Anda di halaman 1dari 22

BAB II FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN KREDIT BERMASALAH A.

Prosedur Pemberian Kredit Seiring dengan semakin pesatnya persaingan usaha bank dalam penyaluran kredit, sehingga bank dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk kredit yang disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi kebutuhan masyarakat. Dengan beragamnya produk kredit ini, masyarakat konsumen mempunyai banyak kesempatan untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian aktivitas perekonomian dalam masyarakat pun meningkat, yang juga akan mendorong peningkatan kinerja perbankan. Alam pikiran peminta kredit, pemberi kredit, maksud dan tujuan serta penggunaan kredit, kondisi dan situasi pada waktu kredit diberikan dan jangka waktu kelonggaran pemakaian kredit serta cara pengangsurannya, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan iklim dunia usaha dan perekonomian negara umumnya. Hal itu juga mempunyai hubungan timbal balik yang menjalin unsur-unsur perkreditan sedemikian rupa, sehingga baik segi ilmiahnya maupun penerapannya tidak semudah seperti banyak orang menanggapinya 29 . Setiap bank memiliki segmen pasar tersendiri dalam penyaluran kredit. Prioritas pembiayaan pada bidang usaha tertentu diatur dalam kebijakan internal perusahaan. Ada bank yang orientasi bisnis kreditnya adalah retail banking, seperti fokus pembiayaan pada usaha mikro, kecil dan menengah tanpa melihat sektor usaha yang dibiayai. Ada juga bank yang fokus bisnisnya kepada corporate banking yakni orientasi pembiayaan pada perusahaan ataupun proyek-proyek yang berskala besar.

R.Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis dan Penuntun (Jakarta: Prandnya Paramita, cetakan keenam, 1994), hlm.. 3

29

33

Universitas Sumatera Utara

Namun pengalaman dalam bisnis perkreditan bank telah membuktikan bahwa pelaku usaha pada bidang usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai daya tahan yang kuat terhadap setiap gejolak perekonomian yang ada. Seperti pada saat terjadinya krisis ekonomi global atau krisis moneter, kebanyakan perusahaanperusahaan kecil yang mampu bertahan dan perusahan besar banyak yang bangkrut, termasuk di dalamnya industri perbankan. Jenis kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki potensi dan prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan oleh sektor perbankan dimasa yang akan datang. Hal tersebut dapat dilihat baik dari tren pertumbuhannya yang cenderung terus meningkat setiap tahunnya maupun dari sisi kolektibiltasnya yang mayoritas tergolong lancar dengan angka NPL yang relatif rendah (NPL <5%) yaitu sebesar 2,50%. 30 Usaha perbankan dalam pemberian kredit secara khusus bertujuan untuk memperoleh laba atau pendapatan, dan secara umum bertujuan untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan perekonomian masyarakat dan negara. Industri perbankan yang sehat semakin menumbuhkan kepercayaraan masyarakat dan investor-investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa, bank mempunyai peranan dalam kelangsungan pembangunan bangsa. Dengan pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting terhadap perputaran roda perekonomian negara. Kredit perbankan membantu tersedianya dana untuk membiayai kegiatan

Laporan Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara, Kajian Triwulan II-2008, (Medan : Kantor Bank Indonesia Medan), hlm.42

30

Universitas Sumatera Utara

49

produksi nasional, penyimpanan bahan, pembiayaan kredit penjualan, transportasi barang, kegiatan perdagangan dan sebagainya

Universitas Sumatera Utara

Hal yang sangat penting diperhatikan bank dalam penyaluran kredit adalah apakah unsur-unsur dalam pemberian kredit telah dipenuhi secara baik, dan bagaimana proses penggunaan serta pemeliharaan kredit itu dilakukan para pihak secara berkesinambungan dari awal pemberian hingga pada saat pelunasannya. Hal ini sangat diperlukan untuk meminimalisasi risiko kredit yang dapat berpotensi menjadi kredit bermasalah. Suatu konsep yang dikenal dalam pemberian kredit yaitu total relationship concept atau konsep hubungan total permohonan kredit. Menurut konsep ini pemberian kredit berdasarkan atas penilaian terhadap seluruh kredit dan permohonan kredit yang telah diberikan dan/atau akan diberikan secara bersamaan oleh bank, yang meliputi seluruh perusahaan ataupun perorangan yang terkait dengan permohonan kredit tersebut. Dalam konsep ini tidak melihat kepada hanya satu permohonan atau satu rekening pinjaman dari calon debitur, namun menilai secara keseluruhan dari keterkaitan permohonan kredit tersebut. Dengan konsep tersebut akan lebih memudahkan bank dalam melalukan suatu evaluasi dan pemberian keputusan terhadap suatu permohonan kredit dari calon debitur. Sebagai contoh penerapan konsep di atas, yaitu seorang calon debitur yang berkedudukan sebagai pemegang saham dan pengurus dalam beberapa perusahaan, dan ingin mengajukan fasilitas kredit atas nama pribadi pada suatu bank. Disini bank akan melihat apakah yang bersangkutan, isterinya dan juga perusahaannya telah memperoleh fasilitas kredit dari suatu bank. Data-data kredit ini yang akan menjadi

Universitas Sumatera Utara

pertimbangan bank dalam menyetujui ataupun menolak permohonan fasilitas kredit tersebut. Badan usaha ataupun perorangan dapat mengajukan kredit dan menjadi debitur pada bank, dengan memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan ketentuan internal bank maupun ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh yaitu bagi calon debitur yang mengajukan permohonan modal kerja usaha dagang, disyaratkan agar memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan izinizin usaha lainnya. Yang memproses setiap permohonan kredit pada bank adalah unit-unit kerja terkait, yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai ketrampilan, pengetahuan dan keahlian dibidang kredit. Sehingga dalam institusi perbankan lazim dijumpai apa yang disebut dengan Organisasi Manajemen Kredit. Organisasi manajemen ini dibentuk dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bisnis kredit bank. Didalam menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya, organisasi ini berpedoman pada kebijakan internal perkreditan bank yang berisi tentang ketentuan ataupun sistem dan prosedur penyaluran kredit kepada nasabah debitur. Yang menjadi dasar hukum disusunnya Kebijaksanaan Perkreditan Bank (KPB) adalah : a. Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Di dalam pasal 29 ayat (3) antara lain menyebutkan : 1. Dalam memberikan kredit dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

Universitas Sumatera Utara

2. Bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 3. Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya. b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.27/162/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No.27/7/UPPB, masing-masing tanggal 31 Maret 1995 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum, yang dalam pasal 1 menyebutkan antara lain bahwa : Pasal 1 : - Bank umum wajib memiliki Kebijaksanaan Perkreditan Bank secara tertulis yang sekurang-kurangnya harus memuat semua aspek yang ditetapkan dalam pedoman penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank yang merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini. - Kebijaksanaan Perkreditan Bank wajib disetujui oleh Dewan Komisaris Bank. - Dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (KPB) antara lain menyebutkan bahwa Kebijaksanaan Perkreditan Bank (KPB) harus menjadi acuan dan tercermin dalam Pedoman Pelaksanaan Kredit (PPK) c. Surat keputusan Bank Indonesia No.31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit, yang di dalam lampirannya disebutkan antara lain bank wajib melengkapi Pedoman Pelaksanaan Kredit yang dimiliki dengan pedoman restrukturisasi kredit sebagai panduan mengenai prosedur dan tata cara yang diperlukan dalam melaksanakan restrukturisasi kredit. Surat Edaran Bank Indonesia tentang kualitas Aktiva Produktif No.31/147/KEP/DIR tertanggal 12 November 1998 dan perubahanperubahannya. 31 Organisasi manajemen kredit ini terdiri dari beberapa satuan atau unit kerja tertentu, yaitu : 1. Manajer pemasaran/kredit, yang mempunyai fungsi dan tanggungjawab dalam merencanakan target pendanaan dan pendapatan bank dari kredit yang disalurkan, serta bertanggungjawab atas keputusan pemberian kredit sesuai wewenangnya
31

Ibid, hlm. 12

Universitas Sumatera Utara

2. Account/Credit officer yang mempunyai fungsi dan tanggungjawab memasarkan produk-produk bank, baik itu produk simpanan maupun produk kredit, termasuk juga account officer ini bertanggungjawab dalam pemeliharaan account kredit. 3. Analis kredit atau reviewer, yang bertugas untuk melakukan analisis terhadap setiap permohonan kredit, baik dari aspek keuangan, manajemen, pemasaran, dan aspek lainnya. 4. Appraiser atau penilai, yang bertugas dan bertanggungjawab untuk melakukan penilaian terhadap setiap agunan yang diserahkan debitur. 5. Staf hukum/Legal staff. Unit kerja dalam divisi hukum ini dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu unit kerja pada bagian litigasi yang mewakili bank dalam penyelesian kredit macet melalui lembaga hukum yang ada, dan unit kerja internal yaitu yang bertugas dan bertanggungjawab dalam melakukan analisis hukum terhadap setiap permohonan kredit yang diajukan calon debitur. Analisis yang dilakukan meliputi status ataupun identitas calon debitur atau penjamin, legalitas usaha, memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen jaminan dan berbagai dokumen pendukung lainnya. 6. Administrasi kredit atau credit settlement, yang bertugas dan bertanggungjawab untuk membukukan atau mencairkan fasilitas kredit, melakukan pembebananpembebanan biaya yang berkaitan dengan pemberian kredit, membukukan

Universitas Sumatera Utara

pelunasan kredit serta membuat laporan-laporan mengenai kredit, baik itu laporan yang bersifat internal maupun secara eksternal (laporan kepada Bank Indonesia). Direksi dapat memberikan kewenangan memutus pemberian plafond kredit kepada pejabat dalam organisasi manajemen kredit ini. Limit plafond yang diberikan berbeda-beda, sesuai dengan tanggungjawab dalam jabatannya. Pemberian kewenangan ini bertujuan untuk lebih meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan kredit, dan demi tercapainya pemberian kredit yang efisien, sehat dan berkualitas. Untuk memutus permohonan kredit dalam jumlah besar (credit corporate), biasanya berada ditangan pengurus atau direksi dengan persetujuan komisaris. Permohonan kredit yang diajukan calon debitur pertama sekali diproses oleh account officer. Oleh account officer akan melakukan wawancara kepada calon debitur yang bertujuan untuk mengetahui identitas dan status calon debitur, termasuk penilaian karakter yang bersangkutan dan berbagai aspek lain dari dirinya. Dalam wawancara ini, Account officer juga akan menanyakan dan meneliti dengan benar tujuan permohonan kredit, usaha yang dijalankan, pengalaman dalam bekerja atau berusaha, data keuangan, agunan yang akan diserahkan, serta berbagai data dan informasi lain yang dibutuhkan pihak bank. Semua informasi dan data yang didapatkan menjadi masukan bagi account officer untuk menindaklanjuti permohonan kredit. Selanjutnya account officer bersama-sama dengan appraiser dan analis kredit, melakukan peninjauan atau survei dan penilaian ke tempat usaha dan lokasi agunan calon debitur. Dalam survei ini pihak bank langsung dapat melihat dan menilai kondisi usaha calon debitur. Juga akan mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan melalui wawancara di lapangan, misalnya kepada pejabat atau pihak-pihak lain dalam perusahaan calon debitur. Demikian penilaian terhadap agunan, akan memberi gambaran pasti mengenai nilai agunan. Faktor yang diperpertimbangkan dalam penilaian agunan antara lain, yaitu kondisi agunan, prospek letak atau lokasi agunan tersebut apakah strategis dan marketable, lingkungan sekitar, dan faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi nilai agunan. Biasanya dari nilai taksasi agunan ini, bank akan menghitung lagi nilai likuidasinya berdasarkan pertimbangan yang berbeda-beda, seperti faktor-faktor yang disebutkan tersebut. Bagi permohonan fasilitas kredit oleh pemohon yang berstatus sebagai pegawai atau karyawan pada suatu instansi, evaluasi yang biasanya dilakukan pihak bank cukup dengan memverifikasi ataupun mengkonfirmasi kepada pejabat pada instansi terkait mengenai kebenaran data dan informasi yang diserahkan ke bank.

Universitas Sumatera Utara

Pada praktik perbankan, permohonan kredit dalam jumlah yang besar disyaratkan agar laporan keuangan debitur diaudit oleh auditor independent. Demikian terhadap agunan akan dinilai oleh independent appraisal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data ataupun informasi yang objektif terhadap data keuangan dan agunan calon debitur, dimana biasanya penilaian yang dilakukan dalam hal ini sangat kompleks. Berbagai data atau dokumen yang dibutuhkan dan disyaratkan bank untuk suatu permohonan kredit adalah sebagai berikut : 1. Identitas calon debitur, yaitu : a. Jika pemohon kredit adalah perorangan, maka disyaratkan adanya identitas atau dokumen berupa Kartu Tanda Penduduk atau KTP, akta lahir, surat nikah jika sudah menikah, surat cerai jika sudah bercerai, dan surat kematian jika calon debitur berstatus janda atau duda, serta kartu keluarga dan dokumendokumen lainnya. Dokumen di atas juga disyaratkan untuk dilengkapi oleh pemilik jaminan, jika dalam hal ini debitur bukan sebagai pemilik jaminan. Terhadap keabsahan dokumen tersebut dapat diverifikasi pihak bank pada instansi yang mengeluarkannya, seperti verifikasi KTP pada kantor kelurahan setempat. b. Jika pemohon adalah badan usaha berbadan hukum maka disyaratkan untuk menyerahkan akta pendirian perusahaan, akta perubahan anggaran dasar beserta pengesahannya. c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2. Data penghasilan atau keuangan. a. Apabila calon debitur adalah seorang pegawai swasta ataupun pegawai pemerintahan, maka disyaratkan melengkapi surat keterangan kepegawaian,

Universitas Sumatera Utara

seperti surat pengangkatan atau surat keputusan instansi tempat bekerja dan bukti atau slip gaji terakhir. b. Rekening tabungan atau giro minimal 3 (tiga) bulan terakhir. c. Apabila debitur adalah badan usaha, disyaratkan adanya laporan keuangan dan rekening koran atau giro perusahan. Dalam hal pengajuan kredit dalam jumlah yang besar biasanya disyaratkan adanya laporan keuangan yang sudah diaudit. 3. Izin-izin usaha, seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Izin Industri, Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi, Surat Domisili dan surat-surat izin lainnya yang disesuaikan dengan bidang usaha yang dijalankan debitur. 4. Jaminan. Oleh karena pengumpulan dokumen ini untuk keperluan analisis permohonan kredit, maka dokumen jaminan yang diserahkan masih berupa photocopy. Dokumen yang harus dilengkapi yang berhubungan dengan jaminan kredit, seperti photocopy sertipikat tanah, BPKB kendaraan, faktur, dafftar stok barang, surat izin mendirikan bangunan (SIMB), bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB), dan lain sebagainya. Prinsip yang diterapkan bank untuk persyaratan kelengkapan dokumen di atas sejalan dengan penerapan prinsip mengenal nasabah atau Know Your Costumer (KYC). Prinsip ini ditujukan untuk mencermati dan mengetahui identitas nasabah, dan selanjutnya setelah nasabah membuka rekening pada bank, maka sudah menjadi tanggungjawab bank untuk memantau kegiatan transaksi pada rekening tersebut, termasuk pelaporan jika terdapat transaksi yang mencurigakan. 32 Setelah semua data yang disyaratkan dipenuhi, maka account officer akan membuat suatu usulan dalam bentuk memorandum kredit. Isi memorandum ini menguraikan secara jelas mengenai data calon debitur, usaha yang dijalankan, latar belakang dan tujuan permohonan kredit, serta termasuk agunan yang diserahkan calon debitur. Demikian aspek-aspek lainnya diinformasikan dalam usulan ini, antara lain aspek kegiatan usaha, meliputi jenis usaha, omset usaha dan lain-lain.

Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hlm., 218

32

Universitas Sumatera Utara

Sebagai lampiran memorandum kredit ini yaitu track checking yang berisi informasi mengenai track record dan reputasi calon debitur yang bisa diperoleh account officer dari kolega ataupun rekanan bisnis yang bersangkutan. Demikian dalam memorandum kredit ini diinformasikan juga data pinjaman calon debitur pada bank lain. Data ini dapat diperoleh melalui permohonan data informasi kredit secara online ke Bank Indonesia. Permohonan informasi ini diistilahkan dengan BI Checking. Setelah memorandum kredit selesai, seterusnya permohonan kredit dianalisis oleh analis kredit. Analis kredit akan melakukan berbagai analisis khususnya yang berhubungan dengan bidang usaha, manajemen, pemasaran dan keuangan debitur, dengan menggunakan berbagai analisis yang menggunakan rasio-rasio perhitungan keuangan. Kalkulasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan konkrit akan kebutuhan dana dan manfaat yang diperoleh bank. Hasil analisis ini akan menginformasikan mengenai sumber dana serta kemampuan debitur dalam mengembalikan dan melunasi pinjamannya pada bank. Yang dianalisis termasuk aspek dan prospek kegiatan usaha debitur serta risikorisiko bisnis dan risiko-risiko pemberian fasilitas kredit. Bank sangat terekspos pada risiko kredit mengingat kegiatan usahanya yang bersifat lending-based. Disamping itu bisnis bank memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi (highly-leveraged). Setiap kenaikan tingkat kegagalan membayar masing-masing debitur (default rate) secara potensial akan berdampak terhadap berkurangnya permodalan bank. 33 Analisis selanjutnya dilakukan oleh staf hukum. Analisis dilakukan terhadap seluruh dokumen permohonan kredit, seperti identitas pribadi dan status calon debitur, legalitas usaha dan dokumen agunan kredit yang diserahkan. Unit kerja ini bertanggungjawab dalam meneliti keabsahan agunan, termasuk merekomendasi cara pengikatan kredit dan agunan yang memberi perlindungan bagi bank jika sewaktu-waktu kredit yang diberikan menjadi bermasalah atau macet. Demikian syarat-syarat lain yang harus dipenuhi calon debitur adalah menjadi usulan dari unit kerja ini. Sebenarnya agunan bukan merupakan faktor utama yang dijadikan oleh bank untuk menentukan keputusan pemberian dana kepada suatu nasabah tertentu. Namun mengingat analisis yang telah dilakukan bank terhadap berbagai aspek yang lain seperti telah disebutkan di atas tidak selalu dapat mencerminkan kinerja nasabah dimasa yang akan datang, pihak bank perlu berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang terburuk. Antisipasi terhadap kemungkinan macetnya
Global Association of Risk Professionals & Badan Sertipikasi Manajemen Risiko, Indonesia Certificate In Banking Risk and Regulation, Work Book, Tingkat 1. Edisi pertama diterbitkan di Inggris oleh Global Association of Risk Professionals, dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, 2008, hlm 21
33

Universitas Sumatera Utara

pemenuhan kewajiban oleh nasabah adalah kewajiban penyerahan berbagai bentuk agunan sebelum dana diberikan kepada nasabah. Hal penting dalam penyerahan agunan ini adalah keabsahan secara yuridis dalam perjanjian pengikatan agunan. Pihak bank harus yakin bahwa agunan yang telah diserahkan telah berdasarkan perjanjian yang sah secara yuridis. 34 Untuk lebih memberi pengamanan atau perlindungan bagi bank dan debitur, biasanya agunan kredit disyaratkan untuk diasuransikan sehingga kedua pihak terhindar dari risiko kerugian yang bisa timbul karena adanya kebakaran ataupun kehilangan agunan yang menjadi objek pertanggungan. Terhadap produk kredit tertentu, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR), disyaratkan agar debitur menutup asuransi jiwa kredit. Tujuannya adalah apabila pada masa kredit sedang berjalan dan debitur meninggal dunia, maka seluruh kewajibannya pada bank akan dilunasi atau menjadi tanggungjawab pihak perusahaan asuransi, sehingga keluarga atau ahli waris yang ditinggalkan tidak terbebani untuk melunasi hutang debitur pada bank. Seluruh usulan atau rekomendasi dari unit kerja di atas, termasuk hasil penilaian agunan dari Appraiser disampaikan kepada komite kredit. Usulan ini yang menjadi dasar pertimbangan bagi komite kredit dalam mengambil keputusan atas persetujuan ataupun penolakan permohonan kredit dari calon debitur. Setelah permohonan atau usulan kredit disetujui komite kredit, maka persetujuan itu akan diberitahukan secara tertulis kepada calon debitur. Surat pemberitahuan ini sering disebut dengan Surat Penegasan atau Persetujuan Kredit (Offering Letter/OL). Surat ini berisikan tentang hak dan kewajiban para pihak, antara lain kesediaan bank memberikan fasilitas kredit kepada calon debitur, termasuk syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi. Jika debitur menyetujui syarat-syarat yang harus dipenuhinya untuk memperoleh fasilitas kredit dimaksud maka seterusnya calon debitur akan menandatangani surat tersebut di atas materai cukup sebagai tanda persetujuannya. B. Perjanjian Kredit dan Pengikatan Jaminan Permohonan kredit yang disetujui bank dituangkan dalam suatu perjanjian yang dapat dibuat secara dibawah tangan maupun secara notariil. Perjanjian ini secara umum dikenal dengan nama perjanjian kredit. Sampai saat ini belum ada suatu definisi baku tentang pengertian perjanjian kredit. Namun apabila kita melihat isi dari perjanjian kredit, maka perjanjian ini
Sigit Triandaru, Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, edisi kedua, (Jakarta : Salemba Empat, 2006), hlm.116
34

Universitas Sumatera Utara

berisikan janji pemberian pinjaman uang dari bank kepada debitur dengan memenuhi syarat-syarat seperti pemberian jangka waktu dan bunga pinjaman tertentu, dan diikuti dengan pemberian agunan. Perjanjian kredit yang telah ditandatangani para pihak, baik akta dibawahtangan (dibuat para pihak sendiri) atau dalam bentuk akta otentik (dibuat oleh dan di hadapan notaris), mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : 1. Perjanjian kredit sebagai alat bukti bagi kreditur dan debitur yang membuktikan adanya hak dan kewajiban timbal balik antara bank sebagai kreditur dan debitur. Hak debitur adalah menerima pinjaman dan menggunakan sesuai tujuannya dan kewajiban debitur mengembalikan hutang tersebut baik pokok dan bunga sesuai waktu yang ditentukan. Hak kreditur untuk mendapat pembayaran bunga dan kewajiban kreditur adalah meminjamkan sejumlah uang kepada debitur, dan kreditur berhak menerima pembayaran kembali pokok dan bunga. 2. Perjanjian kredit dapat digunakan sebagai alat atau sarana pemantauan atau pengawasan kredit yang sudah diberikan, karena perjanjian kredit berisi syarat dan ketentuan dalam pemberian kredit dan pengembalian kredit. Untuk mencairkan kredit dan penggunaan kredit dapat dipantau dari ketentuan perjanjian kredit. 3. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi dasar dari perjanjian ikutannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan. Pemberian kredit pada umumnya dijamin dengan benda-benda bergerak atau benda tidak bergerak milik debitur atau milik pihak ketiga yang harus dilakukan pengikatan jaminan. 4. Perjanjian kredit hanya sebagai alat bukti biasa yang membuktikan adanya hutang debitur artinya perjanjian kredit tidak mempunyai kekuatan eksekutorial atau tidak memberikan kekuasaan langsung kepada bank atau kreditur untuk mengeksekusi barang jaminan apabila debitur tidak mampu melunasi hutangnya (wanprestasi). 35 Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Rahmawaty Trifiani, nama akta perjanjian untuk pemberian fasilitas kredit pada PT.BANK CENTURY Tbk. bermacam-macam, namun akta perjanjian yang paling banyak dibuat adalah : 1. Akta Perjanjian Kredit (PK), untuk fasilitas kredit modal kerja

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, cetakan ketiga, (Jakarta: .Alfabeta, 2005), hlm. 129.

35

Universitas Sumatera Utara

2. Akta Pengakuan Hutang (PH), untuk fasilitas kredit angsuran, dengan tujuan penggunaan seperti kredit konsumsi, investasi, dan sebagainya. Dan semua aktaakta tersebut dibuat secara notariil. Dalam akta perjanjian kredit dicantumkan beberapa klausul, antara lain seperti : 1. Jumlah hutang atau plafond kredit, cara penarikan dana dan pelunasannya. 2. Besarnya suku bunga kredit 3. Jangka waktu kredit 4. Biaya-biaya, seperti biaya provisi, adminstrasi kredit, denda-denda tunggakan kredit. 5. Hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan debitur 6. Jaminan kredit 7. Asuransi jaminan 8. Hal-hal lainnya Klausul-klausul dalam akta pengakuan hutang secara umum sama dengan klausul dalam akta perjanjian kredit. Yang membedakannya adalah dalam akta pengakuan hutang cara penarikan atau penggunaan plafond kredit oleh debitur secara sekaligus, dan pelunasannya dengan cara mencicil atau mengangsur pokok dan bunga setiap bulan untuk jangka waktu pinjaman yang biasanya lebih dari 1 (satu) tahun. Dalam akta ini juga debitur mengakui bahwa yang bersangkutan telah berhutang sebesar sejumlah plafond yang diberikan kepadanya. Hal ini dengan alasan karena bentuk penarikan dana yang dilakukan seperti yang disebutkan di atas. Pada kedua bentuk perjanjian ini, klausul mengenai jaminan dan cara pengikatan jaminan disebutkan dalam salah satu klausulnya seperti janji pemberian hak tanggungan untuk jaminan tanah dan bangunan. Disamping kedua bentuk akta perjanjian di atas, masih ada bentuk-bentuk perjanjian lainnya seperti Perjanjian Kredit Kerja Sama untuk fasilitas kredit car loan atau dealer loan. Fasilitas kredit ini merupakan kerja sama penjualan kendaraan bermotor antara dealer dengan bank. Demikian juga untuk fasilitas kredit tak langsung (Indirect Loan atau Non Cash Loan), seperti pemberian fasilitas Garansi Bank atau Letter of Credit, perjanjian

Universitas Sumatera Utara

yang dibuat dengan nama akta Perjanjian Bank Garansi dan Perjanjian Letter of Credit. Perjanjian-perjanjian lainnya juga dapat dibuat sesuai dengan fasilitas kredit yang diberikan bank. Terhadap agunan yang diserahkan debitur, diikat sesuai dengan lembaga hukum jaminan yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang ada. Perjanjian pengikatan jaminan ini merupakan perjanjian asesor yaitu perjanjian yang mengikuti perjanjian pokok atau perjanjian kredit. Bank perlu memastikan bahwa agunan yang diterima benar-benar dapat digunakan untuk memitigasi risiko saat debitur mengalami default. Bentuk agunan yang diserahkan seringkali bersifat spesifik sesuai dengan kegiatan usaha yang dibiayai. Jika kegiatan usaha tersebut secara umum tidak menguntungkan, maka aktiva debitur yang bersangkutan akan dinilai rendah. Dalam hal ini bank harus memastikan bahwa agunan tetap memiliki nilai yang cukup dalam hal terjadi default. 36 Apakah manfaat jaminan bagi pihak debitur dan kreditur?. Untuk menjawab pertanyaan ini, H.Salim HS, berpendapat yaitu : Bagi debitur dengan adanya jaminan itu memperoleh fasilitas kredit dari bank dan tidak khawatir dalam mengembangkan usahanya. Keamanan modal adalah dimaksudkan bahwa kredit atau modal yang diserahkan oleh kreditur kepada debitur tidak merasa takut atau khawatir tidak dikembalikannya modal tersebut. Memberikan kepastian hukum adalah memberikan kepastian bagi kreditur dan debitur. Kepastian bagi kreditur adalah kepastian untuk menerima pengembalian pokok kredit dan bunga dari debitur. Sedangkan bagi debitur adalah kepastian untuk mengembalikan pokok kredit dan bunga yang ditentukan 37 . Salah satu unsur dalam pemberian kredit adalah adanya agunan. Namun, jika unsur lain seperti penilaian karakter debitur yang tidak baik atau kemampuan membayar tidak ada, maka kredit yang dimohon tidak akan disetujui bank. Dalam hal kredit dicover dengan adanya agunan, bank mempunyai keyakinan bahwa jika kredit menjadi macet maka dapat diselesaikan dengan cara menjual agunan tersebut.

Global Association of Risk Professionals & Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, Indonesia Certificate in Banking Risk Regulation, Work Book, tingkat I., 2008. hlm . A.21 37 H.Salim, HS., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 28

36

Universitas Sumatera Utara

Agunan berupa tanah dan bangunan beserta benda-benda yang ada atau tumbuh diatas tanah tersebut diikat dengan Hak Tanggungan. Umumnya tanah yang diagunkan ke bank adalah tanah yang bersertipikat. Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Demikian hal tersebut dapat kita temukan di dalam pengertian Hak Tanggungan.

Menurut Sutarno, dari pengertian hak tanggungan dapat diuraikan elemen atau unsur-unsur pokok hak tangungan, yaitu : 1) Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan hutang 2) Hutang yang dijamin jumlahnya tertentu 3) Objek Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah sesuai Undang-Undang Pokok Agraria yaitu Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai 4) Hak Tanggungan dapat dibebankan terhadap tanah berikut benda yang berkaitan dengan tanah atau hanya tanahnya saja 5) Hak Tanggungan memberikan hak preferen atau hak diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kredit lain 38 . Pada pasal 4 UUHT, menyebutkan : (1) Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah : 1. Hak milik 2. Hak guna usaha 3. Hak guna bangunan (2) Selain hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Hak Pakai atas tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan. (3) Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.
38

Sutarno, Op.Cit., hlm. 153

Universitas Sumatera Utara

Pemberian hak tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Sebagai bukti adanya hak tanggungan, Kantor Pertanahan menerbitkan sertipikat hak tanggungan. Pada sertipikat tersebut memuat irah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap 39 . Meskipun Hak Tanggungan ditujukan untuk menjamin pelunasan hutang debitur kepada bank, namun ada ketentuan yang mengatur bahwa dilarang membuat perjanjian yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak tanggungan untuk memiliki agunan atau objek hak tanggungan apabila debitur cidera janji. Jika janji demikian dibuat maka perjanjian itu batal demi hukum40 . Kalau kita lihat kapan pemegang hak tanggungan mempunyai hak pada objek hak tanggungan atau pada agunan, tentu setelah akta hak tanggungan didaftarkan sehingga dengan demikian akan disebutkan bank menjadi kreditur pemegang hak tanggungan. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa janji itu dibuat pada saat pembuatan akta hak tanggungan. Pada prosedur internal bank, setelah semua perjanjian kredit dan pengikatan jaminan dilakukan dengan sempurna, maka unit kerja terkait akan mengajukan memo pencairan kredit kepada pejabat terkait, untuk selanjutnya fasilitas kredit dibukukan atau dicairkan oleh unit kerja administrasi kredit.

C. Pengawasan Kredit Setiap kredit tetap berpotensi menjadi bermasalah, oleh karena itu pengawasan terhadap pemberian kredit harus dilaksanakan. Dengan adanya pengawasan ini akan membantu pihak perusahaan untuk meminimalisasi risiko kredit yang bisa muncul. Setiap bank menginginkan kualitas risk assets yang sehat dalam arti productive dan collectible sehingga setiap tahap dari proses kegiatan perkreditan harus dimonitor dengan baik untuk mengetahui secara dini penyimpangan yang terjadi dari kegiatan perkreditan, sehingga bank dapat mengambil langkah-langkah secepat mungkin untuk memperbaiki. Sebagai wujud tanggungjawab bank dalam penyaluran kredit, telah ada ketentuan yang mewajibkan setiap bank umum menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia mengenai seluruh kegiatan usaha yang berkaitan dengan pemberian fasilitas kredit kepada debitur, dan laporan ini disampaikan setiap awal bulan.
39 40

Lihat pasal 14 UUHT. Lihat pasal 12 UUHT.

Universitas Sumatera Utara

Ketentuan di atas diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.7/8/PBI/2005 tanggal 24 Januari 2005 tentang Sistem Informasi Debitur. Dari laporan ini, Bank Indonesia akan mengawasi dan memonitor setiap perkembangan usaha bank umum dalam penyaluran kredit, diantaranya jumlah kredit yang disalurkan, sektor-sektor usaha yang dibiayai bank, termasuk juga kolektibilitas kredit dari setiap fasilitas kredit yang diberikan. Selain itu dalam suatu bank lazim ditemui unit kerja atau bagian yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan operasional internal bank yang disebut dengan audit internal (internal auditor). Audit internal ini merupakan bagian dari struktur pengendalian intern bank. Tugasnya dibidang kredit adalah meneliti dan mengawasi pemberian kredit oleh bank, mulai dari proses permohonan, pengikatan, pencairan, pemeliharaan sampai kepada pelunasannya, apakah telah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan ketentuan internal bank serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya unit kerja ini akan membantu bank terhindar dari berbagai penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan pelanggaran terhadap berbagai ketentuan lainnya. Jika kita lihat usaha bank dalam penyaluran kredit maka usaha pada bidang ini sangat banyak berkaitan dengan berbagai peraturan hukum yang ada, baik dalam ketentuan pemberian kredit itu sendiri dan ketentuan yang berkaitan dengan pengikatan terhadap jaminan yang diserahkan pada bank. Hal ini disebabkan dimana penyaluran kredit ini bersentuhan langsung dengan berbagai sendi kehidupan dan perekonomian manusia sehari-hari, demikian juga perekonomian bangsa dan negara pada umumnya. Salah satu prinsip yang disyaratkan oleh ketentuan perundang-undangan dalam usaha pemberian kredit adalah prinsip kehati-hatian (prudential principles). Prinsip ini memberi acuan bagi bank bahwa dalam pemberian kredit tidak dilakukan secara mudah, tanpa memperhatikan aspek risiko yang akan muncul dikemudian hari. Sebagai contoh hubungan prinsip ini di dalam penyaluran kredit adalah dalam hal pembatasan jumlah kredit yang akan disalurkan oleh bank, seperti rasio perbandingan antara dana yang ada pada bank dengan jumlah kredit yang disalurkan atau dalam istilah asing disebut Loan to Deposit Ratio (LDR). Dalam rasio ini akan memperlihatkan batas jumlah kredit yang layak disalurkan oleh bank yang tidak

Universitas Sumatera Utara

boleh melampaui jumlah dana yang ada padanya, artinya jumlah dana yang keluar tidak akan mengganggu likuiditas bank. D. Faktor-Faktor Penyebab Kredit Bermasalah Dana pinjaman atau kredit yang disalurkan bank lebih banyak bersumber dari dana simpanan nasabah pada bank. Laba yang diperoleh bank merupakan selisih dari pemberian suku bunga simpanan dengan pembebanan suku bunga kredit kredit setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank, seperti biaya operasional, gaji karyawan dan biaya-biaya lainnya. Namun pada kenyataannya tidak semua kredit yang diberikan itu memberi keuntungan atau laba pada bank. Hal ini disebabkan dimana kredit yang telah diberikan bank menjadi macet. Kredit macet ini merupakan beban bagi bank karena akan mempengaruhi kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan bank. Semakin besar jumlah persentase kredit macet pada bank maka semakin menyulitkan bank tersebut dalam menjalankan usahanya. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kredit menjadi macet, secara garis besar dapat dibedakan berikut ini. 1. Faktor dari debitur Tidak semua debitur mempunyai itikad baik pada saat mengajukan kredit ataupun pada saat kredit yang diberikan sedang berjalan. Itikad tidak baik inilah memang sulit untuk diketahui dan dianalisis oleh pihak bank, karena hal ini menyangkut soal moral ataupun akhlak dari debitur. Bisa saja debitur saat mengajukan kredit menutup-nutupi kebobrokan keuangan perusahaannya dan hanya mengharapkan dana segar dari bank, atau debitur memberikan data keuangan palsu atau berbagai tindakan-tindakan lainnya. Sebagai salah satu contoh yaitu seorang calon debitur yang bergerak dalam bidang pembangunan dan penjualan rumah ruko (property), mengadakan penjualan ruko dengan pura-pura (fiktif) atau jual beli yang direkayasa dengan modus bekerja sama dengan seorang pihak lain yang bertindak seolah-olah sebagai pembeli. Oleh pembeli ini memohon fasilitas kredit pemilikan rumah (ruko) pada bank dan pihak bank menyetujui pemohonan kredit dimaksud. Sebenarnya kredit yang dimohon oleh debitur baru tersebut adalah untuk kepentingan developer tadi yang digunakan untuk menutupi kewajibankewajibannya, dan tentu dalam hal ini debitur baru tersebut akan mendapat imbalan balas jasa dari developer. Kredit juga bisa menjadi macet karena kesalahan debitur di dalam mengelola keuangannya seperti terlalu banyak berinvestasi, terlalu terburu-buru dalam melakukan ekspansi usaha, atau dalam usaha perdagangan terlalu banyak menimbun stok barang tanpa memperhitungkan kelancaran perputaran barang

Universitas Sumatera Utara

dagangannya. Hal ini bisa menyebabkan modal yang diberikan bank mengendap pada pembelian barang tersebut, sementara pendistribusian atau permintaan pasar berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Tentu saja dengan kondisi seperti ini tidak akan menguntungkan pengusaha dan akhirnya menyebabkan ketidakmampuan mengembalikan pinjaman pada bank. Demikian juga kredit macet pada jenis kredit konsumsi atau consumer loan bisa terjadi karena adanya pemutusan hubungan kerja kepada karyawan, sehingga gaji ataupun sumber pembayaran pinjaman kepada bank sudah tidak ada lagi.

2. Faktor dari kreditor Berbagai ketentuan perundang-undangan yang menjadi koridor bagi bank dalam melakukan kegiatan usaha penyaluran dana. Seperti ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau BMPK, rasio pemberian kredit dilihat dari nilai jaminan yang diberikan dan berbagai aturan lainnya. Namun kadang kala petugas dan pengambil keputusan pemberian kredit tidak memperhatikan hal tersebut, dimana untuk mengejar target, bank sangat agresif untuk menyalurkan dananya tanpa mempertimbangkan faktor risiko yang dapat muncul sewaktu-waktu. Dalam hal pengambilan keputusan pemberian kredit juga bisa menjadi penyebab kredit mejadi bermasalah seperti karena pemilik perusahaan terlalu ikut campur tangan dalam pemberian kredit. Biasanya dalam hal ini pengurus perusahaan mendapat tekanan dari pemilik untuk memberi persetujuan terhadap kredit yang diajukan calon debitur, dengan mengabaikan aturan-aturan yang ada. Hal lain yang bisa terjadi juga karena adanya itikad tidak baik dari pejabat atau karyawan dalam bank sendiri, yang dengan sengaja melakukan hal-hal yang bisa merugikan bank seperti menerima suap, korupsi, kolusi dan lain-lain. Penatausahaan dokumen kredit yang tidak baik serta tidak dilakukannya pemantauan atas setiap kredit yang diberikan kepada debitur, juga bisa menyebabkan kredit menjadi bermasalah. Dari uraian di atas, seyogyanya setiap kredit diberikan sesuai dengan ketentuanketentuan yang ada, dan tetap dilakukan monitor dalam penggunaannya. Pola kerjasama antara kreditur dan debitur dalam pengelolaan dana pinjaman hendaknya dibina sebaik mungkin guna memudahkan pihak bank dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya kredit macet. Selain hal di atas berikut ini dapat dilihat penyebab-penyebab kredit bermasalah dari sisi kreditur.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Siswanto Sutojo, ada dua puluh faktor intern bank penyebab kredit bermasalah, yaitu : 1. Taksasi nilai jaminan yang lebih tinggi dari nilai sebenarnya 2. Penarikan dana kredit oleh debitur sebelum dokumentasi kredit diselesaikan 3. Kredit diberikan tanpa pendapat dan saran dari komite kredit atau diusulkan oleh petugas bank yang mempunyai hubungan persahabatan dengan debitur 4. Kredit diberikan kepada perusahaan baru yang dikelola pengusaha yang belum berpengalaman 5. Penambahan kredit tanpa jaminan yang cukup 6. Berulangkali bank menigirimkan surat teguran tentang penunggakan pembayaran bunga, tanpa tindakan lanjutan yang berarti 7. Bank jarang mengadakan analisis cash flows dan daya cicil debitur 8. Account officer tidak sering meneliti status kredit 9. Tidak ada usaha bank untuk mengawasi penggunaan kredit, sehingga timbul kemungkinan debitur menggunakannya secara tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian kredit. 10. Komunikasi antara bank dengan debitur tidak berjalan lancar 11. Tidak ada rencana dan jadwal pembayaran kembali kredit yang tegas, atau tidak dilampirkan pada perjanjian kredit 12. Bank tidak dapat menerima neraca dan daftar laba/rugi debitur secara teratur 13. Tidak dapat merealisir jaminan kredit karena debitur mengajukan berbagai macam argumen yurudis 14. Bank gagal menerapkan sistem dan prosedur tertulis mereka 15. Pimpinan puncak bank terlalu dominan dalam proses pengambilan keputusan pemberian kredit 16. Bank mengabaikan terjadinya cerukan, walaupun sadar bahwa cerukan adalah salah satu tanda terganggunya kondisi keuangan debitur 17. Bank tidak berhasil meninjau kondisi fasilitas produksi milik debitur 18. Daftar keuangan dan dokumen pendukung ayng diserahkan kepada bank, telah direkayasa sebelumnya, tidak diaudit atau diverifikasi 19. Bank tidak memperhatikan laporan dari pihak ketiga yang bernada kurang mengutungkan debitur 20. Bank tidak berhasil menguasai jaminan secepatnya, ketika mereka mencium tanda-tanda bahwa kredit yang diberikan berkembang ke arah kredit bermasalah 41 .

Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta : Damar Mulia Pustaka, 2000), hlm.19

41

Universitas Sumatera Utara

3. Faktor Dari Luar Debitor dan Kreditor (Ekstern). Kredit macet bisa terjadi karena faktor diluar dari pihak debitur maupun kreditur. Faktor eksternal ini misalnya karena terjadinya krisis moneter, kerusuhan massal, terjadinya bencana seperti gempa bumi, banjir, kebakaran dan kejadian-kejadian lainnya. Pengaruh kondisi ekonomi global juga bisa berdampak terhadap perputaran perekonomian dalam negeri, seperti naiknya harga minyak dunia yang berimbas kepada mandeknya kegiatan usaha para pengusaha sehingga keadaan perekonomian menjadi lesu karena menurunnya daya beli masyarakat atau konsumen. Kejadian-kejadian di atas secara langsung berpengaruh terhadap kelangsungan usaha debitur. Suatu perusahaan industri misalnya akan menurun produksinya apabila permintaan atas hasil produksi berkurang. Dengan penurunan omset berarti juga penurunan terhadap profit perusahaan. Akibatnya, kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran kewajibannya pada bank berkurang atau tidak mampu sama sekali dan kredit menjadi macet. Dalam kegiatan perbankan, jarang sekali suatu kredit macet disebabkan oleh karena faktor dari pihak kreditur. Namun jika hal ini terjadi, sebenarnya debitur dapat menuntut pihak bank yang melakukan wanprestasi. Yang lebih banyak terjadi adalah kredit menjadi macet disebabkan oleh faktor yang datangnya dari diri debitur. Selain itu bisa juga terjadi karena faktor diluar para pihak. Namun dalam praktik jika hal ini terjadi, pihak bank tetap menuntut agar debitur memenuhi kewajibannya, apakah itu dengan cara pelunasan melalui pembayaran atau pelunasan dengan cara menjual agunan kredit.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai