Anda di halaman 1dari 2

Latar belakang Lahir dan hidup normal adalah keinginan setiap individu dan orang tua.

Namun keinginan itu hanya merupakan impian bagi para penyandang cacat sebab kebanyakan dari mereka cenderung dikucilkan dari lingkungan, karena dianggap ganjil. Orang cacat cenderung tidak punya teman tersingkir dari pergaulan social. Bagi anak ini hal ini sangatlah tidak menyenangkan dan mengganggu pola perkembangan anak tersebut yang pada kahirnya sering menimbulkan penyimpangan kepribadian dan

penyimpangan dalam penyesuaian diri. (Erfan Agus, 2008).

Data WHO pada tahun 2003 menunjukkan bahwa penyandang cacat didunia mencapai 2,47% atau berjumlah sekitar

128.4040.000 jiwa, dengan 40 persennya adalah anak retardasi mental 2006). dan sisanya adalah kecacatan adalah yang lain yang (Alimin, mengalami

Retardasi

mental

mereka

kelainan intelektual umum dibawah rata-rata yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku dan terjadi sebelum usia 16 tahun. Mereka juga menunjukkan hambatan dalam

perilaku adaptif seperti mengurus diri sendiri dan hubungan sosialnya (Japan league for mentally retarded, 1992 dalam B3PTKSM). Di Indonesia sendiri di perkirakan 1-3% dari jumlah pendududuk menderita retardasi mental atau tuna grahita (W.

F. Maramis, 1998). Berdasarkan data pokok sekolah luar biasa (p. 11, 2003), jika dilihat dari kelompok usia, jimlah

penduduk Indonesia yang menderita kelainan adalah 48. 100. 548 orang. Jadi, estimasi jumlah penduduk Indonesia yang menyandang tuna grahita adalah 2% x 48. 100.548 orang yaitu 962.011 orang.

Anda mungkin juga menyukai