Anda di halaman 1dari 37

KOMPOS Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah

mengalami proses dekomposisi atau pelapukan

Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang

Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.

Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi 1. membuat campuran bahan yang seimbang, 2. pemberian air yang cukup, 3. mengaturan aerasi, dan 4. penambahan aktivator pengomposan.

Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi, jerami, sisa-sisa tanaman atau serbuk gergaji yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme atau activator pengomposan
ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos seperti : dedak, abu dan kalsit/kapur.

Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani juga memiliki kandungan nitrogen dan kalium.
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitas biologis pada kondisi yang terkontrol.

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional.

EM4 mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi , seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergaji. Bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.

MANFAAT KOMPOS Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Manfaat Penggunaan Kompos pada Lahan Pertanian 1. Mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. 2. bebas dari biji tanaman liar (gulma). 3. Tidak berbau dan mudah digunakan. 4. Menyediakan unsur hara yang seimbang dalam tanah. 5. Meningkatkan populasi mikroba tanah sehingga struktur tanah tetap gembur. 6. Memperbaiki derajat keasarnan (pH) tanah. 7. Meningkatkan produksi berbagai tanaman antara 10-30%.

Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o 70oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif.

Berbagai mikroba dekomposer yang bertindak sebagai aktivator atau mempercepat proses pengomposan dapat diberikan pada saat proses pengomposan. Mikroba dekomposer yang sering digunakan antara lain Bacillus sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., Trichoderma viride, Chaetomium sp. dll.

Kandungan lignin dalam sisa-sisa tanaman yang sukar melapuk secara alami seperti tandan kosong kelapa sawit dan brangkasan tebu dapat dihancurkan dengan cepat oleh Aspergillus oryzae dan Trichoderma sp.
Kandungan lignin pada kedua sisa tanaman ini dapat menurun hingga 50 % akibat aktivitas mikroba tersebut.

Mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus.

Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume.
Pada dasarnya semua bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.

Faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain: 1. Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

2. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan (kelembaban).
Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

4. Porositas

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

5. Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolism mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen.
Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 4060 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.

Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%.
Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap

6.Temperatur

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos.

Temperatur yang berkisar antara 30-60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba patogen tanaman dan benih gulma.

7.pH (Kemasaman) Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fasefase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

8. Kandungan hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat didalam kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan. 9. Kandungan bahan berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

10. Penambahan Mikroba yang Bermanfaat Bagi Tanaman Kompos dapat diperkaya dengan menambahkan mikroba yang bermanfaat bagi tanaman. Mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Mikroba yang dapat ditambahkan antara lain: Rhizobium sp (hidup di dalam bintil akar tanaman kacangkacangan), Mikroba penambat N nonsimbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp.

Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza.(ektomikoriza dan Endomikoriza) Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman keras/berkayu,sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau bukan. Beberapa mikroba tanah juga mampu menyediakan P bagi tanaman dan menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu melarutkan P yang terikat dalam tanah dan menghasilkan hormon tumbuh bagi tanaman, antara lain: Pseudomonas sp, dan Bacillus sp. dll.

PROSES PEMBUATAN KOMPOS Tahapan Pengomposan 1. Memperkecil ukuran bahan. 2. Menyiapkan aktivator pengomposan. 3. Pemasangan cetakan kompos dari papan kayu. 4. Memasukkan bahan ke dalam cetakan selapis demi selapis. 5. Dalam setiap lapisan siramkan aktivator pengomposan. 6. Setelah cetakan penuh, buka cetakan dan tutup dengan plastik. 7. Tumpukan tersebut diikat dengan tali. 8. Inkubasi selama 2 sampai 8 minggu.

Komposisi bahan kompos : Bahan organik (dicacah 3-5 cm): 60% Kotoran sapi : 20% Dekomposer/aktivator atau bahan pemacu mikroorganisme : 0,25% Abu Sekam : 10% Kalsit/Kapur : 2% Air

Tempat Pengomposan
Sebidang tempat beralas tanah, ternaungi agar kompos tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahan baku yang akan dibuat kompos. Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses pengomposan.

Standar Kualitas Kompos (SNI 1970302004)


No 1 2 Parameter Kadar Air Temperatur Satuan %
oC

Minimum -

Maksimum 50 suhu air tanah

3
4 5 6 7

Warna
Bau Ukuran partikel Kemampuan ikat air pH Mm % 0,55 58 6,8

Kehitaman
berbau tanah 25 7,49

Bahan asing
Unsur makro

1,5

9 10 11 12 13

Bahan organik Nitrogen Karbon Phosfor (P2O5) C/Nrasio

% % % %

27 0,40 9,80 0.1 10

58 32 20

No 14

Parameter Kalium (K2O) Unsur mikro

Satuan %

Minimum 0

Maksimum *

15 16

Arsen Kadmium (Cd)

mg/kg mg/kg

* *

13 3

17
18 19 20 21 22 23 24

Kobal (Co )
Kromium (Cr) Tembaga (Cu) Merkuri (Hg) Nikel (Ni) Timbal (Pb) Selenium (Se) Seng (Zn) Unsur lain

mg/kg
mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

*
* * * * * * *

34
210 100 0,8 62 150 2 500

No
25 26 27 28 29

Parameter
Kalsium Magnesium Besi Alumunium Mangan Bakteri

Satuan
% % % % %

Minimum
* * * * *

Maksimum
25,5 0,6 2 2,2 0.1

30

Fecal Coli

MPN/gr

1000

31

Salmonella sp.

MPN/4 gr

Keterangan : * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum

Anda mungkin juga menyukai

  • Modul 1-4
    Modul 1-4
    Dokumen26 halaman
    Modul 1-4
    aldini
    Belum ada peringkat
  • September 04
    September 04
    Dokumen8 halaman
    September 04
    Donald Hunter
    Belum ada peringkat
  • (Glycine
    (Glycine
    Dokumen10 halaman
    (Glycine
    Donald Hunter
    Belum ada peringkat
  • WORTEL
    WORTEL
    Dokumen11 halaman
    WORTEL
    sigma_abizz
    Belum ada peringkat
  • JadwalKegiatan Amirudin
    JadwalKegiatan Amirudin
    Dokumen1 halaman
    JadwalKegiatan Amirudin
    Donald Hunter
    Belum ada peringkat
  • 1598 1707 2 PB
    1598 1707 2 PB
    Dokumen4 halaman
    1598 1707 2 PB
    Donald Hunter
    Belum ada peringkat
  • Kompos 1
    Kompos 1
    Dokumen37 halaman
    Kompos 1
    Donald Hunter
    Belum ada peringkat
  • Kuliah EKOlogi
    Kuliah EKOlogi
    Dokumen15 halaman
    Kuliah EKOlogi
    Donald Hunter
    Belum ada peringkat
  • Bab I 1
    Bab I 1
    Dokumen2 halaman
    Bab I 1
    Donald Hunter
    Belum ada peringkat