zat mekanan yang dapat langsung diserap tanpa melalui fermentasi. Adalah vaksin untuk penyakit koksidiosis pada anak ayam yang dibuat dengan teknik radiasi dan merupakan hasil kegiatan penelitian bersama antara Pusat Veterinaria Farma Surabaya, BATAN, dan Fakultas Kedokteran hewan IPB yang dilakukan sejak 1992. Kegiatan penelitian bersama ini didasari oleh kesadaran bahwa masih banyak masalah yang dihadapi peternak yang belum terpecahkan, terutama dalam penanggulangan ternak unggas. Berdasarkan Buku Tahunan Kesehatan Hewan Dunia (Annual Health Year Book) yang diterbitkan oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia tersebut, tercatat di dunia terdapat 226 jenis penyakit hewan menular penting, 87 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Sebanyak 11 jenis telah berhasil diberantas tuntas secara nasional pada tahun 1993. Dikelompokkan sebagai penyakit potensial dan penyakit ekonomis. Salah satu penyakit yang cukup banyak merugikan adalah koksidiosis yang disebabkan oleh endoparasit koksidia. Kerugian ekonomis oleh parasit ini setiap tahunnya rata-rata mencapai 9 milyar rupiah (berdasarkan perhitungan Economic Veteriner, 1988). Penyakit ini menyerang hampir semua jenis ternak sehingga menimbulkan gangguan terhadap upaya pengembangan ternak, terutama terhadap pengembangan ternak unggas

khususnya ayam ras. Upaya pengendalian dan pemberantasan koksidiosis dilakukan dengan pemberian obat farmasetik yang disebut koksidiostat. Namun penggunaannya belum optimal, bahkan bila penggunaannya tidak tepat dapat menimbulkan efek samping seperti terjadinya resistansi dan timbulnya keracunan yang akibatnya hampir sama dengan kerugian yang ditimbulkan oleh serangan parasitnya sendiri. Dengan kejadian itu timbul pemikiran untuk mencari alternatif lain dalam upaya pencegahan dan pemberantasan koksidiosis yaitu dengan jalan vaksinasi. Akan tetapi vaksin untuk koksidiosis belum ada dan umumnya vaksin untuk parasit sangat sulit pembuatannya bila dengan metoda teknologi konvensional. Sampai saat ini di dunia baru ada satu atau dua jenis vaksin untuk parasit seperti Babesiosis dan Theleriasis, inipun umur masa kadaluwarsanya sangat pendek, hanya 1-2 minggu saja

Anda mungkin juga menyukai