Anda di halaman 1dari 8

BAB VI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI DALAM PERSPEKTIF HINDU

KONSEP KUNCI 1. Sraddha, jnana dan karma sebagai kesatuan dalam yadnya 2. Kewajiban Menurut Ilmu dan Mengamalkan Ilmu 3. Tn Hita Karana dan Tanggung Jawab Terhadap Alam dan Lingkungan

KOMPETENSI DASAR Mahasiswa memahami ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam perspektif Hindu

INDIKATOR HASIL BELAJAR 1. Mahasiswa dapat menjlaskan tentang pentingnya memiliki ilmu pengetahuan yang luas 2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Karma-Yoga 3. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara ilmu dan Agama 4. Mahasiswa dapat menjelaskan pentingnya hutan lindung

MATERI A. SRADDHA JNANA DAN KARMA SEBAGAI KESATUAN DALAM YADNYA Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Ilmu dapat di pandang sebagai prodk, proses dan paradigma. Ethika ilmu pengetahuan berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Salah satu ciri teori keilmuan adalah berdaya ramah dan terbuka untuk diuji, dan dikembangkan dalam falsifikasi yang sahih ( Modul Akta V B, IA, 198211983). Ilmu dapat dibagi dua yaitu: 1. Ilmu dasar ( fundamental science) 2. Ilmu terapan (applied science)

Tujuan ilmu dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan tujuan ilmu terapan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Ilmu dasar juga mempunyai tujuan untuk mengetahui dan mendalami tentang alam dan semua isinya. Hasil-hasil yang telab dicapai ilmu dasar menawarkan sederetan alternativealternatif mana yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah praktis dalam masyarakat. Hasilhasil ilmu terapan itu masih harus ditransformasikan menjadi bahan atau prosedur teknik pelaksanaan suatu proses pengelolaan atau produksi. Jadi ilmu pengetahuan melahirkan prosedur disumbangkan kepada teknologi. Namun kalau suatu produk walaupun prosedurnya sudah bagus dan konstruksinya kuat kalau dipakai atau dimanfaatkan menyebabkan tidak nyaman apalagi tidak indah, tidak seni dalam penampilan tentu tidak akan menarik perhatian orang. Pengertian. seni menurut Leo Tolstoi ( pengarang novel Rusia 828-1910 dalam The;Liang Gie; 2004 : 70) mengemukakan bahwa seni adalah aktivitas manusia yang terdiri atas ini, bahwa seorang secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu nenyampaikan perasaan -perasaan yang telah dihayati kepada orang - orang lain sehingga mereka kejangkitan perasaan-perasaan ini dan juga mengalaminya. Sesuai dengan batasan ini memang umat Hindu khususnya di Bali mereka sudah dijangkiti oleh perasaan-perasaan seni dan langsung mengalaminya karena didalam kegiatan keagamaan mereka dituntut untuk memerankan seni sesuai dengan konteknya. Agama dan ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan. Masing - masing jenis pengetahuan mempunyai landasan-landasan ontologis, frpistemoiogis dan aksiologis sendiri. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil-hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan mengenai alam yang sifatnya umum dan impersonal. Sdangkan agama memasuki pula daerah penjelajahan bersifat transcendental yang berada di luar pengalaman manusia. Sekiranya kita bertanya Apakah yang akan terjadi setelah manusia mati?. Maka pertanyaan itu tidak dapat diajukan kepada ilmu melainkan kepada agama, sebab seorang ontologis ilmu membatasi din path peugkajian obyek yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan dikaji secara lebih mendalam di dalam agama Ilmu pengetahuan merupakan kajian sebagian di dalam Weda. Ilmu dan pengetahuan bagaikan dua sisi mata uang. Kalah satu kabur

atau kosong tentu tidak dapat dijadikan transaksi pembayaran. Demikian pula dengan agama tanpa ilmu akan menjadi egois, takabur, tidak berdasarkan kebenaran, akan simpang siur tidak tentu arah. Agama tanpa ilmu, tidak akan berkembang. Sebab ilmu akan menuntut tentang cara mempelajari agama, mengembangkan agama dan membantu penelitian dalam agama. Luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan jembatan untuk mengejar atau membantu sraddha mencapai kebenaran. Ungkapan ini baru tergolong sattwam, namun kalau tidak digerakkan oleh karma untuk berbuat tentu tidak akan ada apa-apa. Menurut ajaran agama Hindu perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak terikat oleh hasil (karma yoga ). Terikat atau tidak kepada hasil tetapi setiap bekerja tentu dikejar oleh hasil (karma dikejar oleh pahala, sebab merupakan hukum kodrat). Contoh : Bhisma walaupun beliau tidak boleh kawin tetapi karena beliau ikut sayembara dan berhasil memenangkan ayembara maka tetap dikejar oleh Dewi Amba. Keberhasilan Bhisrha menang dalam sayembara karena jiwa yang dimiliki lebih unggul dan peserta yang lain. Keunggulan ilmu yang dimilikinya adalah berkat usaha dia belajar dan bertapa. Jadi hasil tidak bisa karena diharap tetapi harus atas dasar bekerja. Didalam Dharma Wacananya Ide Pedanda Gede Gunung pernah dikemukakan: Yan Hana Karma tanpe phala phalanya. Artinya kalau ada pekerjaan yang belum mendapat hasil, Tuhan yang akan memberikan, Dalam ungkapan beliau ini tentu memotivasi kepada semua orang untuk bekerja keras tanpa terikat hasil. Hal ini sesuai dengan Bhagawad Gita tentang karma yoga sebagai berikut: Bekerjalah kamu selalu yang harus dilakukan dengan tiada terikat olehnya, karena orang mendapat tujuannya yang tertinggi adalah dengan melakukan pekerjaan yang tidak terikat olehNya. Dalam Bhagawad Gita (IV. 36) Belajarlah, bahwa dengan sujud bersembah, dengan bertanya dan dengan pelayanan orang-orang bijaksana yang telah melihat kebenaran, mengajarmu dalam ilmu pengetahuan. Dalam sloka (IV. 39) dinyatakan : ia yang memiliki keyakinan, yang terserap didalam kebijaksanaan dengan cepat ia akan mendapatkan kedamaian tertinggi. Dalam kitab Canakya Nitisastra menyebutkan : Ilmu Pengetahuan ibaratnya bagaikan khamadhenu, yaitu yang setiap saat dapat memenuhi segala keinginan. Pada saat orang berada di Negara lain, ilmu pengetahuan bagaikan seorang ibu yang selalu memelihara kita. Orang

bijaksana mengatakan bahwa,.: ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang rahasia harta yang tak kelihatan ( IV.1 . Makan, tidur, kecemasan dan hubungan kelamin, semua itu adalah persamaan binatang dengan manusia. Kelebihan sifat manusia adalah ilmu pengetahuan . Orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan sama dengan binatang (XL. 17). Bhagawad Gita 3.10 menyatakan bahwa pada awalnya setelah menciptakan umat manusia dengan yadnya, Tuhan Peneipta bersabda: Dengan yadnya mi kamu akan menyebar. Biarlab mi menjadi sapi perth keinginankeinginanmu. Tuhan meneiptakan manusia dengan hukum yadnya sebagai sarana untuk kemakmuran dan evolusi spiritualnya yang lebih tinggi. Kapasitas mampu melaksanakan yadnya merupakan hadiah yang luar biasa bagi umat manusia. Melalui yadnya mi manusia dengan budhinya dapat meningkatkan kejati diriannya ketiap yang lebih tinggi. Pendakian spiritual dapat dilaksanakan melalui yadnya. Orang yang memberi, bersedekh tanpa fikiran mendapatkan balasan takkan pernah menginginkan sesuatu, iklas, menyucikan dan menyucikan hati dan pikirannya. Demi selalu memberinya. Tetapi orang yang selalu meminta tak akan mendapatkannya.

B. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DAN MENGAMALKAN ILMU Kewajiban menuntut ilmu suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh umat yang sedang Brahmacari untuk kepenitingan kehidupan dalam Grehastha. Dalam tingkat hidup Grehastha mempunyai tanggung jawab yang sangat pribsipil yaitu membentuk anak menjadi suputra yaitu anak yang berguna di masyarakat dan taat kepada catur Guru. Untuk mendidik anak menjadi suputra tidak mudah perlu persiapan yang matang. Oleh karena itu dalam tingkat Brahmacari harus berhasil dengan baik sehingga bisa mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Yang paling penting dalam Grehastha pada saat ibu hamil, cabang bayi dalam kandungan memerlukan gizi yang baik melalui makanan ibunya. Jadi ibunya harus makan makanan yang mengandung gizi baik, melebihi waktu sebelum hamil, agar bayinya sehat, cerdas, lincah, dengan harapan bayinya menjadi anak suputra.

Ilmu pengetahuan yang diperoleh pada saat berguru harus lengkap baik ilmu untuk mencari nafkah maupun agama. Sebab itu semua masalah dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan banyak pula masalah yang harus diselesaikan melalui agama. Dalam mendidik dan membimbing anak semasa sebelum sekolah lebih sering dilakukan melalui agama. Disinilah perhatian orang tua dengan skala prioritas mendidik anak-anak di rumah sejak kecil sampai dewasa. Semua ilmu yang dimiliki harus diamalkan sebanyak mungkin kepada anak-anak dalam keluarga sehingga benar-benar sesuai dengan harapan untuk menjadi anak suputra. Sesuai dengan Bhagawad Gita IV.29: beberapa orang lainnya mempersembahkan harta bendanya sebagai korban, atau kegiatan tapa maupun latihan spiritual (yoga) nya, sementara yang lainnya mempersembahkan pikirannya dan beberapa orang yang bernazar (bersumpah berat) mempersembahkan studi dan ilmu pengetahuannya. Bhagawad Gita IV. 33: ilmu pengetahuan sebagai yadnya, lebih unggul dari yadnya material apapun, karena segala kegiatan kerja tanpa kecuali memuncak dalam kebijaksanaan, wahai Partha. Apabila kesadaran umat sebagian mengikuti tatanan hidup sesuai dengan Catur Asrama maka akan cantik, sehat dan berbahagialah masyarakat kita. Dalam kaitannya dengan anak suputra bahwa mulai kumpul suami istri harus mengikuti petujuk agama. Untuk hal ini Manuaba (1994: 47) menyebutkan bahwa dalam hubungan seksual harus didasari oleh konsep berikut: a. b. c. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seks pada hari panglong dan purnama. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual pada hari kelipatan delapan. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual siang hari karena dapat menyebabkan kelahiran lemah dan giring ila. d. Tidak melakukan hubungan seksual pada saat mengadakan upacara dilingkungan keluarga. e. Hari baik melakukan hubungan seksual pada hari ke 14-18 setelah datangnya haid, yang akan dapat melabirkan anak yar berbudi luhur dan mulia. f. Sedapat mungkin hubungan seksual untuk tujuan mendapat Sup utra dilandasi dengan tapa brata dan semedi sehingga kelahiran dewata dapat terwujud.

C. TRI HITA KARANA DAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGAN Tri Hita Karana bersifat universal merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan lahir dan bathin. Tri Hita Karana berasal dari kata Tri = Tiga, Rita = Kesejahtraaan, kebahagiaan sedangkan Karana = Penyebab. Dalam Tri Hita Karana terdapat tiga faktor utama yaitu: a. b. Parhyangan yaitu keyakinan manusia terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pawongan yaitu manusia sendiri yang bersifat individu dan mahluk sosial sehingga memerlukan hubungan antar manusia. c. Palemahan dalam arti yang luas, sebagai tempat manusia itu tinggal dan berkembang sesuai dengan kodratnya termasuk sarwa prani. Dengan terjadinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia maka sebagai penyebab tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Dari uraian konsep Tri Hita Karana dapat disimak dua pengertian yang saling berkaitan yaitu: a. Pengertian Buana Agung 1) Purusa: Ida Sang Hyang Widhi Wasa 2) Perdana: Unsur alam baik yang mati maupun yang hidup (sarwa prani) b. Pengertian Buana Alit yaitu manusia manusia itu sendiri. 1) Punusa yang merupakan unsur Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk Jiwatman 2) Predana unsur yang berasal dani alam yang mendapat Jiwatman-Panca Maha Bhuta.

Ketimpangan hubungan Tri Hita Karana

dapat menimbulkan bencana

yang

membahayakan kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai disamping memberikan dampak kenikmatan hidup, juga memberikan dampak merugikan. Oleh karena alam tempat hidup manusia dan sarwa prani, dipras habis-habisan untuk kepentingan kenikmatan kehidupan manusia. Keseimbangan yang diciptakan oleh Tri Hita Karana didukung oleh Ergonomi karena Ergonomi merupakan ilmu, seni, dan teknologi yang berupaya menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,. kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat bekerja secara optimal.

Dari pandangan Ergonomi bahwa lingkungan atau kondisi harus seimbang hutan lindung harus lestari agar lingkungan kerja tidak terlalu panas, bising, lembab, cuaca buruk, dan sebagainya. Dalam hal tanggung jawab Hindu terhadap pelestarian lingkungan hidup sudah sejak zaman dahulu dalam bentuk penentuan hari-hari baik untuk menebang pohon atau kayu, bambu untuk bahan rumah. Setiap terjadi penebangan, setelah kayunya rebah. Diambilkan pohon kecil ditancapkan pada potongan kayu yang sudah rebah itu diisi sajen kecil dengan doa semoga kayu tersebut nantinya tumbuh lagi. Kegiatan yang lain yang mengandung nilai religius-sepiritual sebagai benikut: a. Setiap tahun, sehari sebelum Nyepi, umat Hindu mengadakan Tahur Kesanga yang bertujuan untuk membersihkan serta keseimbangan alam, keharmonisan. Upacara mi mengingatkan kita agar tidak merusak alam lingkungan dengan sewenang-wenang, sebab kalau alam marah, bahaya banjir, dan pe;etusan gunung berapi, tanah longsor dapat mendatangkan bahaya besar dalam kehidupan manusia. Upacara sepuluh tahun sekali, ialah Pancawalikrama, dan upacara seratus tahun sekali Ekadasa Rudra, di Pura Besakih (Bali) b. Setiap 210 hari diadakan upacara: Tumpek Wariga, memuja kehadapari Tuhan yang telah mengadakan tumbuh-tumbuhan (flora), dan sebagai rasa terima kasih dan kasih sayang .kepada tumbuh-tumbuhan memberikan bubuh (bubur) .kepada pohon kelapa, yang dipandang sebagai perwakilan tumbuli-tumbuhan. c. Pada Tumpek Wuye, 210 hari sekali, memuja Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) yang mengadakan hewan (binatang). Umat Hindu menyatakan rasa sayangnya kepada hewan dengan memberikan makanan secara ritual. Wujud kelihatan pada upacara (ritual), namun dibalik itu mengandung pengertian religius dan spiritual, dan agar kita menyayangi ciptaan Tuhan, tidak sembarang perlakuan terhadap Panca Maha Bhuta dan lingkungannya. Sarwa prani hitangikara, agar semua mahluk sejahtera (bahagia). Dengan demikian konsep tri Hita Karana telah memberikan pedoman untuk mengbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi: a. Menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat b. Menjadi dasar tutjuan perkembangan manusia Indonesia seutuhnya Amanah Moksartham jagaddhitiaya ca iti dharmah

c. Menjadi dasar gerakan Iingkungan hidup guna memelihara lingkungn sehat bagi kehidupan manusia d. Menjadi dasar Gerakan Keluarga Berencana, untuk dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk yang seimbang. e: Khusus untuk masyarakat Hindu Tri Hita Karana, menjadi dasar pula untuk pembentukan perumahan keluarga.

RANGKUMAN Ilmu pengetahuan dapat menyumbangkan alternativealternatif, prosedur dalam teknologi oleh karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi harus didasari oleh agama sehingga tidak membabi buta, karena tidak semua masalah dapat diselesaikan oleh ilmu pengetahuan. Seni dalam agama Hindu sudah rnenjangkit dalarn perasaan umat karena setiap upacara agama tentu ada pentas seni sesuai dengan konteksnya. Setiap pekerjaan didasari oleh sikap beryadnya kepacla Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak terikat oleh hasilnya. Tri Hita Karana memberikan kesadaran untuk melestarikan lingkungan.

LATIHAN 1. Coba anda jelaskan pentingnya manusia memiliki ilmu pengetahuan yang laus! 2. Coba anda jelaskan pengertian tentang Karma Yoga! 3. Coba anda jelaskan hubungan antara ilmu pengetahuan dengan agama! 4. Coba anda jlaskan tentang pentingnya hutan lindung!

Anda mungkin juga menyukai