Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Hipertiroid dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua setelah Diabetes Mellitus, yang merupakan kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit Graves menjadi penyebab utamanya. Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif sehingga menghasilkan hormon-hormon tiroid secara berlebihan di dalam darah, yang membuat metabolisme tubuh menjadi lebih cepat dan dapat membuat kualitas hidup dari penderitanya menurun. Banyaknya kasus hipertiroid, maka penting bagi seorang dokter muda ,sebagai calon dokter umum, mengetahui semua tentang penyakit hipertiroid mulai dari anatomi, tanda-tanda dan gejala-gejala pada pasien hipertiroid melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik sebelum akhirnya melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa pasti. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana anatomi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan serta pengobatan pada penyakit metabollik hipertiroid.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Kelenjar tiroid terletak di bahagian bawah leher, terdiri atas 2 lobus, dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Struktur ismus atau isthmus yang dalam bahasa Latin artinya penyempitan, merupakan struktur yang menghubungkan lobus kiri dan kanan dan berukuran sekitar 1,25 cm. dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram.

Gambar 2.1. anatomi Kelenjar Tiroid

2.2 Definisi

Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan karena kelenjar tiroid yang hiperaktif. Tirotoksikosis adalah Merupakan satu sindroma klinis yang terjadi bila hormon tiroid beredar dalam kadar tinggi dalam darah

2.3 Etiologi
a. Lebih dari 95% kasus hipertiroid adalah Diffuse Toxic Goiter (Graves

Disease), b. Toxic Adenoma c. Toxic Multinodular Goiter d. Subacute thyroiditis e. Hyperthyroid phase of Hashimotos Thyroiditis f. Thyroiditis Factitia g. Rare form of thyrotoxitosis

2.4 Faktor Resiko Kelainan hipertiroid sangat menonjol pada wanita, Hipertiroid menyerang wanita l i m a k a l i l e b i h s e r i n g d i b a n d i n g k a n l a k i l a k i . I n s i d e n s i n y a a k a n m e m u n c a k d a l a m decade usia ketiga serta keempat.

2.5 Klasifikasi a. Goiter Toksik Difusa (Graves Disease)

Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus. Graves disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.

b. Nodular Thyroid Disease Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia. c. Subacute Thyroiditis Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang. c. Postpartum Thyroiditis Timbul pada 5 10% wanita pada 3 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahanlahan.

2.6 Gejala Klinis a. Umur penderita Muda : nervositas yang lebih menonjol Tua : kardiovaskkuler yang lebih menonjol.
4

b. Ada/ tidak adanya kelainan organ organ lain sebelumnya. Gejala- gejalanya antara lain: Tremor halus Nervous Goiter Emotional irritability mudah tersinggung Von mullers Paradox ( banyak makan tetapi badan tambah kurus) Tak tahan udara panas Kulit banyak berkeringat dan hangat
Palpitasi ( berdebar debar) sinus takikardi, atrial Fibrilasi dan kadang

kdang decomp cordis. Rambut jarang , halus dan mudah rontok Hiperdefikasi Lekas lelah (terutamaotot-otot paha) c. Dermophati d. Gejala pada Mata Mobius Sign : sukar mengadakan konvergensi Vons grave sign :sclera antara limbus dan

kelompok mata bagian atas terlihat Joffeys sign Stellwargs sign : dahi tidak dapat berkerut : mata jarang berkedip
5

Lid lag

: palpebra superior tertinggal

waktu melirik ke bawah Oleh karena faktor mekanis : pendesakan retro orbital Exophthalamus dan segala akibatnya : Konjungtivitis Ulkus cornea Palpebra bengkak Optic neuritis Optic atrofi

2.7 Pemeriksaan Hipertiroid Pemeriksaan Fisik Inspeksi dari depan penderita, Nampak suatu benjolan pada leher bagian depan bawah yang bergerak keatas pada waktu penderita menelan ludah. Perhatikan kulit diatasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi. Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita. Pada palpasi ini yang harus diperhatikan ialah : Lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau keduanya) Ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter) Konsistensi
6

Mobilitas Infiltrasi terhadap kulit/jaringan sekitar Apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tidak teraba mungkin ada bagian yang masuk ke retrosternal) Harus juga diraba kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher, umumnya metastase karsinoma tiroid pada rantai juguler. Pemeriksaan Diagnostik

T4 Serum T3 Serum Tes T3 Ambilan Resin Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone) Tes Thyrotropin Releasing Hormone Tiroglobulin Ambilan Iodium Radioaktif Pemindai Radio atau Pemindai Skintilasi Tiroid Ultrasonografi Pemeriksaan radiologik di daerah leher

Tanda -Tanda Pada Pemeriksaan Fisik di Daerah Mata Dalrymples Sign Dalrymples sign adalah pelebaran yang abnormal dari palpebra sehingga menyebabkan pelebaran fissure palpebra. von Graefes Sign

von Graefes sign adalah kegagalan palpebra mengikuti pergerakan bola mata saat pandangan diarahkan ke bawah. Gerakan palpebra akan terlihat lambat. Griffiths Sign Griffiths sign merupakan kebalikan dari von Graefes sign, yaitu kegagalan palpebra mengikut pergerakan bola mata saat pandangan diarahkan ke arah atas. Means Sign Means sign adalah pergerakan bola terlihat lambat dibandingkan gerakan palpebra saat disuruh memandang ke atas. Bostons Sign Bostons sign adalah spasme dari palpebra saat bola mata diarahkan ke bawah Stellwags Sign Adalah tanda dimana mata pasien jarang berkedip. Biasanya gejala ini bersamaan dengan Dalrymples sign. Rosenbachs Sign Tanda dimana palpebra terlihat bergetar saat menutup mata Jelinks Sign Hiperpigmentasi dari palpebra 2.8 Pengobatan Konservatif

1. Obat-obat yang menekan produksi hormone tiroid : a. P.T.U = Prophylthiouracil dosis 200-600 mg/hari b. Methimazole (misal : Neomercazole) dosis 1/10-nya PTU 2. Obat-obat yang menekan pengaruh sympathetic over stimulation a. Beta-blocker-propanolol b. Sedativa/minor tranquilizer 3. Roborantia 4. Diet TKTP

Pembedahan Indikasi : 1. Relaps 2. Struma yang besar 3. Tidak dapat diobati secara konservatif 4. Evaluasi pengobatan konservatif 5. kosmetik Penyulit : 1. Akut : Penyulit pembiusan Perdarahan

Paralysa N recurrent Thyroid crisi

2. Kronik : Infeksi Hipoparatiroidi Hipotiroidi Relaps

Radioaktif

: I131

Indikasi : a. Umur tua b. Menolak pembedahan c. Karena kondisinya tidak dapat dibedah Pengobatan exopthalmus : a. Hindari iritasi pada cornea (salep mata) b. Kalau perlu, kortikosteroid injeksi retro oculi dan per oral Dermopati :kortikosteroid local dan per oral

BAB III

10

KESIMPULAN Hipertiroid merupakan penyakit endokrin terbanyak yang menempati urutan kedua setelah Diabetes Mellitus. Hipertiroid ditegakkan dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik yang benar, dan pemeriksaan penunjang. Seorang dokter muda yang merupakan calon dokter umum harus bisa menginterpretasikan tanda-tanda dari hasil pemeriksaan fisik tersebut agar tercipta diagnose yang benar,

11

Daftar Pustaka Djokomoeljanto, R. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Balai Penerbit FKUI, Jakarta:2001 Tjokroprawiro, A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga University Press. Surabaya:2007 Setiawan, M. Buku Ajar Endokrin. UMM Press. Malang:2008 Tjokroprawiro,A.et al. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Dalam.FK UNAIR. Surabaya:2008 Marmowinoto,R.M. et al. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah. FK UNAIR. Surabaya:1994 De Jong, W. Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC. Jakarta : 1997

12

Anda mungkin juga menyukai