Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PIGMEN FOTOSINTESIS RIZKY YANUARISTA (1509 100 027) KELOMPOK VII JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 Abstrak Praktikum pigmen fotosintesis ini bertujuan untuk memisahkan pigmen fotosintetik dengan metode kertas kromatografi. Metode kromatografi merupakan metode pemisahan warna berdasarkan afinitas pada fase diam dan fase bergerak. Prinsip dari metode kromatografi adalah perbedaan berat molekul. Pigmen fotosintetik yang dipisahkan adalah pigmen fotosintetik yang terdapat pada tiga macam daun dengan warna yang didominasi warna ungu, hijau dan kuning, yaitu warna hijau pada daun pepaya (Carica papaya), warna kuning pada daun puring warna kuning (Codiaeum variegatum) dan warna ungu pada daun bayam merah (Alternanthera amoena). Praktikum dilakukan dengan menggerus daun menggunakan mortar, lalu direndam dengan alcohol 70% dan dilakukan penyerapan larutan menggunakan kertas kromatografi. Hasil yang didapatkan adalah terpisahnya warna-warna pada yang menunjukkan ciri masing-masing pigmen fotosintesis pada kertas saring. Daun Carica papaya diduga mengandung pigmen klorofil a, klorofil b dan xantofil. Daun puring (Codiaeum variegatum) yang berwarna kuning diduga mengandung pigmen warna xantofil atau karotenoid. Daun Alternanthera amoena diduga mengandung mengandung pigmen klorofil a, klorofil b, antosianin dan xantofil. Kata kunci : Pigmen fotosintesis, kromatografi, klorofil. Abstract Photosynthetic pigments lab aims to separate the photosynthetic pigments with paper chromatography method. Chromatographic method is based on the color separation method affinity to the stationary phase and mobile phase. The principle of chromatography is the difference in molecular weight. Photosynthetic pigments separated photosynthetic pigments contained in the three types of leaves with colors that dominated the color purple, green and yellow, green color on leaves Carica papaya, the leaves yellow on yellow croton (Codiaeum variegatum) and the color purple in the leaves Alternanthera amoen. Practicum is done by pounding the leaves using a mortar, then soaked with the absorption of alcohol 70% and implement solutions using paper chromatography. The result is a color separation on the characteristics of each show photosynthetic pigments on filter paper. The result is a color separation on the characteristics of each show photosynthetic pigments on filter paper. Carica papaya leaves suspected to contain the pigment chlorophyll a, b chlorophyll and Xantofil. Leaves of puring (Codiaeum variegatum) are suspected to contain a yellow pigment Xantofil or carotenoid. Alternanthera amoen leaves suspected to contain contain pigment chlorophyll a, chlorophyll b, antosianin and Xantofil. Keyword : Photosynthetic pigments, Chromatographic, Chlorophyll. PENDAHULUAN Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana pada proses ini karbondioksida dan air diubah menjadi karbohidrat dan energi kimia (ATP dan NADPH) dengan bantuan energi matahari (dalam bentuk foton). Agar dapat menangkap cahaya matahari

tersebut diperlukan suatu pigmen fotosintesis dengan panjang gelombang tertentu dapat menyerap sinar matahari dengan panjang gelombang tertentu pula. Pigmen-pigmen fotosintesis akan tereksitasi setelah menangkap energi foton matahari. Pada praktikum ini untuk memisahkan pigmen fotosintesis dengan metode kertas kromatografi, yaitu suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Tanaman yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun pepaya (Carica papaya), daun puring warna kuning (Codiaeum variegatum) dan daun bayam merah (Alternanthera amoena). Permasalahan yang dihadapi pada praktikum pigmen fotosintesis adalah bagaimana memisahkan pigmen fotosintetik dengan metode kertas kromatografi. Praktikum pigmen fotosintesis bertujuan untuk memisahkan pigmen fotosintetis dengan metode kertas kromatografi. Fotosintesis Fotosintesis merupakan suatu proses perubahan karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat dengan bantuan sinar matahari. Untuk dapat menangkap cahaya matahari tersebut diperlukan suatu pigmen fotosintesis dengan panjang gelombang tertentu dapat menyerap sinar matahari dengan panjang gelombang tertentu pula. Pigmen-pigmen fotosintesis akan tereksitasi setelah menangkap energi foton matahari. Energi eksitasi akan digunakan untuk reaksi terang yang menghidrolisis air dan melepaskan oksigen ke udara. Selanjutnya pada reaksi gelap, energi hidrolisis digunakan untuk membentuk karbohidrat. Pigmen-pigmen fotosintesis terdiri dari klorofil a, klorofil b dan karotenoid. Pada proses fotosintesis, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesis hanya terjadi pada tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk

pada beberapa jenis bakteri (Darmawan dan Baharsyah, 1983). Reaksi fotosintesis yang terjadi adalah sebagai berikut : 12 H2O + 6 CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6 O2 + 6 H2O (Dwijoseputro, 1990).

Gambar 1. Proses Fotosintesis Reaksi Terang/Fotolisis (Reaksi Hill) Tahap pertama dari sistem fotosintesis adalah reaksi terang, yang sangat bergantung kepada ketersediaan sinar matahari. Reaksi terang merupakan penggerak bagi reaksi pengikatan CO2 dari udara. Reaksi ini melibatkan beberapa kompleks protein dari membran tilakoid yang terdiri dari sistem cahaya (fotosistem I dan II), sistem pembawa elektron, dan komplek protein pembentuk ATP (enzim ATP sintase). Reaksi terang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia, juga menghasilkan oksigen dan mengubah ADP dan NADP+ menjadi energi pembawa ATP dan NADPH (Mulia, 2007). Reaksi terang terjadi di tilakoid, yaitu struktur cakram yang terbentuk dari pelipatan membran dalam kloroplas. Membran tilakoid menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Jika ada bertumpuktumpuk tilakoid, maka disebut grana (Mulia, 2007). Secara ringkas, reaksi terang pada fotosintesis ini terbagi menjadi dua, yaitu fosforilasi siklik dan fosforilasi nonsiklik. Fosforilasi adalah reaksi penambahan gugus fosfat kepada senyawa organik untuk

membentuk senyawa fosfat organik. Pada reaksi terang, karena dibantu oleh cahaya, fosforilasi ini disebut juga fotofosforilasi (Mulia, 2007). Fotosistem I (Fotofosforilasi Siklik) Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem, yaitu fotosistem I. Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan berakhir di fotosistem I (Mulia, 2007). Pertama, energi cahaya, yang dihasilkan oleh matahari, membuat elektron-elektron di P700 tereksitasi (menjadi aktif karena rangsangan dari luar), dan keluar menuju akseptor elektron primer kemudian menuju rantai transpor elektron. Karena P700 mentransfer elektronnya ke akseptor elektron, P700 mengalami defisiensi elektron dan tidak dapat melaksanakan fungsinya. Selama perpindahan elektron dari akseptor satu ke akseptor lain, selalu terjadi transformasi hidrogen bersama-sama elektron. Rantai transpor ini menghasilkan gaya penggerak proton, yang memompa ion H+ melewati membran, yang kemudian menghasilkan gradien konsentrasi yang dapat digunakan untuk menggerakkan sintase ATP selama kemiosmosis, yang kemudian menghasilkan ATP. Dari rantai transpor, elektron kembali ke fotosistem I. Dengan kembalinya elektron ke fotosistem I, maka fotosistem I dapat kembali melaksanakan fungsinya. Fotofosforilasi siklik terjadi pada beberapa bakteri, dan juga terjadi pada semua organisme fotoautotrof (Mulia, 2007). Adanya klorofil a yang mengabsorpsi cahaya gelombang panjang merah (panjang gelombang 700 nm). Kloroplas mendapat cahaya dari cahaya matahari maka elektron yang terdapat pada kloroplast tereksitasi kemudian elektron yang dikeluarkan pada fotosistem I ini akan diterima oleh akseptor ferodoksin selanjutnya ditransfer ke koenzim NADP (Nicotinamide Adenin Dinucleotida Phospat) sehingga menjadi ion NADP+.

Sementara itu pada saat yang bersamaan menerima H+ sehingga terbentuk NADPH2 (Mulia, 2007). Reaksi yang terjadi : NADP + 2H+ + 2e NADPH2 Fotosistem II Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II. Dalam fotofosforilasi nonsiklik, pergerakan elektron dimulai di fotosistem II, tetapi elektron tidak kembali lagi ke fotosistem II (Mulia, 2007). Mula-mula, molekul air diurai menjadi + 2H + 1/2O2 + 2e-. Dua elektron dari molekul air tersimpan di fotosistem II, sementara ion H+ akan digunakan pada reaksi yang lain dan O2 akan dilepaskan ke udara bebas. Karena tersinari oleh cahaya matahari, dua elektron yang ada di P680 menjadi tereksitasi dan keluar menuju akseptor elektron primer. Setelah terjadi transfer elektron, P680 menjadi defisiensi elektron, tetapi dapat cepat dipulihkan berkat elektron dari hasil penguraian air tadi. Setelah itu mereka bergerak lagi ke rantai transpor elektron, yang membawa mereka melewati pheophytin, plastoquinon, komplek sitokrom b6f, plastosianin, dan akhirnya sampai di fotosistem I, tepatnya di P700. Perjalanan elektron diatas disebut juga dengan skema Z. Sepanjang perjalanan di rantai transpor, dua elektron tersebut mengeluarkan energi untuk reaksi sintesis kemiosmotik ATP, yang kemudian menghasilkan ATP (Mulia, 2007). Sesampainya di fotosistem I, dua elektron tersebut mendapat pasokan tenaga yang cukup besar dari cahaya matahari. Kemudian elektron itu bergerak ke molekul akseptor, feredoksin, dan akhirnya sampai di ujung rantai transpor, dimana dua elektron tersebut telah ditunggu oleh NADP+ dan H+, yang berasal dari penguraian air. Dengan bantuan suatu enzim bernama Feredoksin-NADP

reduktase, disingkat FNR, NADP+, H+, dan elektron tersebut menjalani suatu reaksi: NADP+ + H+ + 2e- > NADPH NADPH, sebagai hasil reaksi diatas, akan digunakan dalam reaksi Calvin-Benson, atau reaksi gelap (Mulia, 2007).

2OH- 2e + H2O + O2 H2O 2 H+ + 2e + O2 2 H2O 4H+ + 4e + O2 Air akan mengalami disosiasi menjadi H+ dan OH-, dimana OH- bereaksi dengan NADP menjadi NADPH sedangkan OH- menjadi reaktif karena kekurangan elektron sehingga akan bereaksi dengan sesamanya membentuk air dan Oksigen. NADPH2 akan bereaksi dengan CO2 yang didapat daun melalui stomata, H+ akan bereaksi dengan atom C akan membentuk CH2O kemudian menjadi glukosa (C6H12O6) (Lakitan 2004). Reaksi Gelap/ Fiksasi CO2 (Reaksi Blackman) Reaksi gelap terjadi di stroma. CO2 diubah menjadi karbohidrat di dalam daun oleh sederetan reaksi yang ditemukan oleh Calvin dan Benson dengan suatu penelitian yang dilakukan tahun 1940. Calvin dan Benson menginkubasikan ganggang dan 14 CO2 radioaktif dalam cahaya, setelah berlangsung beberapa saat ganggang tersebut dihancurkan dan ekstraknya dianalisa terhadap metabolit radioaktif. Dari analisa ditemukan bahwa senyawa radioaktif dalam sel yang pertama dijumpai adalah 3-fosfogliserat. Senyawa dari 3 karbon ini atau biasanya pada tumbuhan yang melakukannya disebut tumbuhan C3 yaitu golongan tumbuhan tinggi kecuali graminae tropis (Salisbury dan Ross, 1998). Penemuan di atas akhirnya disebut daur Calvin-Benson. Secara garis besar menurut Salisbury dan Ross (1998) daur Calvin-Benson terdiri dari empat proses : 1. CO2 ditambahkan pada ribulosa difosfat (RuDP) lalu diikat kemudian dengan katalisator karboksilase membentuk 2 molekul asam fosfogliserat (PGA) ataupun 1 molekul PGA dan 1 molekul fosfogliseraldehid (PGAld). 2. Molekul PGA direduksi menjadi 2 molekul fosfogliseraldehid (PGAld) dengan menggunakan energi dari NADPH2 dan ATP. ADP dan NADP yang terbentuk akan digunakan kembali pada reaksi terang.

Gambar 2. Fotosistem I dan II. Adanya klorofil a yang mengabsorpsi cahaya gelombang panjang merah (panjang gelombang 700 nm) dan klorofil b yang mengabsorpsi cahaya panjang gelombang pendek yaitu kuning, hijau, dan biru dengan panjang gelombang 640 nm (Mulia, 2007). Pada sistem ini mengalami kenaikan orbit elektron sehingga elektron akan tereksitasi. Elektron yang tereksitasi akan diterima akseptor koenzim plastokuinon, sitokrom dan plastosianin menuju fotosistem I. Elektron mengalir untuk mengisi kekosongan pada fotosistem I dan melepaskan energi. Energi ini digunakan untuk mendorong pembentukan (sintesis) ATP yang berasal dari ADP dan Pi (inorganik) (Lakitan 2004). Reaksi yang terjadi : ADP + Pi + energi cahaya ATP Fotosistem II yang kehilangan elektron ini akan segera diganti dari pemecahan air (fotolisis) (Mulia, 2007). 2 H2O 2H+ + 2 H2O -

3. Molekul fosfogliseraldehid diubah menjadi fruktosa difosfat (FDP) dan sebagian akan membentuk xylulosa 5-fosfat (xyl-5P). Molekul fosfogliseraldehid lainnya bersamasama sedoheptulose 7-fosfat (s-7P) menghasilkan ribulosa 5-fosfat (Ru-5P) dan xylulosa 5-fosfat. Ribulosa 5-fosfat dihasilkan secara langsung dari kedua pentose fosfat. 4. Ribulosa 5-fosfat difosforilasi oleh ATP membentuk ribulosa difosfat yang kemudian menerima CO2 untuk melanjutkan daur (Lakitan 2004). Pigmen Fotosintesis Pada umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih pigmen klorofil yang berwarna hijau. Berbagai sel fotosintesis lainnya seperti pada ganggang dan bakteria, berwarna coklat, merah atau ungu. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pigmen lain disamping klorofil, yaitu pigmen pelengkap seperti karotenoid yang berwarna kuning, merah atau ungu serta pigmen fikobilin yang berwarna biru atau merah. Begitu cahaya bertemu atau mengenai materi, cahaya itu dapat dipantulkan, diteruskan (ditransmisi), atau diserap (diabsorpsi). Bahan-bahan yang menyerap cahaya-tampak disebut pigmen. Pigmen yang berbeda akan menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda, dan panjang gelombang yan diserap akan menghilang. Jika suatu pigmen diterangi dengan cahaya putih, warna yang kita lihat ialah warna yang paling dipantulkan atau diteruskan oleh pigmen yang bersangkutan. (Jika suatu pigmen menyerap semua panjang gelombang, pigmen itu akan tampak hitam.) Kita melihat warna hijau saat kita melihat daun karena klorofil menyerap cahaya merah dan biru ketika meneruskan dan memantulkan cahaya hijau. Kemampuan pigmen untuk untuk menyerap berbagai panjang gelombang cahaya diukur dengan menempatkan larutan pigmen itu dalam spektrofotometer. Grafik yang merupakan plot penyerapan (absorpsi) cahaya oleh pigmen

terhadap panjang gelombang disebut spektrum absorpsi (jamak: spektra absorpsi) (Campbell, 2000). Spektrum absorpsi untuk klorofil a memberikan petunjuk tentang keefektifan relative panjang gelombang yang berbeda dalam menggerakkan fotosintesis, karena cahaya dapat melakukan kerja dalam kloroplas hanya jika ia diserap. Seperti yang disebutkan sebelumnya, cahaya biru dan merah paling baik untuk fotosintesis, sementara hijau merupakan warna yang paling tidak efektif. Spektrum aksi menggambarkan kinerja relative dari panjang gelombang yang berbeda, dengan cara yang lebih akurat daripada spektrum absorpsi. Spektrum aksi dipersiapkan dengan menerangi kloroplas menggunakan warna cahaya yang berbeda dan kemudian membuat plot panjang gelombang terhadap beberapa ukuran laju fotosintesis, seperti konsumsi karbon dioksida atau pelepasan oksigen (Campbell, 2000). Spektrum aksi untuk fotosintesis tidak sama persis dengan spektrum absorpsi klorofil a. Spektrum absorpsi terlalu rendah memperkirakan keefektifan panjang gelombang tertentu dalam menggerakkan fotosintesis. Hal ini sebagian disebabkan karena klorofil a bukanlah satu-satunya pigmen yang penting secara fotosintetik dalam kloroplas. Hanya klotofil a yang dapat berperan serta secara langsung dalam reaksi terang, yang mengubah energi matahari menjadi energi kimiawi. Tetapi pigmen lain dalam membran tilakoid dapat menyerap cahaya dan mentransfer energinya ke klorofil a, yang kemudian mengawali reaksi terang. Salah satu dari pigmen aksesoris ini ialah bentuk klorofil yang lain, yaitu klorofil b. Klorofil b ini hampir identik dengan klorofil a, tetapi perbedaan structural yang kecil di antara keduanya telah cukup untuk membuat kedua pigmen tersebut mempunyai spektra absorpsi yang berbeda, sehingga warnanyapun juga berbeda. Klorofil a berwarna biru-hijau sementara klorofil b berwarna kuning-hijau. Jika foton cahaya matahari diserap oleh klorofil b, energi disalurkan ke klorofil a, yang kemudian

berperilaku seolah-olah klorofil inilah yang telah menyerap foton tersebut. Pigmen aksesoris lainnya termasuk karotenoid, hidrokarbon yang mempunyai warna berbagai campuran kuning dan jingga. Beberapa karotenoid mungkin memperluas spektrum dari warna-warna yang dapat menggerakkan fotossintesis. Namun demikian, sebagian karotenoid tampaknya berfungsi terutama dalam fotoproteksi: bukannya meneruskan energi ke klorofil, senyawa ini malah menyerap dan melepaskan energi cahaya yang berlebihan, yang jika tidak dilepas akan merusak klorofil. (yang menarik, karotenoid yang serupa mungkin memiliki peran fotoproteksi dalam mata manusia (Campbell, 2000). Klorofil Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta meref leksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis (Larkum dkk, 2005). Klorofil-a dalam aseton menunjukkan maksimum serapan pada 663 nm dan 420 nm, sedangkan dalam sel utuh maksimum serapannya 660, 670, 678, dan 685 nm. Pergeseran spektrum ini disebabkan oleh adanya keadaan yang berbeda-beda dari pengikatan molekul klorofil-a dengan berbagai protein khas di dalam sel tumbuhan (Larkum dkk, 2005). Klorofil-b adalah klorofil kedua yang terdapat dalam tumbuhan hijau sedangkan klorofil-c terdapat dalam ganggang coklat, diatom, dan dinoflagellata. Sel fotosintesis prokariot yang tidak menghasilkan O2 tidak mengandung klorofil-a akan tetapi mengandung bakterioklorofil-a atau bakterioklorofil-b.

Bakteri hijau mengandung klorofil klorobium (Larkum dkk, 2005). Macam Klorofil : 1. Klorofil-a (C55H72O5N4Mg): warna hijau tua (hijau biru), biasanya terdapat pada semua tanaman. 2. Klorofil-b (C55H70O6N4Mg): warna hijau muda (hijau kekuningan), biasanya terdapat pada kebanyakan tanaman. 3. Klorofil-c: warna hijau coklat. Klorofil c dibagi menjadi 2, yaitu klorofil c1 (C35H30O5N4Mg) dan c2 (C35H28O5N4Mg). Biasanya terdapat pada golongan alga. 4. Klorofil-d (C54H70O6N4Mg) :warna hijau merah pada ganggang merah, biasanya terdapat pada Cyanobacteria (Larkum dkk, 2005). Menurut (Larkum. Dkk, 2005) menyatakan bahwa klorofil a dianggap sebagai klorofil satu peran dalam pengolahan fotokimia phototrophs oksigen, sedangkan klorofil d (CHL d), ditemukan dalam jumlah kecil di ganggang merah pada tahun 1943, sering dianggap sebagai isolasi artefak. Sekarang, setelah penemuan selama tahun lalu, menjadi jelas bahwa CHL d adalah klorofil utama sebuah cyanobacterium bebas dan luas yang hidup dalam lingkungan cahaya dipisahkan dari cahaya tampak dan radiasi infra merah ditingkatkan. Selain itu, klorofil d CHL d tidak hanya memiliki peran panen tetapi juga dapat menggantikan CHL dalam sepasang khusus klorofil dalam dua pusat reaksi fotosintesis (Larkum dkk, 2005). Dalam (Dere, 1998) menyatakan bahwa kandungan klorofil yang terkait dengan tingkat pigmen hampir sama pada semua kelompok alga, tetapi klorofil b dan c diubah, dan begitu pula tingkat karotenoid tergantung pada jenis alga kondisi dan lingkungan, dan terutama peningkatan tingkat karotenoid dalam kondisi stres. Walaupun peran karoten pigmen pada alga tidak diketahui, telah menyarankan bahwa mereka berfungsi sebagai filter cahaya melindungi pasif dan telah mendapat peran pigmen aksesori mentransfer energi dan

oksigen. Vechetel dan et al. (1992) dalam penelitian mereka menentukan bahwa pigmen karoten merupakan pigmen photosyntethic yang paling penting, dan mereka dicegah klorofil dan membran tilakoid dari kerusakan pada energi yang diserap oleh fotooksidasi (Dere, 1998).

b. Kromatografi Penukar Ion Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan asam amino (Dere, 1998). c. Kromatografi Penyaringan Gel Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer (Dere, 1998). d. Elektroforesis Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan (Dere, 1998). e. Kromatografi Kertas Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom. Prinsip dari metode kromatografi adalah perbedaan berat molekul (Dere, 1998). Ada tumbuh minat dalam industri makanan untuk bahan pewarna alami dan rasa elicited karakteristik otentik makanan (Uhl,

Gambar 3. Spektrum absorbsi klorofil a dan klorofil b Kurva terputus-putus dan solid berwarna putih menggambarkan spektrum absorpsi klorofil a dan b. Kurva hitam di atas menggambarkan efektivitas pelbagai panjang gelombang cahaya dalam menguatkan fotosintesis. Angka-angka menunjukkan betapa miripnya spektrum absorpsi kombinasi klorofil a dan b dengan spektrum kerja fotosintesis (Dere, 1998). Kromatografi Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Beberapa macam Metode kromatografi : a. Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi (Dere, 1998).

1995). Daun pandan (Pandan Wangi) dapat ditemukan secara luas di negara-negara tropis yang termasuk Thailand karena kandungan berkompleks yang tinggi, dan karenanya pandan menjadi populer untuk digunakan sebagai bahan pewarna hijau dalam makanan. Daun pandan juga mengandung aromatik senyawa 2asetil-1-pirolina yang memiliki senyawa yang sama ditemukan di Basmati dan Beras melati (Jiang, 1990; Laksanalamai dan Ilangantileke, 1993) (Porrarud, 2010). METODOLOGI Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mortar, cawan petri, kertas saring ukuran 3 x 15 cm dan penjepit kayu. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun yang warnanya didominasi warna hijau dipergunakan daun pepaya (Carica papaya), daun yang warnanya didominasi warna kuning dipergunakan daun puring warna kuning (Codiaeum variegatum) dan daun yang warnanya didominasi warna ungu dipergunakan daun bayam merah (Alternanthera amoena). Cara kerja Daun pepaya (Carica papaya), daun puring warna kuning (Codiaeum variegatum) dan daun Alternanthera amoena ditimbang sebanyak 1 gram dengan neraca analitik. Masing-masing daun digerus dalam 3 mortar berbeda. Setelah daun halus lalu direndam dalam 25 ml alcohol 70% sampai seluruh klorofil terlarut dan ekstrak terlihat berwarna hijau. Ekstrak dibiarkan beberapa menit sampai ampas daun mengendap. Kemudian masingmasing cairan ekstrak dituangkan ke dalam cawan petri berbeda. Kertas saring ukuran 3 x 15 cm yang telah disediakan diambil dan dijepit pada salah satu ujungnya dengan menggunakan penjepit. Lalu dicelupkan bagian ujung yang lain dari kertas saring tersebut ke dalam ekstrak klorofil yang berada di cawan petri. Kertas saring dibiarkan tergantung untuk beberapa lama sampai terlihat pemisahan pigmen yang

terkandung di dalamnya. Diperhatikan ada berapa macam pigmen diperoleh dalam pigmen tersebut dan dianalisa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Metode kromatografi merupakan metode pemisahan warna berdasarkan afinitas pada fase diam dan fase bergerak. Berikut merupakan hasil pengamatan berdasarkan warna yang terlihat dari kertas kromatografi: Daun Alternanthera amoena mengandung mengandung pigmen klorofil a, klorofil b, antosianin dan xantofil. kuning Hijau muda

Hijau tua ungu Gambar 4: Pigmen Alternanthera amoena. Alternanthera amoena Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotiledoneae Ordo : Caryophyllales Familia : Amaranthaceae Genus : Alternanthera Species : Alternanthera amoena

Gambar 5: Alternanthera amoena

Deskripsi : Terna berumur pendek, dengan daundaun kadang bersifat sukulen, tanpa daun penumpu. Bunga tunggal berbilang 1-5 atau tidak ada terdapat di ketiak daun, menyerupai bulir, seringkali berwarna kehijau-hijauan. Benang sari pada pangkalnya seringkali berlekatan menjadi buluh. Bakal buah menumpang, beruang 1 dengan 1-tak hingga bakal biji. Tangkai putik tidak ada atau berbentuk benang dengan kepala putik yang berbentuk kancing atau terbelah. Bakal biji kampilotrop, tegak atau bergantungan pada tali pusar yang basal. Buahnya buah buni,kadang diselubungi tenda bunga. Biji dengan lembaga yang bengkok melingkari endospermnya (Tjitrosoepomo, 2010). Daun Carica papaya mengandung pigmen klorofil a, klorofil b dan xantofil.

Gambar 7 : Carica papaya Deskripsi : Semak atau pohon kecil yang batangnya tidak berkayu, daun tunggal berbagi atau majemuk menjari. Bunga banci atau berkelamin tunggal, aktinimorf, poligam, dasar bunga seperti lonceng. Daun mahkita 5, pada bunga jantan berlekatan, pada bunga betina manjadi buluh yang bebas. Buahnya buah buni dengan daging tebal dan lunak. Biji dengan endosperm dan lembaga yang lurus (Tjitrosoepomo, 2010). Daun puring (Codiaeum variegatum) yang berwarna kuning mengandung pigmen warna xantofil atau karotenoid.

Hijau tua Hijau muda

kuning

Gambar 6: Pigmen Carica papaya Carica papaya Klasifikasi : Regnum Divisio Classis Ordo Familia Genus Species kuning : Plantae : Spermatophyta : Dicotiledoneae : Parietales : Caricaceae : Carica : Carica papaya Gambar 8: Pigmen Codiaeum variegatum Codiaeum variegatum Klasifikasi : Regnum : Plantae Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotiledoneae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Codiaeum Species : Codiaeum variegatum

Gambar 9 : Codiaeum variegatum Deskripsi : Tumbuhan berkayu, terna. Daun terna atau majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan. Bunga berkelamin tunggal, berumah satu atau dua. Bunga jantan dengan benang sari yang sama jumlahnya dengan daundaun hiasan bunga, bunga betina dengan putik yang terdiri dari 3 daun buah dengan 3 tangkai putik yang berlekatan. Buahnya buah kendaga yang kalau masak pecah menjadi 3 bagian buah, ada yang berupa buah buni dan buah batu. Biji dengan endosperm yang besar, lembaga letaknya sentral (Tjitrosoepomo, 2010). Pembahasan Praktikum pigmen fotosintesis bertujuan untuk memisahkan pigmen fotosintetik dengan metode kertas kromatografi. Metode kromatografi merupakan metode pemisahan warna berdasarkan afinitas pada fase diam dan fase bergerak. Prinsip kromatografi adalah perbedaan berat molekul. Pigmen fotosintetik yang dipisahkan adalah pigmen fotosintetik yang terdapat pada tiga macam daun dengan warna yang didominasi warna ungu, hijau dan kuning. Sehingga nanti dapat diperkirakan pigmen warna apa yang terdapat dalam ketiga warna daun yang berbeda tersebut. Praktikum menggunakan tiga macam daun dengan warna yang didominasi warna ungu, hijau dan kuning, yaitu warna hijau pada daun pepaya (Carica papaya), warna kuning pada daun puring warna kuning (Codiaeum variegatum) dan warna ungu pada daun bayam merah (Alternanthera amoena). Penggunaan daun dengan warna yang berbeda bertujuan untuk membedakan pigmen warna yang

terkandung di dalam daun tersebut yang akan di uji kandungannya dengan menggunakan metode kromatografi kertas. Praktikum dilakukan dengan menimbang daun pepaya (Carica papaya), warna kuning pada daun puring warna kuning (Codiaeum variegatum) dan warna ungu pada daun bayam merah (Alternanthera amoena) ditimbang sebanyak 1 gram dengan neraca analitik. Masing-masing daun digerus dalam 3 mortar berbeda. Penggerusan dengan mortar bertujuan untuk menghaluskan daun sehingga klorofil terpisah dari daun.

Gambar 10 : Penggerusan daun Alternanthera amoena

Gambar 11 : Penggerusan daun Carica papaya

Gambar 12 : Penggerusan daun Codiaeum variegatum Setelah daun halus lalu direndam dalam 25 ml alcohol 70% sampai seluruh klorofil terlarut dan ekstrak terlihat berwarna hijau. Alkohol 70% berfungsi sebagai zat pelarut untuk memisahkan klorofil dan pigmen warna lain dari daun. Ekstrak dibiarkan beberapa menit sampai ampas daun mengendap. Kemudian masingmasing cairan ekstrak dituangkan ke dalam

cawan petri berbeda. Kertas saring ukuran 3 x 15 cm yang telah disediakan diambil dan dijepit pada salah satu ujungnya dengan menggunakan penjepit. Lalu dicelupkan bagian ujung yang lain dari kertas saring tersebut ke dalam ekstrak klorofil yang berada di gelas benda. Kertas saring digunakan sebagai media untuk merambatnya pigmen warna yang terdapat pada masing-masing ekstrak daun. Kertas saring dicelupkan dengan posisi lurus sehingga cairan ekstrak meresap perlahan-lahan dalam pori-pori kertas saring sampai terlihat pemisahan pigmen yang terkandung di dalamnya. Setelah beberapa menit terlihat pemisahan warna yang berbeda pada ketiga kertas saring. Pemisahan ekstrak daun berwarna dominan hijau pada daun pepaya (Carica papaya), menunjukan adanya urutan warna dari atas kertas saring adalah kuning, hijau tua, dan hijau muda. Warna kuning terserap lebih dahulu, hal ini menunjukkan adanya pigmen warna xantofil (C40H54(OH)2) atau karotenoid (C40H56O2) yang memiliki berat molekul sama dan yaitu 568. Adanya pigmen warna xantofil atau karotenoid yang memiliki berat molekul paling rendah dibandingkan pigmen warna klorofil a dan klorofil b. Selanjutnya setelah warna kuning di bagian tengah dan paling bawah yaitu warna hijau tua selanjutnya hijau muda. Hal tersebut menunjukkan adanya pigmen klorofil a (C55H72O5N4Mg) dengan berat molekul sebesar 893 dan klorofil b (C55H70O6N4Mg) dengan berat molekul sebesar 907. Klorofil a terletak di sebelah atas klorofil b dikarenakan klorofil a memiliki berat molekul yang lebih kecil dibandingkan klorofil b, sehingga afinitas klorofil a lebih besar dan terserap dahulu. Pemisahan ekstrak daun puring berwarna dominan kuning (Codiaeum variegatum) yang didominasi warna kuning pada kertas saring. Hal ini menunjukkan adanya pigmen warna karotenoid atau xantofil pada daun. Pigmen xantofil (C40H54(OH)2) atau karotenoid (C40H56O2) dengan berat molekul 568.

Berdasarkan hasil pengamatan, pada daun puring (Codiaeum variegatum) tidak ditemukan warna hijau-biru dan warna hijaukuning yang menunjukkan adanya pigmen warna klorofil a dan klorofil b pada daun tersebut. Padahal, menurut (Pratama, 2009) semua tumbuhan mengandung pigmen warna klorofil a dan klorofil b. Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan klorofil b. Klorofil a terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya. Ketidakmunculan warna hijau-biru dan kuninghijau yang menandakan adanya pigmen warna klorofil a dan klorofil b yang mungkin disebabkan karena kurang halus dalam penggerusan daun, sehingga pigmen pada daun tidak semuanya terlarut sempurna pada alkohol 70%. Hal ini juga disebabkan kerasnya permukaan daun puring warna kuning (Codiaeum variegatum) sehingga susah hancur dan terlarut klorofilnya. Pemisahan ekstrak daun berwarna dominan ungu pada daun Alternanthera amoena, menunjukan adanya urutan warna dari bawah kertas saring adalah kuning, hijau tua, dan hijau muda. Warna kuning terserap lebih dahulu, ini menunjukkan adanya pigmen warna xantofil (C40H54(OH)2) atau karotenoid (C40H56O2) yang memiliki berat molekul sama dan yaitu 568. Berat molekul tersebut lebih rendah bila dibandingkan berat molekul pigmen warna klorofil a dan b. Selanjutnya setelah warna kuning di bagian tengah dan paling bawah yaitu warna hijau tua selanjutnya hijau muda. Hal tersebut menunjukkan adanya pigmen klorofil a (C55H72O5N4Mg) dengan berat molekul sebesar 893 dan klorofil b(C55H70O6N4Mg) dengan berat molekul sebesar 907. Klorofil a terletak di sebelah atas klorofil b dikarenakan klorofil a memiliki berat molekul yang lebih kecil

dibandingkan klorofil b, sehingga afinitas klorofil a lebih besar dan terserap dahulu.

Gambar 13 : Pigmen yang terserap di kertas saring. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dikatakan berat molekul klorofil b (hijau muda) > klorofil a (hijau muda) > xantofil (kuning). Jarak yang ditempuh oleh pigmen klorofil tergantung dari berat molekul klorofil tersebut. Jika berat molekulnya rendah atau ringan, maka pigmen fotosintesis akan terbawa larutan kromatografi lebih jauh. Sebaliknya, jika berat molekul pigmen besar, maka pigmennya pun akan terbawa lebih dekat. Energi tiap foton berbanding terbalik dengan panjang gelombang, sehingga panjang gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi dibandingkan dengan panjang gelombang jingga dan merah. Cahaya biru kurang efisien dari sudut energi dalam fotosintesis dibandingkan cahaya merah. Daun sebagian besar spesies tumbuhan menyerap lebih dari 90% panjang gelombang ungu dan biru yang mengenainya, dan hampir sebesar presentase panjang gelombang jingga dan merah. Klorofil berwarna hijau karena tidak efektif dalam menyerap panjang gelombang hijau, melainkan memantulkan dan melalukannya. Klorofil a dan klorofil b menyerap sangat sedikit cahaya hijau dan kuning-hijau tetapi menyerap dengan kuat panjang gelombang ungu, biru, jingga dan merah. Karoten dan lutein menyerap panjang gelombang biru dan ungu namun memantulkan gelombang hijau, kuning, jingga dan merah. Disamping sebagai pigmen fotosintesis, karoten juga berfungsi melindungi klorofil dari

kerusakan akibat oksidasi oleh oksigen saar penyinaran tinggi (Salisbury dan Ross, 1998). Klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan hijau yang berfotosintesis. Berdasarkan penelitian, klorofil ternyata tidak hanya berperan sebagai pigmen fotosintesis. Klorofil mempunyai manfaat antara lain, sebagai obat kanker otak, paru-paru, dan mulut. Klorofil juga dapat digunakan sebagai desinfektan, antibiotik dan food suplemen. Klorofil dapat digunakan sebagai food suplemen karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk tubuh manusia (Hendriyani, 2009). Adanya manfaat klorofil yang banyak tersebut, maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kandungan klorofil pada tanaman. Usaha peningkatan kandungan klorofil tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan volume penyiraman yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam. Oleh karena itu perlu diketahui volume penyiraman yang tepat pada suatu tanaman agar pertumbuhan dan kandungan klorofilnya maksimal (Hendriyani, 2009). Kebanyakan tanaman mempunyai pertumbuhan yang bagus pada kondisi kapasitas layang. Kapasitas lapang adalah keadaan dimana air hanya berada dalam poripori mikro tanah dan disebut sebagai air tersedia, sedang pori-pori makro tanah ditempati oleh udara (Hendriyani, 2009). Perbedaan tingkat energi warna sangat penting bagi tanaman, karena setiap tanaman memerlukan sejumlah besar energi untuk melangsungkan fotosintesis. Untuk itu, selama fotosintesis berlangsung, tanaman menyerap cahaya matahari dengan tingkat energi tertinggi di sekitar ujung ultraviolet dari spektrum, yaitu violet dan biru, dan juga warna sekitar ujung inframerah (panas) dari spektrum, yaitu merah, oranye dan kuning. Daun melakukan semua proses ini melalui pigmen klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Tidak seluruh foton mempunyai tingkat energi yang cocok untuk menggiatkan pigmen daun. Gardner et al. (1991), mengemukakan bahwa di atas 760 nm

foton tidak memiliki cukup energi dan di bawah 390 nm foton memiliki terlalu banyak energi, menyebabkan ionisasi dan kerusakan pigmen. Sehingga foton yang memiliki tingkat energi yang cocok untuk fotosintesis memiliki panjang gelombang antara 390 760 nm yaitu cahaya campak (Salisbury & Ross, 1998). Terdapat beberapa macam pigmen yang dapat diketahui yaitu : a. Klorofil a : menangkap atau menyerap energi pada fotosistem I (menangkap cahaya pada panjang gelombang 680-760 nm) b. Klorofil b : menangkap atau menyerap energi pada fotosistem II (menangkap cahaya pada panjang gelombang 670 nm) c. Karotenoid : warna kuning, untuk mengabsorbsi cahaya kuning, contohnya wortel d. Xantofil : warna kuning pada daun tua e. Fikosantin : warna merah tua, contohnya: ganggang merah f. Fikoeritsin: warna merah cerah, contohnya: ganggang merah g. Fikosianin: warna merah tua dan biru pada buah dan bunga

untuk sinar kuning dan hijau. Klorofil lain (c, d, e) ditemukan hanya pada alga dan dikombinasikan dengan klorofil a. bakteri klorofil a dan b dan klorofil chlorobium ditemukan pada bakteri fotosintesin. (Devlin, 1975). Ada dua kelompok pigmen atau fotosistem yang terpisah, yang bekerja sama dalam fotosintesis yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Fotosistem I terletak di tilakoid dan di daerah tengah grana yang menghadap stroma. Fotosistem I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan electron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin. Fotosistem II berfungsi untuk menggunakan energy cahaya untuk mereduksi plastokuinon teroksidasi menjadi bentuk yang teroksidasi penuh dengan menggunakan elektron dari air (Salisbury & Ross, 1998). Faktor yang mempengaruhi terhadap laju fotosintesis Beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah : a. Intensitas cahaya Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya. b. Konsentrasi karbon dioksida Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. c. Suhu Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. d. Kadar air Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. e. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis) Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar

Gambar 14 : Spektrum cahaya dan pigmen berdasarkan panjang gelombangnya. Klorofil merupakan pigmen hijau tumbuhan dan merupakan pigmen yang paling penting dalam proses fotosintesis. Sekarang ini, klorofil dapat dibedakan dalam 9 tipe : klorofil a, b, c, d, dan e. Bakteri klorofil a dan b, klorofil chlorobium 650 dan 660. klorofil a biasanya untuk sinar hijau biru. Sementara klorofil b

fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang. f. Tahap pertumbuhan Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh (Salisbury dan Ross, 1998). Faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan klorofil Beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah : a. Faktor pembawaan (Gen) Jika gen ini tidak ada maka tanaman albino.

b. Cahaya Tanaman yang berada pada tempat gelap akan tampak pucat. Terlalu banyak sinar berpengaruh buruk pada klorofil. c. Oksigen Kecambah yang ditumbuhkan pada tempat gelap dan dibawa ke tempat yang bercahaya tak bisa membentuk klorofil, jika tidak diberikan oksigen. d. Karbohidrat (dalam bentuk gula) Pada daun yang etiolasi+gula menghasilkan klorofil. e. Nitrogen, Magnesium, Besi Merupakan bahan kimia (keharusan), kerusakan zat tersebut klorosis. Mn, Cu, Zn diperlukan dalam jumlah kecil (mikro) tetapi harus ada, bila kekurangan akan klorosis f. Air Kekurangan air berakibat desintegrasi dari klorofil. Misalnya di pohon di musim kering. g. Temperatur Temperatur yang cocok untuk o o pembentukan klorofil adalah 3 - 48 C pada kebanyakan tanaman, tapi temperature yang paling baik antara 26 o - 30 o C. (Pratama, 2009).

Proses fotosintesis pada tanaman C3, C4 dan CAM Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari proses assimilasi (Pratama, 2009). Pada tanaman C3 siklus Calvin terjadi di sel-sel mesofil. Pada tanaman C3, CO2 diikat oleh enzim RuBP (RuBP merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi (fotorespirasi adalah espirasi,proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan assimilasi akan bertambah besar (Pratama, 2009). Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi, laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2 Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan (Pratama, 2009).

Tanaman C4 lebih efisien dari pada tanaman C3 dalam hal fiksasi CO2 karena bekerja pada konsentrasi lebih rendah. Sehingga pada hari yang sangat panas tanaman C4 menutup stomatanya untuk mengurangi kehilangan air, tetapi dapat memperoleh CO2 untuk keperluan fotosintesisnya. Alasan inilah yang menyebabkan tanaman C4 mampu beradaptasi pada habitat dengan suhu tinggi, kelembapan rendah dan sinar matahari terik pada siang hari (Pratama, 2009). Tanaman CAM (Crassulacean Acid Metobilism) mengikat atau menfiksasi CO2 pada malam hari ketika stomatanya membuka dengan bantuan enzim PEP Karboksilase dan mengubahnya menjadi oksaloasetat pada waktu yang berlainan, setelah itu berubah menjadi malat maka di simpan dalam vakuola. Ketika stomata menutup pada siang hari, malat mengalami reaksi dekarboksilasi dan menghasilkan piruvat dan CO2. selanjutnya CO2 memasuki siklus calvin untuk membentuk PGAL (G3P) (Pratama, 2009). Klorofil berwarna hijau tidak efektif dalam menyerap panjang gelombang hijau, melainkan memantulkan cahaya hijau. Klorofil a dan klorofil b menyerap sangat sedikit cahaya hijau dan kuning-hijau tetapi menyerap dengan kuat panjang gelombang ungu, biru, jingga dan merah. Karoten dan lutein menyerap panjang gelombang biru dan ungu namun memantulkan gelombang hijau, kuning, jingga dan merah. Disamping sebagai pigmen fotosintesis, karoten juga berfungsi melindungi klorofil dari kerusakan akibat oksidasi oleh oksigen saar penyinaran tinggi (Salisbury, 1998). Perbedaannya terdapat pada tahap awal untuk memulai siklus calvin, pada tumbuhan C3 memulainya dengan RuBP sedangkan tumbuhan C4 memulainya dengan pembentukan PEP+CO2.

Gambar 15 : proses fotosintesis pada tanaman C3.

Gambar 16 : proses fotosintesis pada tanaman C4.

Gambar 17 : proses fotosintesis pada tanaman CAM. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan praktikum yang telah dilakukan adalah pigmen fotosintetik yang terkandung pada tumbuhan khususnya pada daun dapat dipisahkan dengan metode kromatografi kertas, dengan prinsip perbedaan berat molekul. Hasil yang diperoleh adalah berupa pigmen warna yang terbentuk pada kertas saring. Jarak yang ditempuh oleh pigmen klorofil tergantung dari berat molekul klorofil tersebut. Urutan berat molekul klorofil b (hijau muda) > klorofil a (hijau muda) > xantofil (kuning).

DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2000. Biologi. Erlangga: Jakarta. Dwijoseputro . 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Penerbit PT. Gramedia : Jakarta. Dere, Sukran. Dkk. 1998. Spectrophotometric Determination of Chlorophyll - A, B and Total Carotenoid Contents of Some Algae Species Using Different Solvents. Department of Biology : Turkey. Devlin, R. M. 1975. Plant Physiology. Edition III. D. Van Nostrad Company : New York. Franklin, Gardner. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI PRESS. Jakarta. Hendriyani, Ika Susanti dan Nintya Setiari. 2009. Kandungan Klorofil Dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna Sinensis) Pada Tingkat Penyediaan Air Yang Berbeda. J. Sains & Mat. Vol. 17 No. 3, Juli 2009: 145-150. Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Larkum, Anthony W.D. dkk. 2005. Chlorophyll d: the puzzle resolved. School of Biological Sciences, Building A08, University of Sydney : Australia. Mulia, Isnan. 2007. Fotosintesis. IPB Press: Bogor. Porrarud, S. And and Pranee, A. 2010. Microencapsulation Of Zn-Chlorophyll Pigment From Pandan Leaf By Spray

Drying And Its Characteristic. International Food Research Journal 17: 1031-1042 (2010). Pratama, Tomi anugrah dkk. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pigmen Fotosintetik. Jurusan biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas: Padang. Tjitrisoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1998. Fisiologi Tumbuhan. ITB: Bandung.

Tabel Pengamatan NO. PERLAKUAN 1. Disiapkan daun yang akan dibuat praktikum

PENGAMATAN

Gambar 18: Daun Codiaeum variegatum

Gambar 19: Daun Alternanthera amoena

Gambar 20: Daun Carica papaya 2. Ditimbang 1 gram daun

Gambar 21: Penimbangan daun Carica papaya

Gambar 22: Penimbangan daun Alternanthera amoena

Gambar 23: Penimbangan daun Codiaeum

variegatum 3. Daun digerus di dalam mortar

Gambar 24: Penggerusan daun Alternanthera amoena

Gambar 25: Penggerusan daun Codiaeum variegatum

Gambar 26: Penggerusan daun Carica papaya 4. Setelah halus, ditambahkan dengan alkohol 70% sebanyak 25ml

Gambar 27: penambahan 25 ml alkohol 70%

Gambar 28: penambahan 25 ml alkohol 70% pada Alternanthera amoena

Gambar 29: penambahan 25 ml alkohol 70% pada Codiaeum variegatum

Gambar 30: penambahan 25 ml alkohol 70% pada Carica papaya 5. Diaduk hingga tercampur, dipindahkan cairannya ke cawan petri, ampasnya dibuang

Gambar 31: hasil pengadukkan yang telah tercampur rata

Gambar 32: Codiaeum variegatum dipindah ke cawan petri

Gambar 33: Carica papaya dipindah ke cawan petri

Gambar 34: Alternanthera amoena dipindah ke cawan petri

Gambar 35: setelah dipindah ke cawan petri 6. Dilihat pigmen yang terkadung di dalam daun dengan menggunakan kertas saring untuk penyerapan pigmennya. Ditunggu hingga penyerapannya.
Gambar

Gambar 36: kertas saring

Gambar 37: penyerapan pigmen pada Codiaeum variegatum

Gambar 38: penyerapan pigmen pada Alternanthera amoena

Gambar 39: penyerapan pigmen pada Carica papaya

Gambar 40: penyerapan dilakukan selama 10 menit 7. Diamati hasil penyerapan pigmennya

Gambar 41: hasil penyerapan pigmen (dari kiri ke kanan) Alternanthera amoena (klorofil a,klorofil b, antosianin, xantofil),Codiaeum variegatum (xantofil / karotenoid),Carica papaya (klorofil a, klorofil b, xantofil)

KANDUNGAN KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis) PADA TINGKAT PENYEDIAAN AIR YANG BERBEDA METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: pertama dilakukan persiapan benih yaitu dengan cara melakukan seleksi biji. Seleksi biji kacang panjang dilakukan dengan merendam biji tersebut dalam air. Biji yang digunakan adalah biji yang tenggelam karena biji tersebut baik untuk dikecambahkan, sedangkan biji yang terapung dibuang. Selanjutnya persiapan media tanam. Media tanam yang dipakai adalah campuran tanah, pupuk dan sekam. Media tanam dengan volume yang sama dimasukkan ke masing-masing polybag. Selanjutnya biji V. Sinesis hasil seleksi ditanam dalam media yang telah disiapkan, baik kelompok perlakuan maupun kontrol. Tiap polybag ditanam 5 biji V. sinesis. Setelah biji tumbuh, dipilih 1 tanaman yang tumbuh optimal pada tiap-tiap polybag dengan tinggi sama. Tahap selanjutnya adalalah pengukuran Kapasitas Lapang untuk menentukan volume penyiraman yaitu dilakukan dengan cara media tanam dalam polybag disiram dengan air sampai menetes (jenuh) kemudian didiamkan selama 3 hari sampai tidak ada air yang menetes. Selanjutnya, media tanam ditimbang berat basah dan berat keringnya. Berat basah ditimbang setelah tidak ada air yang menetes dari dalam polybag. Berat kering ditimbang setelah media tanam dioven pada suhu 100C selama 24 jam sampai diperoleh berat konstan. Kapasitas lapang dihitung dengan rumus :

Keterangan : W = Kapasitas Lapang Tb = Berat Basah Tk = Berat Kering Perlakuan pada penelitian ini adalah volume penyiraman (P) berdasarkan kapasitas lapang yaitu sebagai berikut: P1 : volume 342 mL (1/2 kapasitas lapang) P2 : volume 683 mL (kapasitas lapang) P3 : volume 1025 mL (1 1/2 kapasitas lapang) Setiap perlakuan dengan 3 ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan parameter pertumbuhan dan kandungan klorofil V. sinensis dengan perlakuan penyiraman yang berbeda pada akhir penelitian tersaji pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1. Pertumbuhan dan kandungan klorofil (g/mL) tanaman kacang panjang (V. sinesis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda

Keterangan: P1 = penyiraman kapasitas lapang P2 = penyiraman berdasarkan kapasitas lapang P3 = penyiraman 3/2 kapasitas lapang Angka-angka yang diikuti superskrip huruf yang sama dalam suatu kolom menunjukkan hasil berbeda tidak nyata berdasarkan hasil uji F pada taraf signifikansi 95%. Hasil uji Anova dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman yang berbeda terhadap V. sinesis memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan V. sinesis.

Hasil penelitian terhadap pertumbuhan kacang panjang (tinggi tanaman) dengan perlakuan tingkat penyediaan air yang berbeda pada akhir penelitian digambarkan dalam bentuk histogram pada gambar 4.2 berikut :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang dengan perlakuan P1 (volume 342 mL) memperlihatkan pertumbuhan yan cenderung lebih bagus daripada tanaman dengan perlakuan P2 (volume 683 mL) dan P3 (volume 1025 mL). Tanaman dengan perlakuan P1 mempunyai tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi serta barat basah dan berat kering yang cenderung lebih besar dari tanaman P2 dan P3. Perbandingan antara P2 dan P3 menunjukkan bahwa tanaman P2 mempunyai tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah dan berat kering yang cenderung lebih besar daripada tanaman P3. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman kacang panjang paling optimal adalah ada tanaman dengan perlakuan P1 (volume penyiraman setengah dari kapasitas lapang). Hasil uji F dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman yang berbeda terhadap V. Sinensis memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kandungan klorofil V. sinensis. Hasil penelitian terhadap kandungan klorofil kacang panjang (klorofil a, b, dan total) dengan perlakuan tingkat penyediaan air yang berbeda pada akhir penelitian digambarkan dalam bentuk histogram pada gambar berikut :

Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis pada daun. Tanaman tidak dapat menggunakan N2 secara langsung. Gas N2 tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi amonia (NH3).

Tanaman kacang panjang dengan volume penyiraman berdasarkan kapasitas lapang mengandung kadar air yang sedang dalam media tanamnya sehingga udara masih bisa memasuki poripori dalam media tanam. Kondisi ini sesuai untuk habitat Rhizobium sp karena Rhizobium sp merupakan bakteri aerob yang membutuhkan O2. Habitat yang sesuai untuk Rhizobium sp ini dapat meningkatkan kemampuan bakteri ini dalam mengikat N2. N2 selanjutnya akan diubah menjadi amonia yang larut dalam air dan kemudian terangkut ke daun. Hal ini menyebabkan sintesis klorofil pada daun menjadi optimal. Sehingga kacang panjang dengan volume penyiraman sesuai dengan kapasistas lapang mempunyai kandungan klorofil yang cukup banyak. Tanaman kacang panjang dengan volume penyiraman setengah dari kapasitas lapang mengandung kadar air yang rendah dalam media tanamnya. Hal ini memyebabkan pengangkutan amonia ke daun kurang optimal. Selain itu, kandungan air yang rendah dalam media tanam secara langsung juga akan menghambat sintesis klorofil pada daun. Ketersediaan air yang kurang menyebabkan laju fotosintesis menurun yang mengakibatkan sintesis klorofil menurun. Kekurangan air juga menyebabkan kenaikan temperatur dan transpirasi sehingga menyebabkan disintegrasi klorofil. Hal ini menyebabkan pembentukan klorofil pada perlakuan P1 kurang optimal sehingga jumlah klorofil yang terbentuk pada daun sedikit. Tanaman dengan volume penyiraman satu setengah kapasitas lapang mengandung kadar air yang tinggi dalam media tanamnya. Kondisi tersebut merupakan kondisi yan tidak sesuai untuk habitat Rhizobium sp karena kandungan air terlalu banyak sehingga tidak ada ruang untuk udara. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan Rhizobium sp untuk mengikat N2. Hal ini menyebabkan jumlah N2 yang terangkut ke daun sedikit sehingga klorofil yang terbentuk pada daun menjadi berkurang.

Anda mungkin juga menyukai